• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

FAKTOR INDIVIDUAL DAN FAKTOR

STRUKTURAL YANG BERPERAN DALAM

KEIKUTSERTAAN BIDAN PRAKTEK MANDIRI

PADA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL DI KABUPATEN TABANAN

SITI ZAKIAH

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

TESIS

FAKTOR INDIVIDUAL DAN FAKTOR

STRUKTURAL YANG BERPERAN DALAM

KEIKUTSERTAAN BIDAN PRAKTEK MANDIRI

PADA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL DI KABUPATEN TABANAN

SITI ZAKIAH NIM 1392161038

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

FAKTOR INDIVIDUAL DAN FAKTOR

STRUKTURAL YANG BERPERAN DALAM

KEIKUTSERTAAN BIDAN PRAKTEK MANDIRI

PADA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL DI KABUPATEN TABANAN

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

SITI ZAKIAH NIM 1392161038

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 7 JULI 2015

Pembimbing I,

Dr. dr Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi NIP 195807041987032001

Pembimbing II,

Putu Ayu Indrayathi,SE,MPH NIP. 197703312005012001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Mayarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof.dr. D.N Wirawan, MPH NIP 194810101977021001 Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi,Sp.S (K) NIP 195902151985102001

(5)

Tesis Ini Telah Di Uji Pada Tanggal 7 Juli 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Nomor: 2024/UN14.4/HK/2015 Tanggal 7 Juli 2015

Ketua : Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi.

Anggota :

1. Putu Ayu Indrayathi,SE,MPH

2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA (K) 3. Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos, M.M

(6)

Surat Pernyataan Bebas Plagiat

Nama : Siti Zakiah

NIM : 1392161038

Program Studi : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Judul Tesis : Faktor Individual dan Faktor Struktural Yang Berperan Dalam

Keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri Pada Program Jaminan

Kesehatan Nasional Di Kabupaten Tabanan.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor : 17 Tahun

2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 7 Juli 2015

Siti Zakiah NIM: 1392161038

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puja dan puji syukur

kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

anugerah-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Dr.dr Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi, selaku

pembimbing I dan pembimbing akademik penulis yang dengan penuh perhatian

dan kesabaran telah memberikan semangat, bimbingan dan saran selama penulis

menempuh pendidikan magister khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima

kasih sebesar-besarnya kepada Putu Ayu Indrayathi,SE,MPH, Pembimbing II

yang selalu sabar dan penuh perhatian memberikan semangat, bimbingan dan

saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan yang sama ditujukan juga kepada Prof.dr. Dewa Nyoman

Wirawan, MPH, Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat yang

telah memberikan dorongan dan semangat selama penulis menempuh pendidikan

di Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan

kepada Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. I Ketut Suastika, SP.PD-KEMD

atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan program magister di Universitas Udayana. Ucapan

terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas

(8)

yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister

Universitas Udayana.

Pada Kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada

para penguji tesis yaitu Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M. Repro, PA(K), Dr.I Putu

Ganda Wijaya, S.Sos, M.M dan dr Pande Putu Januraga, M.Kes yang telah

memberikan saran, masukan, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat

terselesaikan. Terima kasih banyak kepada dr Pande Putu Januraga, M.Kes selain

sebagai penguji juga sebagai pembimbing yang dengan sabar membimbing dalam

penulisan penelitian kualitatif ini.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala Dinas kesehatan

Kabupaten Tabanan, Ketua Pengurus Cabang Ikatan Bidan Indonesia Kabupaten

Tabanan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian ini serta petugas BPJS Kabupaten Tabanan yang telah memberikan

bantuan dalam pencarian data. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para

bidan praktek mandiri dan para dokter keluarga yang telah bersedia menjadi

partisipan dan membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada semua dosen yang telah mengajar dan membimbing penulis saat

duduk di bangku kuliah, serta teman-teman seangkatan yang selalu memberikan

dukungan dalam penyelesaian tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada mamak dan bapak yang selalu memberikan motivasi, do’a restu dan memberikan kasih sayangnya hingga saat ini.

(9)

Akhirnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Suami tercinta

Bapak Suharsono, yang selalu menemani dalam perjalanan kuliah, memberikan

dukungan moral dan materiil untuk menyelesaikan studi ini, serta anak-anakku

tersayang Kausar Afif Fatwa, Kausar Sadit Nugraha dan Puspa Elok Mutmainnah

yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap langkah hidup penulis.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat

serta hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan

penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

(10)

ABSTRAK

FAKTOR INDIVIDUAL DAN FAKTOR STRUKTURAL YANG BERPERAN DALAM KEIKUTSERTAAN BIDAN PRAKTEK MANDIRI

PADA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN TABANAN

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dengan sistem asuransi kesehatan sosial. Pelayanan kebidanan dan neonatal pada program JKN melibatkan dokter keluarga dan bidan praktek mandiri (BPM) sebagai jejaringnya. Keikutsertaan BPM pada program JKN di Kabupaten Tabanan masih sangat rendah (11,46%). Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih dalam tentang faktor individual dan faktor struktural yang berperan dalam keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri pada program Jaminan Kesehatan Nasional.

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam dilakukan pada 18 orang Bidan Praktek Mandiri (BPM) sebagai partisipan, 2 orang dokter keluarga dan 3 orang patisipan kunci yaitu Kepala dinas kesehatan, ketua pengurus cabang IBI dan petugas BPJS sebagai Triangulasi Data.

Hasil penelitian dilihat dari faktor individual,didapatkan kurangnya pengetahuan BPM tentang program JKN pada pelayanan kebidanan dan neonatal. Motivasi BPM mengikuti program JKN adalah untuk menyukseskan program pemerintah, sebagai media promosi dan sebagai tempat mengabdi pada profesinya, sedangkan harapannya adalah sebagian besar partisipan mengharapkan adanya perbaikan sistem administrasi , peningkatan jumlah klaim yang telah ditentukan dan BPM dapat bekerjasama dengan BPJS tanpa melalui sistem jejaring dengan dokter keluarga. Dari faktor struktural seperti dukungan dan kebijakan sebagian besar partisipan menyatakan kurangnya peran aktif dari pemerintah dan organisasi IBI terhadap BPM, menyebabkan enggannya BPM ikut program JKN.

Penelitian ini,dari faktor individual rendahnya pengetahuan BPM tentang pelayanan kebidanan dan neonatal pada program JKN, sebagian besar motivasi ikut JKN karena ingin mempromosikan tempat praktek, menyukseskan program pemerintah dan pengabdian terhadap profesinya. Dari faktor struktural didapatkan rendahnya dukungan dan tidak adanya kebijakan dari pemerintah dan Organisasi IBI pada program JKN.Saran kepada dinas kesehatan Kabupaten Tabanan, petugas BPJS dan organisasi IBI agar lebih menyosialisasikan program JKN pada bidan-bidan serta memberikan dukungan dan kebijakan yang mendukung pelaksanaan JKN untuk BPM.Pemerintah diharapkan untuk meninjau kembali klaim yang telah ditetapkan dan meninjau kembali sistem jejaring untuk lebih meningkatkan partisipasi BPM pada program JKN.

(11)

ABSTRACT

INDIVIDUAL FACTORS AND STRUCTURAL FACTOR THAT PLAY A ROLE IN THE PARTICICIPATIOAN OF INDEPENDENT PRACTICE

MIDWIVES ON NATIONAL HEALTH ASSURANCE PROGRAM

National Health Assurance (JKN) is part of the National Social Security System (SJSN) which was made through the mechanism of social insurance that aims to let all the people of Indonesia are protected with a social health insurance system implemented. Obstetrics and neonatal service at JKN programs involving family doctor and independent practices midwives (BPM) as networking. The participant of BPM on JKN in Tabanan is still very low (11,5%). The research aims to understand more deeply about the individual factors and structural factors that play a role in the participation of BPM on JKN.

