• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG dan Tidak Mulok

YANG MEMPENGARUH

2. Ibu Siswa

2.5 Kategori Pengetahuan Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG dan Tidak Mulok

3.4.3 Sikap Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa Mulok Ilmu Gizi Berbasis MTG dan Tidak Mulok

Terdapat perbedaan yang nyata sikap siswa dengan ibu siswa dan sikap siswa dengan nenek siswa. Sementara terlihat pula perbedaan antara sikap ibu siswa dan sikap nenek siswa tetapi tidak berbeda secara nyata. Selanjutnya pada Tabel 38 menunjukkan bahwa semakin muda seseorang maka sikap suka pada MTG semakin rendah artinya kemungkinan kekuatan sikap suka yang melekat pada nenek siswa belum dipengaruhi oleh keadaan materialistik dan teknologi. Sehingga penampilan MTG dipandang lebih oleh nenek siswa dari pada ibu siswa dan siswa. Secara sederhana dan menarik bahwa penampilan MTG tidak kalah dengan makanan modern. Alasan suka MTG karena penampilan, memang sebagai sebuah implikasi rasa kepemilikan pada MTG yang merupakan pandangan secara umum dari luar MTG tersebut. Sementara terkstur merupakan kerenyahan atau kekenyalan MTG pada saat digigit atau dikunyah yang dapat menunjukkan perbedaan dengan makanan lainnya. Tentu saja penilaian yang diberikan oleh para nenek siswa adalah tertinggi dibandingkan dengan ibu siswa dan siswa. Alasan selanjutnya adalah aroma khas MTG yang tentunya berhubungan dengan bahan- bahan makanan yang digunakan apakah jenisnya, kesegarannya, takarannya, termasuk proses pemasakannya yang semuanya merupakan sebuah kesatuan filosofi yang dimiliki. Nilai rata-rata aroma khas menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa dengan ibu siswa, siswa dengan nenek siswa. Sementara antara ibu siswa dengan nenek siswa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada nilai aroma khas.

Alasan sikap suka MTG yang mempunyai pengaruh terbesar dari alasan lainnya yakni karena cita rasa. Cita rasa yang dimiliki MTG benar-benar sulit terduplikasi dengan makanan lainnya. Cita rasa ini lahir dari akumulasi proses persiapan dan pemasakan makanan. Alasan selanjutnya adalah menyehatkan yang merupakan alasan terendah pada ketiga golongan contoh ini. Menurut Zakaria dan Andarwulan (2001) bahwa banyak hasil penelitian mengenai makanan tradisional

76

yang ternyata hampir semua bahan makanan yang digunakan secara tradisional maupun resep-resep makanan tradisional Indonesia mempunyai khasiat terhadap kesehatan karena mengandung satu atau lebih komponen senyawa yang mempunyai sifat fungsional terhadap satu atau lebih reaksi metabolisme dan biokimia yang esensial bagi tubuh.

Pernyataan yang diberikan baik oleh siswa, ibu siswa, dan nenek siswa tentang MTG dapat menyehatkan adalah berbeda. Terlihat semakin muda semakin rendah alasan suka karena menyehatkan. Ini penting untuk dilakukan pengkajian secara detail berdasarkan pandangan masyarakat khususnya yang lebih tua sehingga akan menambah bahan referensi dalam pelestarian dan pengembangan MTG melalui mata pelajaran muatan lokal ilmu gizi berbasis MTG. Pembelajaran ini dapat merupakan salah satu solusi terbaik untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta implikasinya masyarakat secara berkesinambungan. Lihat Tabel 38.

