• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sevel Berhenti di 8 Tahun

Dalam dokumen https: elshinta.com Majels 2017 07 07. (Halaman 58-61)

masyarakat lainnya dari berbagai lapisan. Tak hanya itu, lapangan pekerjaan yang diciptakan, hingga laporan keuangan yang ada di Bursa Efek sampai tahun 2012, memberikan penilaian yang bagus. Bahkan sampai tahun 2014 mencatat keutungan hingga Rp971,7 miliar. Pendapatan tertinggi meski di tahun berikutnya tak lagi mampu mereka pertahankan.

Sebelum menggeluti 7-Eleven, tahun 1970-an PT Modern International Tbk sudah menjadi distributor resmi Fuji Photo Film Co. Ltd. Perusahaan Jepang yang bergerak pada pembuatan kamera dan segala perlengkapan fotograi. Waktu itu namanya PT Modern Photo Film Company.

Di zaman itu, bisnis fotograi berkembang bagus karena pengguna jasa fotograi tidak terbatas hanya media cetak, tetapi juga masyarakat luas. Dari mulai kebutuhan negatif- positif ilm, cuci cetak, sampai dengan foto studio. Singkat kata, perusahaan yang bermain

di bidang ini mendapat untung besar dan kemajuan yang pesat.

PT Modern kemudian membangun Fuji Image Plaza pada tahun 1988. Pembangunan gerai ini pun mengalami perkembangan yang menyenangkan. Fuji Image Plaza tumbuh dengan pesat. Fuji Image Plaza banyak bermunculan di kota-kota besar, dan saking

banyaknya, seperti tumbuhnya jamur di musim hujan.

Namun memasuki tahun 2000an, perkembangan bisnis PT Modern seperti menciut. Masuknya teknologi kamera digital ditambah dengan serbuan ponsel berkamera membuat laju pergerakan bisnis PT Modern mulai lesu. Masyarakat pengguna kamera digital dan ponsel berkamera makin lama makin masif. Masyarakat pelanggan Fuji Image Plaza pun menurun.

Jika laporan keuangan perseroan menyebut pendapatan bersih PT Modern di tahun 2001 mencapai Rp1,9 triliun, setahun berikutnya menjadi Rp1,85 triliun dan terus merosot hingga hanya Rp545,95 miliar saja pada tahun 2007. Di tahun ini pula PT Modern Photo Film Company berubah, mengganti nama menjadi PT Modern International Tbk.

Setahun berikutnya tahun 2008, setelah melalui perjalanan yang panjang dan ulet PT Modern menandatangani perjanjian waralaba dengan 7-Eleven (Sevel), perusahaan ritel waralaba asal Amerika yang sudah tersebar di 15 negara dengan jumlah gerai mencapai 36.000 dengan perjanjian masa berlaku 20 tahun serta perpanjangan 10 tahun.

PT Modern International Tbk kemudian mendirikan PT Modern Sevel Indonesia, anak perusahaan PT Modern International Tbk yang selanjutnya menaungi 7-Eleven Indonesia. PT Modern Sevel Indonesia pun berhak atas lisensi mengoperasikan dan mengembangkan 7-Eleven di Indonesia.

7-Eleven atau Sevel yang dijalankan oleh PT Modern Sevel Indonesia, berbeda dengan yang dikembangkan di negara-negara lain. Di Malaysia misalnya, Sevel tak beda jauh dengan mini market secara umum, orang berbelanja lalu pulang. Jika pun ada Sevel yang menyediakan kursi, hanya satu atau dua kursi saja.

Di sini, di Jakarta Sevel bisa dikatakan tampil jauh lebih menarik. Sevel bahkan kemudian menjadi pilihan anak-anak muda untuk nongkrong karena menyediakan makanan-minuman, meja kursi, colokan listrik dan yang paling bikin betah anak muda berlama-lama di Sevel, adalah fasilitas wii gratis. Itu belum termasuk menu minuman unik yang sempat tren salah satunya slurpee.

