• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE MURAJA AH PADA PEMBELAJARAN TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN ASH-SHIDDIQY DESA CIKEDUK KECAMATAN DEPOK KABUPATEN CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE MURAJA AH PADA PEMBELAJARAN TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN ASH-SHIDDIQY DESA CIKEDUK KECAMATAN DEPOK KABUPATEN CIREBON"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PEMBELAJARAN TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN ASH-SHIDDIQY DESA CIKEDUK KECAMATAN DEPOK

KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SUMARNO NIM : 2016.1.19.1.02285

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM IAI BUNGA BANGSA CIREBON

TAHUN 2019

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul,

“Implementasi Penggunaan Metode Muraja’ah Pada Pembelajaran Tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon” beserta isinya adalah benar-benar hasil karya sendiri, dan bukan dari penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.

Atas pernyataan di atas, saya siap menanggung resiko atau sanksi apapun yang dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, 10 Desember 2019 Yang membuat pernyataan,

SUMARNO 2016.1.19.1.02285

(3)

iii

PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE MURAJA’AH PADA PEMBELAJARAN TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN ASH-

SHIDDIQY DESA CIKEDUK KECAMATAN DEPOK KABUPATEN CIREBON

Oleh:

SUMARNO NIM : 2016.1.19.1.02285

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Iffan A. Gufron, M.Phil Taufiqurahman, M.A NIDN. 2112088001 NIDN. 2127088401

(4)

iv PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Implementasi Penggunaan Metode Muraja’ah Pada Pembelajaran Tahidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon” Oleh Sumarno NIM.

2016.1.19.1.02285, telah diajukan dalam Sidang Munaqosah Program Studi Pendidikan Guru Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon pada tanggal 13 Mei 2020.

Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Guru Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Cirebon, 20 Mei 2020 Sidang Munaqosah,

Ketua

Merangkap Anggota

Dr. H. Oman Fathurohman, M.A NIDN. 8886160017

Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Sulaiman, M.Pd NIDN. 2118096201

Penguji I,

Dr. Muhammadun, S.H.I., M.S.I NIDN. 2101077701

Penguji II,

Agus Dian Alirahman, M.Pd.I NIDN. 2121088401

(5)

v ABSTRAK

SUMARNO. NIM. 2016.1.19.1.02285 : IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE MURAJA’AH PADA PEMBELAJARAN

TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN ASH-SHIDDIQY DESA CIKEDUK KECAMATAN DEPOK KABUPATEN CIREBON Skripsi ini membahas tentang Implementasi Penggunaan Metode Muraja’ah Pada Pembelajaran Tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Kajiannya dilatar belakangi dari penerapan dan perhatiannya pada metode muraja’ah supaya hafalan santri bisa tetap terjaga dengan baik dari segi hafalan juga tajwid dan makhraj yang diberlakukan di Pondok Pesantren Ash-Shidiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan metode muraja’ah pada pembelajaran tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon yang meliputi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode muraja’ah.

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan dukumentasi yang dilakukan kepada sepuluh orang narasumber dan fasilitas yang dimiliki oleh pondok. Data penelitian yang terkumpul kemudian diolah melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dari data yang telah diolah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pondok pesantren Ash-Shiddiqy telah berhasil melaksanakan metode muraja’ah dengan sangat baik. Hal ini karena didukung oleh tenaga pengajar atau pembimbing yang ada. Pembinaan dari tenaga pendidik yang baik. Proses menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy dengan menggunakan metode muraja’ah langkah awalnya santri dibekali tajwid dan makharijul huruf supaya ketika mereka sudah membuat hafalan dapat menghasilkan hafalan yang baik dan benar, setelah pembekalan mereka dianggap cukup santri baru bisa melakukan hafalan al-Qur’an .

Adapun faktor-faktor yang mendukung adalah karena para pembimbing dan pengajarnya selalu aktif memberikan arahan dan motivasi bagi setiap siswa yang menghafal, kerja sama yang baik, fasilitas yang memadai dan peran serta masyarakat dalam meberikan arahan dan bantuan akan pentingnya menghafal al-Qur’an dan memuraja’ahnya. Hambatannya ketika rasa malas menghampiri, kurangnya semangat dan terburu-buru dalam menghafal al- Qur’an tanpa dengan dibarengi muraja’ah yang cukup.

Kata kunci: Implementasi Metode Muraja’ah

(6)

vi KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta inayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul:

“Implementasi Penggunaan Metode Muraja’ah Pada Pembelajaran Tahfidz di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon”, penulisan penelitan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Jasa baik mereka tidak akan pernah saya lupakan begitu saja. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada:

1. Drs. H. A. Basuni (alm), Ketua Yayasan Pendidikan Bunga Bangsa Cirebon.

2. Dr. H. Oman Fathurohman, M.A, Rektor Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

3. Dr. Iffan A. Ghufron, M.Phil, selaku dosen pembimbing I.

4. Taufiqurahman, M.Pd , selaku dosen pembimbing II.

5. Kedua orang tuaku, Bapak Nasim Nasidi (alm) dan Ibu Karitem yang senantiasa mendoakan, membina, mendidik, mengarahkan dan memberikan kepercayaan penuh kepada putranya untuk menuntut ilmu dengan harapan menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat dan agama.

6. Kakak dan segenap keluarga yang telah banyak dalam membantu dan mendukung baik berupa doa, motivasi dan juga moril maupun materil sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

7. Kiyai Zaenurrahman selaku pengasuh Pondok Pesantren Ash- Shiddiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Pondok tersebut serta selalu mendukung dalam penyelesain skripsi ini.

8. Ibu Shulkhah, M.Pd, yang sudah saya anggap sebagai ibu saya sendidri yang selalu memotivasi, mengarahkan dan membimbing demi terselesaikannya penulisan skripsi ini dengan baik.

9. Teman-teman santri putra-putri pondok pesantren Ash-Shiddiqy yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu, yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penyusun demi terselesaikannya skripsi ini.

(7)

vii

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah mereka lakukan tersebut mendapat limpahan balasan dari Allah SWT. Dan harapan penyusun semoga skripsi ini bisa berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukan. Aamiiin.

Penulis juga menyadari akan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya penulisan ini akan senantiasa penulis terima dengan senang hati dan lapang dada.

Cirebon, 10 Desember 2019

Penyusun

(8)

viii DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian... 4

1. Secara teoritis dan akademis ... 5

2. Secara praktis dan aplikatif ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Implementasi ... 7

2. Metode ... 8

3. Muraja’ah ... 12

4. Pembelajaran ... 15

5. Tahfidz ... 17

6. Al-Qur’an ... 211

7. Santri (Peserta didik)... 24

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

Pendekatan Penelitian ... 32

Desain Penelitian ... 32

Data dan Sumber Data Penelitian ... 34

(9)

ix

1. Tempat penelitian... 34

2. Waktu penelitian ... 35

Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Teknik Observasi ... 35

2. Teknik Wawancara ... 36

3. Teknik Dokumentasi ... 37

Teknik Analisis Data ... 38

1. Reduksi Data ... 38

2. Penyajian Data ... 38

3. Kesimpulan dan Vertifikasi ... 38

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39

Hasil Penelitian ... 39

1. Profil Umum dan gambaran Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy Cikeduk Depok Cirebon. ... 39

2. Identitas Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy ... 39

3. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy. ... 40

4. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Ash- Shiddiqy ... 41

5. Pengajar Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy ... 41

6. Sarana Prasarana ... 42

7. Kegiatan-Kegiatan Inti ... 42

8. Keadaan Santri. ... 42

9. Keadaan Santri di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy ... 43

Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 62

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menghafal adalah sebuah usaha meresapkan sesuatu kedalam ingatan. Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan pedoman serta petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya serta menjadi hujjah yang kuat pada hari pembalasan (hari kiamat).

Para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian al-Qur’an.

