• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Kerangka Penelitian

3.2.7 Uji Coba Sitem

Tahap uji coba perlu dilakukan karena hasil suatu produksi yang dianggap baik oleh pengembang belum tentu mampu memecahkan permasalahan mendasar yang menjadi tujuan dibuatnya produk. Uji coba yang dilakukan dengan menggunakan uji black box terhadap e-learning yang dikembangkan. Tahap uji coba dijaring dengan menggunakan kuesioner pemahaman pendidik dan peserta didik tentang e-learning. Aspek yang dijaring ialah communication tools, learning objects, management of user data, usability, adaption, technical aspects, administration, dan course management. Maksud diadakannya uji coba adalah mengetahui efektivitas program yang akan digunakan dari segi operasional dan prospeknya. Dalam uji coba web e-learning ini melalui beberapa tahap yaitu:

a. Menentukan tujuan uji coba dalam pembangunan web e-learning yaitu melihat efektivitas program/produksi yang dibuat (dilihat dari segi operasional dan prospeknya di e-learning).

b. Pembuatan alat uji coba dilakukan supaya data yang berkaitan dengan efektivitas program dapat dikumpulkan melalui alat uji coba, yaitu web e-learning. Alat uji coba ini dirancang dan dibuat sebelum penulis melakukan uji coba.

c. Membuat alat tes untuk materi ajar yang akan diunggah ke dalam e-learning.

25 3.2.8 Penggunaan dan Pemeliharaan Sistem

Sistem yang sudah selesai dibuat dan siap untuk digunakan perlu untuk selalu dimonitor dan dilakukan pemeliharaan. Kegiatan ini meliputi evaluasi dan review secara periodik. Analisis sistem harus selalu merespon masukan-masukan baik dari pengguna maupun dari pihak manajemen dan melakukan pemeliharaan dan menampung semua kemauan pengguna dan selanjutnya dapat dilakukan perbaikan-perbaikan. Perbaikan sistem merupakan kegiatan untuk memperbaiki kesalahan dan menjadikan sistem berjalan lebih baik dan lebih berdaya guna.

Dalam pemeliharaan dan penggunaan e-learning, aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah:

1. Menjalin kemitraan dengan sekolah sekitar dalam rangka mempercepat penyiapan konten bahan ajar yang diperlukan

2. Mengadakan pelatihan terhadap tim pelaksana yang terdidri dari: penanggung jawab pelaksana, administrator, penanggung jawab mata pelajaran, dan pengembang konten bahan ajar.

3. Pengembangan materi bahan ajar pada e-learning dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kesiapan materi bahan ajar dan tim pengembang materi yang tersedia, adapun tahap-tahap pengembangannya yaitu:

a. Tahun 2009 untuk tujuh mata pelajaran yang termasuk dalam ujian nasional.

b. Tahun 2010 untuk enam belas mata pelajaran ujian nasional di tambah mata pelajaran ujian sekolah.

c. Tahun 2011 mencakup 22 pelajaran meliputi seluruh mata pelajaran. d. Tahun 2012 dan seterusnya merupakan tahap pemantapan dan

melengkapi semua bahan ajar sesuai dengan jumlah kompetensi dasar (KD) yang dibutuhkan.

26

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan penelitian merupakan penjelasan secara detail dari tahap-tahap penelitian, ada enam tahap utama, yaitu perencanaan sistem, analisis sistem, perancangan sistem, implementasi sistem, uji coba sistem, dan penggunaan sistem yang dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode angket. Metode angket yang digunakan adalah rating scale (skala bertingkat). Metode angket digunakan untuk mengetahui tingkat ketertarikan pengguna terhadap e-learning dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pengguna terhadap aspek-aspek yang dikembangkan dalam model pembelajaran e-learning.

Pengumpulan data dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah e-learning dikembangkan. Pengumpulan data pertama dibahas pada sub-bab ini, sedangkan pengumpulan data kedua dibahas pada sub-bab 4.6.3 Hasil Uji Coba. Pengumpulan data pertama dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke sekolah, wawancara dengan pihak-pihak terkait, serta pemberian kuesioner untuk para pendidik.

