• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Iklan sabun Lux adalah salah satu produk sabun mandi yang dijual oleh produsen kepada konsumen yang disampaikan melalui media cetak maupun media elektronik. Dalam tampilan produk yang dipasarkan melalui media cetak maupun media elektronik selalu menghadirkan tubuh wanita sebagai objek daya tarik suatu produk.

Bahasa tubuh wanita cantik dan ideal yang tampilkan dalam media cetak iklan Lux Magic Spell pada majalah Femina dan Lux Slik Nourshment pada majalah Kartini sebagai bentuk daya tarik konsumen agar mau mengkonsumsi produk sabun Lux. Tubuh wanita yang ideal tidak lain berupa modal yang di dalamnya memiliki nilai tanda atau nilai simbol . Nilai tanda atau simbol yang melekat pada tubuh wanita sebagai syarat untuk dinilai memiliki cita rasa kecantikan yang dapat dijual. Eksploitasi bahasa tubuh wanita dalam media iklan terutama dalam media cetak memiliki tampilan dan makna tertentu dalam memasarkan produk yang dapat dilihat berdasarkan:

1. Tampilan teks dan konteks pada iklan Lux sebagai bentuk kepalsuan

kecantikan wanita dalam iklan Lux hanya sebagai wahana penggoda konsumen.

2. Tampilan konteks fisik tempat terjadinya penggunaan bahasa, objek

yang disajikan dalam peristiwa komunikasi serta tindakan atau perilaku

Spell dan Lux Slik Nourshment tampilan konteks fisik wanita untuk menjual produk diibaratkan bagaimana cara wanita menarik perhatian lawan jenisnya.

3. Tampilan konteks epistemis yaitu latar belakang pengetahuan yang

sama-sama diketahui oleh pembicara maupun pendengar. Tampilan epistemis dalam iklan Lux Magic Spell dan Lux Slik Nourshment adalah masalah bagaimana gaya dan postur tubuh wanita dipoles dalam media iklan.

4. tampilan konteks sosial budaya menyangkut berbagai masalah sosial

yang terdapat dalam kehidupan masyarakat seperti masalah tampilan tubuh wanita dalam iklan Lux telah membentuk citra dan gaya hidup wanita dan status sosial.

Makna bahasa tubuh wanita dalam iklan sabun Lux pada majalah Femina dan

Kartini meliput i :

1. makna bahasa tubuh wanita dalam media iklan sabun Lux sebagai bias

gender

2. makna bahasa tubuh wanita dalam media iklan Lux dianggap sebagai

ekspresi estetika.

3. makna bahasa tubuh wanita dalam iklan Lux sebagai pembentukan

Saran

Media iklan pada dasarnya juga bermanfaat bagi masyarakat, dengan adanya media iklan masyarakat memperoleh informsi yang diinginkan dan memiliki banyak pilihan guna menentukan produk mana yang sesuai untuk kebutuhan.

Akan tetapi dibalik itu media iklan juga dapat merusak akal pikiran masyarakat karena tampilannya. Iklan memang dituntut agar lebih kreatif dalam memasarkan suatu produk dalam arti dengan tidak mengorbankan martabat jenis kelamin tertentu khususnya wanita, dan tidak memberikan janji-janji palsu kepada konsumen.

Dalam hal ini masyarakat dituntut untuk dapat menentukan sikap mana yang layak diikuti dan mana yang tidak. Selain itu, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan tampilan media iklan khususnya tampilan yang dapat merusak moral bangsa. Hal yang diutamakan saat ini adalah masalah pendidikan agar bangsa kita dapat menjadi bangsa yang maju dan bermoral.

DAFTAR PUSTAKA

Baudrillard, Jean. 2006. Ekstasi Komunikasi. Penerjemah Jimmy Firdaus. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Daulay, Harmona. 2007. Perempuan Dalam Kemelut Gender. Medan: USU

Press.

Fasya, Teuku Kamal. 2006. Kata dan Luka Kebudayaan. Medan: USU Press.

Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta: Erlangga.

Kumar, Vijaya. 2004. Body Language: Memahami Bahasa Yang Disampaikan

Tubuh. Dialihbahasakan oleh Umar Bukhori dari FISH: A Remarkable Way to Boost Morale and Imrove Results Hyperion. New York: Tugu Publisher.

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner Bidang Filsafat, Sosial, Budaya, Semiotika, sastra,Hukum dan Seni. Yogyakarta: Paradigma.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murniati, Nunuk.2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia Dalam Perspektif

Agama, Budaya, dan Keluarga. Magelang: Indonesia.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pilliang, Yasraf A. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. ---. 2002. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Yusuf, I.A.2005. Media, Kematian, Identitas Budaya Minoritas. Bandung: UII Press.

