• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

7. Kegiatan-Kegiatan Inti

a. Tahfidz al-Qur’an (hafalan al-Qur’an) b. Pengajikan Kitab Kuning/Salaf c. Majlis Ta’lim

d. Madrasah Diniyah Pesantren e. Bimbingan Dakwah

f. Pembinaan Seni dan Budaya

g. Pengembangan Bahasa Inggris dan Arab h. Life Skile

i. Kegiatan Sosial 8. Keadaan Santri

No Anak Didik Jenjang Pendidikan Jumlah

1 Santri Putra Tahfidz 53

2 Binadzri 49

3 Santri Putri Tahfidz 44

4 Binadzri 37

Jumlah 183

(sumber : dokumen data sarana dan prasarana Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy).

9. Keadaan Santri di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqi

Pelajar yang belajar di Pondok Pesantren sering dikenal dengan sebutan santri. Keberadaan santri sangat mendukung adanya keberadan sebuah Pondok Pesantren. Di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy terdapat santri mukim dan santri tidak mukim, santri mukim adalah santri yang menetap di asrama Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy, mereka kebanyakan dari daerah lain yang jauh sehingga mereka harus menginap dan menetap di Pondok.

Sedangkan santri tidak mukim adalah santri yang cuma datang untuk mengikuti pengajian dan ketika kegiatan pengajian itu selesai mereka pulang ke rumah mereka, kebanyakan mereka dari anak-anak yang dekat dengan lingkungan Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy. Adapun gambaran kegiatan santri di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy adalah sebagai berikut:

Jadwal Kegiatan Harian Santri Waktu Jenis Kegiatan

03.30 Persiapan Shalat Subuh 04.25 Shalat Subuh Berjama’ah

05.00 Pengajian Tahfidz dan Muraja’ah al-Qur’an 06.00 Piket Kebersihan

06.30 Sarapan

07.00 Sekolah dan pembacaan surat Yasin di Masjid

07.15 Masuk Kelas

10.30 Istirahat dan Makan Siang 12.15 Pulang dari Sekolah 12.30 Persipan Shalat Dzuhur Waktu Jenis Kegiatan

12.40 Muraja’ah Sebelum Shalat Dzuhur 13.00 Shalat Dzhuhur Berjama’ah 13.20 Muraja’ah Mandiri

13.35 Belajar Intensif Bahasa Inggris dan Bahasa Arab 14.00 Istirahat

15.00 Piket Kebersihan Santri

15.30 Muraja’ah Sebelum Shalat Ashar 16.00 Shalat Ashar Berjama’ah

16.30 Pengajian Kitab

17.30 Makan Sore

17.40 Persiapan Shalat Maghrib 18.15 Shalat Maghrib Berjama’ah

18.35 Pengajian Tahfidz dan Muraja’ah al-Qur’an 20.00 Shalat Isya

20.20 Mujahadah al-Qur’an Satu Khataman 21.00 Istirahat

21.00 Takhasus al-Qur’an dan Muraja’ah Bersama 23.00 Istirahat

02.00 Shalat Malam

02.35 Istirahat

(sumber : dokumen data sarana dan prasarana Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy).

Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy memiliki kegiatan menghafal al-Qur’an dari beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Tingkatan Pembekalan

Tingkatan pembekalan adalah tingkatan dimana seorang santri diberi bekal mengenai hukum bacaan (tajwid), pelafalan huruf-huruf Hijaiyah (makharijul huruf), nada dan juga membaca dengan benar dan baik (tartilan).tingkatan pembekalan adalah tingkatan santri sebelum mereka memulai menghafalakan al-Qur’an, dimana kebanyakan mereka dari para santri baru yang mereka masih beradaptasi dengan menghafalkan al-Qur’an, mereka membutuhkan nasihat, bimbingan, arahan dan motivasi untuk menghafal al-Qur’an. Tahapan ini para santri mendapat bimbingan dari para ustadz yang sudah dijadwalkan untuk membimbin santri tersebut.

b. Tingkatan Tahfidz Jus ‘Amma

Pada tingkatan ini santri harus menghafalkan Jus

‘Amma terlebih dahulu sebelum mereka menghafalkan juz satu dan seterusnya. Santri juz ‘Amma dibimbing dan dipantau oleh para ustadz yang ditugaskan untuk membimbing mereka. Setiap harinya mereka mengulang-ulang hafalannya tersebut dan apabila mereka melanjutkan pada juz selanjutnya terlebih dahulu mereka di test hafalan juz ‘Amma. Apabila test mereka lulus maka mereka dapat melanjutkan pada juz satu dan seterusnya, sedangkan apabila mereka belum lulus test maka mereka diharuskan untuk mengikuti kembali pembianaan dan pembekalan hafalan mereka.

