• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Majelis Jemaat Efata Soe dalam menanggapi Nazar yang dilakukan oleh Warga Jemaat

Dalam dokumen T1 712009031 Full text (Halaman 41-47)

Majelis jemaat sebagai alat gereja dalam mewujudkan pembinaan terhadap jemaat mempunyai peran yang cukup penting dalam menanggapi hal ini. Majelis jemaat turut membentuk pola pemikiran jemaat tentang berbegai ajaran Alkitab yang dipakai oleh gereja termasuk nazar. Sumber tertulis yang dimiliki oleh gereja yang membahas tentang nazar ini sangat minim bahkan hampir tidak ada. Namun bagi jemaat Alkitab telah menjadi penuntun bagaimana mereka mempraktekan nazar tersebut, juga berdasarkan apa yang telah diwariskan.

Warta jemaat yang biasanya dibacakan setiap awal ibadah minggu juga tercantum ucapan terimakasih dari gereja terhadap jemaat yang telah memberikan persembahan syukur, nazar, dan perpuluhan serta sumbangan.113 Dengan demikian dapat dipahami bahwa majelis jemaat mempunyai perhatian dan mengakui keberadaan nazar dalam lingkup warga jemaatnya. Jemaat yang memberikan persembahan nazar biasanya telah menuliskan keterangan pada amplop persembahan yang mereka berikan. Hal ini dilakukan agar jelas jenis persembahan apa yang mereka berikan.

Terdapat tanggapan positif para pendeta jemaat GMIT Efata Soe, tentang nazar. Mereka sudah menganggap bahwa nazar dapat digunakan dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup. Nazar juga merupakan akta iman seseorang dalam membangun relasi dengan Tuhan, karena itu nazar harus didasarkan pada ketulusan hati dan kerendahan hati, meski demikian nazar bukan sesuatu yang wajib dibayar dengan bentuk persembahan atau pemberian khusus namun juga dapat berwujud perubahan sikap dan perbuatan bahkan lewat pengabdian diri nazar dapat dibayar. Meskipun demikian yang harus selalu diingat bahwa apa yang dijanjikan itulah yang dibayarkan.114 Gereja mendukung nazar dilakukan jemaatnya sebagai solusi menghadapi persoalan kehidupan, dan menurut gereja apa yang dilakukan jemaat nya tentang nazar ini merupakan hal yang baik karena termasuk sebagai tindakan membangun hubungan komitmen dalam relasi dengan Tuhan.

113 Hasil obsevasi pada warta jemaat GMIT Efata Soe. 114

31

Nazar ini adalah sebuah bentuk devosi dalam ibadah Kristen, terutama ketika seseorang hendak melakukan sesuatu yang dianggap peting atau besar yang menentukan masa depan nya.115 Nazar merupakan satu ritual ibadah non liturgi pasti yang memicu jemaat untuk menyerahkan kehidupannya pada Tuhan. Banyak banyak yang setuju dari anggota majelis jemaat dengan pemahaman yang demikian, namun ada pula yang tidak setuju. Alasannya, karena menurut nya nazar ini adalah pemaksaan halus terhadap Tuhan. Walaupun kembali dilihat dari prinsip dasar dari persembahan itu sendri "do ut des" sebagai bentuk negosiasi spiritual dimana akan memberi jika diberi. Lebih lanjut, Meskipun ada pernyataan tidak setuju, namun pada dasarnya persembahan adalah tindak mengambil perhatian Tuhan untuk ambil bagian dalam proses kehidupan. Ini bukan tindak pemaksaan halus namun lebih tepat nya dapat dipahami sebagai sebuah bujukan dengan persembahan kepada Tuhan. Dalam pernyataan seorang pendeta yang menyatakan kebiasaan ini harus diarahkan agar jemaat tidak mendasari pemahaman pada “do out des” yaitu memberi untuk menerima sebab Tuhan dalam kemurahan Nya, dapat memberi bukan sesuai keinginan manusia tetapi dalam kasih dan kehendak Nya yang bebas dan berdaulat.116 Ini merupakan tanggapan yang baik dalam memberikan kesan positif terhadap persembahan nazar, sebab esensi persembahan memang demikian tujuannya. Dan gereja lah yang harus menjelaskan mekanisme kerja dari persembahan nazar dengan lebih baik.

Gereja sebagai landasan spiritual dari jemaat memberi respon positif dengan cara turut memberi dukungan doa terhadap semua pergumulan dalam nazar yang dilakukan oleh jemaatnya.117 Dalam tradisi Israel kuno dukungan dari imam hampir tidak ada, namun mereka adalah jembatan dalam pembayaran nazar. Melihat gereja sebagai tempat pembinaan warga jemaat, memang gereja harus turut mendukung tindakan ini sebagai wujud suport dalam binaan.

Keunikan nazar yang dilakukan jemaat dengan membuat persembahan pra- nazar mengharuskan gereja harus lebih berperan dalam menjelaskan nazar ini.