Diantaranya al-Lihyani, ia berpendapat bahwa al-Qur’an merupakan akar kata dari qara’a yang berarti membaca. Kemudian kata ini dijadikan sebagai nama firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Penamaan ini termasuk dalam katagori penamaan isim maf’ul dengan isim mashdar. Dengan merujuk ayat:

ُهََٰنۡأ َرَق اَذِإَف ۥُهَناَء ۡرُق َو ۥُهَع ۡمَج اَنۡيَلَع َّنِإ ِبَّتٱ َف

َناَء ۡرُق ۡع ۥُه

Artinya: “Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakanya, maka ikutilah bacaanya itu,” (Q.S. Al- Qiyamah : 17-18) (Kementrian Agama RI, p. 854).

Berbeda dengan Az-Zujaj, ia berpendapat bahwa kata al-Qur’an merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar “al-qar’u” )أرقلا(

yang artinya menghimpun. Kata sifat ini kemudian menjadi nama dari firman Allah SWT yang diturunkan pada Nabi pilihan, yaitu Muhammad, karena kitab ini menghipun ayat, surat, kisah, perintah dan larangan serta menjelaskan kitab-kitab yang datang sebelumnya.

Menurut Ali as-Shabuni dalam kitab At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan kepada Nabi dan Rasul akhir melalui perantara Malaikat Jibril as, tertulis dalam mushaf, dinukilkan kepada kita secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah, yang dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas (Rofiul & Ridhoul, 2016, p. 2).

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari, yakni pada 17 malam bulan Ramadhan ketika beliau berumur 41 tahun sampai 9 Dzulhijjah pada haji wada’

bertetapan tahun 10 H. Ayat-ayat yang diturunkan tidak sekaligus, namun bertahap dan sesuai dengan kebutuhan. Bahkan seringkali wahyu turun untuk menjawab pertanyaan sahabat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Allah sengaja menurunkan al-Qur’an secara berangsur-angsur sebab dengan cara bertahap sesuai dengan peristiwa yang terjadi

(11)

akan lebih menambah kuat keimanan Nabi dan akan membawa dampak positif bagi psikologi Nabi, yakni terbarui semangat dalam mengemban risalah Allah SWT. Nabi juga akan lebih sering bertemu dengan malaikat Jibril ketika datangnya wahyu. Dari hal ini akan menambah mantap dan kukuhnya hati Nabi Muhammad SAW.

Hifdzul Qur’an adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan menghafalkan ayat-ayat suci al-Qur’an sehingga bisa membacanya diluar kepala. Seorang “al- Hafidzh” adalah orang yang sudah hafal keseluruhan ayat al- Qur’an di luar kepala (Akhsin, 2017, p. 17).

Banyak orang yang telah mampu menghafal al-Qur’an meskipun mereka ada yang disibukan dengan urusan-urasan yang lain, bahkan anak-anak kecil sekalipun, ini menunjukan bahwa kegiatan menghafal al-Qur’an ini sudah dimudahkan oleh Allah SWT, karena hafal al-Qur’an adalah karunia dari Allah SWT dan atas pertolongan Allah SWT juga, hal tersebut sesuai dalam surat al- Qamar ayat 17.

َّدُّم نِم ۡلَهَف ِر ۡكِ ذلِل َناَء ۡرُقۡلٱ اَن ۡرَّسَي ۡدَقَل َو ٖر ِك

Artinya: “Dan sungguh, telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (p. 769).

Ayat tersebut mengemukakan bahwa menghafal al-Qur’an merupakan salah satu amalan yang sangat mungkin dilakukan oleh setiap orang muslim juga menjadi ibadah yang sangat dianjurkan.

Seseorang yang mempunyai keinginan menghafal al-Qur’an, Allah akan memberi jaminan kemudahan dan pertolongan dalam menghafalkannya serta untuk dijadikan sebagai pelajaran, maka hendaknya seorang yang menghafal al-Qur’an tidak menyerah untuk menjadi penghafal al-Qur’an.

Di Indonesia, masyarakat sangat antusias dalam menyambut acara-acara Qur’ani, bisa kita jumpai banyaknya metode cepat membaca al-Qur’an yang berkembang pada saat ini. Seseorang bisa membaca al-Qur’an hanya dalam hitungan hari saja. Dalam bidang tahfidzh al-Qur’an, kemudahan dalam menghafal al-Qur’an terlihat dengan banyaknya anak-anak Indonesia yang sanggup menghafal al- Qur’an.

Orang yang menghafal al-Qur’an, Allah akan menjadikan baginya kedudukan dihati manusia kemuliaan, didunia dan akhirat. Dari para penghafal al-Qur’an itu, ada anak-anak luar biasa. Anak-anak yang diusianya masih balita telah (berusaha) menghafal kitab suci al- Qur’an. Kisah dan cerita inspirasi tentang keajaiban tentang anak kecil yang menghafalkan al-Qur’an memang sangat mengagumkan.

(12)

Usia bukanlah alasan. Seseorang anak kecil telah menjadi penjaga Kalamullah didunia.

Pondok pesantren Ash-Shiddiqy yang beralamat di RT/RW 10/03 Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon terdapat program tahfidz al-Qur’an, pengajarnya menggunakan beberapa metode dan juga strategi untuk mendukung dan mempermudah proses bimbingan dan menghafal yang dilakukan oleh para pengajar kepada para santri tahfidz. Diantara metode yang digunakan adalah metode muraja’ah. Metode muraja’ah adalah metode mengulang hafalan, baik hafalan baru maupun hafalan lama yang disetorkan kepada orang lain. Dalam hal ini santri dapat memperdengarkan muraja’ah hafalannya kepada Ustadz/Ustadzah, santri maupun masyarakat. Metode muraja’ah sangat membantu, karena terkadang ketika mengulang sendiri masih terdapat kesalahan yang tidak disadari. Akan tetapi jika melibatkan partner/guru, kesalahan- kesalahan yang terjadi akan mudah diketahui dan kemudian diperbaiki. Yang belum diketahui disini adalah bagaimana pelaksanaan metode tersebut, apakah sudah dapat membantu dalam menghafal al-Qur’an santri atau belum.

Dengan kondisi santri yang rata-rata adalah pelajar, sangatlah perlu perhatian khusus dalam menjaga kelancaran dan penguatan hafalan al-Qur’an. Karena berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan (pondok pesantren Ash-Shiddiqy), santri hafidz/hafidzah harus pandai-pandai membagi waktu antara mengerjakan tugas sekolah dan nderes (muraja’ah/mengulang) guna menjaga kelancaran hafalannya.

Selain bimbingan membaca al-Qur’an, santri tahfidz juga diberi bimbingan makhararijul huruf, tajwid dan kegiatan lainnya. Santri tahfidz juga diwajibkan mengikuti kegiatan muraja’ah pada malam hari setelah shalat Isya, jam 20:30 WIB dan juga pagi hari jam 09:00. Tetapi dari penguatan dan bimbingan tahfidz oleh para ustadz dan ustadzah ternyata masih ada santri tahfidz yang masih mengalami kesulitan dalam menghafalkan al-Qur’an dengan metode muraja’ah padahal para ustadz dan ustadzahnya sudah berusaha semaksimal mungkin. Kejadian tersebut bisa dilihat dari masih adanya santri yang tidak bisa menyetorkan hafalannya pada saat setoran hafalan, mereka terkadang lupa dari memori ingatannya akan hafalan yang telah dibuat. Maka hal ini perlu adanya penerapan menghafal al-Qur’an dengan menggunakan metode muraja’ah yang lebih baik dan mudah serta menarik.

Berdasarkan beberapa sumber dan pengamatan yang peneliti temukan, penerapan metode muraja’ah di Pondok Pesantren Ash- Shiddiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon sudah berjalan dengan baik dan telah didukung oleh tenaga

(13)

pembimbing dan pendidik yang baik. Para santri dianjurkan untuk selalu memuraja’ah hafalannya dalam setiap harinya, dengan dibimbing lansung mulai dari pengasuh/kyai, pengurus juga temannya.

Dengan demikian, berdasarkan latar belakang masalah diatas maka ketertarikan penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul penelitian, yakni “IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE MURAJA’AH PADA PEMBELAJARAN TAHFIDZ

DI PONDOK PESANTREN ASH-SHIDDIQY DESA

CIKEDUK KECAMATAN DEPOK KABUPATEN

CIREBON”.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil fokus tentang analisis Implementasi Penggunaan Metode Muraja’ah pada Pembelajaran Tahfidz Santri Pondok Pesantren Ash-Shiddiqy Desa Cikeduk Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon yang meliputi pelaksanaan penggunaan muraja’ah, yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi metode muraja’ah, tujuan kegiatan, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan penggunaan metode muraja’ah, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian dalam penelitian ini, peneliti mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi metode muraja’ah pada pembelajaran tahfidz di pondok pesantren Ash-Shiddiqy?

