• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dengan topik azab sebenarnya bukan hal baru, dengan kata lain sudah banyak dilakukan dalam berbagai bentuk karya ilmiah. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk melanjutkan kajian terdahulu dengan topik yang sama namun dengan wajah yang berbeda. Dalam beberapa karya

ilmiah yang penulis temukan, ada beberapa kekurangan yang penulis ingin melengkapinya. Di antara karya-karya tersebut:

Skripsi dengan judul Hadis-Hadis Tentang Perselisihan Antara Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab: Studi Kritik Sanad dan Matan tahun 1998 karya Arief Rachman Efendi. Skripsi ini menjelaskan tentang perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat azab tentang cerita orang yang bertobat lalu meninggal, dan dia diperselisihkan apakah akan dibawa oleh malaikat rahmat atau malaikat azab.31

Skripsi dengan judul Gambaran Kata Azab dalam al-Qur’an dalam Kitab Kasysyaf ‘An Haqāiq Tanzīl Wa ‘Uyūn Aqāwil fi Wujūh al-Ta’wīl tahun 2014 karya Nur Izzah salah seorang mahasiswi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini berkesimpulan bahwa al-Zamakhsyari dalam tafsirnya memberikan pengertian azab sebagai bentuk ancaman kepada mereka yang menentang Allah. Azab mencakup segala sesuatu yang sakit dan sulit, oleh karena itu dinamakan azab, hukuman atau siksaan, yang mana pelaku dosa terhalang untuk kembali. Menurut al-Zamakhsyari, berdasarkan tujuannya azab merupakan ancaman kepada para pelakunya. Berdasarkan ditimpakannya, azab akan ditimpakan kepada orang yang melakukan dosa. Dan berdasarkan fungsinya, azab merupakan bentuk hukuman bagi pelaku dosa.32

Skripsi dengan judul Konsep Azab dalam al-Qur’an: Kajian Tafsir Mauḍu’i tahun 2017 karya Muchammad Zahir Mahfudh mahasiswa Fakultas Ushluddin IAIN Ponorogo. Peneliti tersebut memaparkan bahwa makna azab dalam al-Qur’an dapat dilihat dari substansi-substansinya. Di antaranya yaitu golongan yang diazab adalah kāfirūn, musyrikūn,

31 Arief Rachman Efendi, “Hadis-Hadis Tentang Perselisihan Antara Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab: Studi Kritik Sanad dan Matan” (Skripsi S1.,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1998).

32 Nur Izzah, “Gambaran Kata Azab dalam al-Qur’an dalam Kitab al-Kasysyāf ‘An Haqāiq al-Tanzīl Wa ‘Uyūn al-Aqāwil Fi Wujūh al-Ta’wīl” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014).

munāfikūn, fāsiqūn, dan zālimūn. Sedangkan macam-macam azab yaitu azab dunia dan azab akhirat. Allah SWT sebagai pemilik azab menghendaki apa pun atas terjadinya azab, dia juga zat yang memberi ancaman azab kepada hamba-Nya, dan hanya kepada-Nya doa-doa agar terhindar dari azab dipanjatkan. Selain itu al-Qur’an banyak menyebutkan peringatan-peringatan yang disampaikan oleh para utusan Allah SWT dan juga gambaran-gambaran penyesalan dari orang-orang yang diazab. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa azab dalam al-Qur’an merupakan peringatan yang datang dari Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya.33

Skripsi dengan judul Penafsiran Ali Aṣabuni Terhadap Ayat-Ayat al-Qur’an Tentang Azab (Siksaan) dalam Ṣafwāh al-Tafāsir tahun 2020 karya Siti Ayu Alfiah mahasiswi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam al-Qur’an klasifikasi ayat azab (ażābun ‘alīm, ażābun aẓīm, dan ażābun muḥīn) tersebar sebanyak 31 ayat yang dimuat dalam 13 surat. Selanjutnya, makna dari azab yang pedih (ażābun ‘alīm) ialah siksaan Allah yang akan diberikan kelak di akhirat kepada orang-orang yang durhaka dengan cara dijauhkan dari rahmat Allah dan tidak dapat bertemu dengan-Nya. Bentuk dari azab yang pedih ialah menelan api neraka, akan berada dalam neraka yang mengerikan, ditempatkan di antara api yang berada di atas dan di bawah, serta meminum air yang mendidih dari api neraka. Adapun makna azab yang besar (ażābun aẓīm) ialah siksaan yang akan diberikan Allah kepada orang-orang yang durhaka di dua tempat sekaligus yakni di dunia dengan laknat-Nya dan di akhirat dengan siksaan-Nya berupa neraka jahanam. Bentuk dari azab yang besar di antaranya ialah mendapatkan azab yang membakar, menjerit kesakitan di dalam neraka dan tidak dapat