c. Tahapan Tahfidz Tingkat Lanjut

Tahapan tingkat lanjut disini adalah tahapan untuk para santri yang menghafalkan juz-juz selanjutnya. Mereka menyetorkan hafalannya kepada pengasuh setiap harinya

satu halaman pada setiap paginya, sedangkan setelah shalat Maghrib mereka mengulang menyetorkan hafalan yang telah disetorkan pada pagi harinya. Dan seterusnya.

Setiap mendapat 5 juz mereka tidak boleh menambah ke juz selanjutnya sebelum mengulang kembali hafalannya sampai kuat, setelah dianggap kuat mereka melanjutkan kepada juz berikutnya dan setelah mendapat 5 juz mereka mengulang kembali sampai benar-benar hafal dan seterusnya sampai khatam 30 juz.

d. Tahapan Penguatan Hafalan

Tahapan pengulangan dilakukan ketika santri sudah mengkhatamkan al-Qur’an 30 juz. Mereka menyetorkan hafalanya pada pengasuh setiap harinya 5 halaman dan memuraja’ah hafalannya setiap hari 10 sampai 15 juz.

Mereka mengulang hafalannya sampai lancar. Dan setiap paginya mereka mengikuti muraja’ah bersama pada jam 09.00 bagi yang tidak sekolah umum.

10. Evaluasi Tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy

Evaluasi tahfidz dilakukan setiap setengah tahun satu kali.

Mereka diuji dengan dua jenis pengujian yaitu:

a. Ujian Musabaqoh Hifdzul Qur’an Penilaian yang dinilai meliputi:

1) Kelancaran

2) Bisa menjawab soal 3) Memiliki nada yang selaras 4) Tajwid dan Fashohah b. Ujian Tasmi’ (semakan)

Ujian semakan dilaksanakan dua kali dalam setahun, mereka diuji dengan perolehan juz yang telah ditetapkan dalam setiap katagori. Dari katagori juz yang diujikan yaitu:

1) Juz ‘Amma 2) Dua Juz 3) Tiga Juz 4) Lima Juz 5) Sepuluh Juz 6) Lima belas Juz 7) Dua puluh Juz 8) Dua puluh lima Juz 9) Tiga puluh Juz

Ujian test semakan ini belum dianggap lulus apabila santri belum benar-benar lancar dalam mengahafalkan al-Qur’an maka santri akan turun kelas tahfidz, mereka

disuruh untuk mengulang kembali dan tidak untuk menambah juz sebelum juz sebelumnya lancar.

B. Pembahasan

1. Proses Pelaksanaan Metode Muraja’ah Pada Pembelajaran Tahfidz Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy Cikeduk Depok Cirebon Pelaksanaan metode muraja’ah pada pembelajaran tahfidz pondok pesantren Ash-Shiddiqy sudah berlangsung cukup lama sejak awal dibangunnya pondok pesantren hanya sistemnya yang berubah-ubah mengikuti perkembangan santri dan kebutuhan hafalan. Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy telah menerapkan metode muraja’ah dalam menghafal al-Qur’an, karena metode muraja’ah sangat baik dan dan efektif dalam melancarkan hafalan para santri.

Berdasarkan data dari penelitian implementasi metode muraja’ah, peneliti melakukan penelitian mengenai implementasi metode muraja’ah di pondok pesantren Ash-Shiddiqy, meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta dari faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan metode muraja’ah.

Setelah melakukan penelitian di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, selanjutnya peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dalam menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

Menghafal al-Qur’an sangat memerlukan metode untuk membantu dalam menunjang proses menghafal, salah satu dari metode tersebut adalah metode muraja’ah (mengulang-ulang hafalan).

Penerapan pembelajaran metode muraja’ah sangatlah penting dalam menghafalkan al-Qur’an. Penerapan metode muraja’ah di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy sangat membantu santri dalam menghafal dan melancarkan hafalan. Seperti yang telah dipaparkan oleh bapak Kiyai Zaenurrohman al-Hafidz selaku pengasuh pondok pesantren Ash-Shiddiqy.

