• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

DI DESA CIPANG KIRI HULU KECAMATAN ROKAN IV

KOTO, KABUPATEN ROKAN HULU

ABDI HARRO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Model Pembelajaran E-learning untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran: dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2011

Bahman NRP G651060164

(3)

ABSTRACT

Bahman. 2011. Development of E-learning Model to Improve Teaching and Learning Quality (Case Study : SMA PLUS PGRI Cibinong). Under the supervision of Meuthia Rachmaniah and Sony Hartono Wijaya.

The paradigm alteration of learning strategy from teacher centered to student centered encourage the academic community to use e-learning as one of learning methods which is perceived to be student centered. The use of e-learning is expected to motivate the increase quality of learning and teaching material, quality of activity and independence of learners, as well as communication between educators with learners and among learners. E-learning can also be used to overcome the limitation of classroom and time and distance barriers in the implementation of teaching learning activity. Modular Object Oriented Dynamic learning environment (Moodle) is a software package that allows you to create and conduct course/training/internet based education. In this study, the method used is System Development Life Cycle (SDLC) which consist of six main phrases namely planning system, analysis system, design system, implementation system, testing system, and use and maintenance system.

The level of understanding of educators and learners towards e-learning is as Communication Tools for 95.2% of educators and 100% learners, Learning Objects for 96.2% of educators and 100% of learners, Management of User Data for 96.2% of educators and 93% , Usability for 86.5% of educators and 86.6% of learner, Adaptation for 58.1% of educators and 71% of learners, technical Aspect for 73.6% of educators and 79% of learners, the Administration for 71.4% of educators and 98.9% of learners, Course Management for 77.1% of educators and 94.9% of learners. The percentage of interest of the learner is 96.7% and 94.3% for educators. This means the learning model developed using Moodle includes to good category.

Keywords: learning materials, Moodle, online, teaching materials, level of user

(4)

RINGKASAN

BAHMAN. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran E-learning untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Studi Kasus : SMA PLUS PGRI Cibinong). Di bawah bimbingan Meuthia Rachmaniah dan Sony Hartono Wijaya.

Perubahan paradigma strategi pembelajaran dari teacher-centered ke learner-centered mendorong sivitas akademika untuk menggunakan e-learning sebagai salah satu metode pembelajaran yang dipersepsikan bersifat learner centered. Pemanfaatan e-learning diharapkan dapat memotivasi peningkatan kualitas pembelajaran dan materi ajar, kualitas aktivitas, kemandirian peserta didik, komunikasi antara pendidik dan peserta didik maupun antar peserta didik, mengatasi keterbatasan ruang kelas serta hambatan jarak dan waktu di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Salah satu langkah konkrit peningkatan mutu pendidikan adalah pemberdayaan satuan pendidikan agar mampu berperan sebagai subjek penyelenggara pendidikan, yang diberi kewenangan untuk merancang serta melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Sejalan dengan program pencapaian SNP, Direktorat Pembinaan SMA sejak tahun 2008 telah melaksanakan rintisan program pengembangan Pusat Sumber Belajar SMA (PSB-SMA) dan dipilih sebanyak 33 SMA di seluruh Indonesia. Pada dasarnya PSB-SMA dikembangkan dengan fungsi sebagai media informasi dan komunikasi, wahana belajar dan wahana unjuk kinerja.

Modular Object Oriented Dynamic learning environment (Moodle) adalah sebuah paket perangkat lunak yang berguna untuk membuat dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet. Moodle dapat digunakan untuk melakukan aktivitas pembelajaran secara online dan peserta didik dapat belajar secara mandiri. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode angket. Metode angket digunakan untuk mengetahui tingkat ketertarikan pendidik dan peserta didik terhadap bahan pembelajaran menggunakan Moodle yang dikembangkan oleh penulis. Untuk mengetahui kalayakan bahan ajar dibuat alat evaluasi tersendiri.

Model Pengembangan model pembelajaran e-learning dilakukan dengan dua tahap yaitu pengembangan sistem dan pengembangan bahan ajar, pengembangan sistem terdiri dari: desain model dan perancangan antar muka, sedangkan perancangan bahan ajar terdiri dari: analisis kebutuhan bahan ajar seperti standar kompetensi – kompetensi dasar (SK-KD), penyusunan peta bahan ajar, penentuan komponen penilaian bahan ajar dan pembuatan bahan ajar.