Tabel 38 Rata-rata nilai sikap siswa, ibu siswa dan nenek siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan komponen sikap

Komponen sikap Siswa Ibu Nenek Signifikan

Suka 42.07±21.12a 55.74±33.94b 58.85±39.93b 0.000 Penampilan 41.04±20.86a 54.57±32.30b 58.06±39.81b 0.000 Tekstur 40.19±20.63a 54.72±33.03b 57.64±39.02b 0.000 Aroma khas 41.85±21.11a 55.40±33.87b 58.59±40.10b 0.000 Cita rasa 42.71±21.45a 56.13±34.86b 59.08±40.10b 0.000 Menyehatkan 40.15±21.20 a 53.72±33.85b 56.89±39.18b 0.000 Mudah diperoleh 41,73±21.02a 54.36±33.14b 57.31±38.20b 0.000 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Sikap suka MTG dengan alasan karena mudah diperoleh mempunyai perbedaan yang nyata antara siswa dengan ibu siswa dan antara siswa dengan nenek siswa. Perbedaan ini kemungkinan terjadi karena intensitas ibu dan nenek ke tempat penjualan MTG lebih tinggi dibandingkan dengan siswa. Juga ini merupakan ingatan dalam mengakses atau memperoleh MTG. Sementara antara ibu siswa dan nenek siswa tidak terjadi perbedaan yang nyata tentang alasan tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena keduanya adalah pelaku utama dalam pengadaan atau pembelian bahan MTG. Ini terlihat pada semua kabupaten/kota yang menunjukkan bahwa ketersediaan MTG itu ada, baik jenis makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan snack/kue. Makanan tradisional Gorontalo ini dijual di pasar, restoran, warung/rumah makan, kaki lima, toko ole-ole dan di mall. Namun sangat disayangkan bahwa keragaman MTG yang dijual ini masih kurang dibandingkan dengan makanan lain atau produk instan lainnya. Malah ada mall yang terbesar di Gorontalo tidak menyediakan MTG, tetapi menyediakan produk makanan dari luar daerah lainnya serta produk impor. Sementara untuk hotel-hotel tertentu menyediakan MTG hanya berdasarkan pemesanan dari konsumen dan itu pun pihak hotel bukan membuat sendiri tapi dipesan dari para produsen di luar hotel. Dengan demikian berdasarkan wawancara dan observasi ada juga hotel yang mempunyai restoran menyediakan MTG 2-3 kali dalam seminggu.

77

Keadaan sikap konsumsi MTG terlihat bahwa nenek siswa cenderung mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu siswa dan siswa (Tabel 36, 37 dan 38), sehingga terlihat bahwa semakin muda semakin rendah sikap suka terhadap MTG. Alasan suka ini ditunjukan pula oleh keadaan alasan yang sama yaitu bahwa semakin muda semakin rendah pula rata-rata nilai alasan suka tersebut yang meliputi karena penampilan, tekstur, aroma yang khas, cita rasa, menyehatkan dan mudah diperoleh. Artinya, bahwa keadaan ini telah membuktikan adanya perubahan sikap tentang MTG pada masyarakat Gorontalo.

4. Praktik Konsumsi MTG

Setelah seseorang bersikap dengan berbagai alasannya maka ada kecenderungan untuk melakukan tindakan atau praktik. Praktik ini akan terlaksana ketika tersedia objek dalam hal ini fasilitas atau sarana untuk dilakukannya tindakan. Selanjutnya praktik perilaku konsumsi MTG yang dimaksudkan adalah praktik siswa, ibu siswa dan nenek siswa dalam frekuensi mengonsumsi MTG setiap hari, minggu, bulan, dan tahun. Ada 80 jenis menu MTG yang akan dijelaskan berdasarkan frekuensi konsumsi perhari, minggu, bulan dan tahun.

4.1 Siswa

Frekuensi konsumsi MTG siswa mulok dan tidak mulok pada umumnya berbeda nyata (p<0,05), dengan total rata-rata dalam setahun untuk contoh siswa mulok 1849,38±901,43 kali dan 1596,46±888,194 kali pada tidak mulok. Untuk frekuensi setiap hari, minggu, bulan dan tahun seperti berikut ini. Lihat Tabel 39.

