• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Sistematika Penulisan

Berdasarkan buku panduan pedoman penulisan skripsi IAI Bunga Bangsa Cirebon sistematika penulisan skripsi yaitu:

Bab I pendahuluan penelitian ini berisi tentang latar belakang masalah, yang memuat masalah penelitian dan alasan logis dan rasional mengapa suatu masalah tersebut perlu diteliti dan dicermati.

Identifikasi masalah yang memuat faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya suatu masalah, hambatan dan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Fokus penelitian yang

memuat penjelasan mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah penelitian. Rumusan masalah yang berisi tentang rumusan-rumusan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Tujuan penelitian yang memberi jawaban atas permasalahan penelitian yang dimuat dalam rumusan masalah.

Kegunaan penelitian membicarakan tentang manfaat atau kontribusi apa yang dapat diperoleh setelah hasil penelitian ditemukan. Dan yang terakhir adalah sisitematika penulisan penelitian.

Bab II landasan teori yang berisi tentang deskripsi teoritik, yang dijadikan dasar pijakan untuk mendalami makna dan pola hubungan yang bersifat interaktif dengan subjek di lapangan. Hasil penelitian yang relevan yang berisi hasil kajian dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan masalah yang diajukan peneliti. Kerangka berpikir yang merupakan penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang menjadi objek permasalah yang diteliti.

Bab III Metodologi penelitian yang berisi tentang desain penelitian, yang berisi pola umum penelitian yang akan digunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Tempat dan waktu penelitian yang berisi tentang tempat dan waktu penelitian akan dilakukan. Data dan sumber data yang merupakan situasi sosial yang terdiri dari orang, tempat dan aktivitas. Teknik pengumpulan data yang menjelaskan teknik apa yang digunakan untuk menjaring data tentang fokus penelitian. Teknik analisis data yang berisi pengolahan data mentah yang telah dikumpulkan. Pemeriksaan keabsahan data yang melalui uji credibility, dependability dan confirmability.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang deskripsi data hasil penelitian yang berisi pemaparan data temuan dari penelitian yang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian yang berisi interpretasi dan pemaknaan terhadap hasil penelitian, keterkaitan temuan yang diperoleh dengan teori atau konsep yang melandasi penelitian. Keterbatasan penelitian yang menjelaskan hal-hal yang tidak dijumpai dalam penelitian yang menyebabkan peneliti tidak memberikan hasil yang semestinya.

Bab V kesimpulan dan saran berisi tentang simpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian. Simpulan berisi pernyataan yang bersifat umum tentang hasil-hasil penelitian dan merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya.

Saran atau rekomendasi berisi penerapan hasil penelitian dalam bidang pendidikan dan penelitian lebih lanjut. Saran bisa diberikan kepada siswa/ mahasiswa, lembaga pendidikan, pemerintah pengambil kebijakan dan masyarakat atau stakeholder pada umumnya.

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Implementasi

a. Pengertian Implementasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ”implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan. ”Menurut Budi wiranto, mengatakan bahwa, ”implementasi adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh sekelompok individu yang telah ditunjuk untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. ”Senada dengan yang diungkapkan oleh Solichin Abdul Wahab Beliau mengungkap bahwa, ”implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok oleh pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuanyang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Fathur, Skripsi 2019).

Kata implementasi digunakan selama pengembangan dan pengenalan program baru. Kata implementasi juga diasumsikan oleh setiap orang dengan pemahaman yang sama. Dalam kenyataanya terdapat banyak definisi dari implementasi. Seperti yang disampaikan Fulan (1982) dalam Miller and Seller (9185: 246) memberikan definisi tentang implementasi, yaitu sebagai suatu proses peletakan ke dalam pratik tentang suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang dalam mencapai atau mengharap perubahan.

Menurut Laitwood, implementasi sebagai proses.

Implementasi meliputi pengurangan perbedaan antara kenyataan praktik dan harapan praktis oleh suatu inovasi (Majid, 2012, p. 68).

Dari beberapa pengertian tersebut, bisa diambil kesimpulan, bahwa implementasi adalah sebuah tindakan atau penerapan dari suatu rencana yang telah disusun dengan baik guna tercapainya suatu tujuan yang diharapkan. Dengan melakukan implementasi, dapat diketahui seberapa jauh tujuan yang ingin dicapai dan kekurangan apa saja yang perlu diperbaiki serta kendala apa saja yang dihadapi juga solusi dalam menghadapi kendala tersebut.

b. Tujuani Implementasi

Seperti yang disebutkan sebelumnya implementasi merupakan aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan

terikat oleh mekanisme untuk mencapai tujuan tertentu mengacu pada pengertian implementasi tersebut, adapun beberapa tujuan impelementasi adalah sebagai berikut:

1) Tujuan utama implementsi adalah untuk melaksanakan rencana yang telah disusun dengan cermat, baik oleh individu maupun kelompok.

