• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712009031 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 712009031 Full text"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

i

TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOE

Oleh:

Yoeldrin Martnugrah Tafui 712009031

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang

Teologi (S.Si.Teol)

Program Studi IlmuTeologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Motto :

“Dengan Berani Kalahkan Ketakutan, Dengan Upaya,

Usaha, dan Doa Sukses Digapai”

"Mintalah, maka akan di

berikan kepadamu; carilah,

maka kamu akan mendapat;

ketoklah maka pintu akan

dibukakan bagimu"

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas anugerah hikmat dan penyertaan Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Syukur kembali penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena penyertaan, anugerah, serta bimbingan Nya juga yang telah menuntun penulis hingga sampai ke penghujung dari masa pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana dalam bidang ilmu Teologi (S.Si. Teol). Tugas akhir ini berisi tentang analisa nazar yang dilakukan oleh anggota Jemaat GMIT Efata Soe. Nazar merupakan satu tradisi yang populer di zaman Israel Kuno, dan seiring berjalan nya waktu ketika nazar ada dalam Alkitab sebagai pedoman kehidupan Kristen, kemudian telah menjadi fondasi dasar pemahaman jemaat untuk melakukan nazar ini. Keunikan dalam praktek nazar yang dilakukan anggota Jemaat GMIT Efata Soe membuat penulis tertarik untuk melihat lebih dekat tentang hal ini lewat satu analisa terhadap nazar yang dilakukan oleh mereka.

Harapan penulis tantang tugas akhir ini, kiranya dapat memperkaya bahan kepustakaan juga menambah pandangan teologis yang dapat dikaji tentang konsep nazar ini. Tugas akhir ini juga kiranya dapat meningkatkan pemahaman serta menambah wawasan jemaat tentang hal ini. Penulis juga tidak menutup kemungkinan adanya pihak yang ingin melanjutkan penelitian lebih mendalam tentang hal ini.

Penulis mengakui sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan yang memungkinkan ada nya kekurangan dalam rangkaian penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis meminta maaf kepada setiap pihak yang membaca atau terlibat dalam penulisan jika terdapat kesalahan dalam penulisan tugas akhir ini. Penulis juga mengharapkan ada nya kritik dan saran yang membangun dalam melengkapi analisa dalam tugas akhir yang penulis buat ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam membimbing dan membantu penulisa ketika menyusun tugas akhir ini hingga terselesaikan dengan baik.

1. Dr. David Samiyono selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(8)

viii

3. Terima kasih kepada BPMF dan Senat Mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani proses perkuliahan hingga selesai. Terima kasih terkhusus untuk Ama dan Priska kalian luar biasa teman-teman, tetap solid teman-teman tetap berjuang demi dan untuk mahasiswa.

4. Pdt. Dr. Ebenhaizer Nuban Timo dan Pdt. Merry Rungkat, terima kasih bapak dan kakak yang telah menjadi reviewer untuk tugas akhir yang penulis buat ini. Terima kasih atas nilai, waktu, dan masukan yang telah diberikan kepada penulis sebagai bahan revisi agar tugas akhir menjadi lebih baik.

5. Terima kasih kepada ketua Majelis Jemaat GMIT Efata Soe, beserta para Pendeta, dan Mejelis yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam membantu penulis mendapatkan informasi seputar penelitian ini. Tuhan Yesus Kristus memberkati setiap tugas dan pelayanan.

6. Terima kasih kepada setiap informan yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta membagi pengalaman bagi penulis, sehingga penilitian ini dapat terlaksana hingga selesai.

7. Terima kasih yang serasa tak cukup sekedar ucapan kepada Mama Ina dengan Bapa Ande, yang dengan kasih dan cintanya selalu memberikan motivasi, nasihat, dan mendukung penulis baik dari segi moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penyusunan tugas akhir dengan baik. Terima kasih juga untuk dukungan doa terhadap penulis dari kakak, kakak ipar, keponakan, Om Piter, Kaka Yuli, Kunyadu Thobi, Ma‟ Heli, Om Ito, Ma Shary, Frany, Billy, Hana, Naina, Chelvin, Embun.

8. Terima kasih untuk dukungan doa dari Mama Besa Be‟a, Tante Meli, yang menguatkan penulis selalu. Tuhan memberkati pelayan Mama, dengan Tante selalu.

9. Terima kasih untuk teman-teman Teologi 2009 yang telah menemani penulis dalam beberapa masa. Senyuman dan canda kalian sangat memotivasi penulis agar berusaha hingga selesai dalam perkuliahan ini. Terima kasih kaka Desy, Delcya, Astrid, Fred, Vallian, Om Yoyo, Candra, Rendra, Om Joshua, Bang Nico, Yapi, Dorlin, Maya, Mace Leny, Om Angky kalian teman-teman terbaik.

10. Terima kasih kepada Kaka Ira Mangililo yang pernah menjadi dosen pembibing penulis, yang banyak memberikan motivasi, mengorbankan waktu dan pikiran untuk membantu penulis menyusun tugas akhir ini. Tuhan memberkati kaka dalam pelayanan.

(9)

ix

12. Terima kasih kepada Kaka Kristian yang luar biasa serta banyak memberikan motivasi, bantuan terhadap penulis sampai selesai mengerjakan tugas akhir ini. Tuhan memberkati kaka.

13. Terima kasih kepada teman, saudara, sahabat yang telah luar biasa membantu memotivasi dan mendoakan penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini. Terima kasih Tuhan sudah menghadirkan mereka dalam kehidupan penulis, Om Ryo, Bless, Kaka Lucky, Tio, Bungsu Anis, Raymond, Piter, Pita, Iju, Pinus, Aii B, Zaam, Om Jow, Mace Uke, Kaka Uthe, Kaka Salim, Marita, Iren, Melki, Anis Kambu, Maikel, Emerald, Kakx Kris, Wandut, Natalie, Om Sony BLVCK. Tuhan menyertai dan memberkati kalian semua.

14. Terima kasih untuk teman-teman “Timur Rap Peace” TRP Gank yang sudah banyak membantu penulis dalam memberikan banyak canda yang lebih sebagai refreshing bagi penulis.

15. Terima kasih atas doa, motivasi, dan banyak hal dilakukan sehingga penulis kembali bangkit ketika jatuh, danke banya Ivonny Pattiruhu. Tuhan berkati langkah lanjut dan setiap cita serta cinta nya.

16. Terima kasih untuk setiap pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu demi satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, sekali lagi penulis ucapakan terima kasih. Tuhan Memberkati kalian semua.

(10)

x

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v

MOTTO... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... xi

ABSTRAK... xiii

PENDAHULUAN... 1

Rumusan Masalah... 4

Tujuan Penelitian... 4

Metode dan Lokasi Penelitian... 4

Manfaat Penelitian... 7

Garis Besar Penulisan... 8

LANDASAN TEORI... 8

Persembahan... 10

Nazar Secara Sosial... 12

Nazar Secara Teologis... 14

HASIL WAWANCARA JEMAAT GMIT EFATA SOE... 17

Gambaran Umum Tempat Penelitian... 17

Pandangan Jemaat GMIT Efata Soe Tentang Nazar... 18

Praktik Nazar Dalam Jemaat GMIT Efata Soe... 19

Gereja Dalam Menaggapi Nazar Yang Dilakukan Anggota Jemaat... 22

PEMBAHASAN... 26

Nazar dalam pemahaman dan praktik di Jemaat GMIT Efata Soe... 26

Sikap Majelis Jemaat Efata Soe dalam menanggapi Nazar yang dilakukan oleh Warga Jemaat... 30

PENUTUP... 32

Kesimpulan... 32

Saran... 34

(11)

xi

"TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOE"

Yoeldrin Martnugrah Tafui 712009031

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tradisi nazar yang berkembang di Jemaat GMIT Efata Soe. Dengan menganalisa maka dapat diketahui latar belakang, peran, serta tanggapan Majelis Jemaat GMIT Efata Soe tentang tradisi nazar yang telah tertanam begitu lama dalam jemaat. Teori yang digunakan dalam menunjang tulisan ini yaitu berdasarkan penelitian Jacques Berlinerblau (1996), mengenai nazar dan kelompok kepercayaan populer Israel kuno. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif atau descriptive research. Manfaat dari penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memperkaya bahan kepustakaan dan informasi mengenai konsep nazar yang berkembang dalam jemaat secara lokal dalam hubungannya dengan prespektif agama Kristen, demi pengembangan studi Teologi secara akadamis dan yang berikutnya yaitu adanya perspektif Teologis yang dapat dikaji dari hasil penelitian ini, khususnya mengenai konsep nazar. Manfaat paraktis dari penelitian ini yaitu meningkatkan pengetahuan jemaat tentang konsep nazar yang mereka anut, serta memberikan dorongan kepada pihak gereja untuk mengembangkan cara pandang cara pandang secara Teologi mengenai konsep nazar yang relevan. Hasil penelitian menunjukan bahwa nazar yang dilakukan dalam jemaat GMIT Efata Soe adalah satu tradisi yang telah diwariskan turun-temurun dan menjadi senjata pamungkas dalam menghadapi situasi yang sangat sulit dalam kehidupan. Nazar adalah sebuah janji atau sumpah sakral dengan Tuhan karena itu apa yang dijanjikan harus dan wajib dipenuhi. Keunikan nazar mereka tentang pemberian persembahan pra nazar, atau persembahan sebelum terpenuhi permintaan mereka. Strata ekonomi serta gender tidak menghambat seseorang untuk melakukan nazar. Nazar secara tidak langsung adalah motivasi terhadap jemaat untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan.