Metode muraja’ah merupakan metode yang sangat efektif dalam menjaga hafalan al-Qur’an. Setelah dihafal, al-Qur’an harus dimuraja’ah, diulang-ulang supaya tidak terjadi lupa atau hilang dari memori. Para santri diwajibkan untuk melakukan kegiatan muroja’ah atau mengulang-ulang hafalannya agar tidak sampai hilang dalam ingatan. Karena sudah menjadi kodrat manusia yang mempunyai ingatan yang berbeda-beda.

Pembelajaran metode muraja’ah sangat diutamakan karena dengan muraja’ah nilai kualitas hafalan mereka akan semakin

baik dan lancar. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan pengasuh pondok pesantren Ash-Shiddiqy bapak Kiyai Zaenurrahman al-Hafidz sebagai berikut:

Santri yang menghafal al-Qur’an tidak lepas dari adanya muraja’ah hafalan mereka, karena dalam menghafal al-Qur’an bukan cuma sekedar menghafalkan saja akan tetapi harus dijaga apa yang telah ia hafal, salah satunya dengan mengulang-ulang hafalan mereka setiap harinya.

Pembelajaran muraja’ah wajib dilaksanakan setiap santri yang menghafal al-Qur’an sesuai dengan juz atau ayat yang mereka dapatkan dengan cara dibaca terus menerus karena menghafal al-Qur’an ibarat seperti orang memikul beban, semakin banyak beban yang ditanggungya maka akan terasa sulit dan semakin berat pula kita memikulnya, sama halnya menghafal al-Qur’an semakin bertambah ayat yang ia hafal maka akan semakin banyak tanggung jawab yang harus ditempuhnya (personal communication, 03 November 2019).

Kegiatan pembelajaran metode muraja’ah meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan metode muraja’ah.

a. Perencanaan

Pertama yang dibahas pada implementasi metode muraja’ah adalah perencanaan. Perencanaan ini akan dibahas tentang pembinaan dalam implementasi pembelajaran metode muraja’ah di pondok pesantren Ash-Shiddiqy. Berdasarkan hasil yang peneliti amati selama di lokasi dan berinteraksi dengan warga pesantren, terutama pengasuh dan guru, dapat diketahui bahwa pelaksanaan metode muraja’ah tahfidz sudah cukup baik yang telah diterapkan di Pondok pesantren tersebut. Dari hal ini sesuai dengan pengamatan yang diteliti juga pemaparan dari semua pihak yang bersangkutan.

Pondok pesantren Ash-Shiddiqy menerapkan program tahfidz al-Qur’an dengan menerapkan metode muraja’ah dibiasakan agar terjaga dalam hafalan al-Qur’annya. Setiap harinya para santri melancarkan hafalannya di pondok bahkan di rumah ketika liburanpun mereka tetap dianjurkan untuk memuraja’ah al-Qur’an. Mereka selalu meluangkan waktu untuk menghafal dan melancarkan hafalannya supaya mereka bisa menyelesaikan hafalannya dengan baik dan sesuai dengan target yang diharapkan.

Dalam mengahafal al-Qur’an dengan menggunakan metode muraja’ah pihak pondok setiap malam melakukan

kegiatan muraja’ah bersama setelah shalat Isya yang diikuti oleh semua santri yang menghafal al-Qur’an. Dengan adanya kegiatan muraja’ah bersama diharapkan dapat mengacu dan membantu satu sama lainnya dalam meningkatkan hafalan al-Qur’an mereka, dengan bertujuan agar memudahkan santri untuk menghafal dan mengulang hafalan yang telah dihafal.

Karena ketika mereka membaca dan menghafal al-Qur’an dengan sendirinya akan mudah merasa jenuh dan malas.

b. Pelaksanaan

Pondok pesantren Ash-Shiddiqy menerapkan program tahfidz al-Qur’an dengan menerapkan metode muraja’ah dibiasakan agar terjaga dalam hafalan al-Qur’annya. Setiap harinya para santri melancarkan hafalannya di pondok bahkan di rumah ketika liburanpun mereka tetap dianjurkan untuk memuraja’ah al-Qur’an. Mereka selalu meluangkan waktu untuk menghafal dan melancarkan hafalannya supaya mereka bisa menyelesaikan hafalannya dengan baik dan sesuai dengan target yang diharapkan.

Dalam melakukan penelitian tentang Implementasi Metode Muraja’ah pada pembelajaran tahfidz di Pondok Pesantren ash-Shiddiqy, peneliti mengambil data wawancara dari tiga belas orang narasumber dengan rincian sebagai berikut:

1) Bapak Kiyai Zaenurrahman al-Hafidz

Beliau adalah pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy.