This study used a qualitative approach to the design of phenomenology, the collection of data with in depth interviews. In-depth interviews on 18 persoan BPM as a participant, 2 doctors family and 3 person key participant, head of Departement of health, chairman of the executive board branch of IBI and officers of the BPJS as a triangulation of the data. Data analysis using the thematic analysis.

The results showed individual factors include : knowledge, motivation and expectations of BPM to JKN, obtained a lack of knowledge of BPM of JKN. The motivation of BPM program JKN is as media promotion and as a place to serve on his profession, whereas the expectation is largely participant expects improvement administration system and increasing the number of claims of that have been determined. From the structural factors that play a role in the participation of BPM on the program support and policies such as JKN most participants expressed less thus causing BPM was reluctant to join the program JKN.

The study of the individual factors of the low knowledge of BPM of obstetrics and neonatal services at JKN program, most of the motivation for wanting to join JKN promote places of practice, supporting government programs and serve on the profession. Structural factors obtained from the low level of support and the lack of policy from governments and organizations program IBI on JKN. Advice to health services offices BPJS Tabanan regency, and the organization to make it more socialize IBI program JKN on midwives as well as provide support and policy that supports the implementation of JKN to BPM. The government is expected to review the claims assigned and reviewing system network to further enhance the participation of BPM on JKN.

Keyword : Participation, Independent Practice Midwives, National Health Assurance.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN SAMPUL DALAM JUDUL ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.3.1 Tujuan Umum ... 7 1.3.2 Tujuan Khusus ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7

(13)

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN ... 9

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Jaminan Kesehatan Nasional……….. 9

2.1.2 Bidan Praktek Mandiri……… 20

2.1.3 Faktor Individual yang berperan dalam keikutsertaan BPM pada Program JKN ... 21

2.1.4 Faktor struktural yang berperan dalam keikutsertaan BPM pada Program JKN ... 26

2.2 Konsep dan Kerangka Berpikir ... 29

2.2.1 Jaminan Kesehatan Nasional ... 29

2.2.2 Konsep Bidan Praktek Mandiri ... 30

2.2.3 Konsep Faktor Individual ... 31

2.2.4 Konsep Faktor Struktural ... 31

2.3 Landasan Teori ... 31

2.4 Model Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Rancangan Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 36

(14)

3.3.2 Sampel Penelitian ... 36

3.4 Jenis Dan Sumber Data ... 38

3.5 Instrumen Penelitian ... 38

3.6 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.7 Metode Dan Teknik Analisis Data ... 39

3.8 Metode Dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 40

3.9 Etika Penelitian ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. ... 43

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 43

4.1.1 Data Perekonomian ... 44

4.1.2 Data Praktek Dokter ... 44

4.1.3 Data Umum Bidan ... 44

4.1.3.1 Jumlah Bidan yang ada di masing-masing kecamatan.. 44

4.1.3.2 Data Bidan Berdasarkan Pendidikan………..…… 46

4.1.3.3 Data Bidan Praktek Mandiri Yang mengikuti program Jampersal, JKBM dan JKN……….. 46

4.2 Karakteristik Partisipan ... 47

4.3 Hasil penelitian dan pembahasan ... 49

4.3.1 Faktor individual yang berperan dalam keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri Pada Program Jaminan Kesehatan Nasional……. 49

4.3.2 Faktor struktural yang berperan dalam keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri Pada Program Jaminan Kesehatan Nasional ……. . 70

(15)

4.5 Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 100

5.1 Simpulan ... 100

5.1.1 Faktor individual yang berperan dalam keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri pada program Jaminan Kesehatan Nasional ... 100

5.1.2 Faktor struktural yang berperan dalam keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri pada program Jaminan Kesehatan Nasional ... 103

5.2 Saran ... 105

5.2.1 Untuk Dinas Kesehatan Tabanan ... 105

5.2.2 Untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ... 106

5.2.3 Untuk Organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ... 107

5.2.4 Untuk peneliti selanjutnya ... 107

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.1 Skema Teori Kurt Lewin ... 32

Gambar 2.2 Faktor Individual dan Struktural yang berperan

dalam keikutsertaan BPM pada Program JKN ... 34

Gambar 4.1 Data Praktek Dokter ... 44

Gambar 4.2 Data Bidan per Kecamatan di Kabupaten Tabanan ... 45

Gambar 4.3 Data Bidan berdasarkan tingkat pendidikan di

Kabupaten Tabanan ... 46

Gambar 4.4 Data BPM yang mengikuti Program Jampersal,

(17)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan berdasarkan Umur,

(18)

DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

AKB : Angka Kematian Bayi

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

KH : Kelahiran Hidup

ASEAN : Association of South East Asia Nations.

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

UU : Undang-undang

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional

JAMPERSAL : Jaminan Persalinan

BPM : Bidan Praktek Mandiri

BPS : Bidan Praktek Swasta

PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan

IBI : Ikatan Bidan Indonesia

JKBM : Jaminan Kesehatan Bali mandara

KTP : Kartu Tanda Penduduk

SIPB : Surat Ijin Praktek Bidan

AKDR : Alat Kontrasepsi dalam Rahim

Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat

MDGs : Millineum Devlopment Gools

SK : Surat Keputusan

IUD : Intra Uterine Device

KB : Keluarga Berencana

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

(19)

KN : Kunjungan Neonatus

SIPB : Surat Ijin Praktek Bidan

FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rawat inap Tingkat Lanjutan

Faskes : Fasilitas Kesehatan

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Panduan Wawancara Mendalam (Indept Interview)

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah

berupaya keras menurunkan AKI dan AKB melalui program Gerakan Sayang Ibu

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Bidan berperan sangat penting dalam

menurunkan AKI dan AKB. Karena bidan sebagai ujung tombak atau tenaga

kesehatan yang berada di garis terdepan dan berhubungan langsung dengan

masyarakat, dalam memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna

berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling,

promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal dengan berlandaskan

kemitraan dan pemberdayaan perempuan serta melakukan deteksi dini pada

kasus-kasus rujukan kebidanan (Depkes RI,2013).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di dunia melalui World Health

Organization (WHO) telah membuat kesepakatan untuk mencapai Universal Health coverage (UHC) di tahun 2014, mengenai kepastian sistem kesehatan untuk setiap warga di suatu negara agar memiliki akses yang adil terhadap

pelayanan kesehatan berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

bermutu dengan biaya terjangkau. Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN) telah menjawab prinsip dasar dari

(22)

program UHC yaitu dengan mewajibkan setiap penduduk memiliki akses terhadap

pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau komprehensif (Aulia, 2011).

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 5 ayat 1

menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh

akses atas sumber daya di bidang kesehatan (Depkes, 2009). Kesehatan

merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap manusia dan pembangunan

kesehatan pada dasarnya menyangkut kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Keadaan kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonominya

pada suatu bangsa dan negara, baik di negara yang sudah maju maupun di negara

yang sedang berkembang seperti Indonesia. Tujuan pembangunan kesehatan

adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya agar

terwujud manusia Indonesia yang bermutu, sehat dan produktif (Notoatmodjo,

2005).