(12)

1

I. PENDAHULUAN

Kota Soe adalah ibukota dari kabupaten Timor Tengah Selatan yang merupakan bagian dari wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Soe adalah kota kecil dengan penduduk mayoritas beragama Kristen Prostestan. Hal yang unik dari kota kecil ini adalah bahwa di kota kecil ini pernah terjadi gerakan roh pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak mujizat terjadi baik itu kesembuhan, hingga merubah air menjadi anggur. Peristiwa ini dianggap sebagai peristiwa penting dalam kehidupan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)1 karena lewat peristiwa gerakan roh ini, kehidupan jemaat turut berubah. Hal ini ditandai melalui kesediaaan mereka melepaskan azimat atau le‟u-le‟u2 yang mereka miliki dan bersedia dibaptis serta memeluk agama Kristen. Peristiwa ini dikordinir oleh para pemuda yang belajar di SGA dan SMA maupun yang sudah bekerja.3 Lebih lanjut gerakan roh ini juga mempengaruhi pola kehidupan jemaat. Lewat peristiwa gerakan roh maka dalam jemaat timbul kelompok-kelompok doa kecil yang kemudian berada di bawah naungan dua gereja yaitu GMIT Efata dan GMIT Maranatha yang lebih tradisional dalam pelayanannya. Kelompok-kelompok doa ini turut merubah bahkan memelihara kehidupan jemaat yang lebih religius dalam kepercayaan Kristen. Kehidupan religius ini kemudian tertanam kuat bahkan membudaya dalam diri masyarakat kota Soe. Bahkan dalam mengambil tindakan-tindakan dalam menjalani kehidupan, mereka pun menimbang dengan berpatokan pada Alkitab atau pun ajaran-ajaran gereja.

Sebagaimana dalam masyarakat Indonesia yang multikultural,4 hadir pula kelompok yang menjalankan kehidupan religius yaitu jemaat yang merupakan bagian dari agama. Perilaku dari jemaat sangat berkaitan dengan apa yang diajarkan oleh gereja sebagai wadah jemaat itu berkumpul. Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan warga jemaat dilakukan gereja untuk bisa menghasilkan

1 Th. Van den End, Ragi Cerita 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 109. 2

Yohanes Manhitu, Kamus Ringkas Indonesia-Inggris-Dawan (Jogjakarta: Yohanes Munhitu, 2007), 3.

3 Th. Van den End, 107.

(13)

2

kemantapan dan keteguhan iman jemaat5 ini menunjukan bahwa gereja mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan iman percaya jemaatnya. Adapun salah satu gereja yang memiliki jumlah jemaat paling banyak di kota Soe yaitu gereja Efata Soe yang merupakan bagian dari sinode GMIT. Gereja Efata Soe juga telah menjadi wadah dari jemaat dan telah berfungsi mengembangkan iman percaya jemaatnya, dengan adanya kelompok-kelompok doa yang bernaung di bawah Gereja Efata Soe ini, pengembangan iman jemaat lebih mudah dilakukan gereja. Lewat aspek sosial maupun budaya gereja ini telah mewartakan nilai-nilai kepercayaan kepada jemaatnya. Salah satu nilai yang tertanam kuat dalam aspek sosial budaya yang dipegang kuat dalam masyarakat Soe khususnya jemaat Efata adalah nazar.

Nazar dilakukan oleh jemaat GMIT Efata Soe jika mereka menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan. Meraka melakukan praktik nazar agar mendapat keberhasilan dalam menjalani permasalahan-permasalahan dalam kehidupan. Ada keluarga yang telah melakukan nazar ini secara turun-temurun, dari nenek yang mengajarkan kepada orang tua dan kemudian orang tua

mengajarkan pada anak-anaknya. Mereka diajarkan bahwa dalam menghadapi

persoalan kehidupan yang begitu rumit maka mereka dapat melakukan nazar agar

bisa mendapat bantuan dari Tuhan. Cara melakukan nazar adalah mereka

diajarkan untuk menyiapkan uang sebagai satu persembahan yang kemudian

didoakan. Doa ini berisikan penyampaian masalah yang dihadapi dan menunjuk

persembahan yang dibawa ini. Setelah berdoa maka uang ini akan disisipkan di

Alkitab dan nantinya akan dimasukan ke kantung persembahan pada hari minggu

nanti. Berdasarkan hal ini, nazar dapat dipandang sebagai satu tradisi6 yang telah

diajarkan dari orang tua ke anaknya, dan tidak menutup kemungkinan anaknya

akan mengajarkan hal yang sama kepada generasi yang berikutnya.

Dari bentuk pemahaman dan cara nazar dalam jemaat GMIT Efata Soe, nazar dikaitkan dengan hal-hal berupa material yaitu uang yang terkait dengan simbol material, dan yang berikut yaitu doa sebagai alat untuk membenarkan tindakan yang hendak dilakukan, dan gereja sebagai landasan spiritual atas situasi

5 Suhato Prodjowijono, Manejemen Gereja Sebuah Alternatif (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 2.

6

(14)

3

sosial yang dibangun. Dalam arti itu, nazar memiliki arti yang jauh lebih mendalam dari sekedar hal material itu. Kebiasaan orang menyebut nazar dengan istilah lain “uang sembayang”, berarti hal „sembayang‟ atau „doa‟ merupakan esensinya. Ada suatu hal tertentu yang disampaikan sebagai „pengungkapan hati‟ yakni sebuah permohonan, perjanjian, dan bahkan komitmen dengan Tuhan. Aspek keyakinan dan keseriusan ini yang menjadi kekuatan motivasi dari nazar itu terkait dengan berbagai aktifitas di jemaat GMIT Efata Soe.

Adapun tradisi nazar merupakan salah satu cara yang sudah menjadi fenomena sejak zaman Israel kuno. Nazar juga merupakan elemen penting dari agama di seluruh dunia Timur kuno di milenium pertama,7 hal seperti ini juga yang masih terpelihara di dalam kehidupan Jemaat GMIT Efata Soe. Namun nazar bukan merupakan satu hal yang baru dikenal, nazar sudah ada sejak zaman Israel kuno. Hal ini telah terbentuk di dalam jemaat GMIT Efata Soe menjadi satu pemahaman yang primodialisme8 yang ditanamkan atas dasar kitab suci dengan

sturuktur fundamental.9 Dalam Perjanjian Lama nazar dapat dipahami sebagai janji. Beberapa kisah tentang nazar dalam perjanjian lama misalnya kisah Yakub (Kej 28:20-22), berikutnya Yefta seorang hakim10 Isreal (Hak 11 : 29-40), juga Hanna yang adalah ibu dari Samuel (1 Sam 1:1-28). Kisah-kisah ini menjadi landasan Jemaat GMIT Efata Soe melakukan nazar.

Dengan demikian pemahaman jemaat tentang nazar ini didasarkan pada

Alkitab sebagai bangunan fondasi pemahaman mereka. Bangunan teologi yang dikembangkan seperti ini yang membuat masyarakat berkembang searah dengan tradisi yang dibentuk.

Situasi inilah yang hendak dikaji oleh penulis, tentang bagaimana pemaknaan nazar dalam Jemaat GMIT Efata Soe di tengah-tengah berbagai aktifitas. Berdasarkan keadaan yang demikian maka penulis mengangkat jurnal dengan judul:

Tradisi Nazar Dalam Jemaat GMIT Efata Soe

7 Cartledge dalam Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of Acient Israel, (England: Sheffield Academic Press, 1996), 14.

(15)

4

A.Rumusan masalah

Mengapa nazar masih dilakukan di Jemaat GMIT Efata Soe?

Bagaimana peran nazar bagi kehidupan Jemaat GMIT Efata Soe?

 Bagaimana sikap gereja dalam menanggapi nazar yang dilakukan dalam Jemaat GMIT Efata Soe?

B.Tujuan penelitian

 Mendeskripsikan latar belakang mengapa nazar masih dilakukan dalam Jemaat GMIT Efata Soe.

Mendeskripsikan peran nazar dalam Jemaat GMIT Efata Soe.

 Mendeskripsikan sikap gereja dalam menanggapi nazar yang dilakukan dalam Jemaat GMIT Efata Soe.