2) Ustadz Syarifudin

Beliau adalah kepala Pondok Ash-Shiddiqy dan yang mengontrol kegiatan hafalan santri.

3) Ustadz Khozinatul Asror

Beliau adalah pengajar dan pembimbing santri tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy.

4) Ustadz Agus Maulana

Beliau adalah pengajar dan pembimbing santri tahfidz Ash-Shiddiqy.

5) Ustadzah Lainatul Mu’awanah

Beliau adalah pengajar dan pembimbing santri tahfidz Ash-Shiddiqy.

6) Ustadzah Afifah

Beliau adalah pengajar dan pembimbing santri tahfidz Ash-Shiddiqy.

7) Saudara Mahfudin Akbar

Seorang santri tahfidz pondok pesantren Ash-Shiddiqy.

8) Saudara Roghib ‘Alamah

Seorang santri pondok pesantren Ash-Shiddiqy.

9) Saudari Lindawati

Seorang santriwati tahfidz pondok pesantren Ash-Shiddiqy.

10) Saudari Savinatu Sholeha

Seorang santriwati tahfidz pondok pesantren Ash-Shiddiqy.

11) Ayu Baihaqi

Seorang santriwati tahfidz pondok pesantren Ash-Shiddiqy.

12) Bapak Muhammad Hasan Zuhri

Beliau adalah orang tua dari santri pondok pesantren Ash-Shiddiqy.

13) Ibu Suhartini

Beliau adalah orang tua dari santri pondok pesantren Ash-Shiddiqy.

2. Bagaimana pelaksanaan metode muraja’ah pada pembelajaran tahfidz di pondok pesantren Ash-Shiddiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon?

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kiyai Zaenurrahman al-Hafidz selaku pengasuh atau pimpinan Yayasan Ash-Shiddiqy pada hari Minggu, tanggal 03 November 2019 jam 13.00 s.d selesai. Bertempat di rumah pengasuh atau pimpinan Yayasan Ash-Shiddiqy al-Munawar di Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Menyatakan bahwa:

Muraja’ah untuk tahfidz al-Qur’an ada beberapa metode cara muraja’ah diantaranya muraja’ah untuk membuat hafalan baru dan muraja’ah untuk menjaga hafalan yang telah dihafalkan.

Dalam pembelajaran tahfidz di pondok pesantren Ash-Shiddiqy ada beberapa cara diataranya secara tadarus bersama, membagi menjadi beberapa halaqoh, dengan cara musyahadah (berhadapan langsung dengan guru) dan dengan takror (mengulang-ulamg sampai lancar). (personal communication, 03 November 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Syarifudin selaku kepala pondok pesantren Ash-Shiddiqy pada hari Jum’at, tanggal 08 November 2019 jam 08.30 sampai jam 10.13 bertempat di Kantor Pondok Pesantren ash-Shiddiqy. Mengatakan bahwa:

Penerapan metode muraja’ah di Ash-Shiddiqy sangatlah membantu dan sangatlah mendukung bagi para santri yang menghafal al-Qur’an, penerapan ini juga sangat membutuhkan bimbingan karena kebanyakan mereka masih tergolong remaja awal, metode muraja’ah membimbing siswa untuk terbiasa dalam mengulang-ulang hafalannya sehingga dapat menghasilkan kwalitas hafalan yang baik (personal communication, 08 November 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Agus Maulana selaku pengajar pondok pesantren Ash-Shiddiqy pada hari Jum’at, tanggal 08 November 2019 jam 16.48 sampai jam 17.25 bertempat di Kantor Pondok Pesantren ash-Shiddiqy.

Mengatakan bahwa:

Karena setiap yayasan mempunyai manajemen yang telah disesuaikan dengan standar pelaksanaan pembelajaran.

Penerapan metode muraja’ah sangatlah penting. Pondok pesantren Ash-Shiddiqy juga menerapakan metode muraja’ah sebagai salah satu metode menghafal al-Qur’an.

Metode muraja’ah sangat membantu para santri untuk menjaga hafalannya yang sudah mereka hafalkan agar tidak cepat lupa. Awalnya metode muraja’ah dilakukan secara mandiri, akan tetapi karena penerapan metode muraja’ah sangatlah mendukung akan hafalan santri maka metode muraja’ah dijadikan sebuah kelompok dan kelas sehingga menciptakan kebiasaan yang positif dalam menghafal (personal communication, 08 November 2019).