2) Untuk menguji serta mendokumentasikan suatu prosedur dalam penerapan rencana atau kebijakan.

3) Untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai di dalam penerapan rencana atau kebijakan.

4) Untuk mengetahui kemampuan masyarakatan dalam menerapkan suatu kebijakan atau rencana sesuai dengan yang diharapkan.

5) Untuk mengetahui tingkat keberhasilansuatu kebijakan atau rencana yang telah dirancang demi perbaikan atau peningkatan mutu.

2. Metode

Menyajikan suasana belajar dan pembelajaran yang menarik dan berkesan bagi peserta didik bukan suatu perkara yang mudah.

Karena peserta didik antara yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan, baik perbedaan secara kognitif, afektif, ataupun psikomotornya. Oleh sebab itu seorang tenaga pendidik harus mempersiapkannya dengan memiliki pengetahuan dan kompetensi yang memadai dengan didukung oleh sumber daya dan metode yang memadai juga untuk menerapkan strategi belajar dan pembelajaran yang kondusif dan efektif.

a. Pengertian Metode

Ramayulis (2015), Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh pendidik dalam mengadakan hubungan dengan pesrta didik. Pada saat berlangsungnya proses pemebelajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran (p. 264).

Secara bahasa metode (method) berarti jalan atau cara.

Dalam bahasa Arab kata metode dikenal dengan istilah al- Thariqah yang arinya suatu jalan yang sering dilalui. Karena dianggap paling dekat dengan tempat yang akan dituju, sehingga dengan melintasi jalan tersebut memungkinkan akan cepat sampai ke tempat tujuan, disbanding dengan jalan yang lainnya. Dari arti tersebut dapat dipahami secara sederhana bahwa metode adalah suatu jalan atau cara yang diyakini paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan (Eman, 2016, p. 23).

Menghafal al-Qur’an bukanlah pekerjaan yang mudah, dari itu perlu adanya metode yang bisa memudahkan dalam menghafal al-Qur’an. Biasanya yang pertama menggunakan cara berhadapan dengan guru pembimbing hafalan dalam menghafal kemudian berikutnya dengan cara tikrar atau mengulang bacaan dan dilakukan dengan disimak oleh guru atau teman. Juga dengan cara membaca al-Qur’an dengan berurutan secara bergantian. Setiap orang memiliki metode yang cocok untuk dirinya dan dapat membuatnya lebih terasa nyaman dalam mencapai tujuan tertentu, untuk menemukan sebuah metode tertentu yang lebih pas dapat dilakukan dengan sebuah percobaan (Amjad, 2011, p.122).

Metode merupakan suatu hal yang penting dalam pembelajaran, karena tanpa adanya metode maka kegiatan belajar dan pembelajaran tidak akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Seorang pengajar harus tepat dalam memilih metode pembelajran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan instrument penting dalam proses pembelajaran yang memiliki nilai teoritis dan praktis. Metode pembelajaran menjadi variable penting dalam proses pembelajaran yang mempengaruhi hasil pembelajaran (Ahmad, 2009, p. 49).

Metode yang dimaksud adalah cara sistematis dan terfikir secara baik untuk mencapai tujuan. Metode merupakan usaha untuk menggerakan anak didik agar dapat mepelajari bahan pembelajaran. Seorang guru dapat menggerakan anak didik apabila metode yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik, baik secara individu maupun secara kelompok. Guru sebaiknya tidak memaksakan anak didik untuk bergerak dalam aktivitas belajar menurut acuan metode. Pemaksaan tidak akan mendapatkan sesuatu yang diharapkan, bahkan bisa merusak perkembangan anak didik menjadi terganggu. Guru sebaiknya bisa membangkitkan motivasi anak didik.