C.Metode Dan Lokasi Penelitian

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang digunakan untuk meneliti makna nazar dalam Jemaat GMIT Efata Soe adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif atau descriptive research.11 Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, namun tidak melalui uji hipotesis.12

Lexy J. Moleong mengatakan bahwa penelitian deskriptif dilakukan jika data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.13 Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Mulyana, pendekatan kualitatif diletakkan atas dasar pemahaman bahwa:14

 Realitas manusia tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, tidak pula dapat dipisahkan agar bagian-bagiannya dapat dipelajari. Keseluruhan lebih dari pada sekedar bagian-bagian.

11 Jacob Vredenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1978), 34.

12 M. Singarimbun, Metode dan Proses Penelitian (Jakarta: LP3ES, 1989), 4-5.

(16)

5

 Penggunaan pengetahuan tersembunyi (tacit knowledge) adalah absah. Intuisi dan perasaan seabsah pengetahuan yang dinyatakan dalam bahasa karena hal-hal tersebut mengekspresikan nuansa-nuansa realitas ganda; dan karena interaksi manusia juga bersifat demikian.

 Penafsiran atas data (termasuk penarikan kesimpulan) bersifat ideografis atau berlaku khusus, bukan bersifat nomotetis atau mencari generalisasi karena penafsiran yang berbeda lebih bermakna bagi realitas yang berbeda pula; dan karena penafsiran bergantung pada nilai-nilai kontekstual, termasuk hubungan peneliti-responden (objek) yang bersifat khusus.15

Temuan (penelitian) bersifat tentatif. Hasil penelitian naturalistik bersifat ragu untuk membuat generalisasi yang luas karena realitas bersifat ganda dan berbeda dan karena temuan bergantung pada interaksi antara peneliti dan responden dan mungkin tidak dapat ditiru karena melibatkan nilai-nilai, lingkungan, pengalaman, dan orang-orang khusus.

2. Sumber data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data

Data yang dibutuhkan dalam proses penelitian ini, diperoleh dari data primer maupun sekunder.

 Data Primer

Data primer ini diperoleh dari informan (kunci) yakni 10 anggota Jemaat yang telah melakukan tradisi nazar ini, 3 anggota majelis jemaat, dan para pendeta jemaat GMIT Efata Soe.

 Data Sekunder

Data sekunder ini diproleh dari dokumen atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

Teknik pengumpulan data

Teknik Pengumpulan data meliputi instrumen, metode dan prosedur yang berkaitan dengan proses pengumpulan data. Teknik

15

(17)

6

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan data di lapangan, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

 Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pewawancara dengan sumber data atau responden.16 Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka.

Wawancara mendalam merupakan metode yang paling umum digunakan dalam teknik penelitian kualitatif, di mana pewawancara menanyakan pertanyaan dengan format terbuka, mendengarkan dan merekamnya, dan kemudian menindaklanjuti dengan pertanyaan tambahan yang terkait. Pertanyaan pendalaman digunakan untuk mendalami tanggapan atas pertanyaan, meningkatkan kekayaan dari data yang diperoleh, dan memberi petunjuk pada yang diwawancarai tentang tingkat tanggapan yang diinginkan. Wawancara mendalam ini akan dilakukan kepada para informan kunci (key informant) untuk diwawancarai karena dianggap cukup memahami masalah yang sedang diteliti.17

 Pengamatan / observation

Teknik observasi merupakan usaha untuk mengumpulkan kesan atau gejala yang terjadi di sekitar. Dalam hal ini panca indera manusia (penglihatan dan pendengaran) di perlukan untuk menangkap gejala yang di amati.18 Penelitian dengan metode observasi ini tidak memerlukan pengukuran dengan satu metode penjumlahan dan juga tanggapan yang telah di perkirakan sebelumnya. Teknik pengumpulan data melalui observasi ini akan membantu peneliti dalam memahami pola kehidupan masyarakat di lokasi studi. Proses penelitian ini berlangsung dengan menggunakan teknik observasi berperan serta ( participant observation ).

16 Rianto Adi dan Heru Prasadja, Langkah-Langkah Penelitian Sosial ( Jakarta: ARCAN,1991 ), 73.

17 Rianto Adi dan Heru Prasadja, 74. 18

(18)

7

3. Lokasi Penelitian

Lokasi di mana penulis akan meneliti tentang tradisi nazar ini adalah di Jemaat GMIT Efata Soe. Jemaat GMIT Efata Soe adalah jemaat yang memiliki kehidupan religius yang sangat baik dan merupakan bukti sejarah gerakan roh yang terjadi di pulau timor pada tahun 1965-1969. Semenjak peristiwa itu, aura spirirtual sangat kental terasa di kota ini. Dengan adanya kelompok-kelompok doa yang muncul setelah gerakan roh ini menolong jemaat dalam menjalankan ajaran-ajaran Kristen serta memelihara kehidupan religius mereka. Kelompok-kelompok doa yang berada dalam naungan GMIT Efata Soe telah berperan dalam perubahan dan pemeliharaan pola kehidupan jemaat kota Soe. Hingga saat ini kehidupan jemaat di kota Soe sangat berbeda dengan kehidupan jemaat di tempat lain, dalam bertindak mereka sangat berpegang teguh pada ajaran-ajaran Alkitab. Untuk itu maka menurut penulis akan sangat menarik jika penulis meneliti tentang tradisi nazar ini di Jemaat GMIT Efata Soe.

D.Manfaat penelitian

1. Manfaat akademis

 Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan kepustakaan dan informasi mengenai konsep nazar yang berkembang dalam jemaat secara lokal dalam hubungannya dengan prespektif agama Kristen, demi pengembangan studi Teologi secara akadamis.

 Adanya perspektif Teologis yang dapat dikaji dari hasil penelitian ini, khususnya mengenai konsep nazar dan juga sekaligus menambah literatur teologi.

2. Manfaat praksis

 Hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan jemaat tentang konsep nazar yang mereka anut yaitu sejauh mana konsep Nazar yang sesungguhnya dalam Kekristenan.

(19)

8

E. Garis besar penulisan

Secara sistematis tulisan ini dibagi dalam lima bagian, bagian I pendahuluan, bagian II landasan teori, di mana pada bagian ini berisikan pendekatan teoritis tentang nazar lewat teori–teori Jacques Berlinerblau, dan beberapa teori yang berkaitan dengan nazar ini. Bagian III berisikan hasil Penelitian di Jemaat GMIT Efata Soe. Bagian IV pembahasan dan bagian V berisikan kesimpulan dan saran.

II. LANDASAN TEORI

Hasil kreatifitas manusia yang sangat kompleks, menimbulkan pengertian yang sangat luas yaitu budaya. Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhaya merupakan bentuk jamak dari buddhi (akal). Dengan demikian secara etimologis kebudayaan berarti hasil karya akal budi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.19 Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.20 Unsur dari budaya meliputi cipta, rasa, dan karsa atau kehendak menghasilkan unsur dan wujud kebudayaan berupa bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan sistem kesenian.21

Sistem kepercayaan atau religi merupakan rangkaian keyakinan dari satu kelompok masyarakat manusia terhadap sesuatu yang (dianggap mempunyai kekuatan) gaib. Teologi di dalam cara dan situasi apapun, adalah dialektika antara yang abstrak (misteri) dan empirik (kontekstual). Dialektika itu menempatkan manusia, sebagai subyek yang berteologi dalam ruang pemaknaan yang nyata. Artinya ia hidup dan berada di dalam dunia dengan situasi yang dihadapinya, akan tetapi di sisi lain ia menempatkan kepercayaannya sebagai pedoman dalam menjawab problematika yang ia hadapi.22 James Fowler mengatakan bahwa kepercayaan merupakan proses mencari makna, sebab manusia adalah subyek

19

Tri Widiarto, Pengantar Ilmu Antropologi, (Salatiga: Widya Sari Press Salatiga, 2005),26 20Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1990), 180. 21Koentjaraningrat, 203.

(20)

9

yang bermakna dan memberi/menciptakan makna pada iman (faith), dan kepercayaan (belief), dengan konteks di mana makna itu ditujukan.23 Dalam proses menciptakan makna itu, manusia juga yang mencari simbol (sign) yang sinonim atau bisa merepresentasi hal yang dipercayainya. Karena itulah iman merupakan suatu proses semantik yang dibuat oleh manusia.24

Kepercayaan juga sering kali dipandang sebagai cara tertentu untuk menafasirkan dan menjelaskan seluruh peristiwa dan pengalaman yang berlangsung dalam setiap aspek kehidupan yang kompleks. Aktifitas menafsir

(interpretation) dan menjelaskan (clarification, verstehen) disini mengamanatkan

bahwa kepercayaan adalah bagian dari suatu hermeneutika kehidupan, yang terkait bukan semata-mata dengan dokumen-dokumen kudus yang turut menyusun dogma agama melainkan dokumen-dokumen kehidupan yang selalu dijumpai manusia dalam pengalaman nyata di masyarakat/dunianya.25

Manusia juga menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini hanya sementara. Kesadaran itu muncul setelah menyaksikan dan menghayati berbagai misteri kehidupan, seperti kelahiran dan kematian.26 Kalau ditinjau sebanyak mungkin bentuk religi dari berbagai suku bangsa di dunia, maka ada tampak empat unsur pokok dari religi pada umumnya, ialah:

Pertama emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia menjalankan kelakuan keagamaan. Kedua sistem kepercayaan atau bayangan-banyangan manusia tentang bentuk dunia, alam, gaib, hidup, maut, dsb. Ketiga sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan dalam bagian dua tadi. Terakhir kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengonsepsikan dan mengaktifkan religi beserta sistem upacara-upacara keagamaan.27

Proses pembentuk sebuah sistem religius adalah melalui serangkaian simbol sakral yang terjalin menjadi sebuah keseluruhan tertentu yang teratur.28

23Supratiknya A. (eds), Teori Perkembangan Kepercayaan: karya -karya Penting James W. Fowler, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 15.