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menurunkan

AKI dan AKB adalah membuat berbagai kebijakan untuk perbaikan akses dan

kualitas pelayanan kesehatan khususnya pada ibu bersalin dan perawatan bayi

baru lahir. Kebijakan untuk menurunkan AKI dan AKB tidak dapat dilakukan

dengan intervensi biasa, diperlukan suatu upaya terobosan serta peningkatan

kerjasama lintas sektoral untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI dan AKB

dalam rangka mempercepat pencapaian Millenium Development goals (MDGs)

tahun 2015.

Faktor terpenting yang dapat menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir

(23)

memberikan kemudahan pembiayaan untuk menghilangkan hambatan finansial

pada ibu hamil dan keluarga, maka pada tahun 2010 Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang Jampersal. Tujuan dari

Jampersal yaitu untuk meningkatkan akses ibu hamil terhadap pelayanan

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, perawatan bayi baru lahir,

perawatan nifas dan pelayanan keluarga berencana (Kemenkes RI, 2011).

Hasil studi evaluasi Jampersal tahun 2012, menghasilkan evidence yang

meyakinkan bahwa Jampersal berhasil mengajak ibu hamil untuk melahirkan di

fasilitas kesehatan. Peran aktif dari bidan sebagai ujung tombak pemberi

pelayanan kebidanan dan neonatal, ketersediaan obat dan peralatan serta fasilitas

yang telah disediakan oleh pemerintah semakin meningkatkan jumlah kunjungan

ibu hamil ke fasilitas kesehatan. Masyarakat berpendapat dan mempunyai harapan

terhadap program Jampersal agar dapat dilanjutkan hingga saat program JKN

diberlakukan. Fakta tersebut menjadi alasan yang kuat program Jampersal

dipertahankan keberlangsungannya dalam program JKN dengan berbagai

perbaikan dalam proses pelaksanaannya (Rahmawaty, 2013).

Keberhasilan program Jampersal tergantung pada kondisi supply dan

demand dari pemberi pelayanan kesehatan di masing-masing daerah. Penelitian tentang “Evaluasi pelaksanaan program Jampersal ditinjau dari persepsi pengguna dan penyedia layanan di Puskesmas Mengwi I” menyatakan bahwa pelayanan Jampersal mendapatkan respon yang baik dari pasien maupun petugas kesehatan,

(24)

memberikan pelayanan yang profesional pada masing-masing pelayanan

kebidanan (Adiputra dan Aryati, 2012).

Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

menyatakan bahwa program Jampersal secara nasional telah berakhir tahun 2013

dan sejak awal tahun 2014 pemerintah Indonesia secara resmi melaksanakan

program JKN. Berlakunya program JKN diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,

maka secara otomatis jaminan kesehatan yang pernah ada seperti Jamkesmas,

Jamkesda dan Jampersal masuk ke dalam program JKN. Propinsi Bali memiliki

Jamkesda yang bernama Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Pembiayaan

pelayanan kebidanan dan neonatal di Propinsi Bali sampai dengan tahun 2017

akan di tanggung oleh JKMB dan besaran klaimnya disesuaikan dengan standar

tarif pada JKN dan Propinsi Bali di harapkan sudah masuk ke dalam Program

JKN paling lambat pada tahun 2019 (Dinkes Propinsi Bali, 2014).

Desain asuransi kesehatan yang berbasis masyarakat seperti JKN,

membuat kontribusi masyarakat untuk berpartisipasi menjadi lebih tinggi.

Menurut Dror, dkk (2006) negara India melakukan penekanan biaya persalinan

dengan cara memberikan voucher yang bisa digunakan untuk membayar

transportasi saat akan bersalin. Hasil penelitian di Banglades menjelaskan bahwa

meskipun biaya persalinan gratis namun dari total pengeluaran langsung hampir

50 % untuk biaya rujukan (Dong dkk, 2004).

Implementasi JKN masih menimbulkan pertanyaan bagi para bidan,

karena Bidan Praktek Mandiri (BPM) tidak dapat bekerjasama langsung dengan

(25)

kesehatan tingkat I (Puskesmas) atau dokter praktek perseorangan. Sosialisasi

tentang JKN pada BPM tentang bagaimana mekanisme kerjasama, prosedur,

sistem pembayaran klaim dan cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal yang

ditanggung JKN masih kurang, sehingga Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

mengharapkan agar BPM dapat bekerjasama langsung dengan BPJS seperti saat

program Jampersal dan Jamkesda diberlakukan. Apabila BPM tidak dilibatkan

dalam JKN, maka dapat menghambat upaya pemerintah menekan AKI dan upaya

menggalakkan Program Keluarga Berencana (IBI, 2014).

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan (2014) mencatat bahwa: bidan

yang ada di Kabupaten Tabanan sebanyak 457 orang bidan, yang menjalankan

praktek mandiri dan telah mempunyai SIPB sebanyak 96 orang (20,07%)

sedangkan BPM yang mengikuti program JKN hanya 11 orang (11,46%).

Pelaksanaan program Jampersal/JKBM di Kabupaten Tabanan belum berjalan

optimal, walaupun sosialisasi tentang program Jampersal telah dilakukan pada

para bidan termasuk BPM. Saat ini program JKN sudah mulai dilaksanakan secara

nasional, maka bidan juga diharapkan untuk ikut berpartisipasi dalam program

JKN. Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa BPM dikatakan bahwa:

“Program JKN belum disosialisasikan secara khusus kepada kami (BPM) sehingga kami malas untuk kerjasama dengan JKN, apalagi kami dengar akan ada potongan administrasi dari dinas dengan prosedur kerjasama yang tidak jelas ”

Pengetahuan, motivasi dan harapan BPM terhadap pelayanan kebidanan

dan neonatal pada program JKN di Kabupaten Tabanan umumnya masih belum

(26)

faktor struktural yang berperan dalam keikutsertaan BPM pada program JKN,

agar bidan dapat berpartisipasi ikut menyukseskan program tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Mayora,dkk (2012) di Kota Binjai

menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan bidan tentang Jampersal serta paket

manfaat yang diberikan menyebabkan bidan enggan untuk berpartisipasi dalam

program tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Rahmah tahun 2013, diketahui

bahwa motivasi BPM dalam penandatangan perjanjian kerjasama Jampersal,

adalah adanya faktor kebutuhan aktualisasi diri sebagai bentuk pengabdian BPM

kepada masyarakat dan kepatuhan terhadap aturan pemerintah, sementara

kecenderungan BPM tidak mengikuti Jampersal karena biaya pengganti yang

terlalu sedikit dan perasaan tidak nyaman harus mematuhi aturan Jampersal.

Pelaksanaan Jampersal di Kota Semarang dalam aspek pelaksanaan klaim terdapat

beberapa kendala pada aspek komunikasi dan sumber daya. Pelaksanaan

pelayanan Jampersal masih terkendala pada aspek sikap atau disposisi dan

struktur birokrasi (Mandasari, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Apakah faktor individual dan faktor struktural yang berperan dalam

keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri pada Program Jaminan Kesehatan Nasional

(27)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum:

Untuk memahami lebih dalam tentang faktor individual dan faktor struktural yang

berperan dalam keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri pada program Jaminan

Kesehatan Nasional di Kabupaten Tabanan tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini untuk memahami lebih mendalam tentang :

1. Faktor individual yang meliputi : pengetahuan, motivasi dan harapan yang berperan dalam keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri pada program

Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Tabanan.