Data pengamatan langsung atau observasi ke sekolah yang terkait dilakukan dengan mempelajari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mempelajari dokumentasi tentang modul pembelajaran, proses penilaian, cara pemberian tugas, dan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik maupun sebaliknya. Sekolah yang diamati adalah sebanyak 5 sekolah mitra dan PSB inti. Sekolah mitra yang dimaksud adalah SMA Mardi Yuana Depok, SMAN 3 Depok, SMAN 3 Bekasi, SMAN 1 Cibinong, dan SMAN 2 Cibinong. Sedangkan PSB inti adalah SMA PLUS PGRI Cibinong. Secara umum hasil pengamatan menyimpulkan bahwa baik di sekolah PSB inti maupun sekolah mitra umumnya masih dilakukan secara manual yaitu sumber belajar masih bersumber dari pendidik.

Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait yaitu kepala sekolah dan pendidik. Wawancara dengan kepala sekolah meliputi aspek-aspek sumber daya

27 manusia (SDM) yang dimiliki, sarana yang dimiliki untuk sebuah model pembelajaran e-learning, serta kebijakan kepala sekolah untuk mengubah model pembelajaran dari konvensional menjadi pembelajaran modern dan dilengkapi e-lerning sebagai media pembelajaran. Wawancara dengan pendidik meliputi aspek-aspek kesiapan untuk membuat materi bahan ajar, kesediaan untuk mengikuti pelatihan pembuatan bahan ajar. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh data bahwa semua kepala sekolah bersedia meningkatkan SDM dan merubah model pembelajaran akan tetapi belum memiliki sarana untuk mengembangkan e-learning, sedang sebagian besar dari pendidik bersedia membuat bahan ajar dan mengikuti pelatihan.

Pada awalnya peneliti berharap bahwa para pendidik paling tidak mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk menunjang suksesnya pemakaian sistem e-learning. Namun ternyata kemampuan para pendidik masih kurang dalam hal pengembangan bahan ajar berbasis TIK, hal ini didukung dari pengalaman dan pendapat para pendidik, memang ditemukan ada beberapa kendala yang harus diatasi. Harapan utama dari sini adalah para pendidik dari sekolah yang sudah mapan akan dapat berkontribusi aktif menyumbangkan materi di e-learning yang dapat segera dimanfaatkan oleh pendidik. Dari seluruh 35 pendidik yang menjadi responden, semuanya 100% sudah mempunyai komputer di rumahnya, dan yang sudah terhubung internet 60%. Para pendidik yang sangat nyaman bekerja dengan komputer 67%, sedangkan 33% hanya memakainya jika perlu. Kemampuan pemanfaatan internet seperti Internet Explorer atau Firefox dan lain-lain 100 % pendidik sudah bisa menggunakannya. Tentang cara penggunaan software populer Microsoft Office seperti Microsoft Word, Excel dan Power Point, 80 – 100 % menyatakan sering menggunakan. Kemudian, yang telah mempunyai akun e-mail sebanyak 83 %, dan 66% sering menggunakan dan rutin memeriksanya (Lampiran 1).

Namun hanya sedikit pendidik yang memiliki kemampuan untuk membuat desain web, yakni 11,4%, selebihnya tidak tahu sama sekali. Hal yang sama juga terjadi pada pengetahuan tentang jaringan hanya sekitar 18 % pendidik yang dapat melakukan pengaturan jaringan dan selebihnya tidak bisa memanfaatkan jaringan komputer dengan baik.

28 4.2 Perencanaan Sistem

Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan perancangan e-learning, yaitu dengan harapan agar proses perancangan e-learning dapat terarah dengan sangat baik. Perencanaan yang dibuat meliputi banyak aspek strategi yaitu: pemilihan LMS yang akan digunakan, materi bahan ajar yang akan diunggah, pembentukan penanggung jawab pelaksana, tim penanggung jawab mata pelajaran, serta administrator yang akan bertanggung jawab penuh terhadap e-learning.