Motivasi akan tumbuh dan berkembang jika anak didik merasakan senangnya berprestasi, bertanggung jawab dan dihargai. Metode yang lunak biasanya mudah berhasil dalam menggerakkan gairah santri dari pada metode yang mengandung unsur-unsur otokratis. Tetapi terkadang metode yang lunakpun tidak akan berhasil apabila seorang santri tidak bisa dengan sebuah metode tersebut. Pendek kata, ”bukan siswa untuk metode, melainkan metode untuk siswa”.

b. Penggunaan Metode

Dalam pendidikan yang diterapkan di Barat, metode pendidikan hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan peserta didik, para pendidik hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator, ataupun hanya sebagai instruktur. Sistem yang cenderung dan mengarah kepada peserta didik sebagai pusat (child center) ini sangat menghargai adanya perbedaan individu peserta didik. Hal ini menyebabkan para peserta didik hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para peserta didik untuk belajar dan mereka diberi kebebasan, sedangkan pembentukan karakter dan pembinaan moral hamper kurang menjadi perhatian pendidik (p. 265).

c. Pembagian Metode al-Qur’an

Tentang metode, berikut adalah beberapa pilihan yang banyak ditetapkan oleh para penghafal al-Qur’an diantaranya:

1) Metode kitaba . Secara bahasa, kitabah artinya menulis.

Adapun metode menulis yang dimaksud disini adalah metode menghafal al-Qur’an yang diawali dengan terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan di hafal. Dalam penerapanya, penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang di sediakan. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya dengan benar samapai lancar, lalu kemudian itu dihafalkan.

Dianatara kelebihan dari metode ini adalah bahwa di samping dibaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan didalam bayangan, serta sekaligus melatih menghafal untuk menulis tulisan Arab.

2) Metode simai’. Metode ini seringkali dipakai oleh para penghafal al-Qur’an yang memiliki kekurangan dalam hal penglihatan atau juga bisa digunakan anak kecil yang masih belum lancar dalam membaca al-Qur’an. Banyak teknik yang bisa dalam penerapan metode ini, salah satunya misalnya bisa dengan langsung mendengarkan dari guru atau kaset murathal. Simai’ sendiri berarti mendengar yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan bacaan al-Qur’an untuk dihafalkannya.

Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang meiliki daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tuna netra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum bisa baca tulis al-Qur’an.

3) Metode Tasalsul (berantai) yang dimaksud dengan metode tasalsul adalah menghafal tiap satu halaman al-Qur’an dengan cara menghafal satu ayat sampai hafal dengan lancar, kemudian berpindah ke ayat kedua sampai benar-benar lancar, setelah itu menggabungkan ayat satu dengan ayat dua tanpa melihat mushaf. Penghafal hendaknya tidak berpindah ke ayat selanjutnya kecuali ayat sebelumnya telah lancar, begitu juga seterusnya ayat ketiga sampai habis satu halaman, kemudian menyambungkan ayat pertama sampai terakhir. Cara ini membutuhkan kesabaran dan sangat melelahkan karana harus banyak mengulang-ngulang setiap ayat yang sudah dihafalkan, kemudian digabungkan dengan ayat sebelumnya. Namun, cara seperti ini bisa menghasilkan hafalan yang benar-benar baik.

4) Metode jami’ (penggabungan). Yang dimaksud dengan metode ini adalah menghafal satu halaman al-Qur’an dengan cara menghafal satu ayat sampai lancar, berpindah ke ayat ketiga, juga seterusnya sampai satu halaman.

Kemudian setelah dapat menghafal satu halaman,menggabungkan hafalan dari ayat pertama sampai terakhir tanpa melihat mushaf.

5) Metode muqsam (pembagian). Yang dimaksud dengan metode ini adalah menghafal satu halaman al-Qur’an dengan cara membagi-baginya menjadi beberapa bagian, misalnya menjadi dua atau tiga bagian, dan setiap bagian itu dihafalnya secara tasalsul (pengulangan dari awal).

Barulah setelah tiap-tiap bagian telah sempurna dihafal hingga habis satu halaman, kemudian semua bagian itu disatukan atau digabungkan sampai seluruh bagian dapat dikuasai dengan lancar. Metode ini merupakan pertengahan antara metode tasalsul dan jami’.

6) Metode wahdah (satu persatu). Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode tasalsul, hanya saja ada penentuan bilangan berapa kali ayat diulang. Misalnya, tiap ayat diulang sebanyak 20 kali. Baru kemudian ayat-ayat yang dihafalkan tersebut digabungkan dan diulang sebanyak 20 kali pula. Pengaruh terhadap kelancaran dengan metode ini lebih besar dibandingkan metode tasalsul. Hanya saja, cukup berat dan melelahkan dalam prakteknya, disamping itu penghafal juga harus bisa istiqomah dengan jumlah pengulangannya.

7) Metode jami’ yang dimaksud dengan metode ini ialah cara menghafal yang dilakukan secara bersama-sama,

dipimpin oleh seorang instruktur atau pembimbing.