3. Apa yang didapatkan dari pembelajaran metode muraja’ah hafalan santri di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy Cirebon?

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kiyai Zaenurrahman al-Hafidz selaku pengasuh atau pimpinan Yayasan Ash-Shiddiqy pada hari Minggu, tanggal 03 November 2019 jam 13.00 s.d selesai. Bertempat di rumah pengasuh atau pimpinan Yayasan Ash-Shiddiqy al-Munawar di Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Menyatakan bahwa:

Memuraja’ah al-Qur’an adalah proses seoseorang dalam menguatkan hafalan al-Qur’an supaya hafalan yang telah dihasilkan akan tetap ada dan tidak cepat hilang dari ingatan. Apabila seseorang ingin menjadi hafidzh maka

harus ada usaha kerja keras dan bersungguh-sungguh dalam menghafal al-Qur’an. Penerapan metode muraja’ah sangatlah diperlukan bagi setiap santri yang menghafal al-Qur’an karena metode muraja’ah sangatlah membantu hafalan mereka. Semakin banyak mereka melakukan muraja’ah maka akan semakin baik nilai hafalan mereka.

Karena menghafalkan al-Qur’an bukan sekedar menghafalkan saja tetapi menjaganya agar hafalan yang telah ia hafal tidak hilang atau lupa (personal communication, 03 November 2019).

Berdasarkan wawancara dengan ustadz Syarifudin selaku kepala pondok pesanatren Ash-Shiddiqy yang dilakukan pada hari Kamis, 08 November 2019 dari jam 08.30 sampai dengan jam 10.13 bertempat di kantor pondok pesantren Ash-Shiddiqy menyatakan bahwa:

Menghafal al-Qur’an adalah yang tidak mudah, butuh proses dan kesungguhan para penghafal untuk melakukan berbagai kegiatan yang menunjang tentang hafalannya.

Metode muraja’ah adalah hal metode yang sangat baik dan efektif untuk meperlancar hafalan al-Qur’an. Santri yang telah hafal al-Qur’an sangatlah diharuskan untuk mengulang lagi hafalannya agar hafalan itu semakin kuat dan lancar, karena kalau hafalan tidak diulang-ulang (muraja’ah) niscaya hafala itu akan cepat hilang dan lupa.

Penenerapan hafalan dengan metode muraja’ah dilakukan dengan menggunakan beberapa sistem diantaranya dengan secara bersama-sama, dengan membut kelompok masing-masing yang diikuti dari dua sampai lima orang dan degan sistem individu santri diharuskan menghafalkan dan memuraja’ah al-Qur’an sendiri-sendiri sesuai dengan waktu yang disukai mereka (personal communication, 08 November 2019).

Berdasarkan wawancara dengan ustadz Khozinatul Asror selaku pengajar dan pembimbing santri putra tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy yang dilakukan pada hari Sabtu, 09 November 2019 dari jam 09.00 sampai dengan 10.25 bertempat di ruang kelas tahfidz Ash-Shiddiqy menyatakan bahwa:

Menghafal al-Qur’an sangat membutuhkan ketekunan dan keseriusan, juga harus dibarengi dengan mengulang-ulang hafalan (muraja’ah), dengan muraja’ah akan membantu

santri dalam menghafal al-Qur’an dan juga menjadikan hafalan semakin kuat dan lancar. Pembelajaran muraja’ah di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy sudah berjalan dengan baik karena setiap santri santri sudah dibekali cara muraja’ah dengan teratur, setiap santri yang telah mendapatkan 5 juz hafalan mereka disuruh untuk mengulang kembali sampai kuat dan baru melanjutkan pada juz selanjutnya ketika setiap 5 juz tersebut sudah dianggap lancar (personal communication, 09 November 2019).

Berdasarkan wawancara dengan ustadzah Siti Lainatul Mu’awanah selaku pembimbing dan pengajar tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy yang dilakukan pada hari Kamis, 14 November 2019 dari jam 14.00 sampai dengan 15.00 bertempat di ruang kelas tahfidz Ash-Shiddiqy menyatakan bahwa:

Pembelajaran metode muraja’ah yang diterapkan di Ash-Shiddiqy sudah berlangsung dengan baik. Santri diwajibkan untuk selalu mengulang-ulang hafalannya secara terus menerus sehingga santri benar-benar hafalan yang mereka dapatkan bisa lancar. Pada jenjang awal santri menghafal mereka ditekankan pada pada tajwid dan kaidah membaca yang benar sesuai dengan ketentuan ilmu membaca al-Qur’an. Santri untuk selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran kaidah tajwid. Pada jenjang kedua santri ditekankan untuk selalu mengulang-ulang hafalannya sampai mereka benar-benar lancar (personal communication, 14 November 2019).