33 Muchammad Zahir Mahfudh, “Konsep Azab dalam al-Qur’an: Kajian Tafsir Maudhu’i” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2017).

mendengar, perut dan kulitnya hancur diluluhkan, dicambuk dengan cemeti besi dan wajahnya hitam pucat. Dan makna dari azab yang menghinakan (ażābun muḥīn) ialah azab yang penuh dengan kehinaan di mana seseorang tersebut akan direndahkan kelak di akhirat sebagai akibat dari segala keingkarannya terhadap Allah. Bentuk dari azab yang menghinakan ini di antaranya aialah mukanya ditampar dengan api neraka, mukanya dibolak-balikan dalam api neraka, api yang membakar mereka sampai ke hati, dan mereka diikat oleh rantai dan belenggu-belenggu api neraka.34

Skripsi dengan judul Konsep Azab dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko Izutsu tahun 2020 karya Mhd. Hidayatullah mahasiswa Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kajian ini menemukan bahwa kata ’ażāb dalam konteks al-Qur’an mempunyai makna dasar sebagai siksaan, hukuman atau kesulitan. Kemudian pada penelusuran makna relasionalnya, kata ’ażāb memiliki hubungan dengan kata każżaba (mendustakan), ’atat (durhaka), mahżūr (ditakuti), salaba (menyalib), yatawallā (berpaling), kafara/lā yasykuru (tidak pandai bersyukur), ẓalama (berlaku zalim), atā (datang). Selanjutnya pada tahap analisis paradigmatik, kata azab memiliki kemiripan dengan kata niqmah, ’iqāb, la’nah, halāk, balā’, gadab, alīm, musībah, fitnah. Kata-kata tersebut terhimpun dalam makna yang sama, yaitu suatu hal yang bersifat kesulitan dan menyiksa.

Akan tetapi dalam penggunaannya masing-masing menunjukkan orientasi makna yang berbeda satu sama lain. Selain itu, juga terdapat kata-kata yang kontradiksi dengan azab, misalnya kata ni’mah, rahmah, mahabbah, gafūr, ṡawāb. Adapun terkait masalah bencana alam yang terjadi apakah disebut azab atau musibah dan sebagainya? Berdasarkan analisisnya berkesimpulan bahwa bencana yang terjadi di sekitar lebih tepatnya disebut sebagai fitnah.

34 Siti Ayu Alfiah, “Penafsiran Ali Aṣabuni Terhadap Ayat-Ayat al-Qur’an Tentang Azab (Siksaan) dalam Ṡafwah al-Tafassir” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2020).

Selanjutnya, mengaitkan bencana alam dengan percaturan politik sekitar adalah merupakan suatu hal yang keliru. Berpolitik adalah suatu keniscayaan. Namun sangat tidak tepat memanfaatkan dalil-dalil agama berupa ayat-ayat al-Qur’an dan hadis soal azab untuk meraup dukungan dan menjatuhkan lawan politik apalagi itu sesama umat Islam.35

Buku dengan judul Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka: Belajar dari Azab-Azab Allah kepada Umat-Umat Terdahulu karya Ronny Astrada.

Buku ini membahas mengenai azab yang lebih menekankan pada historitas sejarah umat-umat terdahulu yang ditimpa azab. Kaum-kaum tersebut yaitu kaum Tsamud, kaum ’Ad, kaum Nabi Luth, sampai pada konteks sejarah bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Meskipun buku ini banyak mendeskripsikan azab dari berbagai bentuk dan historisnya, namun tidak ada pembahasan makna azab itu sendiri.36

Buku dengan judul Azab Bagi Orang-Orang Zalim karya Said Yusuf Abu Azir.37 Kedua buku tersebut terfokus pada historisitas dari para pelaku zalim, dimulai dari kisah Qabil putra Nabi Adam yang membunuh saudaranya sendiri hingga kisah umat Nabi Muhammad yang masih mau berbuat zalim. Buku ini sama halnya dengan buku sebelumnya, pembahasannya lebih mengarah pada bentuk-bentuk azab tetapi tidak menjelaskan makan azab itu sendiri.