Ada enam belas mata pelajaran yang akan diunggah pada e-learning. Adapun jumlah bahan ajar yang ditargetkan dapat memenuhi semua kebutuhan e-learning untuk semua mata pelajaran adalah 831 bahan ajar, dengan harapan bahwa satu bahan ajar yang dibuat terdiri atas satu Kompetensi Dasar (KD).

Sampai saat tesis ini ditulis, jumlah total bahan ajar yang berhasil diunggah ialah sebanyak 64 KD. Jumlah ini masih jauh dari target yang ditetapkan karena

(5)

pengumpulan data pertama memang menyatakan bahwa belum tersedia bahan ajar yang siap unggah. Oleh karenanya pembentukan tim pelaksana, tim penanggung jawab mata pelajaran, serta administrator (admin) e-learning menjadi sangat penting.

Tingkat pemahaman pendidik dan peserta didik terhadap e-learning yaitu Communication Tools sebesar 95.2 % dan 100 %, Learning Objects sebesar 96.2 % dan 100 %, Management of User Data sebesar 96.2% dan 93 %, Usability sebesar 86.5 % dan 86.6 %, Adaptation sebesar 58.1 % dan 71 %, Technical Aspect

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh penulis termasuk ke dalam kriteria mudah dipahami dan tingkat ketertarikan user termasuk kategori baik, sehingga bahan pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk belajar mandiri dan dapat digunakan sebagai pelengkap kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan (1) bahan pembelajaran dengan Moodle dapat dikembangkan lagi dalam rangka pembelajaran yang berkelanjutan, (2) program ini perlu terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan IPTEK supaya peserta didik yang menggunakan tidak ketinggalan informasi dan ilmu pengetahuan yang baru.

sebesar 73.6 % dan 79 %, Administration sebesar 71.4 % dan 98.9 %, Course Management sebesar 77.1 % dan 94.9 %. Sedangkan besarnya prosentase tingkat ketertarikan dari pendidik dan peserta didik adalah 94.3 % dan 96.7 %. Hal ini berarti model pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan Moodle termasuk ke dalam kategori baik.

Kata Kunci : Bahan pembelajaran, Moodle, on-line, bahan ajar, tingkat ketertarikan user, e-learning.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(7)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

(STUDI KASUS : SMA PLUS PGRI CIBINONG)

BAHMAN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(8)
(9)

Judul Penelitian : Pengembangan Model Pembelajaran E-Learning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

(Studi Kasus : SMA PLUS PGRI Cibinong)

Nama : Bahman

NRP : G651060164

Program Studi : Ilmu Komputer

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc

Ketua Anggota

Sony Hartono Wijaya, M.Kom

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Komputer

Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan baik. Tesis ini adalah laporan penelitian yang mengambil judul Pengembangan Model Pembelajaran E-learning untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tesis ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan selama pembuatan tesis.

2. Sony Hartono Wijaya, M.Kom selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan selama pembuatan tesis.

3. Dr.H.Basyarudin Thayib, M.Pd selaku kepala sekolah SMA PLUS PGRI Cibinong atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyelesaikan pengerjaan tesis.

4. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan pengertian. Papa, mama, istri, dan kakak-kakakku tercinta.

5. Teman-teman seperjuangan Megister Ilmu Komputer angkatan VII tahun 2006.

6. Teman-teman yang tergabung dalam tim PSB Inti maupun sekolah Mitra atas kerjasamanya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan bangsa ini di masa yang akan datang.

Bogor, Mei 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Dilahirkan di Koto Dua, Kabupaten Kerinci–Jambi pada 28 September 1979. Anak ke-3 dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sihrun dan Ibu Samsiah. Mengawali pendidikan di SDN 3 Koto dua, dan lulus tahun 1991. Pendidikan lanjutan di SMPN 7 Sungai Penuh dan diselesaikan tahun 1994, kemudian menempuh pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 3 Sungai Penuh dan lulus pada tahun 1997.

Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Kristen Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Biologi dan lulus pada tahun 2003. Dan saat ini penulis bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu sekolah di Kabupaten Bogor yaitu di SMA PLUS PGRI Cibinong.