Pemilihan LMS dilakukan dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang terdapat pada LMS tersebut, yaitu apakah telah sesuai atau mencukupi untuk proses pembelajaran. Adapun fungsi-fungsi dasar yang diperlukan yaitu :

a. Katalog/Administrasi : untuk menampilkan informasi tentang suatu pelajaran dengan lengkap, meliputi judul, tujuan, cakupan atau outline, durasi, target, tanggal tersedia, materi pendahuluan, serta tes yang harus diikuti.

b. Komunikasi : untuk menampilkan forum, chat, pesan, dan pengumuman. c. Evaluasi : Mengukur seberapa jauh peserta didik dapat menyerap materi

d. Laporan : mengakses sistem dan mencetak laporan secara langsung, tanpa meminta bantuan administrator.

e. Rencana Pembelajaran : secara otomatis merekomendasikan program pembelajaran yang sesuai dan mengatur jadwalnya.

f. Registrasi dan persetujuan : memungkinkan peserta mendaftar secara online, baik pendidik maupun peserta didik.

Pemilihan LMS pada penelitian ini menerapkan hasil penelitian dari Graf dan List (2005) yang dibiayai oleh European Social Fund (ESF) yang membahas tentang evaluasi dan komparasi LMS berbasis open source. Graf menggunakan satu metode evaluasi produk software bernama Qualitative Weight and Sum (QWS). QWS menghitung bobot (weight) menggunakan enam simbol kualitatif berdasarkan tingkat kepentingannya (importance level). Simbol-simbol tersebut adalah (diurutkan dari yang paling penting): E (Essential), * (Extremely Valuable), # (Very Valuable), + (Valuable), | (Marginally Valuable), 0 (Not Valuable). Pada metode ini dimungkinkan untuk menetapkan maximum value sendiri QWS, jadi tidak harus “E (Essential)” yang paling tinggi, bisa juga “#

29 (Very Valuable)” misalnya. Sistem pengukuran kualitas software seperti Graf ini adalah berdasarkan “Product” dan bukan “Process“.

Ada delapan kategori yang dievaluasi oleh Graf dan List yaitu: Communication Tools, Learning Objects, Management of User Data, Usability, Adaptation, Tehnical Aspect, Administration, dan Course Management

Tabel 1 Komparasi dan evaluasi LMS Open Source

. Masing-masing kategori memiliki subkategori, misalnya di Communication Tools akan dilihat fitur Forum, Chat, Mail/Message, Announcements, Conferences, Collaboration, dan Synchronous/Asynchronous Tools. Subkategori lain bisa dilihat dari pada Tabel 1.

(sumber : Graf & List, 2005)

Berdasarkan penelitiannya itu Graf dan List menyimpulkan bahwa Moodle unggul terutama di kategori Communication Tools, Learning Objects, Management of User Data, Usability, dan Adaptation. Hal tersebut menjelaskan bahwa Moodle sangat ideal digunakan dalam proses pembelajaran on-line sehingga dalam penelitian ini penulis memilih Moodle sebagai platform e-learning yang akan dikembangkan dalam e-e-learning PSB.

Materi bahan ajar yang diunggah dilakukan dengan memperhatikan subtansi materi, desain pembelajaran, tampilan, dan pemanfaatan perangkat lunak. Selain itu juga ditetapkan kriteria nilai bahan ajar yang siap diunggah.

30 Ada enam belas mata pelajaran yang akan diunggah pada e-learning (Tabel 2). Adapun jumlah bahan ajar yang ditargetkan agar dapat memenuhi semua kebutuhan e-learning untuk semua mata pelajaran adalah 831 bahan ajar, dengan harapan bahwa satu bahan ajar yang dibuat terdiri dari satu Kompetensi Dasar (KD).

Sampai saat tesis ini ditulis, jumlah total bahan ajar yang berhasil diunggah ialah sebanyak 64 KD. Jumlah ini masih jauh dari target yang ditetapkan karena pengumpulan data pertama memang menyatakan bahwa belum tersedia bahan ajar yang siap unggah. Oleh karenanya pembentukan tim pelaksana, tim penanggung jawab mata pelajaran, serta administrator (admin) e-learning menjadi sangat penting. Jumlah Kompetensi dasar (KD) yang harus dipenuhi dan yang sudah diunggah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Data Bahan Ajar berbasis TIK