2. Apa yang didapatkan dari pembelajaran metode muraja’ah di pondok pesantren Ash-Shiddiqy?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat terhadap metode muraja’ah pada pembelajaran tahfidz di pondok pesantren Ash-Shiddiqy?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah juga rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang implementasi penggunaan metode muraja’ah di pondok pesantren Ash-Shiddqy.

2. Mengetahui hasil yang didapatkan dari metode muraja’ah di pondok pesantren Ash-Shiddiqy.

3. Mengetahui tentang faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode muraja’ah di pondok pesantren Ash- Shiddqy.

E. Manfaat Penelitian

Setelah saya melakukan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kemanfaatan untuk semua pihak yang ikut

(14)

terlibat dalam proses penelitian. Penulis membagi manfaat penelitian ini menjadi dua bagian, yaitu secara teoritis dan juga secara praktis.

1. Secara teoritis dan akademis

Secara teoritis dari penelitan yang diteliti yaitu untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan juga sumbangan pemikiran bagi perkembangan secara umum serta kontribusi ilmiah tentang metode muraja’ah pada pembelajaran tahfidzh.

2. Secara praktis dan aplikatif a. Bagi Peneliti

Harapan penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan pengalaman baru bagi peneliti dalam hal penelitian, menambah wawasan tentang metode muraja’ah pada pembelajaran tahfidz di pondok pesantren Ash-Shiddiqy dan melatih kesabaran dan ketekunan dalam melakukan suatu hal.

b. Bagi Lembaga Yayasan Pondok Pesantren

Bagi pesantren diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi semakin disiplin, sehingga pengurus pesantren lebih lagi dalam memperhatikan metode muraja’ah yang diterapkan, serta dapat memperkenalkan secara lebih luas metode yang digunakan sehingga metode muraja’ah bisa diterapkan pada tempat lain.

c. Bagi santri

Bagi santri diharapkan dapat mengimplementasikan metode muraja’ah dan lebih mandiri serta disiplin dalam menerapkan metode muraja’ah sehingga tidak harus di dampingi pengurus.

d. Bagi Pembaca

Penelitian yang diharapkan dapat memberikan contoh metode muraja’ah dan sebagai bahan evaluasi bagi para penghafal al-Qur’an dalam meningkatkan pembelajaran menghafal al-Qur’an dengan menggunakan metode muraja’ah agar semakin baik dan menghasilkan hafalan yang berkualitas.

F. Sistematika Penulisan

Berdasarkan buku panduan pedoman penulisan skripsi IAI Bunga Bangsa Cirebon sistematika penulisan skripsi yaitu:

Bab I pendahuluan penelitian ini berisi tentang latar belakang masalah, yang memuat masalah penelitian dan alasan logis dan rasional mengapa suatu masalah tersebut perlu diteliti dan dicermati.

Identifikasi masalah yang memuat faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya suatu masalah, hambatan dan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Fokus penelitian yang

(15)

memuat penjelasan mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah penelitian. Rumusan masalah yang berisi tentang rumusan- rumusan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Tujuan penelitian yang memberi jawaban atas permasalahan penelitian yang dimuat dalam rumusan masalah.

Kegunaan penelitian membicarakan tentang manfaat atau kontribusi apa yang dapat diperoleh setelah hasil penelitian ditemukan. Dan yang terakhir adalah sisitematika penulisan penelitian.

Bab II landasan teori yang berisi tentang deskripsi teoritik, yang dijadikan dasar pijakan untuk mendalami makna dan pola hubungan yang bersifat interaktif dengan subjek di lapangan. Hasil penelitian yang relevan yang berisi hasil kajian dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan masalah yang diajukan peneliti. Kerangka berpikir yang merupakan penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang menjadi objek permasalah yang diteliti.

Bab III Metodologi penelitian yang berisi tentang desain penelitian, yang berisi pola umum penelitian yang akan digunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Tempat dan waktu penelitian yang berisi tentang tempat dan waktu penelitian akan dilakukan. Data dan sumber data yang merupakan situasi sosial yang terdiri dari orang, tempat dan aktivitas. Teknik pengumpulan data yang menjelaskan teknik apa yang digunakan untuk menjaring data tentang fokus penelitian. Teknik analisis data yang berisi pengolahan data mentah yang telah dikumpulkan. Pemeriksaan keabsahan data yang melalui uji credibility, dependability dan confirmability.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang deskripsi data hasil penelitian yang berisi pemaparan data temuan dari penelitian yang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian yang berisi interpretasi dan pemaknaan terhadap hasil penelitian, keterkaitan temuan yang diperoleh dengan teori atau konsep yang melandasi penelitian. Keterbatasan penelitian yang menjelaskan hal- hal yang tidak dijumpai dalam penelitian yang menyebabkan peneliti tidak memberikan hasil yang semestinya.

Bab V kesimpulan dan saran berisi tentang simpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian. Simpulan berisi pernyataan yang bersifat umum tentang hasil-hasil penelitian dan merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya.

Saran atau rekomendasi berisi penerapan hasil penelitian dalam bidang pendidikan dan penelitian lebih lanjut. Saran bisa diberikan kepada siswa/ mahasiswa, lembaga pendidikan, pemerintah pengambil kebijakan dan masyarakat atau stakeholder pada umumnya.

(16)

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Implementasi

a. Pengertian Implementasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ”implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan. ”Menurut Budi wiranto, mengatakan bahwa, ”implementasi adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh sekelompok individu yang telah ditunjuk untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. ”Senada dengan yang diungkapkan oleh Solichin Abdul Wahab Beliau mengungkap bahwa, ”implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok oleh pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuanyang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Fathur, Skripsi 2019).

Kata implementasi digunakan selama pengembangan dan pengenalan program baru. Kata implementasi juga diasumsikan oleh setiap orang dengan pemahaman yang sama. Dalam kenyataanya terdapat banyak definisi dari implementasi. Seperti yang disampaikan Fulan (1982) dalam Miller and Seller (9185: 246) memberikan definisi tentang implementasi, yaitu sebagai suatu proses peletakan ke dalam pratik tentang suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang dalam mencapai atau mengharap perubahan.

Menurut Laitwood, implementasi sebagai proses.

Implementasi meliputi pengurangan perbedaan antara kenyataan praktik dan harapan praktis oleh suatu inovasi (Majid, 2012, p. 68).

Dari beberapa pengertian tersebut, bisa diambil kesimpulan, bahwa implementasi adalah sebuah tindakan atau penerapan dari suatu rencana yang telah disusun dengan baik guna tercapainya suatu tujuan yang diharapkan. Dengan melakukan implementasi, dapat diketahui seberapa jauh tujuan yang ingin dicapai dan kekurangan apa saja yang perlu diperbaiki serta kendala apa saja yang dihadapi juga solusi dalam menghadapi kendala tersebut.

b. Tujuani Implementasi

Seperti yang disebutkan sebelumnya implementasi merupakan aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan

(17)

terikat oleh mekanisme untuk mencapai tujuan tertentu mengacu pada pengertian implementasi tersebut, adapun beberapa tujuan impelementasi adalah sebagai berikut:

1) Tujuan utama implementsi adalah untuk melaksanakan rencana yang telah disusun dengan cermat, baik oleh individu maupun kelompok.

2) Untuk menguji serta mendokumentasikan suatu prosedur dalam penerapan rencana atau kebijakan.

3) Untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai di dalam penerapan rencana atau kebijakan.

4) Untuk mengetahui kemampuan masyarakatan dalam menerapkan suatu kebijakan atau rencana sesuai dengan yang diharapkan.

5) Untuk mengetahui tingkat keberhasilansuatu kebijakan atau rencana yang telah dirancang demi perbaikan atau peningkatan mutu.