Sebagai contoh misalnya pembimbing membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya. Selanjutnya, setelah ayat-ayat itu mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf, demikian seterusnya sampai ayat-ayat itu benar-benar hafal.

8) Metode memahami sebelum menghafal. Metode ini sangat efektif, hanya saja sulit diterapkan diusia dini,karena untuk bisa pada tingkatan mampu memahami al-Qur’an membutuhkan waktu yang lama. Metode ini juga akan sangat membantu seseorang didalam menyelesaikan target hafalannya, karena seseorang yang telah paham dengan isi ayat, maka ia akan lebih cepat menghafalkannya dan sangat membantu menguatkan hafalan. Karenanya, tidak perlu heran jika orang Arab bisa lebih cepat ketika menghafal al-Qur’an dibanding dengan orang asing, karena mereka sudah dibantu dengan kemampuan bahasa Arab. Untuk bisa menggunakan metode ini, orang yang belum paham bahasa Arab harus terlebih dahulu mempelajari bahasa Arab sebagai perangkat untuk bisa memahami al-Qur’an sebelum ia menghafal al-Qur’an.

9) Pengulangan (muraja’ah). Tahapan muraja’ah ini adalah yang paling penting dari tahapan-tahapan sebelumnya, mengingat ia adalah inti dari kegiatan menghafal al-Qur’an itu sendiri. Selanjutnya, khusus tentang tahapan ini, akan dibahas lebih lanjut pada bagian-bagian berikutnya didalam buku ini (A. Cece, p. 29).

3. Muraja’ah

a. Pengertian muraja’ah.

Muraja’ah merupakan mashdar dari kata kerja raja’a (عجار) yuraji’u (عجاري) ia berasal dari akar kata yang tersusun dari huruf ra (ر) jim (ج) dan (ع) ’ain, yang berarti kembali atau pulang. Selanjutnya kata muraja’ah sendiri kemudian diartikan dengan meinjau ulang, memeriksa kembali, dan mengulang hafalan al-Qur’an disebut muraja’ah karena ia tidak dapat dilakukan kecuali setelah kembali dulu kebelakang, lalu maju lagi. Maka bisa disimpulkan bahwa muraja’ah hafalan al-Qur’an adalah upaya untuk kembali mengulang-ulang dan mengecek apa yang sudah dihafalkan

sebelumnya,agar hafalan al-Qur’an menjadi semakin kuat dan terjaga.

Dalam bahasa Arab, menghafal menggunakan terminology al-Hafidz yang artinya menjaga, memelihara, dan menghafalkan. Menghafal sendiri berarti sebuah usaha meresapkan sesuatu ke dalam ingatan. Karena itu, menghafal al-Qur’an bisa diartikan sebagai proses memasukkan ayat-ayat al-Qur’an ke dalam ingatan, kemudian melafalkan kembali tanpa melihat. Ada juga yang mengartikan bahwa menghafal al-Qur’an adalah proses dimana seluruh materi ayat (rincian bagian bagiannya seperti fonetik, waqof dan lain-lain) harus diingat terhadap ayat dan bagian-bagiannya itu mulai dari proses awal hingga pengingatan kembali (recolling) harus tepat. Ketika keliru dalam memasukkan atau menyimpannya akan sulit ditemukan kembali dalam memori (p. 16).

Muraja’ah atau mengulang-ulang hafalan al-Qur’an ini merupakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menghafal al-Qur’an. Hafalan yang diulang tentu saja adalah hafalan yang sudah didapatkan sebelumnya dengan baik,atau yang telah didengarkan dan dutashih oleh guru atau kiyai. Hafalan yang sudah didengarkan dihadapan guru yang semula sudah dihafalkan dengan baik dan lancar itu memang terkadang masih saja bisa terlupakan, atau mungkin menjadi hilang sama sekali jika ditinggalkan. Karena itu harus dilakukan muraja’ah atau mengulang kembali hafalan yang telah dihafal dan diperdengarkan kembali (p. 59).

Menurut Majdi (2014), pengertian muraja’ah secara kontinyu adalah menguatkan hafalan, muraja’ah pada hakikatnya adalah menghafal. Setiap orang yang membaca al-Qur’an sebenarnya tahu betul bahwa jika tidak dimuraja’ah hafalannya secara terus- menerus, maka hafalannya akan mudah hilang. Karena al-Qur’an itu mudah lepas daripada lepasnya unta dari tali kekangnya. Penelitian-penelitian modern tentang ingatannya mengungkapkan kepada kita berbagai hal tentang ingatan dan cara-cara muraja’ah.Hal yang sangat menolong kita dalam melakukan muraja’ah secara efisien adalah dengan izin Allah (p. 141).

b. Pentingnya Muraja’ah Bagi Penghafal al-Qur’an.