No. Mata Pelajaran

Jumlah KD Yang Tersedia Jumlah KD yang sudah Diunggah 1 Matematika 65 4 2 Fisika 37 4 3 Kimia 41 4 4 Biologi 42 4 5 Ekonomi 44 4 6 Geografi 17 4 7 Sosiologi 20 4 8 Sejarah 37 4 9 TIK 27 4 10 Antropologi 24 4 11 PKN 51 4 12 Pendidikan Jasmani 115 4 13 Seni Budaya 59 4 14 Bahasa Indonesia 149 4 15 Bahasa Inggris 57 4 16 Bahasa Asing 28 4 Jumlah 813 64

31 Tim Pelaksana terdiri dari : penanggung jawab pelaksana, admin dan penanggung jawab tim mata pelajaran. Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing tim pelaksana tersebut adalah :

a. Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab Pelaksana (PJP) adalah pendidik yang memahami konsep PSB-SMA, memahami konsep jaringan client-server, serta dapat membuat dan menelaah bahan ajar berbasis TIK. PJP memiliki tugas sebagai berikut:

1. Melaksanakan program kerja sekolah pusat sumber belajar (PSB).

2. Melaksanakan dan memfasilitasi In House training (IHT) peningkatan SDM dalam penyusunan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK.

3. Mengumpulkan dan menyeleksi bahan ajar PSB dari Sekolah Mitra PSB, satuan pendidikan lain, dan pihak lain.

4. Mengirimkan bahan ajar PSB-SMA yang telah memenuhi syarat kepada penanggung jawab mata pelajaran.

5. Melakukan komunikasi intensif dengan koordinator pelaksana PSB-SMA dan sekolah mitra PSB, maupun satuan pendidikan sekitar yang berkaitan dengan upaya pengembangan PSB-SMA.

6. Melakukan diseminasi hasil pengembangan bahan ajar dan hasil inovasi e-learning PSB-SMA kepada Mitra PSB maupun satuan pendidikan di sekitarnya.

7. Melakukan sosialisasi bahan ajar dan layanan PSB-SMA melalui In House Training (IHT), Musyawarah Pendidik Mata Pelajaran (MGMP), serta supervisi dan evaluasi kegiatan.

8. Memotivasi sekolah mitra PSB untuk menyusun dan mengembangkan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK sesuai kompetensi dan potensi satuan pendidikan yang bersangkutan.

9. Memotivasi mitra PSB dan satuan pendidikan di sekitarnya untuk berperan aktif mengakses serta berkontribusi dalam website PSB-SMA. b. Admin PSB Sekolah/Teknisi

Admin PSB adalah pendidik atau tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan mengelola jaringan. Admin PSB berasal dari PSB inti yaitu SMA PLUS PGRI Cibinong yang memiliki tugas :

32 1. Memonitor konektivitas jaringan internet untuk mengakses website

PSB-SMA secara berkala.

2. Merencanakan perluasan akses web PSB melalui jaringan LAN/ wireless LAN di lingkungan sekolah.

3. Menjadwalkan perbaikan/ perawatan jaringan secara berkala. c. Tim Penanggung Jawab Mata Pelajaran (Pengembang Bahan Ajar)

Tim Penanggung Jawab Mata Pelajaran (PJMapel) terdiri atas dua orang untuk setiap mata pelajaran dan dipilih oleh pendidik mata pelajaran yang bersangkutan melalui kegiatan Musyawarah Pendidik Mata Pelajaran (MGMP). PJMP adalah pendidik mata pelajaran yang memiliki kemampuan menyusun bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK, menelaah dan menyempurnakan bahan ajar yang telah disusun. Adapun tugas dari tim PJMapel adalah:

1. Merencanakan pembuatan bahan ajar berbasis TIK sesuai mata pelajaran yang diampu.

2. Melakukan telaah dan penyempurnaan bahan ajar dan bahan uji yang telah disusun dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. 3. Menyusun jadwal pengumpulan bahan ajar yang telah ditelaah dan

disempurnakan kepada Penanggung Jawab Pelaksana PSB.

