BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan,
peneliti menyusun instrumen-instrumen yang akan digunakan baik
untuk pertemuan I maupun pertemuan II. Setelah instrumen selesai
disusun, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing,
kepala sekolah dan juga kepada wali kelas. Peneliti menyusun
lembar wawancara guru, media pembelajaran, serta instrumen tes
evaluasi siklus I. Selanjutnya, peneliti menentukan jadwal
pelaksanaan tindakan siklus I.
b. Pelaksanaan 1) Pertemuan 1
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Jumat, 12
April 2013. Submateri yang dibahas pada pertemuan ini adalah
tentang peristiwa sebelum proklamasi. Kegiatan pembelajaran
dimulai dengan salam pembuka. Guru menyiapkan kondisi siswa
dan kelas sebelum memulai pembelajaran. Kemudian guru
mengajak siswa menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar” dan
bertanya jawab tentang lagu tersebut. Lagu tersebut dinyanyikan
sebagai pengantar masuk ke materi pelajaran yang akan dicapai.
Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu.
Selain itu guru juga bertanya jawab tentang pelajaran yang telah
lalu.
Pada kegiatan inti, guru membagi siswa ke dalam 4
kelompok. Setiap siswa dibagikan LKS, di dalam LKS tersebut
berisi serentetan kegiatan yang akan dilakukan siswa. LKS
tersebut memuat naskah role play, latihan soal, dan lembar refleksi yang diisi di akhir pelajaran. Seluruh kegiatan belajar
dalam LKS tersebut dilaksanakan sesuai urutan dan dengan
bimbingan guru.
Siswa membaca naskah role play, kemudian berdiskusi
dengan kelompoknya untuk membahas latihan soal. Saat
membaca naskah role play, siswa mengalami kesulitan untuk membaca prolog dalam naskah role play karena pemilihan jenis huruf yang tidak bisa dibaca oleh siswa. Siswapun bertanya pada
guru dan guru menjelaskannya. Guru berkeliling mengamati
siswa dan mengarahkan siswa. Siswapun melanjutkan membaca
naskah role play dan berdiskusi mengerjakan LKS serta mengambil kesimpulan dalam kelompok. Saat berdiskusi, karena
jumlah anggota kelompok terlalu banyak membuat kegiatan
diskusi tidak maksimal. Ada siswa yang diam dalam kelompok
ketika berdiskusi.
Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
Ketika guru mempersilakan siswa untuk presentasi kelompok,
siswa tanpa malu-malu berebut untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas. Meskipun mengenai tata
cara presentasi masih diajarkan oleh guru, tapi setidaknya siswa
sudah memiliki keberanian untuk presentasi di depan kelas.
Kelompok lain dipersilahkan memberi tanggapan atau bertanya
mendapat giliran, namun hasil kesimpulan semua kelompok
sama. Presentasi di depan kelas juga dilakukan oleh kelompok
lain. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas. Guru bersama siswa lain memberi tepuk tangan untuk
memberi penghargaan pada siswa yang melakukan presentasi di
depan kelas. Seusai presentasi kelompok, guru mengajak siswa
membuat kesimpulan dari seluruh jawaban tiap kelompok.
Setelah itu guru memberi pengarahan tentang rencana role play pada pertemuan selanjutnya. Guru menunjuk beberapa siswa untuk memerankan tokoh dalam role play yang akan dilakukan. Siswapun memberi tepuk tangan saat setiap siswa ditunjuk untuk
memerankan tokoh dalam role play. Guru juga memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang
belum dipahami. Pada kegiatan akhir, siswa mengisi lembar
refleksi yang tersedia pada LKS. Kemudian pembelajaran diakhiri
dengan salam penutup.
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua, dilaksanakan pada tanggal 16 April 2013.
Pada pertemuan kedua ini, siswa memainkan role play tentang peristiwa sebelum proklamasi di depan kelas. Kegiatan diawali
dengan salam pembuka. Guru menyiapkan kondisi siswa dan
kelas. Pada saat itu kelas dipindah ke ruang tari karena sedang
tentang pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Guru juga
menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan kedua ini. Siswa diingatkan kembali tentang rencana
role play yang akan dilakukan. Kemudian guru memberi penjelasan tentang aturan dalam pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Guru membagikan papan nama tokoh pada siswa yang
bertugas memainkan role play. Sedangkan siswa yang tidak ikut memainkan role play dibagikan lembar kerja yang harus diisi. Siswa yang memainkan role play berkumpul pada tempat yang sudah disediakan guru. Siswa yang lain memperhatikan dan
mengerjakan lembar kerja yang sudah diperoleh. Pada role play
yang pertama ini agak kacau karena ada siswa yang belum siap
ketika ia mendapat giliran untuk memerankan perannya. Ruangan
yang digunakan juga lebih sempit dari ruang kelas V.
