• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub-sub bab berbeda. Dimaksudkan untuk mempermudah dalam penyusunan serta pembahasan yang lebih rinci. Sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan. Pada bab satu ini berusaha memberikan wacana penelitian, baik itu topik yang dipilih hingga permasalahan penelitian. Kemudian memberikan gambaran singkat yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya.

Bab kedua menjelaskan gambaran umum lafaz azab dalam al-Qur’an yang meliputi: pengertian dan definisi azab, derivasi lafaz azab secara bahasa dan derivasi lafaz azab yang ada dalam al-Qur’an baik itu secara sigah (bentuk) ataupun secara makna. Kemudian menghadirkan medan lafaz, yaitu lafaz-lafaz yang terkait atau berhubungan langsung dengan lafaz azab dalam ayat al-Qur’an yang sudah dikumpulkan. Terakhir, bab ini memaparkan pendekatan yang digunakan dalam analisis penelitian ini.

Peneliti menggunakan Qaḍiyah al-Syarṭiyyah, salah satu cabang dalam ilmu

mantik yang berguna untuk memahami atau membuat putusan atas kalimat-kalimat hipotetis.

Bab ketiga berjudul konteks lafaz ‘ażżaba dalam al-Qur’an yang meliputi: redaksi ayat-ayat azab yang akan dibahas dalam penelitian ini, berisikan ayat dan terjemahannya. Kemudian konteks ayat azab yang berisikan konteks peristiwa dan konteks ayat, baik itu dalam satu ayat maupun satu ‘ain (

ع

). Kemudian menghadirkan Asbāb al-Nuzūl dari ayat azab yang sudah kumpulkan, untuk menambah gambaran konteks peristiwa sebab turunnya ayat azab berdasarkan riwayat-riwayat yang ada. Terakhir memaparkan perspektif atau pandangan beberapa mufasir dalam kitab tafsir. Dihadirkan sebagai wacana perbandingan antara mufasir dalam kitab tafsirnya dengan peneliti atas hasil yang diperoleh pada bab berikutnya.

Bab keempat merupakan pemahaman struktur lafaz ‘ażżaba dalam al-Qur’an yang meliputi: Analisis struktur ayat azab dengan menggunakan Qaḍiyah al-Syarṭiyyah. Berdasarkan pendekatan Qaḍiyah al-Syarṭiyyah dengan cara kerja muqaddam dan tālī. Kemudian peneliti mengklasifikasi hasil analisis, yaitu menyejajarkan persamaan antara hasil analisis peneliti dan perspektif mufasir dalam kitab tafsirnya. Selanjutnya peneliti mengung-kapkan pemahaman yang diperoleh setelah melakukan analisis dan memaparkan perbedaan antara hasil analisis dan perspektif mufasir dalam kitab tafsirnya. Terakhir peneliti memaparkan hasil temuan dari penelitian ini.

Bab kelima merupakan bab penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan penelitian atau jawaban dari topik permasalahan yang diangkat.

Kemudian ditutup dengan saran-saran untuk penelitian yang akan datang.

23 BAB II

GAMBARAN UMUM LAFAZ AZAB

Pada bab ini peneliti akan memberikan penjelasan umum terkait topik yang akan dibahas pada penelitian ini. Ada beberapa hal yang peneliti anggap penting untuk disampaikan, yaitu: pengertian azab, derivasi azab secara bahasa dan yang tertulis di dalam al-Qur’an, serta teori pendekatan yang peneliti gunakan untuk memahami ayat-ayat dari topik yang diangkat.

A. Definisi Azab dan Derivasi Lafaz Azab 1. Definisi Azab

Secara etimologi, kata azab sebagaimana dalam kamus Mu’jam al-Wasīṭ didefinisikan sebagai siksaan, sanksi dan hukuman, atau suatu kesukaran yang ditimpakan kepada diri yang membuat diri tersebut merasakan sangat kesusahan atau kesakitan.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “azab” berarti siksa Tuhan diganjarkan kepada manusia yang meninggalkan perintah dan melanggar larangan agama.2 Di antara kata-kata yang menyerupai azab yaitu siksa dan siksaan. Siksa dalam KBBI artinya penderitaan atau kesengsaraan sebagai hukuman, atau hukuman dengan cara disengsarakan,3 sedangkan siksaan artinya hasil menyiksa atau perlakuan secara sewenang-wenang.4 Kemudian dalam bahasa inggris azab berarti punishment atau torture yaitu hukuman, siksaan, dan penderitaan.5

1 Syauqī Ḍaīf, Al-Mu’jam al-Wasīṭ, cet. V (Mesir: Maktabah al-Syurūq al-Dauliyah, 2011), 611.

2 Abdul Gaffar Ruskhan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Diambil dari Aplikasi KBBI Edisi V (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016).