2. Metode

Menyajikan suasana belajar dan pembelajaran yang menarik dan berkesan bagi peserta didik bukan suatu perkara yang mudah.

Karena peserta didik antara yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan, baik perbedaan secara kognitif, afektif, ataupun psikomotornya. Oleh sebab itu seorang tenaga pendidik harus mempersiapkannya dengan memiliki pengetahuan dan kompetensi yang memadai dengan didukung oleh sumber daya dan metode yang memadai juga untuk menerapkan strategi belajar dan pembelajaran yang kondusif dan efektif.

a. Pengertian Metode

Ramayulis (2015), Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh pendidik dalam mengadakan hubungan dengan pesrta didik. Pada saat berlangsungnya proses pemebelajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran (p. 264).

Secara bahasa metode (method) berarti jalan atau cara.

Dalam bahasa Arab kata metode dikenal dengan istilah al- Thariqah yang arinya suatu jalan yang sering dilalui. Karena dianggap paling dekat dengan tempat yang akan dituju, sehingga dengan melintasi jalan tersebut memungkinkan akan cepat sampai ke tempat tujuan, disbanding dengan jalan yang lainnya. Dari arti tersebut dapat dipahami secara sederhana bahwa metode adalah suatu jalan atau cara yang diyakini paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan (Eman, 2016, p. 23).

(18)

Menghafal al-Qur’an bukanlah pekerjaan yang mudah, dari itu perlu adanya metode yang bisa memudahkan dalam menghafal al-Qur’an. Biasanya yang pertama menggunakan cara berhadapan dengan guru pembimbing hafalan dalam menghafal kemudian berikutnya dengan cara tikrar atau mengulang bacaan dan dilakukan dengan disimak oleh guru atau teman. Juga dengan cara membaca al-Qur’an dengan berurutan secara bergantian. Setiap orang memiliki metode yang cocok untuk dirinya dan dapat membuatnya lebih terasa nyaman dalam mencapai tujuan tertentu, untuk menemukan sebuah metode tertentu yang lebih pas dapat dilakukan dengan sebuah percobaan (Amjad, 2011, p.122).

Metode merupakan suatu hal yang penting dalam pembelajaran, karena tanpa adanya metode maka kegiatan belajar dan pembelajaran tidak akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Seorang pengajar harus tepat dalam memilih metode pembelajran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan instrument penting dalam proses pembelajaran yang memiliki nilai teoritis dan praktis. Metode pembelajaran menjadi variable penting dalam proses pembelajaran yang mempengaruhi hasil pembelajaran (Ahmad, 2009, p. 49).

Metode yang dimaksud adalah cara sistematis dan terfikir secara baik untuk mencapai tujuan. Metode merupakan usaha untuk menggerakan anak didik agar dapat mepelajari bahan pembelajaran. Seorang guru dapat menggerakan anak didik apabila metode yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik, baik secara individu maupun secara kelompok. Guru sebaiknya tidak memaksakan anak didik untuk bergerak dalam aktivitas belajar menurut acuan metode. Pemaksaan tidak akan mendapatkan sesuatu yang diharapkan, bahkan bisa merusak perkembangan anak didik menjadi terganggu. Guru sebaiknya bisa membangkitkan motivasi anak didik.

Motivasi akan tumbuh dan berkembang jika anak didik merasakan senangnya berprestasi, bertanggung jawab dan dihargai. Metode yang lunak biasanya mudah berhasil dalam menggerakkan gairah santri dari pada metode yang mengandung unsur-unsur otokratis. Tetapi terkadang metode yang lunakpun tidak akan berhasil apabila seorang santri tidak bisa dengan sebuah metode tersebut. Pendek kata, ”bukan siswa untuk metode, melainkan metode untuk siswa”.

(19)

b. Penggunaan Metode

Dalam pendidikan yang diterapkan di Barat, metode pendidikan hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan peserta didik, para pendidik hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator, ataupun hanya sebagai instruktur. Sistem yang cenderung dan mengarah kepada peserta didik sebagai pusat (child center) ini sangat menghargai adanya perbedaan individu peserta didik. Hal ini menyebabkan para peserta didik hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para peserta didik untuk belajar dan mereka diberi kebebasan, sedangkan pembentukan karakter dan pembinaan moral hamper kurang menjadi perhatian pendidik (p. 265).

c. Pembagian Metode al-Qur’an

Tentang metode, berikut adalah beberapa pilihan yang banyak ditetapkan oleh para penghafal al-Qur’an diantaranya:

1) Metode kitaba . Secara bahasa, kitabah artinya menulis.

Adapun metode menulis yang dimaksud disini adalah metode menghafal al-Qur’an yang diawali dengan terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan di hafal. Dalam penerapanya, penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang di sediakan. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya dengan benar samapai lancar, lalu kemudian itu dihafalkan.

Dianatara kelebihan dari metode ini adalah bahwa di samping dibaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan didalam bayangan, serta sekaligus melatih menghafal untuk menulis tulisan Arab.

2) Metode simai’. Metode ini seringkali dipakai oleh para penghafal al-Qur’an yang memiliki kekurangan dalam hal penglihatan atau juga bisa digunakan anak kecil yang masih belum lancar dalam membaca al-Qur’an. Banyak teknik yang bisa dalam penerapan metode ini, salah satunya misalnya bisa dengan langsung mendengarkan dari guru atau kaset murathal. Simai’ sendiri berarti mendengar yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan bacaan al-Qur’an untuk dihafalkannya.

Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang meiliki daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tuna netra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum bisa baca tulis al-Qur’an.

(20)

3) Metode Tasalsul (berantai) yang dimaksud dengan metode tasalsul adalah menghafal tiap satu halaman al- Qur’an dengan cara menghafal satu ayat sampai hafal dengan lancar, kemudian berpindah ke ayat kedua sampai benar-benar lancar, setelah itu menggabungkan ayat satu dengan ayat dua tanpa melihat mushaf. Penghafal hendaknya tidak berpindah ke ayat selanjutnya kecuali ayat sebelumnya telah lancar, begitu juga seterusnya ayat ketiga sampai habis satu halaman, kemudian menyambungkan ayat pertama sampai terakhir. Cara ini membutuhkan kesabaran dan sangat melelahkan karana harus banyak mengulang-ngulang setiap ayat yang sudah dihafalkan, kemudian digabungkan dengan ayat sebelumnya. Namun, cara seperti ini bisa menghasilkan hafalan yang benar-benar baik.

4) Metode jami’ (penggabungan). Yang dimaksud dengan metode ini adalah menghafal satu halaman al-Qur’an dengan cara menghafal satu ayat sampai lancar, berpindah ke ayat ketiga, juga seterusnya sampai satu halaman.

Kemudian setelah dapat menghafal satu halaman,menggabungkan hafalan dari ayat pertama sampai terakhir tanpa melihat mushaf.

5) Metode muqsam (pembagian). Yang dimaksud dengan metode ini adalah menghafal satu halaman al-Qur’an dengan cara membagi-baginya menjadi beberapa bagian, misalnya menjadi dua atau tiga bagian, dan setiap bagian itu dihafalnya secara tasalsul (pengulangan dari awal).

Barulah setelah tiap-tiap bagian telah sempurna dihafal hingga habis satu halaman, kemudian semua bagian itu disatukan atau digabungkan sampai seluruh bagian dapat dikuasai dengan lancar. Metode ini merupakan pertengahan antara metode tasalsul dan jami’.

6) Metode wahdah (satu persatu). Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode tasalsul, hanya saja ada penentuan bilangan berapa kali ayat diulang. Misalnya, tiap ayat diulang sebanyak 20 kali. Baru kemudian ayat- ayat yang dihafalkan tersebut digabungkan dan diulang sebanyak 20 kali pula. Pengaruh terhadap kelancaran dengan metode ini lebih besar dibandingkan metode tasalsul. Hanya saja, cukup berat dan melelahkan dalam prakteknya, disamping itu penghafal juga harus bisa istiqomah dengan jumlah pengulangannya.

7) Metode jami’ yang dimaksud dengan metode ini ialah cara menghafal yang dilakukan secara bersama-sama,

(21)

dipimpin oleh seorang instruktur atau pembimbing.