(12)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 3 1.3 Perumusan Masalah ... 4 1.4 Ruang Lingkup ... 4 1.5 Manfaat Penelitian ... 5 II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Road Map Penelitian ... 6

2.2 Peranan Media Ajar dalam Proses Pembelajaran ... 8

2.3 Definisi E-learning ... 8

2.4 Fungsi E-learning ... 10

2.5 Manfaat Pembelajaran Electronic Learning ... 12

2.6 Teknologi Pendukung E-learning ... 13

2.7 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran ... 15

2.8 Moodle ... 17

2.9 Metode Pengujian Black-Box ... 18

2.10 Konsep Pusat Sumber Belajar (PSB) ... 19

III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Kerangka Penelitian ... 21

3.2 Prosedur Penelitian ... 22

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Pengumpulan Data ... 26

4.2 Perencanaan Sistem ... 28

4.3 Analisis Sistem ... 32

4.4 Perancangan Sistem ... 36

4.5 Implementasi Sistem ... 42

(13)

vii

4.7 Penggunaan dan Pemeliharaan ... 61

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(14)

viii DAFTAR TABEL

Halaman

1 Komparasi dan Evaluasi LMS ... 29

2 Data Bahan Ajar Berbasis TIK ... ... 30

3 Prinsip Platform Teknologi ... ... 34

4 Spesifikasi Komputer untuk E-learning ... ... 36

5 Hasil Penilaian Bahan ajar ... ... 45

6 Pemahaman pendidik terhadap Commucation Tools ... ... 49

7 Pemahaman pendidik terhadap Learning Objects ... ... 49

8 Pemahaman pendidik terhadap Management of user Data ... ... 50

9 Pemahaman pendidik terhadap Usability ... ... 51

10 Pemahaman pendidik terhadap Adaption ... ... 51

11 Pemahaman pendidik terhadap Technical Aspects ... ... 52

12 Pemahaman pendidik terhadap Administration ... ... 52

13 Pemahaman pendidik terhadap Course Managent ... ... 53

14 Ketertarikan pendidik menggunakan e-learning ... ... 53

15 Pemahaman peserta didik terhadap Commucation Tools ... ... 53

16 Pemahaman peserta didik terhadap Learning Objects ... ... 56

17 Pemahaman peserta didik terhadap Management of user Data ... ... 56

18 Pemahaman peserta didik terhadap Usability ... ... 57

19 Pemahaman peserta didik terhadap Adaption ... ... 57

20 Pemahaman peserta didik terhadap Technical Aspects ... ... 58

21 Pemahaman peserta didik terhadap Administration ... ... 58

22 Pemahaman peserta didik terhadap Course Managent ... ... 59

(15)

ix DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Jaringan Internet yang dapat di akses untuk pembelajaran ... 16

2 Keterkaitan Komponen PSB-SMA ... 20

3 Langkah-langkah Penelitian ... 21

4 Rancang Muka E-learning ... 37

5 Halaman Login ... 37

6 Halaman Admin ... 38

7 Tampilan Halaman Pendidik ... 38

8 Alur penerimaan Bahan Ajar ... 41

9 Tampilan Muka E-learning (sebelum login) ... 43

10 Tampilan Muka E-learning (sebelum login) ... 43

11 Tampilan Kategori Pembelajaran ... 43

12 Tampilan Materi Pembelajaran ... 44

13 Tampilan Halaman Evaluasi ... 49

14 Rekapitulasi Hasil Pengujian Pendidik terhadap E-learning ... 54

15 Rekapitulasi Hasil Pengujian Peserta didik terhadap E-learning .. 60

16 Mekanisme Kemitraan ... 62

(16)

x DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuesioner untuk SDM Pendidik ... 71

2 Analisis SK-KD ... 73

3 Instrumen Penilaian Bahan Ajar ... 77

4 Contoh Penilaian Bahan Ajar ... 82

5 Langkah-langkah Instalasi Moodle ... 84

6 Contoh Tampilan Bahan ajar ... 91

7 Hasil Uji Black-box ... 111

8 Petunjuk Penggunaan e-learning ... 113

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, pendidik diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.

Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada atau sulit diperoleh maka membuat bahan ajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak. Kalaupun bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti pendidik tidak perlu mengembangkan bahan ajar tersebut.

Strategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi lulusan. Strategi pembelajaran telah mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Salah satu diantaranya adalah e-learning. E-learning telah menjadi suatu kebutuhan bagi sivitas akademika, mengingat baik pendidik, peserta didik maupun institusi pendidikan telah memanfaatkan teknologi komputer dalam proses belajar mengajar.