3 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 81.

4 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1063.

5 Desy Anwar, Kamus Lengkap 1 Miliar Inggris-Indonesia (Surabaya: Amelia, 2003), 260 dan 303.

Kata azab merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Arab yaitu

ُبِ ذَعُ ي- َب ذَع (

’ażżaba-yu’ażżibu) artinya mengazab atau menyiksa.6 Kata tersebut merupakan bentuk kata kerja fi’il, baik itu fi’il māḍi ataupun fi’il muḍāri’. Sedangkan serapan kata azab diambil dari bentuk kata bendanya atau isim maṣdar-nya yaitu

ُباَذَع

(’ażāb) yang artinya siksaan.7 Pengertian ini juga terdapat dalam Kamus Ilmiah Populer, yaitu azab diartikan sebagai siksaan (Tuhan).8 Sedangkan menurut Prof. Muhammad Quraish Shihab, azab adalah suatu kemurkaan Allah akibat pelanggaran yang dilakukan manusia. Yaitu pelanggaran sunnatullah di alam semesta, termasuk pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya.9

Berdasarkan penjelasan di atas, kemudian penelusuran kosakata (mufradāt) ‘ażāb dalam beberapa kamus Arab, peneliti menyimpulkan bahwa makna ‘ażāb (

باَذَع

) adalah kesulitan, siksaan, dan hukuman. Makna yang melekat tersebut akan terus terbawa dimanapun kata ‘ażāb ditempatkan dalam sebuah struktur kalimat, baik itu di dalam al-Qur’an maupun di luar al-Qur’an. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata ‘ażāb termasuk dalam kata musytarak, yaitu kata tunggal yang memiliki makna beragam, sesuai dengan konteks penggunaannya.

6 Asad M. Alkalali, Kamus Indonesia Arab (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 33.

7 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:

Pustaka Progresif, 1997), 909.

8 Partanto, Pius A dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya:

Arkola, 1994), 61.

9 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Jakarta: Penerbit Mizan, 2004).

Al-Qur’an banyak menggunakan kata azab dengan berbagai derivasi, mulai dari bentuk kata kerja (fi’il) maupun kata benda (isim). Selain itu, al-Qur’an juga menggunakan istilah lain untuk menyebutkan sesuatu yang meyulitkan, seperti ‘iqāb, balā, muṣībah, dan fitnah. Meskipun memiliki makna yang berbeda, tetapi term-term yang disebutkan berdekatan kepada konteks-konteks yang mengindikasikan ganjaran atas perbuatan buruk sebagaimana azab. Dan adapun pembahasan terkait derivasi azab secara bentuk dan term-term makna yang berdekatan menjadi titik fokus pembahasan dalam bab ini.

2. Derivasi Lafaz Azab

’Ażżaba (

َب ذَع

) adalah bentuk ṡulaṡi mazīd tambahan satu huruf di

‘ain fi’il yang berarti memperingati dan menghukum.10 Berasal dari ṡulaṡi mujarrād (

َبُذَع

) ‘ażuba yang berarti segar dan tawar, (

َبِذَع

) ‘ażiba yang berarti tertutup (lumut),11 ’ażaba (

َبَذَع

) yang berarti tidak makan dan minum dari kehausan yang sangat,12 (

َبَذْعَ تْسِا

) ista’żaba yang berarti meminta air tawar dan segar. Kemudian bentuk maṣdar (

ُبْذَعلا

) al-‘Ażbu yang berarti manis, segar, sedap, (

ُبِذَعلا

) al-‘Ażibu yang berarti (air) yang tertutup lumut dan sampai pada (

ُباَذَعلا

) al-‘Ażābu yang berarti siksaan.13

Dalam al-Qur’an, kata azab telah mengalami derivasi atau perubahan bentuk kata, sebagaimana yang diungkap dalam kitab Mu’jam Mufahras li Fāż Qur’ān Karīm karya Muhammad Fu’ād ’Abd al-Bāqī setidaknya kata azab disebut sebanyak 558 kali dalam 3377 ayat dari

10 Jamalauddīn Muhammad bin Mukrām Ibn Manzūr Ifriqī Miṣrī, Lisān

al-‘Arabī, jilid 6, (Kairo: Dār al-Ḥadīṡ, 2013). 141-142.