2. Faktor struktural yang meliputi : dukungan dan kebijakan yang berperan dalam keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri pada program Jaminan

Kesehatan Nasional di Kabupaten Tabanan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan dalam

memperkuat hasil-hasil studi yang berkaitan dengan faktor individual dan faktor

struktural yang berperan dalam keikutsertaan BPM pada program JKN serta

pengembangan penelitian kuantitatif selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Bidan

Dapat menjalankan profesionalisme sebagai tenaga kesehatan yang bekerja

(28)

standar profesi bidan serta dapat menjadi lebih termotivasi untuk berpartisipasi

menyukseskan program JKN.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat membantu masyarakat untuk mengetahui tentang pelayanan

kebidanan dan neonatal pada program JKN sehingga masyarakat dapat menerima

dan mendukung program tersebut.

3. Bagi Pemerintah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dan lebih meningkatkan

program JKN terutama tentang pelayanan kebidanan dan neonatal.

b. Pemerintah dapat mempertimbangkan pelayanan kebidanan dan

neonatal yang telah dilakukan oleh bidan sehingga dapat meningkatkan

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia

merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang

diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh

penduduk Indonesia terlindungi dengan sistem asuransi. Negara Indonesia menuju

Universal health Coverage (UHC) berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 13 menyatakan bahwa: setiap orang berkewajiban

ikut serta dalam program Jaminan kesehatan sosial. Jaminan Kesehatan Nasional

adalah bagian dari SJSN yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi

berdasarkan Undang-Undang RI nomor 40 tahun 2004. Tujuan asuransi kesehatan

agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dari masalah pembiayaan kesehatan

kebutuhan dasar masyarakat akan dapat terpenuhi (BPJS Kesehatan, 2014).

Implementasi JKN dalam SJSN tahun 2014 adalah untuk menurunkan

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) karena Millenium

Development Goals (MDGs) tahun 2015 harus segera dapat dicapai sehingga identifikasi perlindungan akses melalui jaminan pembiayaan persalinan dengan

kepesertaan dalam JKN menjadi penting. Sejalan dengan peningkatan cakupan

SJSN maka peserta Jampersal secara bertahap akan menjadi peserta JKN. Lingkup

(30)

paket manfaat jampersal menjadi bagian dari paket manfaat JKN yang

komprehensif sesuai dengan kebutuhan medis, kecuali ha-hal yang bersifat

nonmedis seperti biaya transportasi (Mukti, 2012).

Prinsip-prinsip Penyelenggaraan JKN berdasarkan Undang-Undang

Nomor 24 tahun 2011, mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut: kegotong

royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan

efektifitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanah dan hasil

pengelolaan dana jaminan sosial. Manfaat jaminan kesehatan yang bisa diperoleh

dalam program JKN bersifat pelayanan perseorangan yang mencakup pelayanan

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan kebidanan dan

neonatal. Cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal yang termasuk di dalam

program JKN meliputi: pelayanan pemeriksaan kehamilan (antenatal care),

pertolongan persalinan (intranatal care), pemeriksaan bayi baru lahir (neonatus),

pemeriksaan pascasalin (postnatal care) dan pelayanan Keluarga Berencana

setelah melahirkan (BPJS Kesehatan, 2013).

Program JKN memberikan jaminan pembiayaan pada pelayanan

kebidanan dan neonatal berdasarkan pembayaran non kapitasi. Peserta JKN

mendapatkan pelayanan kebidanan pada puskesmas-puskesmas, rumah sakit dan

fasilitas pelayanan swasta yang bekerjasama dengan BPJS. Manfaat pelayanan

kebidanan dan neonatal yang diberikan oleh JKN berupa : Pemeriksaan ANC,

pelayanan persalinan, Pemeriksaan PNC dan bayi baru lahir (neonatus) dan

(31)

Indonesia menuju UHC berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor

36 tahun 2009 pasal 13 yang menyatakan bahwa: setiap orang berkewajiban ikut

serta dalam program Jaminan Kesehatan Sosial. Program JKN juga memberikan

jaminan pembiayaan pada pelayanan kebidanan dan neonatal berdasarkan

pembayaran non kapitasi untuk mendapatkan pelayanan kebidanan pada

puskesmas-puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan swasta yang

bekerjasama dengan BPJS (BPJS Kesehatan, 2014).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59

tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan

Program Jaminan Kesehatan pasal 11 ayat 1 (a) menyatakan bahwa: jasa

pelayanan kebidanan, neonatal dan keluarga berencana yang dilakukan oleh bidan

atau dokter bersifat non kapitasi yaitu besaran pembayaran klaim oleh BPJS

Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan

jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Pemeriksaan kehamilan (ANC) sesuai standar yang diberikan dalam

bentuk paket paling sedikit 4 kali pemeriksaan, sebesar Rp 200.000,00

(dua ratus ribu rupiah)

2) Persalinan pervaginam normal sebesar Rp 600.000,00 (enam ratus ribu

rupiah)

3) Persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar sebesar di

puskesmas PONED Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)

4) Pemeriksaan PNC dan neonatus sesuai standar dilaksanakan dengan dua

(32)

ibu nifas dan neonatus kedua (KF2-KN2) serta satu kali kunjungan

neonatus ketiga (KN3) dan satu kali kunjungan ibu nifas ketiga (KF3),

sebesar Rp 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) untuk tiap kunjungan

dan diberikan kepada pemberi pelayanan yang pertama dalam kurun waktu

kunjungan.

5) Pelayanan tindakan pasca persalinan di puskesmas PONED, sebesar Rp

175.000,00 (seratus tujuh puluh lima ribu rupiah)

6) Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal Rp

125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah), dan

7) Pelayanan Keluarga Berencana:

a) Pemasangan atau pencabutan IUD/Implan sebesar Rp 100.000,00

(seratus ribu rupiah)

b) Pelayanan suntik KB sebesar Rp 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)

setiap kali suntik

c) Penanganan komplikasi KB sebesar Rp 125.000,00 (seratus dua puluh

lima ribu rupiah), dan

d) Pelayanan KB MOP/vasektomi sebesar Rp 350.000,00 (tiga ratus lima

puluh ribu rupiah).

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Nomor 143

Tahun 2014 tentang Implementasi Permenkes Nomor 59 tahun 2014 menjelaskan

bahwa :

1) Pemeriksaan ANC dan PNC/neonatus dapat diberikan dan ditagihkan

(33)

2) Penagihan biaya pelayanan oleh jejaring melalui faskes induk.

Pemotongan biaya pembinaan terhadap jejaring oleh faskes induk

maksimal 10 % dari total klaim (Permenkes nomor 28 tahun 2014)

3) Tarif pemeriksaan ANC merupakan tarif paket untuk pelayanan ANC

paling sedikit 4 (empat) kali pemeriksaan dalam masa kehamilannya

yaitu 1 (satu) kali pada trimester pertama, 1 (satu) kali pada trimester

kedua, dan 2 (dua) kali pada trimester ketiga kehamilan dan tidak dapat

dipecah menjadi 4 (empat) misalnya per kali pemeriksaan masing-masing

Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)

4) Apabila pemeriksaan ANC dilakukan kurang dari jumlah minimal (< 4

kali) pemeriksaan sesuai waktu yang ditentukan maka biaya pemeriksaan

ANC tidak dapat ditagihkan.

5) Penagihan biaya pemeriksaan ANC dapat ditagihkan apabila telah

dilakukan minimal 4 kali pemeriksaan ANC sesuai waktu yang

ditetapkan (dapat bersamaan dengan klaim persalinan yang diajukan atau

terpisah jika persalinan dilakukan di faskes lain) disertai dengan bukti

pelayanan kepada peserta.