4.3 Analisis Sistem

Analisis merupakan tahapan pengembangan model e-learning. Pada tahap analisis ini dihasilkan deskripsi kebutuhan sistem, uraian fungsi sistem, dan fitur utama sistem yang diharapkan, kebutuhan teknologi, dan kebutuhan pelatihan untuk meningkatkan SDM. Sistem e-learning ini diharapkan mampu memberikan presentasi materi pembelajaran yang berbeda-beda sesuai dengan kurikulum dan kecenderungan gaya belajar pengguna. Dengan demikian sistem harus mampu mengidentifikasi keberagaman gaya belajar pengguna dan memanfaatkan data pengguna tersebut sebagai pertimbangan untuk menyampaikan presentasi materi dengan tidak mengesampingkan kurikulum yang digunakan.

33 4.3.1 Analisis Kebutuhan Sistem

Dengan metode pembelajaran yang hanya dilakukan dengan cara konvensional seperti sekarang maka secara praktis peserta didik tidak memiliki alternatif lain untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran selain melalui kegiatan tatap muka. Selain itu jika ternyata pendidik berhalangan hadir pada jadwal yang telah ditentukan maka pembelajaran secara otomatis akan tertunda, sementara itu untuk mengganti waktu belajar yang tertunda itu harus menyesuaikan dengan jadwal kelas, dan kesiapan pendidik. Kondisi seperti ini sangat jelas dapat mengurangi kelancaran pembelajaran yang dilaksanakan.

Permasalahan lain muncul ketika peserta didik memiliki hambatan dalam memahami suatu materi pembelajaran di luar jam pelajaran, sementara sekolah belum memiliki sarana yang dapat memudahkan peserta didik untuk bertanya atau berdiskusi baik itu dengan pendidik maupun dengan peserta didik yang lain. Pada sisi lain, ada beberapa peserta didik yang merasa segan atau malu untuk bertanya secara langsung kepada pendidik ketika pembelajaran sedang berjalan. Untuk kasus seperti ini maka sangat dibutuhkan adanya suatu fasilitas yang dapat menjembatani peserta didik untuk bertanya tanpa harus malu atau segan.

Dalam kaitannya dengan kemudahan memperoleh bahan-bahan pembelajaran, peserta didik hampir sepenuhnya bergantung pada pembelajaran di dalam kelas. Padahal jika bahan pembelajaran bisa diperoleh lebih awal maka peserta didikpun akan lebih awal dalam mempelajari pelajaran yang ada. Kondisi ini bukan disebabkan oleh tidak tersedianya modul pelajaran akan tetapi karena tidak adanya sarana yang memudahkan penyebaran bahan ajar tersebut tanpa harus membebani pihak penyelenggara sekolah. Sementara itu web yang tersedia baik di sekolah inti maupun sekolah mitra, sebagai media informasi sekolah untuk masyarakat, belum bisa dimanfaatkan untuk menjadi sarana penyebaran ilmu pengetahuan tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas maka diperlukan suatu sistem yang dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada tersebut. Sistem yang diperlukan harus bisa menangani hal-hal sebagai berikut:

34 1. Memfasilitasi peserta didik dengan pendidik untuk melakukan proses

pembelajaran tanpa melalui tatap muka secara langsung. Proses pembelajaran pada model ini dapat dilakukan melalui suatu forum diskusi, tanya jawab langsung (chatting), berbagi materi pelajaran (sharing file), dan latihan soal. 2. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mendapatkan modul

materi pelajaran secara mudah tanpa membebani pihak penyelenggara SMA PLUS PGRI Cibinong.

3. Memberikan kemudahan pada peserta didik untuk berkonsultasi pada pendidik seputar akademik maupun nonakademik.

4. Memberikan kemudahan bagi SMA PLUS PGRI Cibinong dalam penyebaran ilmu pengetahuan ke sekolah mitra.

5. Memudahkan sekolah mitra untuk berbagi materi pelajaran.

Untuk memenuhi keperluan tersebut maka sistem harus bisa berjalan secara on-line agar bisa diakses kapan dan di mana saja melalui komputer yang terhubung ke jaringan internet. Sesuai hasil penelitian Graf dan List, LMS untuk e-learning yang dapat memenuhi kebutuhan sistem ini adalah Moodle.

Dokumen terkait