Sebagai contoh misalnya pembimbing membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya. Selanjutnya, setelah ayat-ayat itu mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf, demikian seterusnya sampai ayat-ayat itu benar-benar hafal.

8) Metode memahami sebelum menghafal. Metode ini sangat efektif, hanya saja sulit diterapkan diusia dini,karena untuk bisa pada tingkatan mampu memahami al-Qur’an membutuhkan waktu yang lama. Metode ini juga akan sangat membantu seseorang didalam menyelesaikan target hafalannya, karena seseorang yang telah paham dengan isi ayat, maka ia akan lebih cepat menghafalkannya dan sangat membantu menguatkan hafalan. Karenanya, tidak perlu heran jika orang Arab bisa lebih cepat ketika menghafal al-Qur’an dibanding dengan orang asing, karena mereka sudah dibantu dengan kemampuan bahasa Arab. Untuk bisa menggunakan metode ini, orang yang belum paham bahasa Arab harus terlebih dahulu mempelajari bahasa Arab sebagai perangkat untuk bisa memahami al-Qur’an sebelum ia menghafal al-Qur’an.

9) Pengulangan (muraja’ah). Tahapan muraja’ah ini adalah yang paling penting dari tahapan-tahapan sebelumnya, mengingat ia adalah inti dari kegiatan menghafal al- Qur’an itu sendiri. Selanjutnya, khusus tentang tahapan ini, akan dibahas lebih lanjut pada bagian-bagian berikutnya didalam buku ini (A. Cece, p. 29).

3. Muraja’ah

a. Pengertian muraja’ah.

Muraja’ah merupakan mashdar dari kata kerja raja’a (عجار) yuraji’u (عجاري) ia berasal dari akar kata yang tersusun dari huruf ra (ر) jim (ج) dan (ع) ’ain, yang berarti kembali atau pulang. Selanjutnya kata muraja’ah sendiri kemudian diartikan dengan meinjau ulang, memeriksa kembali, dan mengulang hafalan al-Qur’an disebut muraja’ah karena ia tidak dapat dilakukan kecuali setelah kembali dulu kebelakang, lalu maju lagi. Maka bisa disimpulkan bahwa muraja’ah hafalan al-Qur’an adalah upaya untuk kembali mengulang-ulang dan mengecek apa yang sudah dihafalkan

(22)

sebelumnya,agar hafalan al-Qur’an menjadi semakin kuat dan terjaga.

Dalam bahasa Arab, menghafal menggunakan terminology al-Hafidz yang artinya menjaga, memelihara, dan menghafalkan. Menghafal sendiri berarti sebuah usaha meresapkan sesuatu ke dalam ingatan. Karena itu, menghafal al-Qur’an bisa diartikan sebagai proses memasukkan ayat- ayat al-Qur’an ke dalam ingatan, kemudian melafalkan kembali tanpa melihat. Ada juga yang mengartikan bahwa menghafal al-Qur’an adalah proses dimana seluruh materi ayat (rincian bagian bagiannya seperti fonetik, waqof dan lain-lain) harus diingat terhadap ayat dan bagian-bagiannya itu mulai dari proses awal hingga pengingatan kembali (recolling) harus tepat. Ketika keliru dalam memasukkan atau menyimpannya akan sulit ditemukan kembali dalam memori (p. 16).

Muraja’ah atau mengulang-ulang hafalan al-Qur’an ini merupakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menghafal al-Qur’an. Hafalan yang diulang tentu saja adalah hafalan yang sudah didapatkan sebelumnya dengan baik,atau yang telah didengarkan dan dutashih oleh guru atau kiyai. Hafalan yang sudah didengarkan dihadapan guru yang semula sudah dihafalkan dengan baik dan lancar itu memang terkadang masih saja bisa terlupakan, atau mungkin menjadi hilang sama sekali jika ditinggalkan. Karena itu harus dilakukan muraja’ah atau mengulang kembali hafalan yang telah dihafal dan diperdengarkan kembali (p. 59).

Menurut Majdi (2014), pengertian muraja’ah secara kontinyu adalah menguatkan hafalan, muraja’ah pada hakikatnya adalah menghafal. Setiap orang yang membaca al- Qur’an sebenarnya tahu betul bahwa jika tidak dimuraja’ah hafalannya secara terus- menerus, maka hafalannya akan mudah hilang. Karena al-Qur’an itu mudah lepas daripada lepasnya unta dari tali kekangnya. Penelitian-penelitian modern tentang ingatannya mengungkapkan kepada kita berbagai hal tentang ingatan dan cara-cara muraja’ah.Hal yang sangat menolong kita dalam melakukan muraja’ah secara efisien adalah dengan izin Allah (p. 141).

b. Pentingnya Muraja’ah Bagi Penghafal al-Qur’an.

Diantara pentingnya mu’ja’ah dalam menghafal al-Qur’an adalah agar hafalan tidak terlupakan. Lupa sendiri adalah penyakit dalam mempelajari ilmu. Seperti halnya penyakit, jika ia dibiarkan, maka akan semakin parah, dan akhirnya bisa menghilangkan nyawa penderita. Demikian pula dengan lupa

(23)

dalam menghafal al-Qur’an, jika dibiarkan, maka akan membuat hafalan menjadi rusak dan tidak sempurna, bahkan bisa benar-benar hilang dari ingatan sipenghafalnya (p. 63).

Ketika seseorang ingin menjadi seorang penghafal al- Qur’an yang baik dan kuat maka mereka tidak akan lepas daripada muraja’ah, karena dengan muraja’ah kita secara terus menerus menjaga hafalan kita secara berulang-ulang. Dengan muraja’ah yang baik akan menghasilkan kualitas hafalan yang baik dan lebih kuat pengaruhnya serta bisa meresapinya pula, seperti halnya diungkapkan oleh Allah SWT dalam firmannya:

ََٰشَتُّم اٗبََٰتِك ِثيِدَحۡلٱ َنَس ۡحَأ َل َّزَن ُ َّللَّٱ ِب

َّم ا ٗه َيِناَث ُه ۡنِم ُّرِعَش ۡق َت ُج

ُدوُل

َر َن ۡوَش ۡخَي َنيِذَّلٱ ُدوُلُج ُنيِلَت َّمُث ۡمُهَّب

ۡمُه ُق َو ۡمُهُبوُل هَِّللَّٱ ِر ۡكِذ َٰىَلِإ َكِلََٰذ

ۡضُي نَم َو هُءٓاَشَي نَم ۦِهِب يِد ۡهَي ِ َّللَّٱ ىَدُه ِلِل

َُّللَّٱ اَمَف ٍداَه ۡنِم ۥُهَل

Artinya: ”Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang- orang yang takut pada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.

Itulah petunjuk Allah, yang dengan kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat memberi petunjuk” (Q.S. az- Zumar: 23) (p. 662).

Rasulullah SAW juga terkadang memerintahkan sahabatnya untuk membacakan ulang al-Qur’an dengan cara Rasulullah SAW menyimak bacaan sahabat. Cara tersebut sangat baik dalam memuraja’ah al-Qur’an.

c. Manfaat Muraja’ah.

Hafal al-Qur’an merupakan anugerah besar yang harus kita syukuri. Mensyukuri nikmat hafal al-Qur’an adalah kewajiban bagi penghafal al-Qur’an, supaya anugerah tidak dicabut oleh Allah, salah satu cara terbaik mensyukuri hafal al-Qur’an adalah dengan cara menjaga hafalanya dan terus-menerus mengulang-ngulangnya dalam berbagai kesempatan.

Murojaah memiliki banyak manfaat yaitu:

1) Menguatkan hafalan al-Qur’an.

2) Membiasakan lidah agar selalu basah dengan membaca al- Qur’an.

3) Melatih keistiqomahan.

4) Menjaga lisan dari berbagai perkataan-perkataan yang tercela (p. 65).

(24)

4. Pembelajaran

Subtansi pembelajaran adalah belajar sehingga pembelajaran merupakan proses aktivitas yang dilakukan guru dalam mengondisikan siswa untuk belajar. Artinya, belajar untuk mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, meyintesis, dan mengevaluasi materi yang menjadi bahan pembelajaran.