Setelah selesai role play, guru dan siswa bertanya jawab tentang jalanya role play. Pembelajaran dilanjutkan dengan berkumpul dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya. Setiap
kelompok mendapatkan LKS dan dikerjakan secara berkelompok
melalui diskusi. Setelah semua selesai, guru bertanya jawab
tentang materi yang sudah dipelajari dan materi yang belum
Siswa kemudian dibimbing untuk membuat kesimpulan
tentang hal-hal yang sudah dipelajari. Siswa dibagikan soal
evaluasi dan dikerjakan sebagai nilai kognitif siswa pada siklus I.
Pada akhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi
tentang kegiatan pembelajaran pada pertemuan tersebut. Guru
menyampaikan pada siswa untuk mempelajari materi pada untuk
pertemuan selanjutnya. Kemudian pembelajaran diakhiri dengan
salam penutup.
c. Observasi
Kegiatan observasi, peneliti lakukan dengan dibantu teman
sebaya dan juga guru kelas. Guru dan peneliti mengamati keaktifan
siswa, aspek afektif, dan aspek psikomotorik siswa saat pembelajaran
berlangsung. Kegiatan observasi ini selalu mengacu pada lembar
observasi keaktifan siswa, dan instrumen penilaian aspek afektif dan
psikomotorik. Selain observasi, peneliti juga melakukan pengumpulan
data dengan cara wawancara dengan guru kelas untuk memperkuat
data yang peneliti peroleh.
Dari hasil observasi pertemuan I, terdapat beberapa siswa yang
belum bekerjasama dalam kelompok. Masih terlihat beberapa siswa
yang kurang aktif saat melakukan diskusi kelompok. Namun siswa
terlihat antusias dan saling berebut saat diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Pada pertemuan
pembelajaran. Selain itu, guru terlihat tegang dalam menyampaikan
pembelajaran.
Hasil observasi pertemuan kedua, ada siswa yang masih terlihat
malu untuk memerankan tokoh dalam role play. Beberapa siswa masih belum hafal dengan naskah yang diperankan sehingga masih
terpaku pada naskah role play. Ada pula siswa yang belum siap saat mendapat giliran memerankan tokoh dalam role play. Sehingga perlu diingatkan dan dipangil siswa tersebut, saat ia mendapat giliran
memerankan tokoh dalam role play di depan kelas. Pada pertemuan ini pembelajaran dilakukan di ruang tari yang luasnya lebih sempit
dari kelas biasanya. Hal ini membuat siswa tidak leluasa untuk
bergerak.
Beberapa siswa yang pada perteman I kurang aktif saat
berdiskusi, sudah mulai berpartisipasi dan aktif ketika berdiskusi
dengan teman kelompok. Kegiatan diskusi kelompok dilakukan
dengan duduk melingkar di atas tikar. Guru juga sudah tidak terlalu
sering membaca RPP untuk membaca langkah pembelajaran
berikutnya. Selain itu, guru sudah tidak begitu tegang seperti pada
pertemuan I. Hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa keaktifan
siswa termasuk dalam kategori aktif yaitu sebesar 79,45% siswa aktif
dari keadaan awal 43,41% siswa aktif, yang termasuk kategori tidak
aktif. Sedangkan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
mencapai KKM meningkat dari keadaan awal 53,09% menjadi
93,54%.
d. Refleksi
Siklus I pertemuan pertama ini sudah sesuai dengan alokasi
waktu yang telah ditentukan. Metode yang digunakan membuat siswa
aktif. Namun, guru terlihat masih kaku dan belum hafal dengan RPP
yang sudah disediakan. Sehingga guru masih sering melihat RPP
untuk membaca kegiatan pembelajaran selanjutnya. Pembagian
kelompok dengan jumlah siswa yang terlalu banyak membuat
kegiatan diskusi dalam kelompok tidak maksimal. Masih terdapat
siswa yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi. Selain itu ada juga
siswa yang mengobrol dengan temannya saat kegiatan diskusi
berlangsung. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, jumlah
kelompok harus diperbanyak, dengan begitu anggota
kelompoknyapun menjadi lebih sedikit. Hal ini dimaksudkan agar
semua siswa aktif dalam pembelajaran, terlebih lagi saat berdiskusi
dalam kelompok.
