• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evenol dalam Furqon (2012: 55) menjelaskan bahwa Tulisan pertama yang digunakan di Turki adalah berjenis Hierogliyph. Hal ini sesuai dengan bukti penemuan yang ditemukan di lembah sungai Tigris dan Eufrat kepunyaan bangsa Sumeria yang merupakan nenek moyang dari bahasa Turki. Lalu tulisan kedua yang digunakan disebut Alfabet Orthon yang memiliki 38 karakter. Tulisan

tersebut ditemukan di daerah Turkestan. Kemudian tulisan berikutnya yang digunakan oleh bangsa Turki di bagian selatan yang disebut Uygur. Tulisan tersebut diperkenalkan pada abad ke tujuh. Hal ini sesuai dengan bukti lembaran yang ditemukan di Cina-Turki.

Pada masa kekuasaan Kekhalifah Turki Utsmani, di Turki semua rakyatnya menggunakan huruf Arab sebagai tulisannya. Hal ini sejalan dengan pemerintahannya yang bercorakan Islam, dimana banyak dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan Arab dahulu, sehingga tulisan Arab menjadi tulisan yang digunakan di Turki. Seiring dengan melemahnya kekuasaan Kekhalifahan Utsmani di Turki, muncul gerakan-gerakan untuk menyederhanakan bahasa Turki. Walaupun sebenarnya pergerakan yang sama pernah muncul sebelumnya, dimana pergerakan tersebut diprakarsai oleh tokoh-tokoh sastra Turki pada abad sembilan belas (Furqon, 2012: 55-56). Pergerakan lainnya juga muncul pada saat pemerintahan Turki Muda yang dilakukan surat kabar yang terbit pada awal abad ke-20 (Ali, 1994: 117).

Dengan adanya keputusan untuk menggunakan bahasa Latin untuk bahasa turki Azerbaijan pada bulan Mei 1925, membuat ahli-ahli bahasa Turki mengadakan sebuah kongres. Akhirnya kongres tersebut dapat terwujud dengan diadakannya kongres para Turkologis yang dilaksanakan di Baku pada 26 Februari 1926 (Ali, 1994: 88). Kongres yang mendapat dukungan penuh oleh pemerintahan Bolsevik ini dihadiri oleh profesor Fuad Koprulu. Kongres tersebut akhirnya menghasilkan keputusan bahwa huruf Latin supaya dipergunakan untuk mengganti huruf Arab di semua bahasa Turki dari Asia Tengah (Ali, 1994: 117).

Hasil kongres tersebut membuat pemerintahan Mustafa Kemal mengganti tulisan Arab menjadi tulisan Latin pada tanggal 3 November 1928. Alasan yang dikeluarkan secara resmi oleh pemerintahannya adalah adanya kecocokan dan kesederhanaan antara tulisan latin dengan bahasa Turki. Alasan lain yang dikeluarkan juga adalah tulisan arab menyebabkan kebutahurufan yang menyebar luas karena kesulitan untuk membacanya (Toprak, 1990: 74). Namun Freely menyatakan pada bukunya yang berjudul “Istanbul Kota Kekaisaran” bahwa, majelis mengeluarkan undang-undang menetapkan abjad Latin untuk menggantikan huruf Arab yang biasa digunakan bangsa Turki dalam keseharian mereka pada 9 Agustus 1928 (Freely, 1996: 378). Penulis menemukan perbedaan tanggal tentang keputusan penggunaan huruf Arab menjadi huruf Latin. Akan tetapi, beberapa sumber yang ditemukan penulis hanya menyebutkan tahunnya saja. Yaitu pada tahun 1928. Ankara state information organisation (1972: 38) menjelaskan:

In 1928 the Constution was secularised and the Latin alphabet adopted –a turning point in the history of Turkish Culture.

Pada tahun 1928 Pemerintah mengadopsi Tulisan Latin yang merubah dari sejarah kebudayaan Turki.

Latip Talib (2011: 15) juga mengemukakan bahwa pergantian tulisan sistem huruf Arab digantikan dengan sistem huruf Latin pada tahun 1928. Huruf vokal yang digunakan dalam abjad Turki berjumlah delapan huruf dan konsonannya berjumlah dua puluh satu huruf (Furqon, 2012: 57). Setelah disahkannya undang-undang yang menjadikan penggunaan tulisan Latin sebagai pengganti tulisan Arab di Turki, Mustafa Kemal mulai mengadakan

kunjungan-kunjungan di banyak daerah dari negaranya untuk mengajarkan tulisan tersebut kepada rakyatnya (Ali, 1994: 88).