24Supratiknya A, 17. 25

Supratiknya A, 21.

26Tri Widiarto, Pengantar Ilmu Antropologi, (Salatiga: Widya Sari Press Salatiga, 2005),26. 27Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jogjakarta: PT. Dian Rakyat, 1977), 228.

28

(21)

10

Simbol atau lambang dipakai untuk mengacu pada banyak hal, seringkali sejumlah hal sekaligus,29 salah satu fungsi simbol adalah untuk mengungkapkan nilai budaya dalam kelompok.30 Didalam sistem kepercayaan atau religi ini terdapat sebuah sistem terkait yaitu sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau Al-Khalik. Di dalamnya sistem religi ini ditemukan berbagai macam wujud perilaku yang termasuk dalam unsur-unsur upacara keagamaan misalnya berdoa, bersujud, berpuasa, membersihkan diri, ziarah ke tempat suci, bersaji, berkurban, makan bersama, bersedekah, menari, menyanyi, berprosesi, bertapa, bersemedi, dan sebagainya.31 Namun demikian, dalam upacara keagamaan yang sering wajib dilakukan diantara ritual-ritual keagamaan tersebut yang cukup berperan sentral adalah persembahan. Sebab persembahan dapat dipandang sebagai proses menghargai, mengakui keberadaan yang Ilahi, dan menjadi bentuk untuk meminta sesuatu kepada yang Ilahi sesuai dengan tata caranya.

A. Persembahan

Simbol sakral adalah pembentuk dari sistem religius dan kurban sedangkan bersaji merupakan simbol sakral yang menjadi bagian dari ritus. Berkurban, dan bersaji adalah dua simbol yang lebih dekat pengertian nya sebagai satu persembahan. Persembahan dalam setiap ritus keagamaan merupakan sebuah ritual yang sangat penting, sehingga persembahan selalu diikutsertakan di dalamnya baik dalam kepercayaan primitif atau yang masih bersifat tradisional maupun dalam kalangan penganut agama modern.32 Dalam bentuknya yang paling sederhana, dewa diberi satu hadiah, baik sebagai ucapan syukur atau sebagai balas jasa atas sesuatu hal.33 Melalui kurban yang dipersembahkan dalam suatu ritus manusia yakin bahwa hidupnya akan tentram, aman dan bahagia. Dengan kata lain manusia mempersembahkan kurban dengan maksud tujuan, agar mereka diberkati dan mendapatkan apa yang diinginkan. Hal ini dapat dipahami karena

29 Clifford Geertz, 6. 30

F.W. Dilistone, Daya Kekuatan Simbol, (Jogjakarta: Kanisius, 2002),15. 31Tri widiarto, 27.

32 Emile Duekheim, The Elementary Forms of Religius Life, ( New York : Free Press,1915),63

33

(22)

11

persembahan atau kurban merupakan sarana atau alat untuk menyenangkan dewa-dewa atau ilah-ilah.34 Victor Turner berpendapat bahwa kegiatan persembahan-persembahan yang umum atau penghormatan kepada dewa-dewa, pemberian hadiah, penebusan dosa, komunikasi antara yang suci atau kudus dan fana yang dapat dipahami sebagai perwujudan dari negoisasi.35 Menurut kitab imamat persembahan memiliki arti sebagai “penyajian” atau “barang-barang yang di bawa dekat”.36 Kurban juga dianggap sebagai tanda takluk atau tanda penghormatan, sebagai permohonan berkat dan sebagai penolakan malapetaka. Kurban bisa bertujuan melakukan perbuatan silih dan menyingkirkan kenajisan maupun dosa.37

Bersaji dan berkurban secara ritual benar-benar satu bentuk pertukaran antara manusia dan makhluk adikodrati: manusia pengurban memberikan barang-barang nya dan penerima bereaksi.38 G. Van der Leeuw menjelaskan arti persembahan demikian: mempersembahkan sesuatu kepada seseorang adalah memberikan dari dirinya sendiri; demikian pula, menerima bagian kodrat spiritualnya, dari jiwanya; dan dalam keadaan itu, kodrat dari pemberian yang timbal balik sangat nampak. Teori persembahan dalam upacara menurut beberapa orang meliputi satu perjanjian: do ut des: saya memberi supaya engkau pun

memberi.39Tylor mendefenisikan bahwa persembahan sama dengan sesaji. Sesaji

atau hadiah juga diberikan kepada dewa-dewa dengan keyakinan bahwa ada nilai timbal balik yang terdapat di dalamnya.40 Marsel Mauss juga mendefenisikan bahwa pada kenyataannya jumlah sesaji yang diberikan walaupun terlihat sedikit namun itu bukanlah intinya, karena yang dilihat adalah nilai dari pemberian persembahan itu sendiri.41 Secara khusus nazar merupakan bagian dari persembahan kurban dan merupakan ritual keagamaan yang mempunyai dua makna baik secara sosial, maupun teologis.

34 G.E. Wright & A.de Kuiper, Perjanjian Lama Terhadap sekitarnya, ( Jakarta BPK Gunung Mulia,1976),120

35

Jefferey Cartes, Understanding Religious Sacrifice ( New York 2003 reprinted 2006 Meidek Lane ), 293-300

36 W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (jakarta : BPK Gunung Mulia 2012), 217

37

Herbert Haag, Kamus Alkitab, (Ende: Nusa Indah, 1992), 239. 38Herbert Haag,203

39 Mariasusai Dhavamony, 215. 40 Jefferey Cartes, 12-38. 41

(23)

12

B. Nazar secara sosial

Jacques Berlinerblau yang mengutip Cartledge dalam tulisan tentang nazar di zaman Israel kuno, mengatakan “ketika membuat nazar pemohon dasarnya mengatakan kepada dewa dalam pertanyaan: 'jika, dan hanya jika, Anda melakukan sesuatu untukku, maka aku akan melakukan sesuatu untuk Anda”. Atau, seperti catatan Cartledge: dabo si dederis”: “Aku akan memberikan jika Anda akan memberikan”. Dengan demikian terlihat satu pola pertukaran jasa antara pemuja dan dewa atau Allah. Pola seperti ini mirip dengan pertukaran dalam ranah sosial yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Pertukaran bersifat universal, dari beberapa alasan yang membuat pertukaran itu menarik terdapat dua alsan yang berkaitan dengan nazar ini. Pertukaran adalah wahana yang memungkinkan seseorang memperoleh sesuatu yang diperlukan. Pertukaran selalu bermakna karena mengandung unsur simbolik dan seringkali dijadikan metafora untuk kegiatan-kegiatan yang lain.42

Salah satu jenis pertukaran adalah pemberian, yang menurut Mauss didasarkan pada tiga kewajiban, yakni menerima, memberi dan mengembalikan. Ketiga unsur ini penerimaan, pemberian dan pengembalian merupakan prinsip kunci dalam praktik pemberian.43 Sedangkan dalam nazar pelakunya berjanji untuk melakukan sesuatu jika permintaannya di kabulkan. Nazar dibuat untuk menguatkan permintaan, atau untuk membujuk TUHAN memberikan apa yang diminta.44 Terdapat kemiripan dalam kedua konsep ini sedangkan perbedaaan kedua jenis pertukaran ini terletak pada subjek dan objek pertukaran.

Tema lain yang memainkan peranan dalam ekonomi dan moralitas dari pemberian yaang dilakukan untuk sesama manusia di hadapan dewa-dewa atau alam.45 Banyak budaya dari berbagai tempat yang melakukan hal ini dan dengan sendiri memulai teori sejarah kontrak korban. Interaksi sosial yang terjadi ketika terjadi kontrak ini dilakukan. Borgas mengambil contoh adat istiadat Koliada yang terdapat pada orang Rusia di mana anak-anak yang bertopeng pergi dari

42 Adam Kuper & Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Edisi Kedua, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2000), 327

43 Adam Kuper & Jessica Kuper, 328.

44Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hal. 91.

