BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
5.1.1 Faktor Individual Yang Berperan Dalam Keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri Pada Program Jaminan Kesehatan Nasional.
a. Pengetahuan BPM Tentang Program JKN
1) Pengetahuan partisipan tentang program JKN secara umum tergolong
cukup, karena partisipan sebagian besar bekerja di puskesmas atau
rumah sakit sehingga mendengar langsung saat ada rapat. Partisipan
juga mengetahui program JKN ini melalui TV, baca koran dan melalui
sosial media.
2) Pengetahuan partisipan tentang program khusus JKN yang terkait
dengan pelayanan kebidanan dan neonatal tergolong kurang. Hal
tersebut disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh oleh
partisipan baik melalui petugas BPJS Kesehatan, dinas kesehatan dan
organisasi IBI. Sosialisasi hanya dilakukan pada ketua IBI dan
beberapa bidan koordinator KIA saja, dan hingga saat ini belum ada
penyampaian langsung ke BPM . Informasi tentang JKN didapatkan
hanya melalui media, teman dan dokter keluarga yang mengajak untuk
bekerjasama.
3) Menurut partisipan terkait pengetahuan tentang tujuan JKN: ada yang
menyatakan bahwa tujuan dari JKN adalah untuk meningkatkan citra
pemerintah di mata masyarakat. Peran pemegang kebijakan haruslah
lebih dapat menjelaskan kepada BPM tentang tujuan dari JKN dalam
pelayanan kebidanan dan neonatal merupakan tindakan antisipasi dari
pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB.
4) Pengetahuan partisipan terkait manfaat JKN: partisipan lebih
berasumsi tidak ada manfaatnya bagi praktek bidan, bahkan merugikan
bidan. Manfaat dari JKN adalah untuk lebih dapat mengatur
administrasi seperti: prosedur administrasi, pendokumentasian asuhan
kebidanan. Karena untuk dapat mengklaim ke BPJS Kesehatan
diperlukan administrasi yang lengkap dan sesuai standar yang telah
ditetapkan.
5) Cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal pada program JKN
sebagian besar partisipan sudah mengetahuinya karena sama dengan
yang telah ditetapkan oleh organisasi IBI.
b. Motivasi BPM Terhadap Program JKN:
1) Motivasi partisipan untuk ikut berpartisipasi pada program JKN adalah
untuk melanjutkan program sebelumnya, karena sejak diluncurkannya
Jampersal, Jamkesda dan JKBM ada beberapa partisipan sudah ikut
bekerjasama sehingga ingin tetap melanjutkannya hingga program
2) Keikutsertaan BPM pada program JKN karena adanya dorongan dari
bidan untuk tetap mempertahankan kunjungan pasiennya dan
memperkenalkan program layanan pengembangan yang dimiliki oleh
bidan, seperti: pijat bayi, senam hamil, perawatan kewanitaan dan
sebagainya.
3) Untuk partisipan yang telah buka praktek lebih dari 20 tahun
menyatakan mengikuti program JKN selain untuk melanjutkan
program pemerintah yang sebelumnya juga ingin mengabdikan diri
pada profesinya serta agar dapat membantu masyarakat dengan sistem
subsidi silang antara pasien yang kurang mampu dengan pasien yang
mampu.
c. Harapan BPM Terhadap Program JKN
1) Bila dilihat dari jumlah klaim yang diterima sebagian besar partisipan
menyatakan tidak pantaslah untuk jasa bidan yang menanggung resiko
dua nyawa sekaligus. Partisipan berharap adanya peningkatan jumlah
klaim disesuaikan dengan kondisi geografi dan perekonomian di
Kabupaten Tabanan.
2) Partisipan mengharapkan agar pemerintah sebelum meluncurkan suatu
program untuk masyarakat agar mempersiapkan dulu sarana dan
prasarana, infrastruktur dan sumber daya manusia sehingga tidak
terjadi keterlambatan dalam memberikan pelayanan kepada
3) Bidan mengharapkan agar dapat bekerjasama langsung dengan BPJS
Kesehatan secara mandiri tanpa harus melalui sistem jejaring, karena
bidan adalah sebuah profesi yang sudah diakui internasional sehingga
tidak perlu berada di bawah naungan profesi lain (dokter keluarga).
5.1.2 Faktor Struktural Yang Berperan Dalam Keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri Pada Program Jaminan Kesehatan Nasional.
a. Dukungan Dari Dinas Kesehatan Dan Organisasi IBI
1) Rendahnya dukungan langsung yang diberikan oleh pemerintah (dinas
Kesehatan) dan organisasi IBI disebabkan karena program JKN
merupakan program baru, apalagi kerjasama antara BPJS Kesehatan
dengan BPM baru dimulai sejak awal tahun 2015 sehingga dinas
kesehatan dan organisasi IBI hanya bisa memberikan himbauan saja
dan belum ada peraturan dari pusat yang mengharuskan BPM untuk
ikut dalam program JKN.
2) Dokter keluarga mendukung keterlibatan BPM pada pada program
JKN untuk bersama-sama menyukseskan program pemerintah dalam
menurunkan AKI dan AKB.
3) BPM juga ingin membantu dokter keluarga yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan karena BPJS Kesehatan mengharuskan setiap dokter
keluarga harus bidan jejaring.
4) Belum meratanya dokter keluarga di seluruh kecamatan Tabanan
b. Kebijakan Dari Dinas Kesehatan Dan Organisasi IBI
1) Dokter keluarga yang ikut program JKN diwajibkan untuk mempunyai
jejaring BPM, padahal dokter keluarga berpendapat mereka (dokter
keluarga) mampu melakukan pelayanan kebidanan seperti ANC,
pelayanan KB dan pemberian imunisasi.
2) Sehingga mekanisme kerjasama antara BPM dengan BPJS Kesehatan
lebih banyak di fasilitasi oleh dokter keluarga, dalam hal ini dokter
keluarga mencari sendiri BPM yang diajak untuk berpartner dalam
program JKN dengan alasan agar lebih dekat dan memudahkan untuk
berkomunikasi.
3) Dokter keluarga mengurus prosedur kerjasama antara BPM dengan
BPJS Kesehatan mulai dari proses kerjasama hingga sistem
pengklaiman dari pelayanan kebidanan dan neonatal sedangkan
bidannya hanya melaksanakan saja.
4) Sistem klaim pada pelayanan kebidanan dan neonatal akan masuk ke
rekening dokter kemudian baru di distribusikan kepada BPM sesuai
dengan pelayanan yang telah diberikan. Oleh sebab itu jasa klaim yang
akan diterima oleh BPM akan dipotong maksimal 10% dari seluruh
total pengklaiman oleh dokter keluarga sebagai jasa pembinaan dan
pengurusan administrasi.
5) Pemegang kebijakan semuanya tidak setuju dengan adanya
sangat kecil bila dibandingkan dengan situasi dan kondisi Kabupaten
Tabanan.
6) Sehingga ada kebijakan yang tidak tertulis dari organisasi IBI untuk
BPM menarik biaya tambahan di luar tarif yang telah ditetapkan BPJS
Kesehatan. IBI mengharapkan dengan iuran tambahan tersebut para
bidan dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan standar
asuhan kebidanan yang telah ditetapkan sepanjang ada komunikasi
antara BPM dengan pasiennya.