6) Untuk menjaga kontinuitas pelayanan pemeriksaan ANC maka perlu

adanya informed consent bagi pasien untuk melakukan pemeriksaan

ANC dan PNC di satu tempat yang sama (baik oleh FKTP maupun

jejaring bidan sesuai dengan prosedur). Pemeriksaan ANC dan PNC pada

(34)

monitoring terhadap perkembangan kehamilan, memudahkan dalam

administrasi pengajuan klaim ke BPJS Kesehatan.

7) Yang dimaksud dengan perkali kunjungan pemeriksaan PNC adalah

paket kunjungan ibu nifas dan neonatus (kedatangan keduanya dihitung

untuk 1 kali kunjungan)

8) Pemeriksaan ANC dan PNC di Fasilitas Kesehatan Rawat inap Tingkat

Lanjutan (FKRTL) dilakukan berdasarkan indikasi medis

9) Kartu ibu dan buku kesehatan ibu dan anak (Buku KIA) disediakan oleh

faskes sebagai pencatatan dan pemantauan status kesehatan peserta

kebidanan.

10) Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dapat menagihkan tarif

pelayanan persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar

sebesar Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) dan pelayanan

tindakan pasca persalinan sebesar Rp 175.000,00 (seratus tujuh puluh

lima ribu rupiah) hanyalah Puskesmas yang ditetapkan sebagai

Puskesmas PONED (Pelayanan Obstretrik Neonatal Emergensi Dasar).

11) Apabila pelayanan persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi

dasar ditagihkan oleh FKTP lain selain Puskesmas PONED, maka

disetarakan sesuai tarif persalinan pervaginam normal sebesar Rp

600.000,00 (enam ratus ribu rupiah )

12) Pelayanan KB dapat diberikan dan ditagihkan oleh FKTP

13) Kantor cabang agar berkoordinasi dengan BKKBN di masing-masing

(35)

14) Penagihan biaya pelayanan oleh jejaring melalui faskes induk,

pemotongan biaya pembinaan terhadap jejaring oleh faskes induk

maksimal 10% dari total klaim (Permenkes nomor 28 tahun 2014)

15) Khusus pelayanan KB MOP/vasektomi dapat diberikan pada FKTP yang

ditunjuk berdasarkan rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dengan mempertimbangkan kompetensi dan kelengkapan sarana dan

prasarana faskes.

Tarif pelayanan kebidanan yang berlaku di Kabupaten Tabanan berdasarkan

kesepakatan organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) cabang Tabanan tahun 2013

menetapkan tarif minimal yang dapat dijadikan acuan oleh BPM, sudah termasuk

jasa pelayanan, obat yang digunakan dan kelengkapan sarana prasarana yaitu:

1) Pemeriksaan kehamilan : Rp 30.000 – Rp 50.000,-

2) Persalinan normal dan bayi baru lahir : Rp 900.000 – Rp 1.200.000,-

3) Perawatan nifas dan ibu menyusui : Rp 30.000 – Rp 50.000,-

4) Pemasangan IUD : Rp 150.000 – Rp 300.000,-

5) Suntik KB: Rp 25.000 – Rp 40.000,-

6) Konseling : Rp 10.000,-

7) Imunisasi : masing-masing Rp 20.000 – Rp 40.000,-

8) Rujukan : berdasarkan Unit Cost

Bila dilihat dari tarif tersebut maka terdapat kesenjangan antara kesepakatan yang

dibuat oleh organisasi dibandingkan dengan penetapan tarif pelayanan kebidanan

(36)

Hasil penelitian Januraga, dkk (2009) di Kabupaten Jembrana

menunjukkan bahwa: Terdapat pemahaman yang keliru pada sebagian besar

policy makers program Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) terhadap konsep kebutuhan dasar kesehatan dan konsep keadilan egaliter dalam bidang kesehatan

sehingga menimbulkan resistensi atau penolakan terhadap kebijakan pembayaran

premi, khususnya premi Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) I JKJ. Sebagian

besar policy makers dan PPK program JKJ memiliki persepsi yang buruk terhadap

sistem pembayaran kapitasi karena dipandang memiliki kelemahan dalam

pemerataan, keadilan, kepuasan pasien dan mutu pelayanan kesehatan. Untuk

mengatasi hal itu sebaiknya besaran biaya per kapita dihitung berdasarkan unit

cost atau biaya klaim yang selama ini berlaku serta dikomunikasikan secara baik antara Badan pelayanan dan PPK . Selain itu, beberapa hal yang dapat dilakukan

untuk mengurangi resiko kerugian finansial PPK adalah dengan melakukan risk

adjusment capitation, curve out, dan reinsurance.

Risk adjustment capitation, besaran kapitasi dihitung dengan penyesuaian terhadap faktor demografi, riwayat kesehatan peserta, riwayat kunjungan peserta,

dan beberapa indikator klinik. Curve out, dilakukan dengan mengeluarkan

pelayanan tertentu dari perhitungan kapitasi untuk dibayar dengan cara lain. Peran

Badan pelayanan bersama-sama dengan PPK dibutuhkan untuk membahas jenis

pelayanan yang harus dikeluarkan, tetapi dengan tetap memperhatikan hak-hak

peserta untuk memperoleh pelayanan yang optimal. Cara terakhir adalah dengan

(37)

Badan pelayanan untuk menghindari terjadinya kerugian pada PPK akibat

pengeluaran yang tidak terduga.

Hampir sama seperti pendapat policy makers, sebagian besar PPK melihat

Program Kesehatan Jembrana khususnya kapitasi sebagai sistem yang merugikan

dari sisi kebebasan konsumen dalam memilih pelayanan, di samping pandangan

negatif akan adanya risiko finansial berupa kerugian pada pihak PPK. Ketakutan

akan kegagalan secara finansial bahkan juga dirasakan oleh PPK yang justru

menganggap kapitasi sebagai suatu cara pembayaran yang baik. Senada dengan

pendapat sebelumnya pangkal semua ketakutan terjadi karena kebebasan

masyarakat memperoleh pelayanan yang menurut anggapan PPK sulit untuk

diubah.

Cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal yang ditanggung oleh BPJS

Kesehatan meliputi:

1) Pemeriksaan ANC sekurang-kurangnya dilakukan 4 kali dengan distribusi

waktu satu kali trimester satu, satu kali trimester dua dan dua kali pada

trimester ketiga kehamilan yang disesuaikan dengan usia kehamilan.

2) Pemeriksaan ANC berupa pengukuran tinggi badan dan berat badan,

pemeriksaan tekanan darah, pengukuran lingkar lengan atas, pemeriksaan

tinggi fundus uteri, pemeriksaan denyut jantung janin dan posisi janin,

skrining status dan pemberian imunisasi tetanus toksoid, pemberian tablet

tambah darah dan asam folat, serta temu wicara.

3) Pemeriksaan ANC berupa pemeriksaan laboraturium rutin meliputi

(38)

hamil wajib dilakukan oleh pemberi pelayanan antenatal yang memiliki

alat pemeriksaan laboraturium tersebut. Sedangkan untuk pemeriksaan

laboraturium lainnya dilakukan atas indikasi.

4) Persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar di puskesmas

PONED meliputi penatalaksanaan untuk mengatasi kegawatdaruratan

medis, perdarahan pada kehamilan muda (abortus), preeklamsia, eklamsia

dan persalinan macet (distosia)

5) Pelayanan pada ibu nifas meliputi : pemeriksaan tekanan darah, nadi,

respirasi dan suhu, pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lochea

dan pengeluaran pervaginam lainnya, pemeriksaan payudara dan

dukungan pemberian ASI Ekslusif, pemberian vitamin A, pemberian

pelayanan Keluarga Berencana pascasalin, konseling dan edukasi

perawatan kesehatan, serta penanganan resiko tinggi dan komplikasi pada

ibu nifas.