Diantara pentingnya mu’ja’ah dalam menghafal al-Qur’an adalah agar hafalan tidak terlupakan. Lupa sendiri adalah penyakit dalam mempelajari ilmu. Seperti halnya penyakit, jika ia dibiarkan, maka akan semakin parah, dan akhirnya bisa menghilangkan nyawa penderita. Demikian pula dengan lupa

dalam menghafal al-Qur’an, jika dibiarkan, maka akan membuat hafalan menjadi rusak dan tidak sempurna, bahkan bisa benar-benar hilang dari ingatan sipenghafalnya (p. 63).

Ketika seseorang ingin menjadi seorang penghafal al-Qur’an yang baik dan kuat maka mereka tidak akan lepas daripada muraja’ah, karena dengan muraja’ah kita secara terus menerus menjaga hafalan kita secara berulang-ulang. Dengan muraja’ah yang baik akan menghasilkan kualitas hafalan yang baik dan lebih kuat pengaruhnya serta bisa meresapinya pula, seperti halnya diungkapkan oleh Allah SWT dalam

Artinya: ”Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut pada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.

Itulah petunjuk Allah, yang dengan kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat memberi petunjuk” (Q.S. az- Zumar: 23) (p. 662).

Rasulullah SAW juga terkadang memerintahkan sahabatnya untuk membacakan ulang al-Qur’an dengan cara Rasulullah SAW menyimak bacaan sahabat. Cara tersebut sangat baik dalam memuraja’ah al-Qur’an.

c. Manfaat Muraja’ah.

Hafal al-Qur’an merupakan anugerah besar yang harus kita syukuri. Mensyukuri nikmat hafal al-Qur’an adalah kewajiban bagi penghafal al-Qur’an, supaya anugerah tidak dicabut oleh Allah, salah satu cara terbaik mensyukuri hafal al-Qur’an adalah dengan cara menjaga hafalanya dan terus-menerus mengulang-ngulangnya dalam berbagai kesempatan.

Murojaah memiliki banyak manfaat yaitu:

1) Menguatkan hafalan al-Qur’an.

2) Membiasakan lidah agar selalu basah dengan membaca al-Qur’an.

3) Melatih keistiqomahan.

4) Menjaga lisan dari berbagai perkataan-perkataan yang tercela (p. 65).

4. Pembelajaran

Subtansi pembelajaran adalah belajar sehingga pembelajaran merupakan proses aktivitas yang dilakukan guru dalam mengondisikan siswa untuk belajar. Artinya, belajar untuk mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, meyintesis, dan mengevaluasi materi yang menjadi bahan pembelajaran.

Karena pembelajaran merupakan suatu aktivitas pengondisian belajar maka pembelajaran harus mampu mengondisikan siswa untuk aktif-kreatif dalam proses pembelajaran (Heri, 2014, p. 1).

Dalam proses pembelajaran, suatu hal yang hampir dikatakan mutlak yaitu menghafal, walaupun dalam pembelajaran yang diharapkan adalah pemahaman, akan tetapi kepahaman tersebut akan timbul ketika seorang pembelajar telah memahami apa yang telah dihafalakannya. Mengahafal disamping untuk mendapatkan pemahaman dalam pembelajaran, juga sebagai budaya meningkatkan gemar membaca bagi pembelajar (Andiya Fajarini, 2017).

a. Pengertian Pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik (pembelajaran). Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami manusia sepanjang hayat, Serta berlaku dimanapun dan kapanpun (p. 6).

Aktifitas pembelajaran dapat dilakukan oleh siapapun yang berminat, dan sampai kapanpun. Dan pada hakikatnya, Setiap manusia mereka sadar atau tidak sadar adalah seorang pembelajar dalam lingkup dan caranya masing-masing, selama ini yang lazim disebut pembelajar adalah siswa, murid, peserta didik, mahasiswa, dan yang lainnya. Sedangkan pendidik, apapun sosok namanya sosok yang menggelar, menggagas, dan mendesain pembelajaran, dan acapkali diposisikan sebagai orang yang “lebih tahu” dan “mendidik” para siswa, murid ataupun peserta didik (p. 8).

Syaiful (2003), Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah , mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William adalah upaya

lingkungan seseorang seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William adalah upaya

Dokumen terkait