11 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta:

Unit Pengadaan Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984), 975.

12 Ibn Manzūr, Lisān al-‘Arabī, jilid 6. 141.

13 Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. 909.

67 surat. Melihat banyaknya jumlah kata azab yang tersebar dalam al-Qur’an, maka kata-kata tersebut akan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kata azab yang menjadi kata benda (isim), dan yang menjadi kata kerja (fi’il).14

a. Kata Benda (Isim)

Secara sederhana, isim ialah segala sesuatu yang menunjukkan jenis kata benda atau yang dikategorikan benda, baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berhubungan dengan waktu. Isim adalah setiap kata yang menunjukkan nama orang, hewan, tumbuhan, benda, tempat, waktu, dan sifat yang tidak terikat oleh waktu.15 Adapun ciri-cirinya yaitu berharakat tanwin, kemasukan huruf alif lam (

لا

), dan didahului huruf jar.16 Sebagaimana penjelasan berikut:

1) Isim Maṣdar

Isim maṣdar yaitu kata benda yang tidak terikat dengan waktu dan tempat, tetapi maknanya tidak selalu isim atau dengan kata lain kadang-kadang berubah menjadi kata kerja. Disebut maṣdar karena kata tersebut selalu dijadikan sumber atau kata dasar dalam pembentukan sebuah kata yang baru. Dalam kaidah bahasa Inggris, isim maṣdar disebut gerund, yaitu kata kerja yang di belakangnya terdapat tambahan ing (Verb+Ing).17 Kata azab yang menjadi baku dalam bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa Arab dalam bentuk kata dari isim maṣdar yaitu ’ażāb (

باَذَع

).

14 Muhammad Fu‘ād ‘Abdu al-Bāqī, Al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fāz al-Qur’ān al-Karīm (Kairo: Dār al-Ḥadīṡ, 2007), 553-559.

15 Fuād Ni’mah, Mulakhkhos Qawā’id Lugoh ‘Arabiyyah (Bairūt: Dār al-Ṡaqāfah al-Islāmiyyah, tt). 17.

16 Mochammad Anwar, Ilmu Nahwu (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2007), 6.

17 Danial Hilmi, Cara Mudah Belajar Ilmu Shorof (Malang, UIN Maliki Press, 2012), 4.

Dalam al-Qur’an kata azab dengan bentuk isim maṣdar dari asal kata ’ażāb

(

باَذَع

) disebut sebanyak 291 kali, satu di antaranya Qs. Ali ‘Imrān/ 3: 176

yaitu:

لََا ُٰ للّا ُدْيِرُي ۗ اً ْيَش َٰ للّا اوُّرُض ي ْنَل ْمُ نَِّا ِِۚرْفُكْلا ِفِ َنْوُعِراَسُي َنْيِذ لا َكْنُزَْيَ َلََو ْمَُلَ َلَعَْيَ

ٌِۚمْيِظَع ٌباَذَع ْمَُلََو ِةَرِخْٰلَا ِفِ اًّظَح

“Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir: sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah. Allah tidak akan memberi bagian (pahala) kepada mereka di akhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar.”

Dari ayat di atas dapat kita lihat bahwa kata azab dalam al-Qur’an dengan isim mashdar menggunakan lafaz ‘ażāb (

ٌباَذَع

).