6) Pelayanan pada ibu nifas diberikan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali

dengan distribusi waktu pada 6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan

(KF1), pada hari ke 4 sampai dengan hari ke 28 pascapersalinan (KF2),

dan pada hari ke 29 sampai dengan hari ke 42 pasca bersalin (KF3).

7) Pelayanan neonatal meliputi: pelayanan neonatal dengan menggunakan

formulir Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), memastikan

pemberian vitamin K1, pemberian salep mata antibiotika, pemberian

(39)

pemberian ASI ekslusif, perawatan tali pusat, deteksi dini tanda bahaya

dan pencegahan infeksi.

8) Pelayanan neonatus diberikan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai

standar dengan distribusi waktu pada 6 jam sampai dengan 48 jam pasca

salin (KN1), pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir (KN2)

dan pada hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah melahirkan (KN3).

9) Hasil pelayanan kebidanan, neonatal dan KB dicatat pada kartu ibu dan

buku KIA.

10) Buku KIA wajib dibawa oleh peserta Jaminan Kesehatan pada tiap

kunjungan untuk mendapatkan pelayanan kebidanan, neonatal dan KB.

Beberapa manfaat JKN untuk masyarakat adalah: memberikan keuntungan

dengan premi yang terjangkau, asuransi JKN yang menerapkan prinsip kendali

mutu dan biaya, asuransi kesehatan sosial yang menjamin kepastian pembiayaan

pelayanan kesehatan yang berkelanjutan serta asuransi kesehatan sosial yang

dapat digunakan diseluruh Indonesia (Kemenkes RI,2013).

Berdasarkan hasil analisis koordinasi pelaksanaan pembiayaan kesehatan

ibu dan anak (KIA) di Kabupaten Lombok Tengah, program Jampersal juga

belum berjalan optimal. Walaupun tidak ditemukan terjadinya tumpang tindih

pembiayaan dan tidak ada pelayanan KIA yang tidak terbiayai, namun masih

ditemukan adanya iuran biaya untuk obat maupun biaya rujukan serta tidak

dilibatkannya pihak swasta dalam program Jampersal. Pelaksanaan program

Jampersal dinas kesehatan kabupaten seharusnya dapat bekerjasama dengan klinik

(40)

2.1.2 Bidan Praktek Mandiri

Bidan Praktek Mandiri ( BPM ) adalah suatu institusi pelayanan kesehatan

secara mandiri yang memberikan asuhan pelayanan dalam lingkup kebidanan.

Praktek bidan mandiri merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kebidanan

yang diberikan kepada pasien baik individu, keluarga dan masyarakat sesuai

dengan kewenangan dan kompetensi yang dimilikinya. Bidan yang menjalankan

praktek mandiri harus memiliki Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) untuk

menjalankan prakteknya pada sarana kesehatan yang dimilikinya. Praktek

pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki

kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Masyarakat sebagai

pengguna jasa layanan bidan dapat memperoleh akses pelayanan yang bermutu,

perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas persiapan sebelum

bidan melaksanakan pelayanan praktek seperti perizinan, tempat, ruangan,

peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan

standar seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 (Kemenkes, 2010).

Hasil penelitian Tambun, dkk (2013) menyatakan bahwa kebijakan

persalinan masyarakat miskin di Kota Tanjung Pinang belum mendapat dukungan

secara optimal dari pemerintah daerah. Plafon biaya yang kecil membuat tidak

semua bidan bersedia mengikuti program Jampersal dengan klaim biaya kecil.

Tidak ada perbedaan jenis pertolongan yang diberikan bidan praktek swasta antara

(41)

program Jampersal di Tanjung Pinang banyak ditemukan pemungutan iuran biaya

persalinan di luar tanggungan Jampersal yang dilakukan oleh bidan dalam bentuk

biaya transport rujukan dan obat - obatan tambahan.

Implementasi JKN masih menimbulkan pertanyaan bagi para bidan,

karena BPM tidak dapat bekerjasama langsung dengan BPJS Kesehatan dan harus

bergabung menjadi jejaring dulu pada fasilitas kesehatan tingkat I (Puskesmas)

atau dokter praktek perseorangan. Sosialisasi tentang JKN pada BPM tentang

bagaimana mekanisme kerjasama, prosedur, sistem pembayaran klaim dan

cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal yang ditanggung JKN masih kurang,

sehingga IBI mengharapkan agar BPM dapat bekerjasama langsung dengan BPJS

Kesehatan seperti saat program Jampersal dan Jamkesda diberlakukan. Apabila

BPM tidak dilibatkan dalam JKN, maka dapat menghambat upaya pemerintah

menekan AKI dan upaya menggalakkan program KB (IBI,2013).

2.1.3 Faktor Individual Yang Berperan Dalam Keikutsertaan BPM Pada Program JKN

Faktor individual merupakan hubungan sikap seseorang terhadap

pekerjaannya. Penelitian ini yang dimaksud dengan faktor individual adalah

pengetahuan, motivasi dan harapan BPM terhadap program JKN dalam

memberikan asuhan kebidanan dan neonatal.

Menurut Achterbergh & Vriens (2002) pengetahuan memiliki dua fungsi

utama, pertama sebagai latar belakang dalam menganalisa sesuatu hal,

(42)

keputusan tindakan yang dianggap perlu. Kedua, peran pengetahuan dalam

mengambil tindakan yang perlu adalah menjadi latar belakang dalam

mengartikulasikan beberapa pilihan tindakan yang mungkin dapat dilakukan,

memilih salah satu dari beberapa kemungkinan tersebut dan

mengimplementasikan pilihan tersebut. Adapun faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan adalah: pendidikan, pekerjaan, umur, keinginan,

pengalaman lingkungan dan sumber informasi (Notoatmojo,2010).

Pengetahuan masyarakat tentang JKN yang sangat minim terutama di

daerah-daerah perlu diselesaikan secara bertahap. Dalam mengatasi masalah ini,

kebijakan kesehatan pemerintah harus hati-hati, cermat dan teliti sehingga

investasi yang dilakukan selama ini tidak sia-sia (Kebijakan Kesehatan

Indonesia,2013). Komunikasi juga sangat berperan dalam menyosialisasikan

program JKN, karena komunikasi merupakan suatu proses kegiatan yang dapat

berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsuryang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak statis.

Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan komunikasi, ini ditandai dengan adanya proses penyebaran pengetahuan dari seorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan. Sosialisasi suatu program, merupakan pengetahuan yang disampaikan dalam suatu kegiatan sosialisasi yang berkaitan dengan konteks permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sosialisasi akan memegang peranan penting di dalam menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan inovasi atau pengetahuan - pengetahuan yang berhubungan dengan inovasi, baik pengetahuan teknis maupun pengetahuanprinsip (Cangara, 2009).

(43)

Motivasi merupakan satu penggerak / pendorong dari dalam hati seseorang

untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan

sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari

kegagalan dalam mencapai tujuan hidup. Seseorang yang mempunyai motivasi

berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam

kehidupan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang

bersifat intrinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat

seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan

pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau

bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbinya, sedangkan motivasi ekstrinsik

adalah manakala elemen-elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan

tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status

ataupun kompensasi (Leidecker dkk, 2009).

Menurut teori Mc Clelland tentang teori kebutuhan untuk mencapai

prestasi (Need for achivenment) dalam Sudrajat (2008) menyatakan bahwa

motivasi berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.

Karakteristik orang yang berprestasi tinggi memiliki tiga ciri umum yaitu: sebuah

preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat,

menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya

mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, dan menginginkan umpan

balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka.