Berdasarkan wawancara dengan saudara Mahfudin Akbar selaku santri putra tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy yang dilakukan pada hari Sabtu, 09 November 2019 dari jam 14.00 sampai dengan 15.00 bertempat di ruang kelas tahfidz Ash-Shiddiqy menyatakan bahwa:

Adanya metode muraja’ah sangat membantu saya dalam menghafalkan al-Qur’an, karena al-Qur’an tanpa dimuraja’ah akan mudah lupa dan semakin banyak hafalan harus semakin banyak pula untuk memuraja’ahnya, karena al-Qur’an itu terkadang cepat lupa dari ingatan, apalagi ketika sudah mendapatkan juz yang banyak akan semakin sulit dalam memuraja’ah karena banyaknya ayat-ayat yang

sama dan membutuhkan konsentrasi penuh (personal communication, 09 November 2019).

Berdasarkan wawancara dengan bapak Muahammad Hasan Zuhri selaku orang tua dari Mar’atus Sa’adah tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy yang dilakukan pada hari Minggu, 10 November 2019 dari jam 15.13 sampai dengan 16.20 bertempat di kantor tahfidz Ash-Shiddiqy menyatakan bahwa:

Metode muraja’ah sangatlah membantu anak saya dalam menghafalkan al-Qur’an, setiap anak ketika pulang saya uji dengan perolehan hafalannya, supaya saya bisa tahu sejauh mana yang dihafalkan anak saya. Metode muraja’ah dengan sedikit demi sedikit, melangkah secara terus-menerus membuat nilai hafalan yang telah ia peroleh menjadi membekas dan kuat serta tidak mudah lupa dari hafalan yang telah dihafal (personal communication, 10 November 2019).

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Suhartini selaku orang tua dari Kudiro Husodo dan Afifah santri tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy yang dilakukan pada hari Minggu, 10 November 2019 dari jam 09.15 sampai dengan 10.07 bertempat di kantor tahfidz Ash-Shiddiqy menyatakan bahwa:

Penerapan metode muraja’ah ketika anak saya menghafal al-Qur’an di pondok pesantren Ash-Shiddiqy, anak menjadi semakin giat dalam menghafal al-Qur’an karena dia dibimbing oleh para ustadz dan ustadzahnya serta ketika mereka membaca bersama-sama dapat memudahkan dan sangat membantu dalam melancarkan hafalannya.

Muraja’ah yang ada di pondok pesantren Ash-Shiddiqy sudah berjalan baik, karena semua anak santri melakukannya dengan bersungguh-sungguh. Anak saya ketika pulang dari pondokpun tetap saya pantau hafalannya supaya hafalan itu tidak lupa dan juga mengetahuai sejauh mana anak saya dalam menghafalkan al-Qur’an (personal communication, 10 November 2019).

Berdasarkan wawancara dengan Mar’atus Sa’adah selaku santri tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy yang dilakukan pada hari Minggu, 22 November 2019 dari jam 16.30 sampai dengan 17.25 bertempat di kantor tahfidz Ash-Shiddiqy menyatakan bahwa:

Penerapan pembelajaran metode muraja’ah di pondok pesantren Ash-Shiddiqy dilakukan dengan dengan dua sistem, yang pertama yaitu sistem individu dan yang kedua sistem kelompok. Sistem individu dilakukan ketika waktu-waktu senggang tergantung dari kesibukan santri itu sendiri karena santri ada yang masih sekolah, sedangkan sistem muraja’ah kelompok dilakukan setiap pagi setelah shalat Dhuha dengan membaca secara bersama-sama sekaligus

Penerapan pembelajaran metode muraja’ah di pondok pesantren Ash-Shiddiqy dilakukan dengan dengan dua sistem, yang pertama yaitu sistem individu dan yang kedua sistem kelompok. Sistem individu dilakukan ketika waktu-waktu senggang tergantung dari kesibukan santri itu sendiri karena santri ada yang masih sekolah, sedangkan sistem muraja’ah kelompok dilakukan setiap pagi setelah shalat Dhuha dengan membaca secara bersama-sama sekaligus

Dokumen terkait