(24)

13

rumah kerumah meminta telur dan tepung dan tidak ada seorang pun berani menolak, mereka bertindak sebagai wakil dari roh-roh.46 Sebuah prinsip yang sama dalam kontrak korban yaitu karena dewa-dewa yang memberi dan yang membayar ada di sana, karena dewa-dewa memberi sesuatu yang agung sebagai pertukaran bagi sesuatu yang begitu kecilnya.47 Kemunculan nazar dalam kebudayaan di mana individu menerima pengetahuan dari masyarakat tentang budaya yang diperlukan, yang digunakan untuk berburu, berbicara, bersumpah, mengubur anggota keluarga, dan sebagainya.48

Dalam kebudayaan Israel kuno persembahan disertai janji, menunjukkan adanya pertukaran di dalam nya dan sangat populer kala itu. Hal ini seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Jacob Milgrom dalam tulisan Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of Acient Israel. Bahkan nazar memiliki dua sisi yang cukup kuat religius dan ekonomis namun tidak ada perbedaan kelas, dalam masyarakat.

Dikatakan demikian karena melihat pemberian nazar dari segi sosial ekonomi, nampaknya pembuatan sumpah, janji atau nazar ini dapat dilakukan oleh siapa saja, tak memandang tingkat ekonomi nya.49 Dalam kebudayaan Israel kuno terdapat kisah dalam kitab Yeremia 44: 25, dimana orang Yehuda di Mesir melakukan nazar atau janji bukan dengan TUHAN, tetapi bagi ratu sorga yang kemungkinan adalah dewi Ishtar, dewi cinta dan kesuburan dari Mesopotamia yang disembah pengungsi dari Yehuda di Mesir.50 Merupakan elemen heterodoks dari sumpah atau nazar51 yang menyatakan setiap pengikut TUHAN yang sudah terlepas dari kesetiaan mereka, juga melakukan nazar.52

Pada konteksnya, proses nazar dilaksanakan dalam kehidupan Israel kuno yang menunjukkan bahwa pemuja TUHAN hidup berdampingan dengan para pemuja Baal, dan di antara mereka terdapat mereka yang lebih heterodoks. Demikian juga dengan Imam atau rahib mereka. Mereka tidak perlu khawatir akan

46

Marcel Mauss, 18. 47 Marcel Mauss, 18.

48 Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of Acient Israel, (England: Sheffield Academic Press, 1996), 64.

49

Jacques Berlinerblau,125.

50 Tyndale House Publishers, Life Aplication Study Bible, terj. Gandum Mas dan Lembaga Alkitab Indonesia, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2016), 1468.

51 Jacques Berlinerblau, 129. 52

(25)

14

berjanji atau bernazar pada dewa yang salah, karena disaat itu permintaan nazar ini bersifat anonim.

Perbedaan gender tidak menutup kemungkinan seseorang melakukan nazar, baik seorang pria atau wanita dapat melakukan nazar. Para peneliti Alkitab menemukan perempuan secara aktif berpartisipasi dalam sistem nazar Israel. C. Brekelmans berbicara tentang kecenderungan perempuan cukup sering untuk mengambil sumpah.53 Ada kemungkinan dalam masyarakat Israel kuno melakukan pengajuan janji atau nazar secara berkelompok namun tetap saja hal ini di prakarsai, dan oleh seorang individu. Sumpah yang diprakarsai oleh satu orang bahkan ketika permohonan tersebut adalah kepentingan kelompok.54 Nazar selalu dilakukan oleh satu orang, sebagai wakil dari aspirasi kelompok. oleh karenanya Berdasarkan proses yang demikian maka terbentuklah makna teologis dari nazar tersebut yang berkembang hingga saat ini dan khususnya dalam tradisi kekristenan.

C. Nazar secara teologis

Tradisi Kristen memandang persembahan sebagai suatu bentuk ibadah kepada Tuhan secara mendasar yang mengandung ucapan syukur jemaat untuk melengkapi tubuh Kristus.55 Persembahan merupakan bagian yang penting dalam tradisi Kristen, karena persembahan merupakan salah satu bagian dalam ritual kekristenan. Mempersembahkan suatu persembahan kepada Allah dengan maksud untuk memperoleh kemurahan hati Allah.56 Ucapan syukur dan puji-pujian yang dipanjatkan kepada Allah dalam ibadah merupakan tujuan utama persembahan.57 Dalam antropologi sosial persembahan secara tidak langsung mengimplikasikan satu pertukaran barang dan jasa, yang meskipun dianggap muncul dari kehendak mereka, namun hal ini merupakan kewajiban dari tingkah laku sosial.58 Tindakan yang merupakan bagian dari dokumen-dokumen kehidupan ketika menghadapi

53 Jacques Berlinerblau, 133. 54 Jacques Berlinerblau, 64.

55A.M. Tambunan, Persembahan Persepuluhan (Jakarta: BPK GunungMulia, 1952), 16. 56

F L Baker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama . ( Jakarta BPK Gunung Mulia,1990 ),367

57Ulrich Beyer dan Evalina Simamora, Memberi Dengan Sukacita, (Jakarta: BPK GunungMulia, 2008),139.

58

(26)

15

satu masalah adalah nazar, yang juga merupakan bagian dari sistem keagamaan. Nazar, sumpah, pengesahan perjanjian, termasuk dalam wilayah perbatasan antara kultus dan hukum.59

C. Barth mengemukakan bahwa “mengucap syukur” dan membayar nazar kepada Tuhan. “siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan…. akan Ku perlihatkan kepadanya (Mzr 50 :23) band ay. 14; suatu ungkapan yang sejajar sebagai kurban pemerkokoh doa permintaan (Mzr 51:17-19). Barth juga menulis bahwa “justru ucapan syukur diiringi oleh persembahan syukur itulah biasanya dinazarkan dahulu”.60

Dengan demikian nazar bukan hanya mengenai persembahan syukur kepada Allah semata, namun nazar adalah janji antara manusia dengan Allah. "A vow usually originates when a supplicant requires some specific thing from the

deity",61 sumpah atau nazar dilakukan ketika ada yang diharapkan dari dewa.

Nazar sempat menjadi fenomena yang populer di zaman Israel kuno, Jacob Milgrom mengatakan “Bahwa nazar tersebut sangat populer di zaman Israel kuno, ini dibuktikan dengan referensi Raja Yoas untuk kontribusi mengenai masalah keuangan ke Bait Allah di Yerusalem yang berpangkal pada kekususan dari "uang yang setara dari orang-orang" (2 raja-raja 12:5).62 Menurut Cartledge, Pembuatan sumpah jelas memainkan peran penting dalam kehidupan kultis Israel dan tampaknya telah sangat lazim dalam domain kesalehan individu.63

Banyak dari tokoh-tokoh Alkitab yang melakukan praktik nazar ini, misalnya Yakub, Yefta, Absalom, dan beberapa tokoh lainnya. Nazar (

rdn

) berasal dari bahasa ibrani yang berarti disendirikan, dikuduskan. Seperti dalam Amsal 2:11, nazar atau dalam bagian ini disebut dengan orang nazar adalah orang yang dipanggil Tuhan dan oleh karena itu diharuskan berpantangan terhadap berbagai hal (Hak 13:5,4 ; 1Sam 1:11). Di kemudian hari perbuatan Nazar diatur oleh hukum (Bil 6:1-21): seperti sebuah kaul yang dilakukan untuk sementara

59Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta BPK Gunung Mulia, 2001), hal. 91. 60 C. Barth, Theologia Perjanjian Lama III, (Jakarta:BPK Gunungmulia, 1993), 110. 61 Cartledge dalam Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of Acient Israel, (England: Sheffield Academic Press, 1996), 61

62 Milgrom dalam Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of Acient Israel, (England: Sheffield Academic Press, 1996), 13.

(27)

16

waktu.64 Untuk mengurangi komponen paling mendasar, sumpah (

rdn

) adalah kontrak bersyarat Ibrani antara pemuja yang mencoba untuk membuatnya dengan dewa. Ketika membuat nazar pemohon dasarnya mengatakan kepada dewa dalam pertanyaan: 'jika, dan hanya jika, Anda melakukan sesuatu untukku, maka aku akan melakukan sesuatu untuk Anda. Atau, seperti catatan Cartledge: dabo si

dederis”: “Aku akan memberikan jika Anda akan memberikan”.65 Nazar adalah

janji yang dilakukan seseorang dalam arti individu bukan kelompok. Dalam kehidupan Israel kuno kenyataannya tetap bahwa dalam janji ini, seperti dalam semua janji epik lainnya, permohonan pemohon itu sendiri diartikulasikan oleh pemohon individual.66 Jacques Berlinerblau mengutip pendapat Durkheim bahwa sumpah Israel adalah dilakukan oleh individu sejauh diucapkan oleh satu orang. Ini tidak berarti bahwa rahib yang terlibat di dalam nya menimbulkan ketidaksesuaian, berpartisipasi dalam sistem keagamaan yang berbeda dan otonom.67

Ketika membuat sumpah positif pemohon mendekati dewa dengan kebutuhan khusus, diwujudkan dalam bentuk permintaan. Sebagai imbalan untuk pemberian permintaan ini, imam menawarkan dewa objek nyata atau layanan sebagai penggantian. Seperti telah tercatat, bahwa sumpah tersebut bersyarat, jika permintaan terpenuhi maka harus memenuhi syarat-syarat atau janji nya.68 Serangkaian hukum dan peraturan dari D dan P dalam kitab Perjanjian Lama yang mencoba untuk mengatur prosedur yang tepat untuk pembayaran sumpah (Bil 30: 3-4).