Hasil penelitian terkait motivasi keterlibatan Bidan Praktek Swasta (BPS)

(44)

program Jampersal di Kota Banjarmasin belum berjalan optimal. Pertolongan

persalinan oleh non nakes (dukun) meningkat dari 56 pada tahun 2010 menjadi

122 pada tahun 2011. Sosialisasi program Jampersal telah dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kota Banjarmasin kepada seluruh bidan. Kepala Dinas Kesehatan telah

mengeluarkan instruksi kepada seluruh BPS untuk menjalin kerjasama Jampersal,

namun demikian dari 346 BPS yang ada hanya 45 BPS (13%) yang bersedia

melakukan perjanjian kerjasama program Jampersal. Rendahnya motivasi BPS

untuk melakukan perjanjian kerjasama program Jampersal dipengaruhi oleh faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik (Noorhidayah,2012).

Hasil penelitian Brahmasari dan Suprayetno (2012) membuktikan bahwa

motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

karyawan, artinya bahwa motivasi kerja memang sangat diperlukan oleh seorang

karyawan untuk dapat mencapai suatu kepuasan kerja yang tinggi meskipun

menurut sifatnya kepuasan kerja itu sendiri besarannya sangat relatif atau berbeda

antara satu orang dengan orang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian Rahmah (2013), diketahui bahwa motivasi

BPM dalam penandatangan perjanjian kerjasama Jampersal, adalah adanya faktor

kebutuhan aktualisasi diri sebagai bentuk pengabdian BPM kepada masyarakat

dan kepatuhan terhadap aturan pemerintah, sementara kecenderungan BPM tidak

mengikuti Jampersal karena biaya pengganti yang terlalu sedikit dan perasaan

tidak nyaman harus mematuhi aturan Jampersal.

Harapan merupakan salah satu penggerak yang mendasari seseorang untuk

(45)

yang didapat akan sesuai dengan tujuan. Harapan merupakan usaha seseorang

untuk memaksimalkan sesuatu yang menguntungkan dan meminimalkan sesuatu

yang merugikan bagi pencapaian tujuan akhirnya. Menurut V.Room dalam Freddy

(2012) harapan adalah tingkat kepentingan pelanggan, yaitu keyakinan pelanggan

setelah mencoba atau menggunakan suatu produk atau jasa yang akan dijadikan

standar acuan untuk menilai produk atau jasa tersebut. Harapan dari tenaga

kesehatan adalah kunci pokok bagi setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan

seperti kesehatan ibu dan anak yang melibatkan bidan sebagai pelanggan internal

dan pasien atau klien sebagai pelanggan eksternal.

Menurut teori Maslow, pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan

pokok, yang ditunjukkan dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang

memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal

dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar

sampai motif psikologis yang lebih kompleks yang hanya akan penting setelah

kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat, paling tidak harus

terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi

penentu tindakan yang penting. Pengetahuan, motivasi dan harapan bidan untuk

mengikuti suatu program termasuk ke dalam kebutuhan penghargaan dan

aktualisasi diri. Bidan akan mempunyai motivasi dan harapan yang besar

terhadap suatu program seperti JKN apabila mendapatkan suatu penghargaan yang

layak bagi dirinya.

Hasil penelitian Dewi (2013) di Kabupaten Kapuas, Kalimantan tengah

(46)

harapan dengan pekerjaan bidan. Jika harapannya terpenuhi maka akan

menghasilkan kepuasan. Harapan bidan dalam bekerja berhubungan kinerja

provider dalam pelayanan antenatal berlaku pada lokasi tertentu dan situasi

tertentu saja sesuai dengan kondisi daerah, jika ingin meningkatkan kinerja maka

faktor harapan dalam bekerja yaitu memiliki uraian tugas yang jelas, prosedur

kerja yang tetap serta standar pelayanan antenatal harus tersedia agar dalam

menjalankan pekerjaan bidan tidak ragu-ragu dalam melaksanakan pekerjaan

sesuai dengan kompetensi dan kewenangan terhadap pelaksanaan pelayanan

sesuai dengan tanggung jawab yang akan memberikan dukungan bagi bidan untuk

berinisiatif dan berinovasi dalam memberikan pelayanan sehingga dapat

meningkatkan kinerja.

2.1.4 Faktor Struktural Yang Berperan Dalam Keikutsertaan BPM Pada Program JKN

Faktor struktural adalah suatu keadaan relatif yang dapat membantu untuk

memperoleh suatu hasil seperti kebijakan dari pemerintah dan dukungan sosial.

Penelitian ini yang dimaksud dengan faktor struktur adalah kebijakan – kebijakan

JKN yaitu: prosedur kerjasama, prosedur klaim dan prosedur administrasi.

Propinsi Bali mempunyai suatu program kesehatan yang bernama Jaminan

Kesehatan Bali Mandara (JKBM) juga memberikan jaminan pembiayaan pada ibu

hamil hingga melahirkan. Bagi penduduk Bali yang berdomisili dan mempunyai

KTP Bali bila tidak mempunyai jaminan kesehatan lain berhak untuk

mendapatkan pelayanan JKBM. Untuk pelayanan kebidanan dan neonatal belum

(47)

mengintegrasikan program Jampersal ke dalam program JKBM dan akan berakhir

pada tahun 2017.

Menurut Taylor, dkk (2000) dukungan sosial adalah pertukaran

interpersonal dimana seorang individu memberikan bantuan pada individu lain.

Dukungan sosial merupakan suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan,

maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain

ataupun dari kelompok. Dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, seseorang

membutuhkan dukungan sosial. Ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan

informasi dan dukungan kelompok (Sarafino, 2002).

Menurut Ealau dan Pewitt (1973) dalam Suharto (2008), kebijakan adalah

sebuah ketetapan yang berlaku, dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan

berulang baik dari yang membuat atau yang melaksanakan kebijakan tersebut.

Menurut Yandrizal, dkk (2013) menyatakan bahwa kebijakan jaminan kesehatan

Kota Bengkulu dilaksanakan belum menerapkan prinsip asuransi, dimana

penyelenggara berfungsi mengendalikan mutu dan biaya pelayanan kesehatan

yang diberikan baik di pelayanan dasar/primer maupun di pelayanan rujukan.

Menurut Titmuss (1974) dalam Suharto (2008), kebijakan adalah prinsip-

prinsip yang mengatur tindakan dan diarahkan pada tujuan tertentu. Kebijakan

adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara

bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten untuk mencapai tujuan

(48)

lingkungan tertentu. Mekanisme kerjasama BPM dengan program JKN diatur

dalam sistem jejaring, dimana seorang bidan dapat bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan selaku penyelenggara JKN melalui dokter keluarga. Dokter keluarga

akan bekerjasama dengan BPM dalam hal pelayanan kebidanan dan neonatal,

namun pada kenyataannya dokter sering mengambil alih tugas tersebut.

Mekanisme kerjasama antara BPM dengan program JKN yang

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan adalah melalui dokter keluarga. Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 tahun 2014, menyatakan bahwa dokter

harus memiliki jejaring bidan, khusus untuk memberikan pelayanan kebidanan

dan neonatal. Dokter keluarga dapat bekerjasama dengan 1 sampai 3 orang bidan,

sedangkan bidan hanya boleh bekerjasama dengan satu dokter keluarga saja.

Sistem jejaring ini baru mulai diterapkan sejak 1 Januari 2015, karena diharapkan

adanya kolaborasi antara dokter keluarga dengan bidan.