Perubahan paradigma strategi pembelajaran dari teacher-centered ke learner-centered mendorong sivitas akademika untuk menggunakan e-learning sebagai salah satu metode pembelajaran yang dipersepsikan bersifat learner- centered. Pemanfaatan e-learning diharapkan dapat memotivasi peningkatan kualitas pembelajaran dan materi ajar, kualitas aktivitas, kemandirian peserta didik, komunikasi antara pendidik dan peserta didik maupun antar peserta didik,

(18)

2 mengatasi keterbatasan ruang kelas serta hambatan jarak dan waktu di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Pendidikan yang bermutu merupakan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai wahana untuk menghasilkan sumberdaya manusia bermutu yang mampu bersaing secara global. Upaya mewujudkan pendidikan bermutu memerlukan strategi, langkah-langkah konkrit, dan operasional yang dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu langkah konkrit tersebut adalah pemberdayaan sekolah agar mampu berperan sebagai subyek penyelenggara pendidikan, yang diberi kewenangan dan peran luas untuk merancang serta melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing sekolah, dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

Pendidik merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Oleh karenanya pendidik harus diberi ruang untuk berkreasi, berinovasi, dan berkolaborasi untuk melaksanakan pembelajaran yang bermutu, karena pendidik juga sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber belajar bisa berupa data, orang maupun benda yang dijadikan bahan belajar dan harus dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi bahan yang berguna dalam mencapai kompetensi peserta didik. Begitu pula lingkungan belajar peserta didik, baik di sekolah maupun di rumah akan berpengaruh tehadap keberhasilan pembelajaran mereka. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya belajar dari pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya.

Mengkombinasikan antara pertemuan secara tatap muka dan pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kontribusi dan interaktifitas antar peserta didik. Melalui tatap muka peserta didik dapat mengenal sesama peserta didik dan pendidik pendampingnya. Keakraban ini sangat menunjang kerja kolaborasi mereka secara virtual. Persiapan matang sebelum mengimplementasikan sebuah pembelajaran berbasis multimedia memegang peran penting demi kelancaran proses pembelajaran. Segala persiapan seperti penjadwalan sampai dengan

(19)

3 penentuan teknis komunikasi selama proses pembelajaran merupakan tahapan penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis web.

Data yang dikeluarkan www.internetworldstats.com tercatat sebanyak 1,7 miliar pengguna internet di dunia. Pengguna internet di Asia sekitar 825 juta yang di akses pada tahun 2010. Tahun 2000 pengguna internet di Indonesia sebanyak dua juta orang, tahun 2009 meningkat sebesar 1.150% menjadi 30 juta orang. Dari data ini belum diketahui persentase pengguna internet di Indonesia yang pelaku dan peruntukannya bagi dunia pendidikan. Demikian pula belum diketahui berapa persen pendidik yang aktif berinteraksi dan memanfaatkan internet dalam persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran.

Salah satu langkah konkrit peningkatan mutu pendidikan adalah pemberdayaan satuan pendidikan agar mampu berperan sebagai subjek penyelenggara pendidikan, yang diberi kewenangan untuk merancang serta melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Sejalan dengan program pencapaian SNP, Direktorat Pembinaan SMA sejak tahun 2008 telah melaksanakan rintisan program pengembangan Pusat Sumber Belajar SMA (PSB-SMA) dan dipilih sebanyak 33 SMA di seluruh Indonesia. Pada dasarnya PSB-SMA dikembangkan dengan fungsi sebagai media informasi dan komunikasi, wahana belajar dan wahana unjuk kinerja.

Agar pelaksanaan sekolah PSB dapat dikelola dengan baik dan sesuai dengan profil sekolah PSB yang diharapkan, maka PSB inti dapat menjalin kerjasama dengan sekolah sekitar yang nantinya disebut sebagai sekolah mitra. yaitu sekolah yang akan menjadi pendamping sekolah PSB dalam mengembangkan konten PSB-SMA.

1.2 Tujuan Penelitian

Dengan berlandaskan pada latar belakang, tujuan penelitian ini adalah : i. Mengembangkan model pembelajaran e-learning yang dapat membantu

proses pembelajaran secara online.

ii. Menyediakan sumber belajar dan bahan pembelajaran berbasis TIK untuk mata pelajaran di sekolah menengah atas.

(20)

4 iii. Membuat atau menentukan model penilaian bahan ajar yang akan

diunggah ke e-learning.

