• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Dasar Hukum Pengurusan Piutang Negara Macet

1. Sistem Hukum

Sistem berasal dari kata systeem atau systema, maka “sistem“ adalah sekelompok pendapat,peristiwa, yang diatur dan disusun dengan baik-baik, sekelompok bagian/alat yang bekerja sama untuk melaksanakan suatu tujuan atau maksud tertentu, atau tata susunan. Karena itu rechtssysteem (sistem hukum) adalah tata susunan hukum.35

C.F.G Sunaryati Hartono menyatakan “sistem” adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas 36, dan sebagai suatu sistem akan tunduk pada batasan dan ciri-ciri sistem juga.

Sistem adalah suatu keharusan yang tidak menghendaki adanya konflik didalamnya. Suatu kesatuan yang terpadu sehingga kalau terjadi konflik di dalam sistem itu, maka sistem itu sendirilah yang akan menyelesaikan konflik. Jadi sistem

35

Asis Safioedin, Daftar Kata Sederhana Tentang Hukum, Alumni,Bandung,1984, hal. 193

36

C.F.G.Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, 1991, hal. 56

itu terdiri dari bahagian-bahagian dan atau unsur-unsur yang satu sama lainnya erat sekali hubungannya.

Karena itu sistem mempunyai dua pengertian : Pertama adalah pengertian sistem sebagai jenis satuan yang mempunyai tatanan tertentu. Tatanan tertentu disini menunjuk kepada suatu struktur yang tersusun dari bagian-bagian. Kedua, sistem sebagai suatu rencana, metode atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu.

Sistem hukum dikenal terbuka, artinya hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Unsur-unsur di luar sistem itu tidak merupakan bagian dari sistem, yang mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur sistem hukum itu.

Dengan kata lain, sistem hukum adalah suatu kumpulan unsur-unsur yang ada dalam interaksi satu sama lain yang merupakan satu kesatuan yang terorganisasi dan kerjasama kearah tujuan kesatuan.

Struktur menentukan identitas sistem, sehingga unsur-unsur itu pada dasarnya dapat berubah dan bahkan dapat diganti tanpa mempengaruhi kontinuitas sistem. Contohnya peraturan yang berubah, undang-undang yang diganti, yurisprudensi selalu berkembang, tetapi sistemnya selalu sama.

Sistem termasuk sistem hukum terdiri dari suatu keseluruhan kompleks unsur-unsur, yaitu peraturan-peraturan, putusan, pengadilan, lembaga, atau organisasi dan nilai-nilai. 37

37

Tiap-tiap sistem merupakan suatu kelompok aktivitas usaha yang diikat satu sama lainnya melalui cara kerja yang tertentu (metode) dan melalui tata urutan, untuk mengerjakan sesuatu/menjalankan aktivitas-aktivitas tertentu (prosedur).38

Sistem hukum memiliki sifat terbuka, artinya terjadi hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Unsur-unsur di luar sistem itu tidak merupakan bagian dari sistem, sehingga yang memiliki pengaruh terhadap unsur-unsur sistem hukum.

Campbell mendefenisikan sistem sebagai : A System as any group of

interrelated or parts which function together to achieve agoal (sistem itu merupakan

himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan .39

Karena itu, sistem ini mempunyai dua pengertian : Pertama adalah pengertian sistem sebagai jenis satuan, yang mempunyai tatanan tertentu. Tatanan tertentu di sini menunjuk kepada suatu struktur yang tersusun dari bagian-bagian. Kedua, sistem sebagai suatu rencana, metode atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu.40

Struktur menentukan identitas sistem, sehingga unsur-unsur itu pada asasnya dapat berubah dan bahkan dapat diganti tanpa mempengaruhi kontinuitas sistem. Contohnya peraturan yang berubah, undang-undang diganti, yurisprudensi selalu berkembang, tetapi sistemnya selalu sama.

38

Musanef, Sistem Pemerintahan di Indonesia, C.V Haji Masagung, Jakarta, 1989, hal. 7

39

Tatang M. Amirin, Pokok-Pokok Teori Sistem,C.V.Rajawali, Jakarta,1984, hal 10

40

Kesatuan atau “structured whole” itu bukan sekedar merupakan kumpulan atau penjumlahan atas bagian-bagian atau dari unsur-unsur masing-masing dan tetap berdiri sendiri, tetapi lebih dari itu sekedar merupakan kumpulan atau penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsur yang mempunyai kemandirian dan terbatas terhadap sistem-sistem lain dan yang mengurangi kompleksitas secara keseluruhannya.41

Pemahaman yang umum sistem adalah “suatu kesatuan yang bersifat kompleks, yang terdiri dari bagian yang berhubungan satu sama lain” pemahaman yang demikian itu hanya menekankan pada ciri keterhubungan dari bagian-bagiannya, tetapi mengabaikan cirinya yang lain, yaitu bahwa bagian-bagian tersebut bekerja bersama secara aktif untuk mencapai tujuan pokok demi kesatuan. Apabila suatu sistem itu ditempatkan pada pusat pengamatan yang demikian itu, maka pengertian-pengertian dasar yang terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut :

1. Sistem itu berorientasi kepada tujuan.

2. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagiannya (wholism)

3. Suatu subsistem berinteraksi dengan sistem yang lebih besar, yaitu lingkungannya (keterbukaan sistem)

4. Bekerjanya sub bagian-bagian dari sistem itu menciptakan sesuatu yang berharga (tranformasi)

5. Masing-masing bagian harus cocok satu sama lain (keterhubungan) 6. Ada kekuatan yang mengikat sistem itu (mekanisme kontrol).42

Pemahaman sistem sebagai metoda/ cara dikenal melalui cara –cara pendekatan sistem dan melalui cara-cara pendekatan terhadap suatu masalah yang disebut pendekatan- pendekatan sistem.43 Pendekatan sistem yang dipergunakan adalah konotasi sistem sebagai suatu wujud (system as an entity) atau “entitas”, yang melihat sistem pengelolaan kehidupan bangsa sebagai “suatu himpunan dari bagian-bagian yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang rumit atau kompleks

41

Soedikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty,

Yogyakarta,1985, hal.19

42

Satjipto Rahardjo, Op.cit, hal. 48-49

43

tetapi merupakan satu kesatuan yang bertitik tolak dan bertolak ukur dari UUD 1945 R.I, sebagai “Konsep dasar sistem pengelolaan “.44

Sebagai pendekatan sistem (system approach), sistem pengelolaan kehidupan nasional meliputi sub sistem itu, masing-masing dapat dirinci ataupun diciutkan dan disederhanakan menurut kebutuhan analisa dan konseptualisasi, seperti sub sistem kehidupan sosial, budaya dapat dirinci menjadi sub sistem pendidikan, kebudayaan, kesehatan, kependudukan, bahkan sub sistem kependudukan dapat dirinci lagi atas transmigrasi, keluarga berencana, pemukiman kembali dan lain-lain.45

Secara garis besar, sistem pengelolaan kehidupan bangsa yaitu sistem manajemen kehidupan nasional, yang disebut SISNAS.46 Karena itu, Sisnas atau sistem nasional, terbagi lagi ke dalam sub sistem-sub sistem yaitu sub sistem politik, sub sistem ekonomi, sub sistem sosbud, dan susb sistem Hankamnas.47 Dengan demikian tercapailah tujuan hukum adalah keadilan dan ketertiban.48