Buku dengan judul Menghindari Azab Kubur: Renungan dan Persiapan Menghadapi Hari Kiamat karya Hasan Zakaria. Buku ini adalah terjemahan dari kitab al-Qabr: ’Ażāb al-Na’īm. Sebagaimana judul buku tersebut, buku ini membahas tentang azab kubur. Buku ini mengulas tentang dalil-dalil naqli baik dari al-Qur’an maupun hadis tentang gambaran azab

35 Mhd. Hidayatullah, “Konsep Azab Dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko Izutsu” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).

36 Ronny Astrada, Mengkaji Hikmah Bencana dan Petaka: Belajar dari Azab-Azab Allah kepada Umat-Umat Terdahulu (Jakarta, Elex Media Komputindo, 2002).

37 Said Yusuf Abu Azir, Azab Allah Bagi Orang-Orang Zalim (Bandung, Pustaka Setia, 2005).

kubur dan kiat-kiat untuk menghindarinya. Buku ini hanya fokus pada pembahasan azab kubur, tidak menjelaskan makna azab itu sendiri.38 Buku dengan judul Kisah Orang-Orang Zhalim karya Hamid al-Thahir.39 Buku ini menggambarkan bagaimana kezaliman umat-umat terdahulu sehingga Allah mengazab mereka yang diceritakan dalam al-Qur’an.

Jurnal yang berjudul Perkaitan Makna Jerebu dan Azab dalam al-Qur’an karya Afrizal Nur, Mukhlis Lubis, dan Sabri Mohamad. Musibah jerebu (kabut asap) yang melanda akhir-akhir ini boleh saja diartikan sebagai ujian dan peringatan, namun tidak menolak kemungkinan juga dengan makna azab. Kemaksiatan manusia kepada Allah merupakan penyebab utama terjadinya berbagai musibah yang berupa bencana alam maupun krisis di berbagai bidang kehidupan. Satu-satunya jalan untuk mengelak dari segala musibah dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dan yang lebih penting untuk diperhatikan adalah bahwa segala doa yang telah dilakukan akan dikabulkan Allah bila kaum muslim bersungguh-sungguh menegakkan amar makruf dan memberantas segala kemungkaran.40

Jurnal dengan judul Mitologi “Bencana adalah Azab” dalam Meme Media Sosial karya Atropal Asparina dan Karina Rahmi Siti Farhan. Meme terkait bencana alam Indonesia di media sosial, sekurang-kurangnya mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, Meme konten singkat. Meme ini berisi kata-kata semisal kata-kata “Dosa-dosa penyebab datangnya bencana alam” atau ‘Dosa mendatangkan azab dan bencana”. Kedua, meme konten qaul sahabat atau ulama. Meme ini berisi kata-kata ‘Ali bin Abī Thālib dan Ibn Qayyim al-Jauziyah. Ketiga, meme konten ayat al-Qur’an.

38 Hasan Zakaria Fulaifal, Menghindari Azab Kubur: Renungan dan Persiapan Menghadapi Hari Kiamat (Jakarta, Qultum Media, 2006).

39 Hamid Ahmad al-Thahir, Kisah Orang-Orang Zalim (Jakarta, Darus Sunnah Press, 2012).

40 Afrizal Nur, Mukhlis Lubis, dan Sabri Mohamad “Perkaitan Makna Jerebu dan Azab dalam al-Qur’an” Jurnal al-Turath. vol. 1, no. 1 (2016).

Ayat yang paling sering muncul adalah Qs. al-Syūrā/ 42: 30. Selian itu ada juga Meme konten yang mengarah pada pemimpin zalim sebagai datangnya bencana alam. Makna literal qaul sahabat dan ulama, hadis nabi, dan ayat al-Qur’an dipotong, direduksi, dan dijauhkan dari maknanya yang kaya, kemudian dimotivasi oleh konsep yang mempunyai “kepentingan” tertentu.

Pada proses ini terjadilah apa yang disebut deformasi. Kemudian proses mitologisasi ini diperkuat dengan visualisasi design dalam setiap Meme.

Meme tersebar di media sosial, sehingga menimbulkan normalisasi, dan terbentuklah mitos yang menjadikan konotasi bencana adalah azab Tuhan yang disebabkan oleh dosa-dosa penduduknya. Hal itu mengalahkan, sekaligus mengeliminasi sebaliknya, bahkan qaul sahabat dan ulama, hadis nabi, dan ayat al-Qur’an yang berbicara sebaliknya.41

Dari tinjauan di atas, dapat penulis katakan bahwa pembahasan skripsi ini berbeda dengan karya-karya di atas, karena skripsi ini pembahasannya lebih mengarah kepada makna kata azab itu sendiri dalam al-Qur’an dengan menggunakan struktural bahasa.

G. Metodologi Penelitian

Dokumen terkait