1.3 Perumusan Masalah

Pada penelitian ini dirumuskan permasalahan yang akan dicapai sebagai berikut :

“ Bagaimana cara mengembangkan model pembelajaran e-learning yang dapat membantu proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran”.

1.4 Ruang Lingkup

Agar penelitian ini lebih fokus, maka penelitian ini dibatasi pada cakupan sebagai berikut :

1. Perangkat lunak yang digunakan dalam implementasi e-learning adalah Moodle.

2. Sistem yang dikembangkan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara on-line dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

3. Sasaran materi ajar yang bersifat khusus adalah semua mata pelajaran di SMA untuk jurusan IPA, IPS dan Bahasa (22 mata pelajaran). Pengembangan materi ajar khusus tersebut dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan mata pelajaran saat ini yaitu:

a. Tahun 2009 : 7 mata pelajaran (Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Geografi, Ekonomi dan Sosiologi).

b. Tahun 2010 : 16 mata pelajaran (Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Geografi, Ekonomi, TIK, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, PKn, Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Agama).

c. Tahun 2011 : 22 mata pelajaran (seluruh mata pelajaran dari jurusan IPA, IPS, dan Bahasa).

(21)

5 Pada tesis ini akan dikaji 16 mata pelajaran saja yang mana pengisian konten bahan ajar sebagai media komunikasi PSB dilakukan oleh pendidik mata pelajaran yang secara teknis dikoordinasikan oleh PSB Inti.

1.5 Manfaat Penelitian

Model pembelajaran e-learning yang dikembangkan diharapkan bisa menjadi alat bantu pendidikan untuk penyampaian materi dan tugas-tugas terstruktur dari mata pelajaran serta memberikan tambahan waktu yang berkualitas di luar jam pembelajaran.

Selain itu juga dengan pembelajaran e-learning ini diharapkan terselenggaranya pembelajaran secara online yang mampu memberi dukungan bagi terselenggaranya pembelajaran yang interaktif sehingga peserta didik bisa melakukan diskusi dengan pendidik maupun dengan peserta didik yang lain dalam forum diskusi yang disediakan dalam sistem e-learning ini.

(22)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Road Map Penelitian

Penelitian tentang pengembangan e-learning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan anatara lain oleh Lismanto (2009) yaitu penelitian dengan topik perancangan dan pembuatan aplikasi e-learning berbasis Moodle pada Universitas Kristen Petra. Penelitian ini menjelaskan tentang dua aplikasi e-learning yang diimplementasikan pada Universitas Petra yaitu e-course dan PCU Camel. Hasil dari penelitian ini adalah dikembangkan teknologi open source Moodle versi 1.9, dengan memberikan penambahan fitur yang dapat dipergunakan oleh universitas. Pada penelitian tersebut peneliti tidak membahas masalah secara detail tentang konten dari bahan ajar seperti apa yang akan diunggah ke e-learning.

Penelitian lain, dilakukan oleh Tahang (2009) dengan topik pengembangan pembelajaran sosiologi berbasis e-learning di SMAN 4 Kendari, penelitian ini bertujuan mengembangkan program pembelajaran Sosiologi berbasis e-Learning. Hasil dari penelitian ini menguraikan tentang syarat yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran sosiologi berbasis e-learning. Seperti peneliti sebelumnya pada penelitian ini peneliti tidak membahas masalah bahan ajar seperti apa yang aka diunggah ke e-learning.

Penelitian lain, dilakukan oleh Kristofora (2010) dengan topik membangun e-learning SMA Panca Setya Sintang dengan Moodle. Pada penelitian ini dibuat sistem e-learning yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Sistem e-learning SMA Panca Setya Sintang dibuat untuk mempermudah sistem pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi informasi.

2.2 Peranan Media Ajar dalam Proses Pembelajaran

Strategi mengajar menurut Syah (2002), didefinisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti :

(23)

7 1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), berkaitan

dengan strategi yang akan digunakan oleh pendidik dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM.

2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langkah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.

3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem pendidikan yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar.

Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian peserta didik dalam PBM, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi peserta didik (Djamarah et al, 2002; 137). Hamalik (1986), Sadiman, et al (1986), mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :

a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape recorder.

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.

c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik.