Banyaknya observer dan kegiatan pembelajaran direkam dan
difoto menggunakan kamera, membuat siswa terkadang gaduh dan
tidak alami saat belajar. Siswapun ada yang narsis di depan kamera.
Selain itu juga membuat guru tegang. Untuk mengatasi hal tersebut,
observer akan ada yang mengamati keaktifan siswa di dalam dan di luar kelas.
Selain itu ada jenis huruf yang dipilih peneliti untuk menulis
naskah role play, yang menyebabkan beberapa siswa kesulitan dalam membacanya. Sehingga siswa sering bertanya pada guru saat
menemui kata yang kurang dimengerti. Gurupun memberi saran pada
peneliti agar memilih jenis huruf yang mudah dibaca pada naskah role play untuk siklus selanjutnya. Untuk itu akan dilakukan perbaikan pada siklus ataupun pertemuan selanjutnya.
Pada siklus I pertemuan kedua ini, kegiatan pembelajarannya
berbeda dengan pertemuan pertama. Pada pertemuan ini, siswa
memainkan role play yang sudah disiapkan sebelumnya. Dalam memerankan role play, masih terdapat siswa yang kurang memerhatikan sehingga saat ia mendapat giliran masih harus
dipanggil oleh teman yang lain. Tidak semua siswa percaya diri dan
serius saat memerankan tokoh dalam role play. Terdapat siswa yang tidak ikut memerankan tokoh dalam role play menjadi pasif dan menertawakan temannya yang sedang melakukan role play. Untuk itu guru perlu mengingatkan siswa yang tidak ikut memerankan tokoh
dalam role play. Selain itu, perlu latihan lebih matang lagi agar pelaksanaan role play lebih lancar pada siklus selanjutnya.
Kegiatan berdiskusi juga lebih baik, karena siswa berdiskusi
secara melingkar yang memudahkan siswa untuk berdiskusi dalam
kelompoknya. Meskipun dilakukan di ruang tari yang ukurannya lebih
diskusi. Ketika akan mengerjakan soal evaluasi, siswa mengerjakan
dengan tertib dan tenang, tidak ada siswa yang bergurau dan bertanya
pada teman.
Pada siklus I ini, indikator keberhasilan yang sudah dicapai
meliputi dua variabel yaitu keaktifan dan prestasi belajar. Keaktifan
siswa diukur dengan persentase siswa yang aktif yaitu sebesar 79,45%
dari target 70% dengan kondisi awal 43,41%. Prestasi belajar diukur
dengan rata-rata nilai ulangan dan persentase jumlah siswa yang
mencapai KKM. Rata-rata nilai ulangan pada siklus I adalah 76,14
dari target 75 dengan kondisi awal 62,02. Sedangkan persentase
jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 93,54% dari target 80%
dengan kondisi awal 53,09%.
Meskipun tingkat keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa
sudah mengalami peningkatan, namun capaian akhir indikator
keberhasilan belum terpenuhi. Hal ini mendorong peneliti untuk
melakukan tindakan siklus II. Peneliti akan melakukan beberapa usaha
untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus II dengan berlandaskan
pada hasil refleksi siklus I, dengan harapan tingkat keaktifan dan
prestasi belajar siswa jauh lebih meningkat dibandingkan pada siklus
I. Usaha-usaha tersebut antara lain :
1) Membagi siswa ke dalam kelompok yang lebih kecil. Dengan
demikian, peneliti berharap semua siswa dapat aktif kerja dalam
2) Peneliti akan memperbaiki penulisan LKS dengan menganti jenis
huruf yang mudah dibaca siswa.
3) Pengamatan keaktifan akan dilakukan di dalam kelas dan di luar
kelas, sehingga mengurangi kegaduhan siswa saat direkam
ataupun difoto.
4) Persiapan role play lebih dimatangkan.