2) Isim Fā’il

Isim fā’il yaitu jadian dari kata dasar yang menjadi kata sifat dan menunjukkan pelaku atau orang yang mengerjakan sesuatu.18 Dalam al-Qur’an, kata azab dalam bentuk isim fā’il disebut dengan lafaz mu’ażżibu

(

ُبِ ذَعُم

). Lafaz tersebut hadir sebanyak tiga kali, contoh Qs. al-Anfāl/ 8: 33

sebagai berikut:

ُٰ للّا َناَك اَمَو ْمِهْيِف َتْنَاَو ْمَُبَِ ذَعُ يِل ُٰ للّا َناَك اَمَو َنْوُرِفْغَ تْسَي ْمُهَو ْمَُبَِ ذَعُم

“Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau (Nabi Muhammad) berada di antara mereka dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama mereka memohon ampunan.”

3) Isim Maf’ūl

Isim maf’ūl yaitu kata jadian dari kata dasar yang menjadi sifat dan menujukkan sasaran atau orang yang terkena suatu perbuatan atau pekerjaan.19 Dalam al-Qur’an, kata azab dalam bentuk isim maf’ūl disebut

18 Hilmi, Cara Mudah Belajar Ilmu Shorof, 5.

19 Hilmi, Cara Mudah Belajar Ilmu Shorof, 5

dengan lafaz mu’ażżabīn (

ْيِب ذَعُم

) atau mu’ażżibīn (

ْيِبِ ذَعُم

). Lafaz tersebut hadir sebanyak lima kali, contoh Qs. al-Syu’arā/ 26: 138 sebagai berikut:

َْيِب ذَعُِبِ ُنَْنَ اَمَو

“Kami (sama sekali) tidak akan diazab.”

b. Kata Kerja (Fi’il)

Fi’il berarti kalimah (kata) yang menunjukkan kata mandiri dan disertai dengan pengertian zaman (waktu). Dengan kata lain fi’il adalah kata kerja. Dalam bahasa Arab, fi’il ada tiga, yaitu fi’il māḍi (menunjukkan pekerjaan yang telah dikerjakan), fi’il muḍāri’ (menunjukkan pekerjaan yang sedang atau akan dikerjakan), dan fi’il amr (menunjukkan perintah untuk mengerjakan pekerjaan).20 Dalam al-Qur’an kata azab dalam bentuk fi’il hanya ada dua macam, yaitu fi’il māḍi dan fi’il muḍāri’.

1) Fi’il Māḍi

Fi’il māḍi yaitu kerja yang menunjukkan waktu lampau. Dengan ciri-ciri tidak mengalami perubahan, kecuali pada posisi tertentu dan karena huruf-huruf tertentu. Berubah karena menyesuaikan kata ganti yang menyertainya dan mengakibatkan perubahan pada bagian akhir atau belakangnya.21 Dalam al-Qur’an kata azab dalam bentuk fi’il māḍi adalah

’ażżaba, dan kata tersebut hadir sebanyak 4 kali, di antaranya Qs. al-Taubah/ 9: 26 sebagai berikut:

َ ت ْ لَّ اًدْوُ نُج َلَزْ نَاَو َْيِنِمْؤُمْلا ىَلَعَو هِلْوُسَر ىٰلَع هَتَ نْ يِكَس ُٰ للّا َلَزْ نَا ُثُ

َنْيِذ لا َب ذَعَو اَهْوَر

َنْيِرِفٰكْلا ُءۤاَزَج َكِلٰذَو ۗاْوُرَفَك

٢٦

“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan

kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir.”

20 Imam Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf (Jakarta: Amzah, 2008), 187.

21 Hilmi, Cara Mudah Belajar Ilmu Shorof, 2.

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa kata azab dalam al-Qur’an dengan fi’il māḍi menggunakan lafaz ‘ażżaba (

َب ذَع

).

2) Fi’il Muḍāri’

Fi’il muḍāri’ yaitu kata kerja yang menunjukkan waktu saat ini atau sekarang dan yang akan datang. Dengan ciri-ciri mengalami perubahan pada bagian depan dan belakang, hal itu karena menyesuaikan kata ganti yang menyertainya, serta mengakibatkan perubahan pada bagian tertentu.22 Dalam al-Qur’an kata azab dalam bentuk fi’il muḍāri terdapat empat bentuk, u’ażżabu (

ُبِ ذَعُا

), yu’ażżibu (

ُبِ ذَعُ ي

), tu’ażżibu (

ُبِ ذَعُ ت

), dan

nu’ażżibu (

ُبِ ذَعُ ن

). Kata-kata tersebut tersebar di 36 ayat, di antaranya Qs.

al-‘Ankabūt/ 29: 21 yaitu:

َنْوُ بَلْقُ ت ِهْيَلِاَوِۚ ُء ۤاَش ي ْنَم ُمَحْرَ يَو ُءۤاَش ي ْنَم ُبِ ذَعُ ي

“Dia (Allah) mengazab siapa yang Dia kehendaki dan memberi rahmat kepada siapa yang Dia kehendaki, dan hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.”