Karena pembelajaran merupakan suatu aktivitas pengondisian belajar maka pembelajaran harus mampu mengondisikan siswa untuk aktif-kreatif dalam proses pembelajaran (Heri, 2014, p. 1).

Dalam proses pembelajaran, suatu hal yang hampir dikatakan mutlak yaitu menghafal, walaupun dalam pembelajaran yang diharapkan adalah pemahaman, akan tetapi kepahaman tersebut akan timbul ketika seorang pembelajar telah memahami apa yang telah dihafalakannya. Mengahafal disamping untuk mendapatkan pemahaman dalam pembelajaran, juga sebagai budaya meningkatkan gemar membaca bagi pembelajar (Andiya Fajarini, 2017).

a. Pengertian Pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik (pembelajaran). Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami manusia sepanjang hayat, Serta berlaku dimanapun dan kapanpun (p. 6).

Aktifitas pembelajaran dapat dilakukan oleh siapapun yang berminat, dan sampai kapanpun. Dan pada hakikatnya, Setiap manusia mereka sadar atau tidak sadar adalah seorang pembelajar dalam lingkup dan caranya masing-masing, selama ini yang lazim disebut pembelajar adalah siswa, murid, peserta didik, mahasiswa, dan yang lainnya. Sedangkan pendidik, apapun sosok namanya sosok yang menggelar, menggagas, dan mendesain pembelajaran, dan acapkali diposisikan sebagai orang yang “lebih tahu” dan “mendidik” para siswa, murid ataupun peserta didik (p. 8).

Syaiful (2003), Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah , mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana

(25)

lingkungan seseorang seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

b. Konsep Pembelajaran

Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuaan, motivasi, latar belakang akademisnya, dan lain-lain (p. 61).

a. Tujuan Pembelajaran

Dalam pembelajaran sangat penting untuk mengetahui tujuan dari proses pembelajaran tersebut guna meningkatkan mutu pembelajaran. Tujuan dalam pembelajaran sangat erat dengan apa yang harus dikerjakan oleh peserta didik selama belajar dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh peserta didik ketika mereka selesai pada akhir pembelajaran.

Menurut Muhammad Darwis Dasopang tentang tujuan pembelajaran mengatakan bahwa:

Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya, seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan evaluasi. Oleh karena itu, maka seorang guru tidak dapat mengabaikan masalah perumusan tujuan pembelajaran apabila hendak memprogramkan pengajarannya (Muhammad, 2017, p.11).

Dengan adanya tujuan yang diharapkan peserta didik mampu menempuh pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang telah dijadikan sebagai standar keberhasilan dalam pembelajaran, seperti halnya pembelajaran menghafal al- Qur’an bertujuan supaya bisa hafal dengan lancar, baik dan mampu mengamalkan apa yang terkandung dalam al-Qur’an.

5. Tahfidz

a. Pengertian Tahfidz

(26)

Tahfidz yang berarti menghafal, dari kata dasar hafal. Kata menghafal dalam bahasa Arab adalah “hifzh” yang berasal dari fi’il (kata kerja) hafizha-hifzhan, apabila dikatakan hafizha asysyaia, artinya menjaga (jangan sampai rusak), memelihara dan melindungi. Tetapi apabila dikatakan hafizha as-sira, artinya katahumu (menyimpan), dan apabila dikatakan, hafizha ad darsa artinya iztazhaharahu (menghafal).

Menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi menghafal adalah

“proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar”. Menghafal merupakan salah satu kegiatan belajar dengan cara mengulang-ulang sesuatu, baik itu membaca ataupun mendengarkan sampai ingat. Yang dimaksudkan dengan hafalan adalah sebuah usaha meresapkan sesuatu kedalam ingatan. Menghafal dapat diartikan sebagai proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar, karena pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti akhirnya menjadi hafal.

Kedatangan wahyu merupakan sesuatu yang sangat dirindukan Nabi Muhammad SAW. Karena itu, ketika wahyu datang, Nabi langsung bergegas menghafal dan memahaminya. Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW adalah orang paling pertama dalam menghafalkan al-Qur’an.

Tindakan Nabi tersebut dijadikan suri tauladan yang diikuti oleh para sahabatnya.

Imam Al-Bukhari mencatat sekitar tujuh orang sahabat Nabi yang terkenal dengan hafalan al-Qur’annya.Mereka adalah ‘Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Mi’qal (maula’nya Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal, Ubay bin ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin As-Sakan, dan Abu ad-Darda. Orang yang menghafal al-Qur’an disebut haamil al-Qur’an tetapi sering digunakan dengan istilah hafdiz al-Qur’an, seperti disebutkan dalam kitab at-Tibyan karya Imam Zakariya Yahya ibn Syaraf an-Nawawi:

ْعِا ِمْلِعْلا َةَلمَحاَي َلاَق ْوَأ ِنآ ْرُقلا َةَلْمَحَاي َمَع ُهُمْلِع َقَف َو َو ,ِهِب ا ْوُلَم

ُهَل

Wahai orang yang menannngung al-Qur’an atau wahai orang yang menanngung ilmu, beramalah dengan ilmu, dan cocokanlah ilmumu dengan amalmu.

Al-Qur’an adalah kitab suci satu-satunya yang dihafalkan oleh banyak manusia di dunia ini. Tak satupun kitab suci yang dihafalkan bagian surat, kalimat, huruf dan bahkan harakatnya seperti al-Qur’an. Rasulullah SAW sendiri begitu sangat menghormati orang-orang yang menghafal al-Qur’an dan

(27)

mengajarkannya, menempatkan mereka pada kedudukan tersendiri dan melebihkan mereka daripada yang lainnya.

Menghafal al-Qur’an bukan pula hal yang impossible atau mustahil bagi siapapun. Menghafal al-Qur’an merupakan ibadah yang sangat dianjurkan. Bagi orang Islam yang ingin menjalaninya, Allah telah memberi garansi akan mudahnya al-Qur’an untuk dihafalkan. Dorongan untuk menghafal al- Qur’an sendiri telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al- Qomar ayat 17 :

َّدُّم نِم ۡلَهَف ِر ۡكِ ذلِل َناَء ۡرُقۡلٱ اَن ۡرَّسَي ۡدَقَل َو ٖر ِك

Artinya: “Dan sesungguhnya,telah kami mudahkan al- Qur’an untuk peringatan maka adalah orang yang mengambil pelajaran?” (p. 769).

Karena berangkat dari budaya yang oral, maka nabi dan sejumlah pengikutnyapun memelihara al-Qur’an dengan metode hafalan. Sebagian adapula yang menuliskan ayat-ayat al-Qur’an diatas benda-benda material. Namun pada tahap itu al-Qur’an belum disusun atau dikompikasi menjadi satu jilid.

Baru setelah wafatnya Nabi, sejumlah sahabatnya langsung mulai berfikir untuk ‘mengumpukan’ seluruh bagian al- Qur’an kedalam satu volume agar menjaganya dari perubahan dan distorsi. Menurut tradisi muslim, mereka yang di percaya melaksanakan tugas itu adalah panitia yang terdiri dari parasahabat senior yang pada masa Nabi dikenal sebagai pengahafal yang paling sering berkecimpung dengan al- Qur’an. Tugas ini baru selesai pada masa khalifah ketiga, anak mertua Nabi, Ustman bin Affan.

Rahasia-rahasia seorang penghafal perlu kita ketahui agar dalam menghafal kita bisa melakukannya dengan baik dan tidak merasa cepat berputus asa ketika dijumpainya suatu ayat yang sulit dihafal, diantara rahasianya adalah:

1) Rahasia-rahasia kejiwaan (psikologis). Menghafal memiliki hubungan yang kuat dengan urusan jiwa dan ruh. Masalah ini sering kita abaikan dalam menghafal al- Qur’an.

2) Rahasia-rahasia teknik (metode). Yaitu, ketrampilan dan inovasi yang akan kita paparkan untuk menghafal al- Qur’an. Ini didasarkan pada riset kekuatan pikiran dan metode belajar cepat.

3) Rahasia-rahasia manajemen. Yaitu, berkaitan dengan urusan mengelola waktu, mengulang-ulang hafalan secara berkelanjutan, dan menetapkan tahapan dalam menghafal (Majdi, 2019, p. xiii).