Sucy, salah seorang mahasiswa di Jakarta Selatan sering ke Sevel karena minuman

Pertumbuhan gerai Sevel yang demikian gencar tentu saja diiringi dengan pendapatan yang terus meningkat. Penjualan bersih pun mengalami kenaikan hampir mencapai 25%. Jika di tahun sebelumnya Sevel mencatat keuntungan sebesar Rp778,3 miliar, di tahun 2014 meningkat menjadi Rp971,7 miliar yang sekaligus menjadi pendapatan Sevel yang tertinggi.

Memasuki tahun 2015 penjualan Sevel mulai menunjukkan penurunan, baik dari sisi pendapatan, maupun pertumbuhan gerainya. Sevel di tahun 2015 hanya mencatat pertumbuhan gerai baru sebanyak 18 dan di tahun yang sama, Sevel menutup sebanyak 20 gerai. Demikian juga dengan pendapatan yang diperoleh, Sevel hanya mengantongi Rp886,84 miliar.

“Saya nggak pernah ke sana sejak minuman yang saya sukai, nggak ada lagi di Sevel, padahal dulu kalau saya beli, sampai tiga botol,” kata Yani siswa Politeknik yang kini sudah bekerja. Demikian juga dengan Gabby, mahasiswa Fikom yang berkampus di Lenteng Agung itu, paling suka ke Sevel karena makanan siap saji yang menurutnya sangat bervarisi dan minuman yang bisa di-mix

beberapa rasa. Namun sejak banyak anak-anak

alay di Sevel, ia mulai malas ke sana. Hal senada disampaikan oleh Vera, karyawan gerai es krim yang dulu rutin nongkrong di Sevel sejak masih kuliah. Menurutnya selain makanan yang cukup mahal

harganya jika dibanding gerai sejenis, yang utama yang membuat ia jarang datang lagi ke Sevel karena kondisinya yang sudah berubah, “Tempatnya jorok kalau nongkrong di sana. Toiletnya apalagi, sudah kayak terminal,” keluhnya.

Regulasi pemerintah yang melarang menjual minuman beralkohol juga dinilai menjadi penyebab menurunnya performa Sevel. Peraturan Menteri Perdagangan No. 06/M- DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol, melarang Sevel dan gerai-gerai sejenisnya menjual bir dan muniman beralkohol lainnya.

“Sebelum ada aturan tersebut, minuman alkohol memberikan kontribusi antara 8% hingga 12% dari total pendapatan. Cukup signiikan, karena ketika mereka beli minuman beralkohol kan otomatis beli yang lain seperti kacang dan makanan lainnya,” jelas Tina Novitam Sekretaris Perusahaan, PT Modern Internasional Tbk, seperti dikutip dari Kontan.

Munculnya kompetitor baru juga dianggap memberi kontribusi atas kondisi buruk yang menimpa Sevel. Jika sebelumnya Sevel sejak 2011 hanya bersaing dengan Circle K, seterusnya Sevel harus berhadapan dengan Lawson, bahkan Family Mart yang muncul di tahun 2013 yang memasang harga lebih murah dan ukuran gerai Family Mart yang rata-rata lebih luas. (wis)

D

alam rangka memudahkan untuk mendapatkan informasi lembaga sosial yang mengurus anak yatim/ piatu dan kaum dhuafa di sekitar, Rontikeky & Friends yang merupakan startup di bidang teknologi informasi, menghadirkan terobosan baru dengan merilis aplikasi bernama

Peduli Sekitar. Aplikasi ini dikembangkan dengan tujuan untuk membantu calon donatur dalam mendapatkan informasi keberadaan lembaga sosial di sekitar lingkungannya.

Founder Rontikeky & Friends, M. Ainur Rony, M.T.I menjelaskan jika bantuan yang diberikan kepada Iembaga sosial itu tidak selalu berbentuk uang, bantuan dapat juga berupa layanan perbaikan rumah lembaga sosial

UBL

Dalam dokumen https: elshinta.com Majels 2017 07 07. (Halaman 58-61)

Dokumen terkait