Frekuensi konsumsi MTG setiap hari dalam setahun pada siswa mulok dan tidak mulok tidak berbeda secara nyata (p>0,05). Namun menandakan adanya kecenderungan peningkatan frekuensi konsumsi MTG siswa mulok. Untuk frekuensi konsumsi perminggu adalah berbeda nyata (p<0,05) dan perbedaan ini kemungkinan berhubungan dengan aktivitas siswa dari rumah ke sekolah, yaitu karena ketersediaan MTG yang baik di sekolah dan juga adanya pemahaman pada siswa mulok tentang MTG yang mendukung praktik mereka dalam konsumsi MTG tersebut.

Tabel 39 Rata-rata frekuensi konsumsi MTG siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan frekuensi perhari, minggu, bulan dan tahun

Frekuensi konsumsi MTG Siswa mulok Siswa tidak mulok Sig (2-tailed)

Hari 1195.2±820.7a 993.29±927.76a 0.060

Minggu 581.52±334.68a 356.47±238.43b 0.000

Bulan 68.24±67.59a 44.13±43.136b 0.000

Tahun 4.43±5.08a 2.57±2.94b 0.000

Total dalam setahun 1849.38±901.43a 1596.46±888.194b 0.000 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Rata-rata konsumsi MTG setiap bulan terdapat perbedaan yang nyata dengan rata-rata 68,24±67,59 (berkisar 5-6) kali pada siswa mulok dan 44,13±43,13 (berkisar 3-4) kali pada tidak mulok. Konsumsi setiap bulan itu biasanya berhubungan dengan kegiatan-kegiatan perayaan hari besar agama, acara

78

adat istiadat, juga kesadaran mengonsumsi MTG itu sendiri. Temuan Eliawati et al. (2001) yang hanya meneliti frekuensi konsumsi pangan tradisional dalam sebulan pada remaja di kota Bogor adalah 5,4 kali/bulan makanan lengkap; 7,3 kali/bulan makanan kudapan dan 9,5 kali/bulan minuman yang dapat dirata- ratakan 7,4 kali/bulan atau 7-8 kali/bulan.

Demikian pula halnya yang terjadi pertahun yaitu berbeda nyata frekuensinya antara siswa yang mengonsumsinya. Ini juga dapat menandakan keadaan kemampuan dalam mengadopsi MTG itu sendiri bagi yang mengonsumsinya karena telah mengalami proses pembelajaran tentang MTG tersebut. Proses pembelajaran ini dapat meningkatkan pengetahuan MTG dan dengan pengetahuan tersebut telah meningkatkan pula sikap tentang MTG yang akhirnya mereka mempraktikkannya lebih sering dibandingkan tidak mulok. Keadaan ini menandakan bahwa siswa mulok mempunyai perilaku praktik konsumsi MTG yang lebih baik dibandingkan dengan tidak mulok.

4.2 Ibu Siswa

Frekuensi konsumsi MTG ibu siswa mulok dan tidak mulok berbeda secara nyata (p<0,05). Adapun rata-ratanya adalah 1716,13±1442,38kali pada ibu siswa mulok dan 1390,76±1037,77 pada tidak mulok. Namun terlihat ada perbedaan frekuensi konsumsi MTG yang terjadi pada waktu perminggu. Kemungkinan ini terjadi oleh karena ibu siswa mulok dan tidak mulok memiliki perbedaan lama pendidikan berbeda nyata (p<0,05) yang berdampak pada perbedaan praktik. Lihat Tabel 40.