115 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Yeni M) Jan 2015. 116 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Sara F) Jan 2015. 117 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Belandina P) Jan 2015.

32

Menemukan fakta yang diketahui pihak gereja tentang adanya keanehan dalam nazar yang dilakukan jemaat nya "dalam amplop persembahan nazar terkadang berisi obat-obatan, pakaian dalam wanita" menunjukan gereja belum melakukan tugas nya dengan baik dalam memberikan penjelasan ini. Gereja harus melakukan penjelasan, memberi pengertian yang dan benar tentang nazar. Pernyataan seorang pendeta yang ingin untuk memberikan pemahaman yang benar tentang nazar itu lewat khotbah pada ibadah rumah tangga mau pun ibadah minggu, atau lewat pemahaman Alkitab, persekutuan doa118 merupakan cara yang cukup efektif dan efisien.

Demikian nazar adalah tradisi yang telah melewati proses pewarisan dan merupakan senjata pamungkas dalam melewati berbagai masalah yang teramat sulit dalam kehidupan. Perlu diingat bahwa nazar adalah satu perjanjian sakral dengan Tuhan karena itu apa yang telah dinazarkan harus ditepati. Nazar dapat dilakukan oleh siapa saja baik pria maupun wanita namun harus memahami dahulu bagaimana cara bernazar. Dalam jemaat GMIT Efata Soe nazar dipahami sebagai sesuatu yang bersifat rahasia dan hanya dikatehui oleh pelaku nazar dan Tuhan. Nazar tidak harus dilakukan di gereja, atau di tempat kudus, nazar dapat dilakukan dimana saja. Keunikan nazar yang dilakukan oleh jemaat GMIT Efata Soe terletak pada persembahan pra-nazar. Gereja sebagai landasan spritual, telah mengetahui dan cukup mendukung jemaat nya yang melakukan nazar, tetapi gereja kurang dalam memberikan pemahaman terhadap jemaat tentang bernazar itu.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Janji atau sumpah yang dilakukan antara manusia dengan Tuhan, yang dikenal dengan nazar ini, adalah hal fenomenal yang terjadi dalam kehidupan Jemaat GMIT Efata Soe. Dalam Jemaat GMIT Efata Soe, nazar telah menjadi tradisi yang terus menerus diwariskan dari orang tua ke anak dan seterusnya. Tradisi nazar ini dipandang sebagai senjata pamungkas dalam menghadapi

33

persoalan kehidupan. Berdasarkan pengalaman kehidupan para pelaku nazar, cepat atau lambat apa yang mereka nazarkan itu pasti terjawab. Kepuasan mereka akan jawaban Tuhan membuat mereka terus mempertahankan dan mengimani tradisi ini dalam menjalani kehidupan.

Nazar termasuk dalam sumpah atau janji yang sakral, karena merupakan perjanjian dengan Tuhan. Karena merupakan perjanjian sakral maka nazar tidak boleh dilakukan dengan sebarangan. Apa yang telah dijanjikan atau dinazarkan itu haruslah ditepati karena jika tidak ditepati akan menimbulkan efek yang fatal bagi pelaku nazar. Proses menunggu jawaban permintaan dalam bernazar adalah satu ujian bagi pelaku nazar untuk tetap bertekun dalam pergumulan doa mereka. Dengan demikian mereka harus dan semestinya tetap mendekatkan diri dengan Dia sebagai sumber jawaban atas pergumulan mereka. Nazar juga bagi jemaat adalah ungkapan permintaan hati kepada Tuhan, agar Tuhan turut berperkara dalam masalah kehidupan orang yang bernazar. Nazar hanya dilakukan ketika masalah yang dihadapi begitu menyulitkan untuk dilalui.

Strata ekonomi maupun jenis kelamin tidak menjadi pengekang jemaat dalam melakukan nazar. Anggota jemaat yang melakukan nazar mempunyai latar belakang ekonomi yang beragam, dalam tingkat usia bergam pula.

Keunikan nazar yang dilakukan oleh jemaat terletak pada persembahan pra-nazar, sebelum permintaan mereka dipenuhi, mereka telah memberikan persembahan. Pandangan beberapa kalangan terhadap ini memang unik, namun memberi kesan bahwa ini adalah satu model penyuapan atau penyogokan terhadap Tuhan.

Dalam kehidupan sebagai jemaat gereja, maka sudah seharusnya untuk mendekatkan diri dengan Tuhan sebagai pemilik kehidupan ini. Bukan satu kewajiban jemaat harus bernazar, namun ketika jemaat bernazar, maka tersirat jelas bahwa mereka masih mengakui keterbatasan mereka dan mengakui kekuasaan Allah dalam kehidupan. Berjanji dengan Tuhan menjadi motivasi tersendiri untuk jemaat terus lebih dekat dengan Tuhan sebagai pemberi jawaban. Nazar yang dilakukan oleh jemaat diketahui oleh gereja, bahkan gereja telah memberikan tempat khusus bagi persembahan nazar jemaat dan juga mendoakan nazar jemaat. Gereja adalah sebagai media jemaat memberikan

34

persembahan nazar mereka. Gereja yang mendidik jemaat dalam menjalankan tindak-tindak spiritual menjadi lebih mengetahui bahwa jemaat telah melakukan apa yang diberitakan lewat gereja. Namun gereja juga mengingatkan bahwa nazar adalah janji sakral dan harus ditepati.