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa kata azab dalam al-Qur’an dengan lafaz fi’il muḍāri’ menggunakan lafaz yu’azzibu (

ُبِ ذَعُ ي

).

Istilah azab dalam al-Qur’an selalu diungkapkan sebagai lawan dari perbuatan yang melanggar perintah dan larangan Allah. Oleh sebab itu gambaran terhadap istilah atau tentang azab sangat bervariasi. Selain dengan kata azab, al-Qur’an menggunakan term-term lain untuk menyebutkan hubungan timbal balik (akibat) atau konsekuensi atas pelanggaran terhadap aturan dan perintah Allah. Meskipun term-term itu pada hakikatnya mempunyai makna tersendiri, namun al-Qur’an tidak jarang menggunakan pada ayat yang membicarakan tentang azab Allah.

22 Hilmi, Cara Mudah Belajar Ilmu Sharaf, 3.

Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan term-term itu sebagai penguat atau pengganti kata azab karena kepada nan konteks yang melatarbelakangi dan keserupaan makna yang dikandungnya. Di antara term-term dalam al-Qur’an yang dijadikan sebagai pengganti kata azab di antaranya:

1) ‘Iqāb

Istilah ‘iqāb dalam berbagai bentuk derivasinya terdapat dalam al-Qur’an sebanyak 80 kali, yang tersebar dalam 32 surat. Sebanyak 46 kata diantaranya terdapat dalam ayat-ayat makkiyah, dan selebihnya 34 kata terdapat dalam ayat-ayat madaniyyah.23 Kata ‘iqāb berasal dari kata ‘aqāb yang berarti ujung tumit, yang mengikuti, yang datang kemudian, atau dari kata dasar ‘uqb yang berarti akhir dan kesudahan, atau akibat dari sesuatu.

Pengertian ini secara umum bisa berkonotasi baik dan buruk. Akan tetapi dalam kaitannya dengan siksa digunakan kata ‘iqāb yang berarti kesudahan dan akibat buruk dari perbuatan jahat yang dilakukan oleh seseorang.

Sedangkan untuk konotasi positif, digunakan kata ‘aqibāt yang juga seakar dengan ‘iqāb, misalnya ‘Aqībat al-Muttaqīn (akibat dan kesudahan yang baik bagi orang-orang bertakwa).24 Meskipun demikian, kata ‘aqībat dalam al-Qur’an sering kali digunakan dalam konteks yang negatif. Misalnya,

‘Aqībat al-Mufsidīn,25 ‘Aqībat al-Ẓalimīn,26 ‘Aqībat al-Mukażżibīn,27

‘Aqībat al-Mujrimīn.28

Adapun perbedaan azab dan ‘iqāb jika dilihat dalam konteks ayat, ayat yang memuat kata ‘iqāb lebih banyak menceritakan informasi, peringatan dan ancaman-ancaman siksaan, sedangkan dalam ayat yang

23 al-Bāqī, Al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fāz al-Qur’ān al-Karīm, 593-594.

24 Al-Ragīb Aṣfaḥani, Mu’jam Mufradāt li Fāz Qur’ān (Bairūt : Dār al-Fikr, t.t). h. 340.

25 Lihat Qs. al-A’rāf/7:86, 103 dan al-Naml/27:14.

26 Lihat Qs. al-Qasas/28:40.

27 Lihat Qs. ‘Ali Imrān/3:137, al-An’ām/6:11, dan al-Naḥl/16:36.

28 Lihat Qs. al-A’rāf/7:84 dan al-Naml/27:69.

memuat kata ‘ażāb banyak menceritakan siksaan yang jelas dan pasti akan diterima orang-orang kafir, dan jika lebih dalam lagi kita bisa melihat ayat

‘ażāb ini banyak menceritakan perbuatan-perbuatan orang-orang kafir yang melampaui batas dan bisa dikatakan tak ter maafkan, sehingga barangkali itu yang membuat siksaan-siksaan dalam ayat-ayat ini dijelaskan sebagai balasan yang pasti akan diterima oleh orang-orang kafir.