(28)

Muh. Hambali ( 2013) al-Qur’an adalah kemuliaan yang paling tinggi. Al-Qur’an adalah pedoman hidup di dunia menuju akherat. Manusia terbaik adalah manusia yang mau belajar al-Qur’an dan mengajarkannya. Al-Qur’an adalah kesempurnaan, al-Qur’an juga menjadi mukjizat yang terbesar yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Allah telah menurunkan al-Qur’an dan mejaganya.

Sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Hijr : 15; 9

وُظِف ََٰحَل ۥُهَل اَّنِإ َو َر ۡكِ ذلٱ اَنۡل َّزَن ُن ۡحَن اَّنِإ َن

Artinya: “Sesungguhnya, Kamilah yang menurunkan al- Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. ( QS. Al-Hijr {15}:9) (p. 5).

Seseorang penghafal harus memprioritaskan dirinya dalam kehidupannya dengan menyediakan waktu untuk menghafal dan memuraja’ah al-Qur’an pada setiap harinya. Dengan tidak terlena akan segala sesuatu yang menyebabkan seorang penghafal tidak memuraja’ah al-Qur’an agar nilai hafalan al- Qur’an bisa tetap terjaga.

َأ ۡمُكِهۡلُت َلَ ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأََٰٓي ََٰو ۡم

ُكُل َٓلَ َو ۡم َع ۡمُكُدََٰل ۡوَأ هَِّللَّٱ ِر ۡكِذ ن

ِس ََٰخۡلٱ ُمُه َكِئََٰٓل ْوُأَف َكِلََٰذ ۡلَعۡفَي نَمَو و ُر

َن

Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Q.S. al- Munafiqun: 9) (p. 811).

Ayat tersebut menjelaskan supaya kita tidak terlena dengan segala sesuatu yang menyebabkan lupa pada mengingat Allah.

Dengan begitu kita harus memprioritaskan dalam memuraja’ah hafalan al-Qur’an karena al-Qur’an adalah kalamullah. Ketika kita lalai dari menghafal dan memuraja’ah al-Qur’an itu adalah karena kita terlena akan tipu daya dan bujukan syaitan, maka sebaiknya kita selalu memohon perlindumgan kepada Allah dalam menghafal al-Qur’an seperti halnya yang telah dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 97 sampai 98:

ِنيِطََٰيَّشلٱ ِت ََٰزَمَه ۡنِم َكِب ُذوُعَأ ِ ب َّر لُق َو َو

وُعَأ َر َكِب ُذ نَأ ِ ب

ِنوُرُض ۡح َي

Artinya: ”Dan katakanlah: Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Q.S. al-Mu’minun: 97-98) (p.485).

b. Hukum Menghafal Al-Quran

(29)

Hukum menghafal al-Qur’an menurut mayoritas ulama adalah fardu kifayah. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa orang yang menghafal al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawattir. Artinya apabila dalam suatu masyarakat tidak ada seorangpun yang hafal al-Qur’an , maka berdosalah semuanya. Namun jika sudah ada salah satu dari mereka yang menghafalkannya, maka gugurlah kewajiban dalam suatu masyarakat tersebut (Rofiul, p. 14).

Dikatakan dalam kajian ilmu Fiqh bahwa, hukum menghafal al-Qur’an adalah wajib kifayah untuk orang Islam, sehingga apabila ada salah satu dari mereka yang menghafal al-Qur’an, maka hilanglah kewajiban tersebut pada yang lainnya. Orang yang pertama kali menghafal al-Qur’an adalah Rasulullah SAW dan merupakan panutan dan teladan bagi para sahabat juga umat Islam. Maka tindakan menghafal al- Qur’an semenjak masa Rasulullah masih hidup sampai sekarang merupakan sunnah yang sangat dianjurkan (Masduki, 2018).

c. Manfaat Menghafal al-Qur’an

Allah SWT, menciptakan segala sesuatu pasti ada manfaatnya. Begitu pula dengan orang yang menghafal al- Qur’an pasti banyak memiliki manfaat, disamping mendapat pahala kebaikan karena seorang yang membacanya apalagi secara berulang-ulang, juga banyak lagi manfaat yang lainnya.

Diantara manfaat menghafal al-Qur’an adalah:

1) Jika disertai dengan amal shalih dan keikhlasan, maka ini merupakan kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akherat.

2) Didalam al-Quran banyak kata-kata bijak yang mengandung hikmah dan sangat berharga bagi kehidupan.

Semakin banyak menghafal al-Qur’an, semakin banyak pula kita mengetahui kata-kata bijak tersebut.

3) Di dalam al-Qur’an terdapat ribuan kata-kata atau kalimat.

Jika menghafal al-Qur’an dan memahami artinya, secara otomatis kita telah menghafal semua kata-kata tersebut.

4) Didalam al-Quran banyak terdapat ayat –ayat tentang iman, amal, dan ilmu dan cabang-cabangnya serta yang lainnya. Seorang penghafal akan mudah menghadirkan ayat-ayat tersebut (p.15).

d. Keutamaan Para Penghafal al-Qur’an

Aktifitas menghafal al-Qur’an di sisi Allah SWT merupakan pekerjaan yang sangat mulia, menghafal al-Qur’an sangat berbeda dengan menghafal selainnya, seperti kamus, buku-buku yang lain. Karena menghafal al-Qur’an harus

(30)

memahami tajwid dan pelafalan yang benar. Seorang yang meghafal al-Qur’an berarti dia menjaga kemurnian dan keaslian al-Qur’an dari kesalahan dan mungkin pemalsuan dari orang kafir (Indra Keswara, 2017). Ada beberapa kemulian yang diberikan kepada penghafal al-Qur’an diantaranya:

1) Al-Qur’an memberi syafa’at bagi penjaganya (penghafalnya).

2) Diperbolehkan iri kepada seorang penghafal al-Qur’an.

3) Penghafal al-Qur’an akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

4) Menjadi keluarga Allah.

5) Penghafal al-Qur’an digolongkan sebagai orang-orang pilihan yang mulia bersama para nabi dan syuhada.

6) Orang tua penghafal al-Qur’an akan diberi makhkota pada hari kiamat.

7) Diberi ketenangan jiwa.

8) Penghafal al-Qur’an dapat memberikan syafa’at kepada keluarganya.

9) Ada perintah untuk memuliakan ahli Qur’an dan dilarang menyakitinya.

10) Penghafal al-qur’an diprioritaskan hingga wafat.

e. Tiga Ancaman Bagi Orang Yang Melalaikan Hafalan 1) Sedikit kebaikan dan banyak keburukan.

2) Al-Quran akan mendebat manusia pada hari kiamat.

3) Dosa Besar melupakan al-Qur’an (p. 15).

6. Al-Qur’an

Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab, dari kata qara’a yang berarti membaca. Sebagian dari ulama berpendapat kata al-Qur’an merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar “al-qar” yang artinya menghimpun, karena kitab ini menghimpun surat, ayat, kisah, perintah dan larangan. Atau karena kitab ini menghimpun intisari dari kitab-kitab suci sebelumnya.

Dalam pengertian sempit, membaca adalah kegiatan memahami makna yang terdapat dalam tulisan. Sementara dalam pengertian luas, membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis- kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang di ikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.

Menurut pengertian sempit, kegiatan membaca dibatasi pada proses memaknai bahasa tulis, yaitu kata, kalimat, dan paragraf yang mengandung pesan penulis yang harus “ditangkap”

pembaca. Jika pembaca telah mengerti maksud pesan penulis, pembaca telah dianggap berhasil. Menurut pandangan luas,

(31)

membaca dipandang sebagai kegiatan mengolah ide. Maksudnya, bacaan tidak sekadar mengandung pesan penulis, tetapi pesan itu harus diolah lagi. Melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif, pembaca menafsirkan makna bacaan yang mendalam (Nurhadi, 2016, p. 2)

Menurut Sahiron Syamsuddin dalam bukunya al-Qur’an merupakan istilah bahasa Arab yang berarti hafalan atau bacaan.

al-Qur’an berasal dari kata pertama dalam wahyu pertama dan di terima Nabi Muhammad SAW, iqra’, yang berarti ‘bacalah’.