B.` Saran

 Bagi Gereja Masehi Injili di Timor Efata Soe :

Dengan temuan adanya cara bernazar yang salah maka gereja sebagai media yang bertugas mendidik jemaat harus memberi pengertian yang benar tentang nazar ini. sehingga tidak muncul salah pengertian tentang hal ini. Dalam ibadah minggu, ibadah rumah tangga, ibadah wanita GMIT atau ibadah kaum bapak, bahkan dalam ibadah pemuda, majelis jemaat GMIT Efata Soe dapat mengadakan pembinaan warga gereja tentang nazar ini.

 Bagi Fakultas Teologi :

Lewat penelitian ini menunjukan pemahaman jemaat tentang ajaran-ajaran dalam Alkitab perlu diperhatikan, agar dipahami dan dilakukan dengan benar. Fakultas Teologi sebagai lembaga yang mempersiapkan mahasiswa sebagai calon pemimpin-pemimpin jemaat harus mempersiapkan dengan baik. Sebagai saran bagi fakultas teologi agar dapat mengembangkan integrasi ilmu sistematika teologi bahkan hemeneutik, agar mahasiswa sebagai calon pemimpin jemaat ini dapat menerapkan dengan baik dan benar ketika menjadi pemimpin jemaat nanti.

35

Daftar Pustaka

A, Supratiknya (eds). 1995. Teori Perkembangan Kepercayaan: karya-karya

Penting James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius

Abdullah, Amin M. 1996. Studi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Adi, Rianto dan Prasadja, Heru. 1991. Langkah-Langkah Penelitian Sosial. Jakarta: ARCAN

Baker, F L. 1990. Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama. Jakarta BPK Gunung Mulia,1990

Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta: Erlangga

Berlinerblau, Jacques. 1996. The Vow and „the popular religious groups‟ of

Acient Israel. England: Sheffield Academic Press

Beyer, Ulrich dan Simamora, Evalina. 2008. Memberi Dengan Sukacita. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Cartes, Jefferey. 2003 reprinted 2006. Understanding Religious Sacrifice. New York: Meidek Lane

Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama. Jogjakarta: Kanisius Dilistone, F.W. 2002. Daya Kekuatan Simbol. Jogjakarta: Kanisius

Duekheim, Emile. 1915. The Elementary Forms of Religius Life. New York : Free Press

Geertz, Clifford. 1995. Kebudayaan dan Agama. Jogjakarta: Kanisius Haag, Herbert. 1992. Kamus Alkitab. Ende: Nusa Indah

Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jogjakarta: PT. Dian Rakyat

Kuper, Adam dan Kuper, Jessica. 2000. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Lasor, W.S, Hubbard, D.A. dan Bush, F.W. 2012. Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: Gunung Mulia

Manhitu, Yohanes. 2007. Kamus Ringjas Indonesia-Inggris-Dawan Jogjakarta: Yohanes Manhitu

36

Moleong, Lexy J. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosda.

Mauss, Marcel. 1992. Pemberian : Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat Kuno. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Muryati, Kun dan Suryawati, 2006. Sosiologi. Jakarta: Erlangga

Prodjowijono, Suhato. 2008. Manejemen Gereja Sebuah Alternatif. Jakarta: Gunung Mulia

Robertson, Roland. 1988. Agama dalam Analisa & Interpretasi Sosiologi, Jakarta: Rajawali

Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Jakarta: LP3ES Sumarto, Sukarni. 2004. Sosiologi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga

Sutrdi, Tedi. 2007. Antropologi-Mengungkap Keberagaman Budaya. Bandung: Sentia Purna Inves

Tambunan, A.M. 1952. Persembahan Persepuluhan. Jakarta: BPK GunungMulia, 1952

Tyndale House Publishers. 2016.Life Aplication Study Bible. Diterjemahkan oleh: Gandum Mas dan Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Van den End, Th. 1989. Ragi Cerita 2. Jakarta: Gunung Mulia

Vredenbergt, Jacob. 1978. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Vriezen, Th.C. 2001. Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia Widiarto, Tri. 2005. Pengantar Ilmu Antropologi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga

Michael Wilcock. 2010. Hakim-Hakim. Jakarta: Yayasan Komonikasi Bina Kasih Wright, G.E. dan Kuiper,A.de. 1976. Perjanjian Lama Terhadap sekitarnya.

Jakarta: BPK Gunung Mulia

Dalam dokumen T1 712009031 Full text (Halaman 41-47)

Dokumen terkait