Berdasarkan penjelasan ini nazar mempunyai arti yang berhubungan dengan kaul yang lebih bermakna sebuah janji, pelakunya berjanji untuk melakukan sesuatu jika permintaannya di kabulkan. Nazar dibuat untuk menguatkan permintaan, atau untuk membujuk TUHAN memberikan apa yang diminta.69 Ini terjadi pada salah satu hakim Israel yaitu Yefta. “Yefta membunuh putrinya, dan bahwa ia melakukan itu karena ia telah membuka mulutnya dan

64 Herbert Haag, Kamus Alkitab, (Ende:Nusa Indah, 1992), hal. 301. 65

(28)

17 bersumpah tanpa berpikir panjang...”70

Perjanjian Lama menawarkan contoh sumpah dilakukan di medan perang. Dalam kasus seperti itu akan sulit untuk berdebat inisiasi yang berlangsung di sebuah kuil.71 Tak selalu nazar dilakukan di dalam tempat kudus dalam hal ini berkaitan dengn Bait Allah.

Sejarah Israel kuno setelah zaman hakim-hakim di zaman raja Daud pun pernah terjadi peristiwa persembahan berupa manusia, mirip seperti yang dilakukan oleh Yefta terhadap anaknya. Ini terjadi dalam kisah orang-orang Gibeon yang mengorbankan keturunan Saul (2 Sam 21:1-14). Namun ini lebih dekat artinya kepada pembalasan hutang darah bukan satu persembahan, tetapi karena ini dilakukan di tempat persembahan pemujaan TUHAN maka agaknya ini diklaim oleh klan Gibeon sebagai satu persembahan. Tujuan nya mereka ingin TUHAN menjadi saksi pembalasan hutang darah mereka terhadap Saul yang pernah ingin memunahkan klan Gibeon.

III. HASIL WAWANCARA JEMAAT GMIT EFATA SOE

A. Gambaran umum tempat penelitian

Nazar yang menjadi fenomena sejak zaman Israel kuno ternyata juga masih terus dilakukan dalam kehidupan Jemaat GMIT Efata Soe, yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), kecamatan kota Soe dengan luas wilayah 3947,1 km2 dengan total populasi 441.155 jiwa, dengan kepadatan penduduk 111,77 jiwa/km2. Kota Soe memiliki presentase pemeluk agama Kristen Protestan sebanyak 78,72% dari jumlah penduduk secara keseluruhan dengan fasilitas gedung gereja sebanyak 23 gedung gereja protestan. Salah satu gereja yang terbesar dan memiliki jemaat yang sangat banyak yaitu Gereja Efata Soe. Gereja Efata Soe yang berdiri sejak 30 november 1984 hingga sekarang telah memiliki jemaat sebanyak 15.621 jiwa, dengan jumlah laki-laki 7774 jiwa, dan perempuan 7847 jiwa. Jumlah anggota sidi di Gereja Efata Soe sebanyak 8907 jiwa, dengan jumlah laki-laki 4326 jiwa dan

70 Michael Wilcock, Hakim-Hakim, (Jakarta: Yayasan Komonikasi Bina Kasih, 2010), hal. 183.

71

(29)

18

perempuan 4581 jiwa.72 Dapat dikatakan merupakan jemaat yang telah berkembang dan cukup dewasa dengan melihat jumlah anggota sidi yang ada. Mereka juga telah melakukan praktik-praktik keagamaan yang merupakan bagian dari sistem religi. Di dalam jemaat ini berkembang sebuah model praktik keagamaan yaitu nazar.

B. Pandangan Jemaat GMIT Efata Soe tentang nazar

Nazar kebanyakan dilakukan oleh orang dewasa dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan, ini terlihat dari umur informan yang melakukan nazar dari kisaran umur 17 – 60 tahun. Kebanyakan para pelaku nazar, mempraktikan nazar kepada Tuhan ini dikarenakan telah ada proses pewarisan kebiasaan yang dilakukan sejak dahulu oleh orang tua mereka.73 Nazar bagi mereka merupakan satu cara yang dilakukan ketika benar-benar dalam situasi yang sangat sulit dimana mereka sudah tidak mampu untuk mengatasinya.74 Dalam beberapa keluarga, nazar telah menjadi andalan dalam menghadapi masalah-masalah mereka. Menghadapi permasalahan ekonomi, menyangkut keberhasilan dalam mengikuti tes atau ujian pegawai negeri, menyangkut masalah selamat dalam menjalani proses persalinan, juga menyangkut masalah diberi anak sesuai permintaan mereka, pengangkatan mereka dari status pegawai honorer menjadi pegawai negeri tetap. Banyak sekali masalah-masalah yang ditanggulangi dengan cara mereka bernazar. Dalam kebiasaan mereka menurut hasil wawancara dengan salah seorang anggota jemaat, ketika mereka tidak sanggup lagi berperkara dalam menjalani masalah, maka dengan bernazar mereka menghadirkan sosok Tuhan agar menggantikan mereka berperkara dalam menjalani masalah.75 Lewat pengalaman yang mereka telah lewati, nazar selalu ampuh dalam menghadapi perosalan-persoalan kehidupan yang sangat rumit. Salah satu informan mengatakan “nazar dan praktiknya ini sudah diajarkan oleh orang tua saya, ketika menghadapi permasalahan kemudian saya melakukan nazar, jawaban cepat atau lambat selalu diberikan Tuhan sesuai dengan apa yang

72

Data diperoleh dari informasi kantor gereja (GMIT EFATA SOE)

73 Hasil wawancara dengan salah seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Naomi) Jan 2015.

74 Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Victor) Jan 2015. 75

(30)

19

saya minta dari pada Nya”. Dalam proses menunggu jawaban Tuhan, ini dianggap sebagai satu proses pengujian kesabaran kita oleh Tuhan, "tak lupa juga kewajiban saya untuk menepati nazar saya ketika jawaban Nya telah saya terima”.76

Tidak semua permasalahan dihadapi dengan bernazar karena yang mereka pahami bahwa nazar ini adalah satu perjanjian dengan Tuhan.77 C. Barth juga menuliskan hal yang sama bahwa "justru ucapan syukur diiringi oleh persembahan syukur itulah biasanya dinazarkan dahulu".78 Mereka mengadakan nazar agar Tuhan ikut berproses dalam permasalahan mereka. Namun nazar tetap dipandang sebagai satu hal spesial dan tidak dapat dianggap sepele.79

C. Praktik nazar dalam Jemaat GMIT Efata Soe

Menurut hasil wawancara bahwa nazar ini dilakukan karena sudah menjadi hal yang diajarkan turun-temurun, dengan cara-cara melakukan nazar cukup beragam. Menurut salah satu informan, nazar mereka lakukan dengan menyiapkan dahulu persembahan berupa uang yang telah didoakan dan kemudian dianggap sebagai persembahan nazar, ini merupakan pemabayaran nazar sebelum apa yang diminta di jawab Tuhan. Ada beberapa informan lainnya melakukan nazar dengan perjanjian langsung tanpa persembahan uang nazar. Dalam salah satu keluarga informan pelaku nazar yang menghadapi masalah berkaitan dengan tes pegawai negeri sipil, mereka menyiapkan uang sebagai persembahan yang digenggam dan kemudian digumuli dalam doa pada tengah malam jam 12 malam, namun didepan mereka sudah juga disediakan semua bukti kelulusan atau ijazah dari jenjang pendidikan yang telah dilewati diletakan pada sebuah nampan. Langkah berikutnya ijazah digumuli dalam doa selama tiga hari, uang sebagai persembahan terus ditimbun. Pada hari ke tiga bertepatan dengan hari minggu, persembahan yang telah terkumpul selama tiga hari pergumulan itu dimasukan ke dalam amplop kemudian disisipkan dalam Alkitab, dibawa ke gereja dan dimasukan kedalam kantong persembahan. Janji dari pembuat nazar ini yaitu jika permintaan

76 Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Victor) Jan 2015. 77

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Heldrianty) Jan 2015.

(31)

20

nya terjawab maka dia akan mewujud nyatakan ungkapan terimakasih kepada Tuhan lewat ibadah ungkapan syukur dan membaktikan diri dengan sungguh lewat pekerjaannya untuk Tuhan.80

Sementara pada informan lainnya yang menghadapi masalah yang sama, melakukan nazar tanpa menggunakan uang sebagai persembahan karena menurut mereka persembahan berupa uang bukan segalanya, mereka terus bergumul dalam doa keluarga setiap malam dengan pergumulan yang sama dan dengan janji mereka sendiri yang berbunyi demikian “apabila Tuhan mengabulkan permohonan kami maka yang akan kami lakukan adalah setia dalam panggilan kami untuk melayani pekerjaan Tuhan dan setia dalam memeberikan persepuluhan kami yang adalah hak Tuhan”.81

Ini merupakan penggalan hasil waawancara dengan salah satu informan pelaku nazar yang menurutnya nazar ini baru terkabulkan setelah melewati 25 tahun dari awal dia mulai melakukan doa dan perjanjian dengan Tuhan. Dengan demikian ditemukan sistem nazar yang unik yaitu pembayaran untuk melakukan permintaan yang dianggap sebagai nazar. Keunikan berikut mengenai perjanjian dengan Tuhan lewat doa langsung tanpa persembahan berupa uang namun berupa pengabdian seperti yang tertulis dalam Alkitab tentang kisah Hanna.