Peran Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Nabi di mulai ketika ia diperintahkan untuk ‘membaca’. Meskipun al-Qur’an menggunakan beragam nama, tetapi nama ‘al-Qur’an’ telah menjadi salah satu yang paling umum dipakai untuk sebutan suci umat Islam. Nama lain yang digunakan oleh al-Qur’an untuk menyebut dirinya sendiri antara lain: Wahyu (tanzil), peringatan (dzikir), pembeda (furqan) dan kitab suci (kitab). Al-Qur’an juga menyandang sejumlah karakter atau sifat untuk dirinya sendiri seperti yang mulia (karim) (seperti dalam kalimat sering dikutip

‘al-Qur’an yang mulia’), jelas, agung dan diberkahi (Sahiron &

Shulkhah, 2018, p. 53).

Al-Qur’an adalah perkataan literal dari Tuhan yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Secara harfiah dalam bahasa Arab untuk disampaikan kepada pengikutnya. Bagi umat muslim, al- Qur’an merupakan teks keagamaan yang paling suci. Al-Qur’an merupakan pondasi dan sumber utama ajaran agama Islam yang dijadikan pedoman bagi setiap orang Islam diseluruh aspek kehidupan, baik aspek spiritual, hukum, moral, politik, ekonomi, maupun sosial (p. 23).

Menurut al-Lihyani dalam buku yang ditulis Rosihon Anwar bahwa kata “al-Qur’an” berasal dari kata dasar “qara’a”

(membaca) sebagaimana kata rujhan dan ghufran. Kata jadian ini kemudian dijadikan sebagai nama dari firman Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penamaan ini masuk ke dalam katagori tasmiyah al-maf’ul bi al-mashdar. Mereka merujuk firman Allah pada surat Al-Qiyamah (75) ayat 17-18:

ََٰنۡأ َرَق اَذِإَف ۥُهَناَء ۡرُق َو ۥُهَع ۡمَج اَنۡيَلَع َّنِإ َف ُه

ِبَّتٱ اَء ۡرُق ۡع ۥُهَن

Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakanya, maka ikutilah bacaannya itu.” (Q.S. al-Qiyamah: 17-18) (p.

854).

Pengertian al-Qur’an secara termonologi menurut Manna’ al- Qaththan:

(32)

ُدَّبَعَتُمْلا . م . ص ٍدَّمَحُم ىَلَع ُل َّزَنُمْلا ِ اللّ ُم َلََك ِهِت َو َلَِتِب

Artinya: ”Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya memperoleh pahala.”

Dengan demikian secara istilah al-Qur’an yaitu kalam Allah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang menukilkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat al- Fatihah dan diakhiri surat an-Nas (Rosihon Anwar, 2017, p. 31).

Al-Qur’an diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H (p. 34).

Al-Qur’an itu cahaya, karena al-Qur’an adalah kalamullah.

Kalamullah adalah sifat zat-Nya Yang Maha agung, maha mulia, maha kuasa. Allah adalah sumber segala cayaha. Cahaya-Nya akan mengalir kesesuatu yang disinggahinya.

Ketika al-Qur’an ditulis di mushaf, cahayanya menempel di mushaf, ketika al-Qur’an dibaca dan dihayati, cahayanya mengalir ke lidah, ke otak, ke hati lalu mengalir kesekujur tubuh pembacanya, pada saat itulah manusia bermandikan cahaya. Jika al-Qur’an diajarkan kepada orang lain, kepada masyarakat, kepada institusi pendidikan bahkan ke negara, maka cahaya itu akan menjalar ke semuanya.

Al-Qur’an juga sebagai ruh. Apa yang disinggahi al-Qur’an akan hidup dan penuh hati. Manusia yang mendapat sentuhan al- Qur’an adalah sosok yang berarti bagi diriya dan lingkungannya.

Sebaliknya manusia yang tidak tersentuh oleh spiritualitas al- Qur’an dia laksana mayat yang berjalan diatas bumi. Manusia seperti itu ibarat lampu yang tak tersentuh aliran listrik. Bendanya terpasang tapi tak berarti apa-apa bagi yang memandangnya, jika kehidupan ini ingin berarti dan bermakna, sentuhlah dengan cahaya dan ruh al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan bacaan yang mulia dan sempurna, karena tidak ada bacaan yang memiliki keagungan selain bacaan al- Qur’an. Dituturkan bahwa al-Qur’an mempunyai dua sisi.

Pertama sebagai kalamullah yang suci. Kedua sebagai kitab hidayah yang memberikan petunjuk bagi kehidupan umat manusia. Sakralitas al-Quran bisa diketahui melalui:

a. Al-Qur’an adalah kalamullah atau perkataan Allah.

Logikanya, jika Allah itu zat yang Maha Suci, karena kalam adalah bagian dari diri Allah sendiri.

(33)

b. Allah menempatkan al-Qur’an kedalam suatu tempat yang sangat terjaga yaitu,“lauhul mahfuzh” satu tempat yang sangat rahasia, bersama dengan rahasia tentang makhluk- makhluk Allah lainnya.

c. Allah menjaga kesucian al-Qur’an dengan mensterilkan semua jalan menuju lauh mafudz dari syaitan yang berusaha mencuri kabar dari langit.

d. Nabi Muhammad SAW dalam banyak haditsnya menjelaskan keutamaan al-Qur’an.

Dengan melihat penjelasan di atas, nyatalah bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang harus dimuliakan, dihargai, dijaga, tidak boleh dilecehkan, karena sebaik-baik manusia yaitu orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya. Kaum muslimin telah memperlakukan al-Qur’an dengan sangat santun dan memuliakannya dengan sepenuh hati (Ahsin (2017, p. 58).

7. Santri (Peserta didik).

a. Pengertian santri (peserta didik).

Peserta didik (santri) dalam sistem pendidikan memiliki peranan penting adanya, pendidikan dan pembelajaran tidak bisa berlangsung tanpa adanya peserta didik, guru tidak bisa dikatakan pengajar apabila tidak ada yang diajar. Hal tersebut mengharuskan seorang pengajar memahami peserta didiknya dengan baik.

Santri secara umum adalah orang yang mendalami dan belajar agama Islam di dalam sebuah pesantren yang menjadi salah satu tempat belajar para santri untuk menciptakan kepribadian seorang muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia dan mampu memberi manfaat untuk masyarakat sekitar. Memahami dari pengertian peserta didik ini bisa ditinjau dari tiga perspektif yaitu..

Pertama, perspektif pedagogis, yang memandang peserta didik sebagai makhluk “homo educantum” atau disebut dengan makhluk yang membutuhkan pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik diapndang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten sehingga membutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualkan segala potensi yang dimilikinya agar ia dapat menjadi manusia yang utuh.

Kedua, perspektif psikologis yang memandang peserta didik sebagai individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang

Gambar

Foto kegiatan setoran muraja’ah secara individu

Referensi

Dokumen terkait

Iklan Baris Iklan Baris BMW Mobil Dijual AUDI Iklan Baris Iklan Baris Disiarkan oleh:.. PT Media Antarkota Jaya sejak 15 April 1970

Efek positif yang didapat jika hubungan kontak sosial antara orang tua dan anak berjalan secara konsisten adalah anak merasa lebih aman dalam pengasuhan, tumbuhnya

Memfokuskan evaluasi suatu program pendidikan, berarti menentukan secara spesifik, apa dan bagaimana evaluasi akan dilaksanakan, memfokuskannya hanya pada beberapa variabel penting

keterampilan gerak dan ketajaman sosial melalui seleksi yang bijaksana. terhadap aktivitas-aktivitas dan metode dalam mengajar. Jepang terkenal dengan gulat dan

Adapun pelaksanaan administrasi pembangunan di Desa Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam hal ini mengenai rencana pembangunan Desa,

(Fungsi kalimat Perintah di temukan paling banyak dalam film Spy karena konteks film Spy adalah tentang agen pemerintahan yang menuntut para agen.. atau

Batasan pada penelitian ini adalah vegetasi yang terdapat di blok pemanfaatan Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang meliputi fase tumbuhan

Berdasarkan hal tersebut bahwa diabtes militus tipe II merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, penyakit diabetes dapat menjadi pemicu penyakit