2) Balā’

Kata balā’ dan derivasinya disebut sebanyak 60 kali dalam al-Qur’an.29 Kata balā’ diartikan dengan menguji atau mencoba.30 Kata ini bisa diartikan dengan sesuatu yang buruk atau memberi mudarat atau keburukan, atau bisa juga diartikan dengan sesuatu yang tidak dapat memberikan sebuah manfaat.31 Al-Ragib al-Aṣfahānī mengemukakan bahwa kata balā’ memiliki makna menguji atau mencoba: bila menelaah al-Qur’an, terkadang Allah menguji dengan kemudahan agar hamba-Nya bersyukur dan terkadang Dia menguji dengan kesulitan agar hamba-Na bersabar.32

3) Musibah

Menurut al-Ragib al-Aṣfahānī, asal makna kata musibah adalah lemparan al-Ramyah, kemudian digunakan untuk pengertian bahaya, celaka, atau bencana dan bala. Al-Qurtubi mengatakan, musibah ialah apa saja yang menyakiti dan menimpa diri orang mukmin, atau sesuatu yang berbahaya menyusahkan manusia walau kecil.33 Secara bahasa musibah berarti sesuatu yang mengenai atau menimpa. Sedangkan secara

29 al-Bāqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fāz al-Qur’ān al-Karīm, 172-173.

30 A.W.Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997), h. 109.

31 Abi Hilāl ‘Askārī, Al-Furūq Lugawiyyah (Kairo: Dār ‘Ilm wa al-Syaqāfah, 1997), 240.

32 Al-Ragīb al-Aṣfaḥani, Mu’jam al-Mufradāt li al-Fāz al-Qu’rān, h. 59.

33 Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, jilid 2, 657.

terminologi, musibah kemudian diidentikkan dengan segala sesuatu yang tidak menyenangkan (buruk) yang sedang menimpa seperti, kecelakaan, kehilangan, kematian, dan sebagainya. Khusus kata musibah di dalam al-Qur’an disebut sebanyak 10 kali di 9 surat berbeda.34

4) Fitnah

Kata fitnah terambil dari akar kata yang berarti membakar. Dalam kamus-kamus bahasa, penggunaan kata tersebut antara lain dicontohkan dengan seorang pandai emas membakar untuk mengetahui kualitasnya.

Pembakaran dimaksudkan untuk membersihkan dan mengetahui kadarnya.

Dari sini pengertian kata tersebut kemudian berkembang sehingga secara umum diartikan sebagai “menguji”.35

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan fitnah adalah perkataan yang bermaksud menjelekkan orang, seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang.36 Dengan kata lain, yang sudah sangat populer dipahami masyarakat bahwa fitnah adalah membawa berita bohong atau menisbahkan berita bohong kepada orang. Dalam al-Qur’an kata ini dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 60 kali, 30 di antaranya dalam bentuk kata fitnah. Kitab suci pada umumnya menggunakannya dalam arti siksa atau ujian/cobaan.37

Dari pemaparan di atas, kata-kata yang memiliki kemiripan makna dengan kata azab di antaranya: ‘iqāb, musibah, balā’, dan fitnah. Meskipun kata azab dan kata-kata tersebut terhimpun dalam makna yang sama, yaitu

34 El Saha, M. Ishom dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an: Tempat, Tokoh, Nama dan Istilah dalam al-Qur’an, cet. I (Jakarta: PT Lista Fariska Putra, 2005), 533.

35 Louis Ma’luf, al-Munjid wa al-Lugah wa al-A’lām (Bairūt : Dār al-Masyrīq, 1986), 568.

36 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1988), 242.

37 M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Lentera Hati, 2006), 400.

sesuatu yang buruk, penuh rasa sakit dan tidak diinginkan kedatangannya, akan tetapi dalam penggunaannya masing-masing menunjukkan orientasi makna yang berbeda satu sama lain.

Dokumen terkait