Nazar yang dilakukan oleh salah seorang anggota Jemaat GMIT Efata Soe tentang kesulitan dalam melahirkan anaknya juga merupakan satu nazar lewat janji langsung dengan persembahan. Seperti yang dilakukan oleh Yefta dalam kisah hakim-hakim Israel. Menurut informan dalam proses menuju operasi persalinan. Dia berdoa dan didalam doa nya berisikan perjanjian dengan Tuhan. Informan adalah seorang ibu yang sedang mengandung, namun dokter memfonis ibu ini akan melahirkan secara sesar karena anak di dalam kandungan tidak tepat pada posisi nya. Namun dalam doa secara langsung ibu ini berkata “jika Tuhan berkenan saya ini melahirkan secara normal, maka saya akan memberikan persembahan kepada Tuhan, yaitu uang yang telah disiapkan untuk operasi sesar, biarlah diberikan sebagai bantuan bagi sekolah dasar luar biasa (SDLB)”.82 Tepat

80 Hasil wawancara dengan salah anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Daniel) Jan 2015. 81 Hasil wawancara dengan salah anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Yunus) Jan 2015. 82

(32)

21

pada waktu melahirkan ibu ini melahirkan dengan normal dan dia pun menepati nazar nya seperti yang dijanjikan sebelumnya.

Seorang ibu lainnya yang sangat mengharapkan anak sulung yang sedang dikandung nya ini kiranya berjenis kelamin laki-laki. Dia melakukan pergumulan di rumah setiap jam 12 tengah malam. Meski bukan hari minggu ibu ini pergi ke gereja dan terus berdoa, terkadang tidak mendapat kesempatan untuk masuk kedalam gedung gereja, ibu ini lalu berdoa di depan pintu gereja. Doa meminta kira nya Tuhan memberikan anak laki-laki, sebagai anak sulung. Dengan janji bahwa “jika Tuhan memberikan anak laki-laki sebagai yang sulung maka biarlah sepanjang hidup anak yang akan lahir ini, Tuhan pakai untuk pekerjaan kemuliaan Nama Tuhan. Perjanjian nazar seperti ini memerlukan tanggung jawab besar dalam mengarahkan anak ini dalam keharusan menepati janji nazar yang telah diucapkan orang tuanya.83

Janji langsung dalam hati dengan Tuhan juga dilakukan oleh seorang anggota jemaat, dengan tujuan agar dapat diangkat menjadi PNS setelah sekian lama tak mendapat perhatian untuk diangkat, dan tetap menjadi tenaga honorer di salah satu instansi pemerintah. Ketika menjadi tenaga honorer ibu ini telah berjanji bahwa jika Tuhan membuka jalan dan dia diangkat menjadi pegawai negeri sipil maka hasil pertama atau gaji pertama semua nya akan diberikan untuk Tuhan dan penghasilan di bulan yang kedua akan diberikan bagi orang tua. Inilah janji dengan Tuhan lewat satu ungkapan langsung dan ketika diangkat menjadi pegawai negeri sipil ibu ini menepati janji nazar nya. Hal ini dianggap sangat sakral karena merupakan perjanjian dengan Tuhan oleh karena itu harus ditepati. Informan ini juga menyatakan bahwa “nazar adalah sesuatu yang sangat sakral, bukan sesuatu yang dapat dipermainkan oleh karena itu ketika telah berjanji maka janji itu harus ditepati”.84

Nazar bagi mereka merupakan janji dengan Tuhan dan mereka imani, sangat yakin bahwa nazar pasti dijawab oleh Tuhan. Bahkan menurut mereka sebelum seseorang bernazar dia harus terlebih dahulu mengimani perjanjiannya pasti terjawab oleh Tuhan.85 Ada proses menunggu yang harus mereka jalani

83 Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Naomi) Jan 2015. 84 Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Heli) Jan 2015. 85

(33)

22

sambil terus bergumul dalam doa menanti jawaban Tuhan terhadap permintaan mereka. Dalam wawancara, seorang informan optimis dengan kepastian adanya jawaban atas permintaan dalam nazarnya. “Nazar bukan tidak di jawab, namun itu adalah jawaban Tuhan yang tertunda dan memerlukan kesabaran kita dalam menunggu jawaban Tuhan dan maksud Tuhan”.86

Proses menunggu dan bergumul tentang hal yang sama akan terus dilakukan hingga jawaban diberikan Tuhan. ini ditemukan dalam kasus seorang informan yang menunggu selama 25 tahun barulah mendapat jawaban atas permintaan yang disertai nazar yang dilakukan nya.

Bagi pelaku nazar, perjanjian dengan doa dan persembahan mereka dengan Tuhan ini adalah bersifat rahasia. Bahkan menurut beberapa informan yang diwawancarai, suami atau istri mereka saja tidak mengetahui akan perjanjian nazar apa yang telah mereka lakukan. Menurut salah seorang informan nazar yang digembar-gemborkan tidak berfaedah.87

Secara umum ditemukan dua bentuk nazar yaitu dengan berdoa yang di dalamnya ada janji sakral di sertai persembahan yang akan dibawa ke gereja pada hari minggu. Juga ada bentuk berikutnya yang merupakan bentuk perjanjian langsung dengan Tuhan baik itu secara oral atau pun didalam hati. Kesamaan bentuk praktik nazar ini adalah sama-sama wajib membayar janji dalam nazar yang telah dilakukan.

Mengenai tempat melangsungkan janji, para informan mengatakan bahwa nazar atau janji ini dapat dilakukan di mana saja. Mereka semua melakukan nazar sebagai hal yang lebih privasi. Seorang informan mengatakan bahwa nazar atau janji yang dilakukan oleh nya, hanya dia dengan Tuhan saja yang mengetahui. bahkan orang terdekat, suaminya sendiri tidak mengetahui hal itu.88

D. Gereja dalam menaggapi nazar yang dilakukan anggota jemaat

Gereja sebagai wadah pembinaan iman jemaat tentunya mempunyai andil besar dalam membentuk pola pemikiran jemaat tentang nazar. Sebelumnnya nazar

86 Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Danial) Jan 2015. 87 Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Heli) Jan 2015. 88

(34)

23

yang dipahami lewat ajaran turun-temurun dari orang tua namun juga berdasarkan pemahaman jemaat atas kisah-kisah dalam Perjanjian Lama tentang hal bernazar seperti kisah tentang Abraham, Hana, Yefta dan sebagainya. Dengan perkembangan pemahaman dan praktik nazar dalam jemaat, gereja sebagai wadah pembinaan iman memiliki pandangan terhadap perilaku bernazar yang dilakukan jemaat nya.

Berdasarkan hasil Penelitian yang difokuskan pada para pelayan dalam gereja yaitu para pendeta dan mejelis, nazar telah mendapat perhatian khusus. Dalam warta jemaat yang biasanya dibacakan setiap awal ibadah minggu juga tercantum ucapan terimakasih dari gereja terhadap jemaat yang telah memberikan persembahan syukur, nazar, dan perpuluhan serta sumbangan. Dalam warta jemaat ini hanya disebutkan nazar jemaat tanpa menyebutkan siapa dan apa yang dinazarkan. Adapun dalam laporan keuangan gereja persembahan perpuluhan, nazar, persembahan syukur juga dilaporkan dalam item tersendri, tidak digabungkan dalam persembahan minggu biasa.89 Ini menunjukan keberadaan persembahan nazar anggota jemaat telah diterima dan merupakan pengakuan gereja tantang nazar yang telah dilakukan oleh jemaatnya.

Menurut hasil wawancara dengan salah seorang informan yang berjabatan sebagai koster gereja yang biasanya turut bertugas menghitung kolekte atau persembahan masuk setiap hari minggu. Persembahan jenis nazar yang diberikan anggota jemaat biasanya pada amplop persembahan mereka telah tertulis “nazar”.90

Nazar adalah tindakan iman91 seseorang dalam bentuk janji dengan Tuhan yang bersifat mengikat dan harus ditepati. Janji ini terkait permohonan dan persembahan yang dijanjikan pada Tuhan. Ketika di kemudian hari setelah sesuatu niat atau pergumulan terkabulkan.92 Dalam ungkapan nazar terdapat permohonan sesorang yang meminta pada Tuhan, dan lewat nazar ada harapan besar permintaan itu dapat terkabulkan. Nazar dapat digunakan dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup. Nazar juga merupakan akta iman seseorang dalam

89

Hasil obsevasi pada warta jemaat GMIT Efata Soe. Jan 2015. 90 Hasil wawancara terhadap koster gereja (Pak Dek Ully) Jan 2015.