Didalam memikirkan pemecahan masalah pemberantasan buta huruf, Mustafa Kemal sampai pada kesimpulan bahwa jumlah buta huruf mencapai sebesar 91%. Hal itu disebabkan oleh pemakaian abjad Arab yang dinilai terlalu sulit. Beberapa sarjana asing diundang untuk menyesuaikan huruf latin a-b-c pada keperluan bahasa Turki, dan pada pertengahan tahun 1928, mulailah ia dengan mengganti alif –ba- ta dengan a-b-c. Tanpa mengenal lelah Mustafa Kemal pergi keliling negeri untuk mengajar huruf-huruf baru, dan setiap kesempatan ia gunakan untuk menguji kepandaian seseorang menulis namanya. Dalam waktu yang singkat, kota-kota di Turki berubah menjadi taman sekolah besar, dikedai-kedai, di toko-toko, didalam maupun diluar rumah rakyat berusaha menghafalkan ajaran mahaguru tertinggi (demikianlah sebutan Mustafa Kemal pada masa itu). Surat-surat kabar segera dicetak dalam huruf Latin, dan memakai huruf yang besar-besar agar memudahkan pembaca yang belum begitu fasih membaca (Suwirjadi, 1952: 98).

Ellen dalam Furqon (2012) menyatakan bahwa Mustafa Kemal juga segera membuat kebijakan untuk memberlakukan semua tulisan lain di sekolah-sekolah yang ada. Tujuan pengadopsian tulisan latin adalah agar bangsa Turki tidak susah payah dalam memberantas buta huruf, sehingga bangsa Turki dapat disejajarkan dengan bangsa barat yang maju.

Dengan diberlakukannya tulisan latin sebagai pengganti tulisan Arab di Turki membuat tingkat melek huruf secara signifikan mengalami peningkatan (Toprak, 1999:75). Hal ini disebabkan penggunaan huruf latin yang mulai

diterapkan di sekolah-sekolah dan juga pelaksana pendidikan umum yang digancarkan oleh pemerintah sejak 1930 yang lebih memfokuskan tingkat melek huruf daripada sekedar pembaharuan alfabet.

Perubahan dalam bahasa ini menyebabkan banyak perubahan. Perubahan terutama terjadi pada bidang Pendidikan dan juga dalam bidang Agama. Dalam bidang agama, agar rakyat Turki dapat memahami adzan, maka Mustafa Kemal mengharuskan azan dilakukan dalam bahasa Turki bukan bahasa Arab. Demikian juga Al-Quran perlu diterjemahkan dalam bahasa Turki agar dapat dipahami rakyat termasuk Khutbah pada hari Jumat pun menggunakan bahasa Turki (Isputaminingsih 2009:138-139). Mustafa Kemal berpendapat bahwa perlunya menasionalisasi bahasa Turki agar dapat menemukan bahasa Turki yang murni walaupun harus mengorbankan bahasa dalam peribadatan (Furqon, 2012: 29).

Sedangkan perubahan yang terjadi pada bidang pendidikan adalah Mustafa Kemal berpendapat bahwa di sekolah tidak perlu ada pelajaran bahasa Arab. Bagi Mustafa bahasa Arab bukan bahasa Ilmu dan bahasa Arab tidak dapat digunakan dalam melawan musuh (Talib, 2011: 229-230). Maka dari itu, Mustafa Kemal menghapuskan pelajaran bahasa Arab dan Persia di sekolah-sekolah pada tanggal 1 November 1928 (Ali,1994: 109). Hal itu dilakukan dengan alasan agar para murid mudah dalam mempelajari ilmu seperti bahasa Inggris dan ilmu Sains maka tulisan Arab akan dihapus dan digantikan dengan tulisan Latin (Talib, 2011: 226-227). Ia juga mewajibkan bagi para guru untuk melakukan pengajaran menggunakan huruf Latin di semua sekolah (Talib, 2011: 231).

Toprak (1999: 77), mengatakan bahwa pada tahun 1931, didirikanlah Himpunan Pengkajian Sejarah Turki. Setahun kemudian, disusul dengan

didirikannya Himpunan Pengkajian Bahasa Turki. Sementara tujuan himpunan yang pertama adalah untuk mengkaji sejarah Turki sebelum periode Utsmani, dan tujuan Himpunan Kajian Bahasa Turki adalah sebagai pemurnian bahasa dengan cara memasukkan kosa kata bahasa asli Turki ke dalam pembicaraan formal serta menciptakan kosa kata baru dari akar-akar bahasa Turki.

Dokumen terkait