Sugiarto, Eko. 2007. Panduan Menulis Skripsi. Yogyakarta: Media Pressindo

JURNAL:

Mulyawan, I Wayan. 2008. “ Makna dan Pesan Iklan Media Cetak.” Jurnal

Penelitian Linguistik. Vol 15. No. 28

Suasana, Arif Agung. “ Hubungan Gender dalam Representasi Iklan Televisi.”

Dalam Jurnal Petra. Vol 3. No.1

Sriyana. 2007. “ Simbol Ulos Sebagai Representasi Identitas Batak Toba.”

Dalam Skripsi Jurusan Sastra Indonesia USU.

Vidyarani, Titi Nur. 2007. “ Representasi Kecantikan dalam Iklan Kosmetik.”

Dalam Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X. Vol 1.No. 2

INTERNET:

Bajari, Atwar. 2008. “ Wanita dan Iklan Media.” Dalam http: // www bajari, wordpress. Com/2008/04/17/ html http: // www. Lux beauty. Id. Com.

KAMUS :

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

MAJALAH:

“Femina !” edisi 13-19 Maret 2008.No. 11 / XXXVI, Hal 27-28.

LAMPIRAN : 1. Data Primer

a. Analisis Teks I

Luna si gadis biasa, lincah alami, rambut lurus diikat, mata bulat sambil tersenyum riang dengan memakai baju putih panjang tertutup. Ringkas cerita Luna menemukan batu berwarna ungu yang ternyata sebuah sabun. Setelah Luna mandi memakai sabun Lux tampilan Luna berubah. Dandanan mencolok, rambut kriting seksi, baju dengan dada yang superrendah, rok mini, berjalan dengan berlenggak-lenggok. Luna wanita biasa menjadi pusat perhatian laki-laki dan membuat seorang kakek hampir terkena serangan jantung bahkan hewan jantan seperti beruang dan tupai terpesona melihat kecantikan Luna.

b. Analisis Teks II

Lux Slik Nourisment menjadi kemewahan baru bagi kelembutan sutra di kulit cantikmu setiap hari. Tambahkan Lux Slik Nourishment Shower Crem pada peti harta karun kecantikanmu dan awali kecantikan kulitmu penuh kemewahan mulai dari Shower. Tampilan visual menempatkan tubuh wanita dalam peti harta karun yang penuh kemewahan dengan pesona kulit tubuh yang bersinar yaitu didukung dengan warna pakaian model yang bersinar (bersinar identik dengan warna kuning keemasan, putih, dan pink), sepatu dengan warna yang bersinar dan rambut model yang ikut bersinar, kulit tubuh wanita tersebut memancarkan cahaya keemasan.

2. Data Sekunder

1. Saussure (dalam Sobur, 2004: 46) tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (Signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “ coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda. “ penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas.

2. Peirce ( dalam Sobur, 2002: 115) sesuatu yang digunakan agar tanda dapat

berfungsi, oleh Peirce disebut ground konsekuensinya, tanda (representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, objek, dan interpretant. Salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.

3. Bakhtin (Pilliang, 2003: 192) sebuah teks atau karya parodi biasanya menekankan

aspek penyimpangan atau pelesetan dari teks atau karya rujukan yang biasanya bersifat serius. Parodi sebagai satu bentuk representasi, akan tetapi representasi yang lebih ditandai oleh pelencengan, penyimpangan, dan pelesetan makna- representasi palsu.

4. (Sobur, 2002:37) wanita, sebagaimana digambarkan Herliany, begitu dekat dengan

idiom-idiom seperti keterkungkungan, ketertindasan, dan bahkan pada konsep yang terlanjur diterima dalam cultural masyarakat bahwa wanita adalah ‘objek’ dan bukan ‘subjek’. Hal ini dapat dilihat bagaimana wanita diproyeksikan dalam media iklan,

wajah dan bentuk badan wanita sebagai daya tarik. Tubuh wanita dimuati dengan modal ‘simbol’ ketimbang sekedar modal biologis. Erotisasi tubuh wanita di dalam media adalah dengan mengambil fragmen-fragmen tubuh tersebut sebagai ‘penanda’(signifier) dengan berbagai posisi, serta dengan berbagai asumsi ‘makna’. Tubuh wanita secara sosial dan cultural sebagai objek, yaitu objek yang dipuja (sekaligus dilecehkan?) karena dianggap mempunyai kekuatan pesona (rangsangan, hasrat, citra) tertentu.

5. Kumar (2004: 9) mendefenisikan bahasa tubuh sebagai sinyal komunikasi

nonverbal. Seseorang dapat menyampaikan pesan atau mengekspresikan diri melalui gerakan secara sadar atau bawah sadar, gerakan tubuh menjadi bahasa pengganti langsung dari bahasa verbal dan berfungsi sebagai penggambaran, atau sebagai media untuk menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Dokumen terkait