91 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pak Sumarsono S) Jan 2015.

92

(35)

24

membangun relasi dengan Tuhan, karena itu nazar harus didasarkan pada ketulusan hati dan kerendahan hati, meski demikian nazar bukan sesuatu yang wajib dibayar dengan bentuk persembahan atau pemberian khusus namun juga dapat berwujud perubahan sikap dan perbuatan bahkan lewat pengabdian diri nazar dapat dibayar. Namun yang harus selalu diingat bahwa apa yang dijanjikan itulah yang dibayarkan93

Di dalam Warta Jemaat GMIT Efata Soe, sudah menunjukan sikap gereja yang menyetujui nazar yang dilakukan dalam jemaat. Kebanyakan dari majelis dan pendeta menyatakan setuju dengan bersyarat tentang praktik nazar dalam jemaat GMIT Efata Soe di karenakan bersumber dari Alkitab. Menurut seorang pendeta di GMIT Efata Soe perilaku nazar ini juga mendorong jemaat untuk berkomitmen dengan Tuhan secara pribadi, dengan demikian tercipta komunikasi yang baik dengan Tuhan.94 Lewat perilaku bernazar dapat diketahui bahwa jemaat meyakini tentang kemahakuasaan Tuhan. Serta lewat bernazar seseorang dapat menyadari keterbatasan dirinya sebagai manusia, dan hanya pada Tuhan adalah pihak yang tepat untuk mengadu atau mempertaruhkan hidup sambil berpengharapan.95 Salah seorang pendeta yang setuju dengan nazar ini dipraktikan oleh jemaat GMIT Efata Soe. Menurutnya “nazar ini adalah sebuah bentuk devosi dalam ibadah Kristen, terutama ketika seseorang hendak melakukan sesuatu yang dianggap peting atau besar yang menentukan masa depan nya.96

Berdasarkan hasil penelitian, seorang majelis di jemaat GMIT Efata Soe bahwa kurang setuju dengan hal semacam ini, karena dianggap pemaksaan secara halus pada Tuhan untuk mengabulkan doa mereka. Pernyataan dari majelis ini juga tentang nazar yaitu apa bila permohonan itu baik hasil nya jika permohonan itu berisi hal baik.97

Dalam menyikapi nazar yang dilakukan dalam jemaat GMIT Efata Soe, gereja sebagai landasan spiritual dari jemaat memberi respon positif dengan cara turut memberi dukungan doa terhadap semua pergumulan dalam nazar yang

93 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Sara F) Jan 2015. 94

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Sumarsono S) Jan 2015.

95 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Salatial B) Jan 2015. 96 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Yeni M) Jan 2015. 97

(36)

25

dilakukan oleh jemaatnya. Menurut salah seorang pendeta di jemaat GMIT Efata Soe, gereja sebagai corong kebenaran harus menyampaikan makna, arti dari nazar ini agar dapat dipahami oleh umat melalui pemberitaan firman, khotbah, suara gembala, atau sosialisasi. Gereja harus bisa merubah pandangan jemaat yang telah salah tentang nazar, seolah-olah Allah dapat disogok dengan materi atau benda yang diberi agar permintaan nya terkabulkan.98 Menurut Pak Dek Ully yang biasanya turut dalam penghitungan kolekte yang masuk, persembahan nazar dari jemaat jumlah nya tidak tentu, namun yang terkadang mengherankan dalam amplop persembahan nazar terkadang berisi obat-obatan, pakian dalam wanita. Menyikapi ini seperti hasil wawancara dengan salah seorang anggota majelis, bahwa hal ini memang terjadi dan gereja mempunyai tugas untuk memberikan pengertian yang benar tentang nazar ini. sehingga tidak muncul salah pengertian tentang hal ini.99

Menurut hasil wawancara dengan pendeta GMIT Efata Soe, tindakan kongkrit gereja dalam mengembangkan iman jemaat melalui kebiasaan jemaat yang melakukan nazar dengan mengadakan pembinaan warga gereja tentang nazar ini.100 Gereja harus memberikan pemahaman yang benar tentang nazar itu lewat khotbah pada ibadah rumah tangga mau pun ibadah minggu, atau lewat pemahaman Alkitab, persekutuan Doa.101 Menurut salah seorang pendeta jemaat GMIT Efata Soe, banyak jemaat yang memahami nazar semacam transaksi pribadi dengan Tuhan “apa yang diinginkan harus dikabulkan Tuhan” ini adalah sikap memaksa Tuhan.102 Kebiasaan ini harus diarahkan agar jemaat tidak mendasari pemahaman pada “do out des” yaitu memberi untuk menerima sebab Tuhan dalam kemurahan Nya, dapat memberi bukan sesuai keinginan manusia tetapi dalam kasih dan kehendak Nya yang bebas dan berdaulat.103

98 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Belandina P) Jan 2015. 99 Hasil wawancara dengan Anggota Majelis Jemaat GMIT Efata Soe (Ibu Heldrianty T) Jan 2015.

100

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Sarah F) Jan 2015. 101 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Saltaial B) Jan 2015. 102 Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt Sumarsono S) Jan 2015.

103

(37)

26

IV. PEMBAHASAN

A. Nazar dalam pemahaman dan praktik di Jemaat GMIT Efata Soe

Proses menjalani hidup selalu saja ditemukan persoalan-persoalan yang begitu berat dan susah untuk dilalui. Hal ini membuat manusia berusaha untuk tetap bertahan. Mereka pun memilih jalan spriritual di mana manusia melibatkan sosok berkuasa atau yang transenden untuk terlibat mengeluarkan mereka dari persoalan-persoalan kehidupan tersebut. Seperti pernyataan Roland Robertson dalam buku nya Agama dan Analisa dan Interpretasi Sosiologi, "manusia hidup dan berada di dalam dunia dengan situasi yang dihadapinya, akan tetapi di sisi lain ia menempatkan kepercayaannya sebagai pedoman dalam menjawab problematika yang ia hadapi.104 Nazar adalah salah satu cara melibatkan sosok transenden itu agar memperoleh jalan keluar dari masalah. Nazar yang mereka lakukan merupakan satu proses harmenutika kehidupan seperti pernyataan Fowler di mana jemaat telah menjalani kehidupan dan menemukan dokumen-dokumen kehidupan yang menyusun paham dogma bagi mereka.105

Nazar yang dilakukan oleh jemaat GMIT Efata Soe telah membudaya. Budaya ini telah melewati proses pewarisan. Mengenai praktik nazar, bagaimana melakukan nya, hal ini telah diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya nya dan selanjutnya diteruskan dari generasi ke generasi. Dari masyarakat seorang individu memperoleh pengetahuan yang digunakan untuk berburu, berbicara, bersumpah, mengubur anggota keluarga, dan sebagainya.106 Pewarisan yang terjadi telah membudaya dan menjamur dalam kehidupan jemaat, hal ini juga terjadi di zaman Israel kuno. Banyak kebudayaan di Timur Tengah saat itu yang mirip dengan nazar. Bahkan nenek moyang orang Timor-Dawan, mereka juga pernah melakukan tradisi persembahan yang mirip dengan nazar yang di kenal dengan Fuah Pah, tradisi ini merupakan satu tradisi mempersembahkan kurban bagi penguasa bumi dan pemberi kesuburan (Uis Pah), terkadang mereka juga

104 Roland Robertson, Agama dan Analisa & Interpretasi Sosiologi, (Jakarta : Rajawali, 1988),5.

105 Supratiknya A. (eds), Teori Perkembangan Kepercayaan: karya -karya Penting James W. Fowler, (Yogyakarta: Kanisius, 1995),21.

Referensi

Dokumen terkait

Dari kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa maksud dari penelitian ini merupakan sesuatu yang belum di ketahui sehingga menggerakkan penulis untuk mencari pemecahannya

Berdasarkan dari hasil penelitian dilapangan tentang Implementasi Kebijakan Pengaturan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya (Studi

fl uktuasi harga yang ada tidak memiliki gap yang terlalu tinggi, (2) RPA dan pelanggan RPA untuk meninjau ulang proses produksinya untuk memperbaiki nilai-nilai dari faktor input

Mengerti dan memahami konsep dasar perencanaan geometrik jalan raya, yakni: klasifikasi jalan, penampang melintang jalan, kriteria perencanaan, alinyemen

madu yang berasal dari dalam negeri. adalah produk madu yang

mengatur laba rugi mereka untuk memperkecil pembayaran pajak penghasilan. Sedangkan untuk kondisi di Indonesia penelitian perubahan tarif pajak Pajak badan sudah

26 ayat (2) dan pasal 27 ayat (3) Peraturan Pemerintah ini dinyatakan secara tegas bahwa Pemegang Kuasa Pertambangan yang telah memenuhi kewajiban – kewajiban iurannya

terdapat seleksi dibagian-bagian yang telah kita tandai pada saat di Edit Quick Mask tadi, lalu pada menu pilih Select, Inverse atau memakai shortcut pada keyboard dengan