Menurut Notoatmodjo (2005), kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama yang formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing anggota tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi (sharing) baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. Terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu: (1) Kerja sama antara kelompok, organisasi dan individu, (2) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu yang disepakati bersama, (3) Saling menanggung resiko dan keuntungan.

(49)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hatta, dkk (2013) tentang peran

dokter dalam pelayanan maternal di Puskesmas Kota Yogyakarta menunjukkan

bahwa berdasarkan analisis univariat ditemukan peran dokter dalam pelayanan

maternal di puskesmas ada 61,1% responden yang tidak setuju bila ibu hamil

tanpa komplikasi untuk partus di bidan, dan 77,8% responden tidak setuju bila

bidan melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kelainan pada infant.

Terdapat 66,7% dokter tidak setuju bila ibu hamil bebas memilih tempat

melahirkan di rumah atau fasilitas kesehatan dan 94,4% responden setuju pada

kebijakan pemerintah yang mengharuskan ibu hamil partus di fasilitas kesehatan.

Di dapati pula ada 83,3% responden mengatakan bahwa beban kerjanya ringan

dan 50% berpendapat tidak ada potensi sengketa antara profesi bila berperan

dalam pelayanan maternal.

2.2 Konsep Dan Kerangka Berpikir 2.2.1 Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari SJSN yang

diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang

bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar

iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah yang sudah terlaksana mulai 1

Januari 2014 untuk masyarakat umum. JKN yang ditawarkan berupa: jaminan

kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan

(50)

berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 13

menyatakan bahwa: setiap orang berkewajiban ikut serta dalam program jaminan

kesehatan sosial.

2.2.2 Konsep Bidan Praktek Mandiri

Bidan Praktek Mandiri (BPM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan

secara mandiri yang dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

kepada masyarakat. Kegiatan pelayanan yang diberikan haruslah sesuai dengan

standar, kewenangan dan kompetensi yang dimilikinya. Bidan dalam menjalankan

kegiatan praktek kebidanan pada sarana kesehatan pribadinya diwajibkan untuk

mempunyai Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) yang di keluarkan oleh dinas

kesehatan kabupaten. Regulasi pelayanan praktek bidan meliputi perijinan,

tempat, ruangan, peralatan praktek dan kelengkapan administrasi.

Bidan sebagai tenaga yang professional harus mampu bertanggung jawab

secara akuntabel, bekerja sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan

asuhan kebidanan selama kehamilan, saat menolong persalinan dan perawatan

bayi baru lahir, saat masa nifas hingga perawatan bayi, balita dan anak prasekolah.

Asuhan yang diberikan berupa preventif , promotif serta kuratif untuk mendeteksi

komplikasi resiko tinggi pada ibu dan anak terhadap akses bantuan medis dan

bantuan lain yang sesuai serta kemampuan melaksanakan tindakan dan rujukan

terhadap kasus kegawat daruratan kebidanan.

Tugas bidan juga diharapkan mampu memberikan konseling termasuk

pendidikan kesehatan pada individu dan keluarga tentang asuhan kehamilan,

(51)

dan pengasuhan anak. Bidan diharapkan mampu menjadi fasilitator dan motivator

pada perempuan dan keluarga dalam mempersiapkan keuangan atau biaya untuk

melahirkan sehingga pada saat melahirkan ibu merasa aman dan nyaman karena

sudah ada persiapan untuk melahirkan.

2.2.3 Konsep Faktor Individual

Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang berhubungan dengan

sikap orang tersebut terhadap pengambilan keputusan dalam pekerjaannya. Faktor

individual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang pengetahuan

seorang BPM tentang program JKN yang berhubungan dengan motivasi dan

harapan bidan untuk ikutserta berpartisipasi pada program JKN.

2.2.4 Konsep Faktor Struktural

Faktor struktural sangat berperan dalam mensukseskan keberhasilan suatu

program. Dukungan dari organisasi dan pemerintah berupa dorongan,

penghargaan serta kenyamanan akan sangat membantu bidan untuk ikut

berpartisipasi dalam program JKN. Kebijakan-kebijakan yang dapat

mempengaruhi pelaksanaan JKN dari pemerintah haruslah dapat memberikan

kepastian terhadap pelaksanaan program dan sesuai dengan apa yang telah

ditetapkan.

2.3 Landasan Teori

Menurut Kurt Lewin (1970) mengemukakan bahwa suatu keseimbangan

antara berbagai kekuatan pendorong (driving forces) dan berbagai kekuatan

penahan (restraining forces) membentuk perilaku seseorang. Model teori Kurt

(52)

Gambar 2.1 Skema Teori Kurt Lewin

Sumber : Teori Kurt Lewin dalam Notoatmodjo, 2003.

Adanya ketidakseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan

penahan tersebut di dalam diri seseorang menyebabkan perubahan perilaku,

sehingga kemungkinan tiga perubahan perilaku pada diri seseorang adalah sebagai

berikut:

a. Meningkatnya kekuatan-kekuatan pendorong.

Keadaan ini dapat terjadi karena adanya rangsangan-rangsangan yang

mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku. Rangsangan ini berupa

sosialisasi, konseling, penyuluhan, pemberian informasi tentang hal yang

berkaitan dengan perilaku tersebut.

b. Menurunnya kekuatan penahan.

Keadaan ini disebabkan oleh melemahnya stimulus yang menyebabkan

menurunnya kekuatan penahan.

c. Meningkatnya kekuatan pendorong dan menurunnya kekuatan penahan

(53)

Bentuk-bentuk perubahan pada seseorang antara lain :

1) Perubahan alamiah (natural change) : perubahan seseorang karena

alamiah yang disebabkan oleh lingkungan disekitarnya.

2) Perubahan terencana (planned change) : perubahan yang memang telah

direncanakan oleh yang bersangutan.

3) Kesiapan untuk berubah (readiness): perubahan melalui proses internal

pada seseorang, dimana proses internal ini berbeda pada masing-masing

Gambar

Gambar 2.1 Skema Teori Kurt Lewin

Referensi

Dokumen terkait

Hmm, nama kamu Beby ya?,” tanya Vina dengan garang sambil memperhatikan kertas bertuliskan nama yang digantungkan di leher gadis itu.. Aku memutuskan untuk tidak memasuki

Hasil penelitian menunjukkan dari 60 rumah balita yang diobservasi, tidak terdapat rumah yang memenuhi syarat kesehatan, misalnya tidak memiliki langit- langit, tidak

Apabila perlu tuliskan pada lembar tambahan *) KOMPETENSI: Isi dengan nomor Uraian Kegiatan Kompetensi (lihat Buku Bakuan Kompetensi) yang Anda anggap.. persyaratannya

Secara umum, preferensi yang dimiliki pasukan pribumi pendukung Pangeran Diponegoro di fase 2 terbentuk dengan pola sebagaimana disebutkan di atas karena pada fase 2

Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Hadi, (2009:29) bahwa dampak sosial muncul ketika terdapat aktivitas proyek, program atau kebijaksanaan yang diterapkan

Berdasarkan hasil perhitungan- perhitungan di atas, maka dapat diketahui besarnya biaya produksi tahunan dari alat Wheel Loader 924G merupakan penjumlahan dari biaya-biaya

Hasil dari analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rasio lidah buaya dan rumput laut berpengaruh tidak nyata terhadap aroma permen jelly.. Rata-rata aroma

Dengan merujuk keadaan ini dapat diperkirakan bahwa pemikiran tasawuf yang terdapat di dalam naskah ini sangat dipengaruhi oleh dinamika pemikiran yang terjadi di Kalimantan