Tabel 40 Rata-rata frekuensi konsumsi MTG ibu siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan frekuensi perhari, minggu, bulan dan tahun

Frekuensi konsumsi MTG Ibu siswa mulok Ibu siswa tidak mulok Sig (2-tailed)

Hari 980.49±1418.88a 809.24±1020.27 a 0.227

Minggu 670.90±429.12 a 523.08±365.16b 0.001

Bulan 62.67±67.43 a 56.53±55.33 a 0.386

Tahun 2.07±4.07 a 1.91±3.51 a 0.707

Total dalam setahun 1716.13±1442.38 a 1390.76±1037.77b 0.025

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

4.3 Nenek Siswa

Nenek siswa memiliki pengetahuan nama MTG yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu siswa dan siswa itu sendiri, namun dalam praktiknya belum tentu mereka yang akan melakukannya lebih banyak pula. Kemungkinan selain karena usia para nenek siswa yang sudah lanjut. Menurut De Boer et al. (2013) bahwa pada usia lanjut (lebih dari 65 tahun) penuaan memiliki beberapa konsekuensi diantaranya perubahan fisiologis yang berhubungan dengan asupan makanan seperti anorexia.

79

Tabel 41 Rata-rata frekuensi konsumsi MTG nenek siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan frekuensi perhari, minggu, bulan dan tahun

Frekuensi konsumsi MTG Nenek siswa mulok Nenek siswa tidak

mulok Sig (2-tailed)

Hari 913.69±1132.09 a 972.53±1344.83 a 0.680

Minggu 531.56±401.79 a 522.05±442.24 a 0.840

Bulan 75.29±82.16 a 70.34±73.39 a 0.579

Tahun 2.80±4.44 a 2.48±4.28 a 0.518

Total dalam setahun 1523.35±1269.14 a 1567.41±1327.69a 0.767 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Secara keseluruhan ditemukan tidak ada perbedaan yang nyata rata-rata frekuensi konsumsi MTG (p>0,05) contoh nenek siswa mulok dan tidak mulok. Ini terlihat bahwa dalam setahun frekuensi konsumsinya ada 1523,35±1269,14 kali pada contoh nenek siswa mulok dan 1567,41±1327,69 kali tidak mulok. Demikian pula untuk frekuensi konsumsi MTG perhari, minggu, bulan dan tahun tidak ditemukan perbedaan yang nyata. Lihat Tabel 41.

4.4 Praktik MTG Contoh Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa

Praktik konsumsi MTG perhari pada contoh siswa, ibu siswa dan nenek siswa adalah berbeda-beda. Dari 80 jenis menu MTG, ada 32,50% MTG yang dikonsumsi oleh contoh siswa perhari sementara pada ibu dan nenek masing- masing adalah 26,25% dan 30%. Konsumsi contoh ibu siswa perminggu sebanyak 60% jenis menu MTG, sementara pada siswa dan nenek masing-masing 47,5% dan 50%. Lebih lanjut, untuk jenis menu yang terbanyak dikonsumsi perminggu yaitu sebanyak 60% MTG. Yang menarik Konsumsi MTG perbulan, terbanyak adalah pada contoh nenek siswa yaitu ada 56,25% MTG. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 42.

Tabel 42 Jumlah MTG yang dikonsumsi contoh siswa, ibu siswa dan nenek siswa perhari, minggu, bulan dan tahun berdasarkan jenis MTG

Jenis MTG

Hari Minggu Bulan Tahun

Siswa Ibu Nenek Siswa Ibu Nenek Siswa Ibu Nenek Siswa Ibu Nenek

Makanan pokok 5 3 6 8 7 7 7 6 8 7 2 3 Lauk pauk 3 3 7 5 9 8 8 8 9 8 5 2 Sayuran 4 6 3 2 6 6 3 3 4 3 0 0 Snack/kue 14 9 8 23 26 19 20 19 24 19 11 14 Total 26 21 24 38 48 40 38 36 45 37 18 19 % total 32.50 26.25 30.00 47.50 60.00 50.00 47.50 45.00 56.25 46.25 22.50 23.75

4.4.1 Frekuensi Konsumsi MTG Contoh Siswa, Ibu Siswa dan Nenek Siswa