Media pembelajaran secara umum dibagi ke dalam dua jenis yaitu:

a. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide.

b. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD. Sementara itu, selain media-media tersebut, kehadiran perangkat komputer di lembaga pendidikan merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain sangat banyak pengguna jasa di bidang komputer yang

(24)

8 mengharapkan dapat membantu mereka baik sebagai tutor, tutee maupun tools yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang dihasilkan melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh para pendidik terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan, serta mengaplikasikan pendidikan sejalan dengan tuntutan kurikulum karena keterbatasan informasi dan pelatihan yang mereka peroleh.

2.3 Definisi E-learning

Di dunia pendidikan dan pelatihan sekarang, banyak sekali praktik yang disebut e-Learning. Sampai saat ini pemakaian kata e-learning sering digunakan untuk menyatakan semua kegiatan pendidikan yang menggunakan media komputer dan Internet. Banyak pula terminologi lain yang mempunyai arti hampir sama dengan e-Learning, diantaranya : Web-based training, online learning, computer-based training/ learning, distance learning, computer-aided instruction, dan lainnya. Terminologi e-learning sendiri dapat mengacu pada semua kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi (Effendi & Zhuang 2005).

Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pendidikan dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.

Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), dan Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Purbo (2001) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha

(25)

9 pendidikan lewat teknologi elektronik internet. Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pendidikan boleh disampaikan secara synchronously (pada waktu yang sama) ataupun asynchronously (pada waktu yang berbeda). Materi pendidikan dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. E-learning juga harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.

Perbedaan pembelajaran konvensional dengan e-learning yaitu pada kelas konvensional, pendidik dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah peserta didik. Peserta didik mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan ‘memaksa’ peserta didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.

Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran pendidik dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil pendidik yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan materi dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar materi dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

(26)

10 2.4 Fungsi dan Manfaat E-Learning

Rosenberg (2001) memaparkan kelebihan e-learning sebagai berikut: a. Memerlukan biaya yang lebih rendah.

E-learning dapat mengurangi biaya perjalanan, memangkas waktu yang digunakan untuk pendidikan serta mengurangi secara signifikan kebutuhan penyediaan infrastruktur kelas untuk proses pembelajaran. b. Menyediakan akses tak terbatas.

E-learning dapat menangani secara tak terbatas jumlah pengguna virtual secara simultan.

c. Variasi penyediaan materi

E-learning memungkinkan untuk meng-kostumisasi materi untuk proses pembelajaran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

d. Selalu up to date.

E-learning sangat mudah untuk dilakukan pemutakhiran dengan cepat. e. Pembelajaran.

Pengguna dapat melakukan akses dimana saja dan kapan saja setiap saat. f. Universal.

E-learning dapat disesuaikan dengan protokol universal (contoh internet dan browser).

g. Komunitas.

Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya komunitas dengan beragam minat dan kepentingan.

h. Mampu menangani berbagai skala.

E-learning merupakan solusi dalam berbagai skala dengan hanya membutuhkan perubahan sedikit dalam pengembangannya baik infrastruktur maupun biaya.

i. Meningkatkan layanan.

E-learning dapat secara efektif meningkatkan layanan pada proses pembelajaran.

Penyampaian pembelajaran melalui e-learning dapat seefektif sistem penyampaian pembelajaran konvensional tatap muka di kelas dalam proses interaksi dan komunikasi antar individu yang terlibat apabila adanya kunci

(27)

11 penting yaitu materi yang menitikberatkan pada kebutuhan sasaran pembelajaran (user), penggunaan teknologi dalam proses penyampaiannya, serta adanya kebijakan dan pengelolaan penyelenggaraan e-learning.

Ada tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan 2002).

a. Suplemen

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

b. Komplemen (tambahan)

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan pendidik secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan pendidik di dalam kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan pendidik secara tatap muka di kelas (show learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka.

(28)

12 c. Substitusi (pengganti)

Beberapa pendidikan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/pendidikan kepada para peserta didiknya. Tujuannya agar para peserta didik dapat secara mudah mengelola kegiatan pendidikannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari peserta didik.

Ada tiga alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet. Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih peserta didik tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi pembelajaran mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika peserta didik dapat menyelesaikan belajarnya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu peserta didik untuk mempercepat penyelesaian pendidikannya.

2.5 Manfaat pembelajaran Electronic Learning

Menurut Wulf (1996) manfaat Pembelajaran elektronik learning (e-Learning) itu terdiri atas empat hal, yaitu:

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dan pendidik atau instruktur (enhance interactivity).

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dan pendidik/instruktur, antar sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan oleh pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan pendidik/ instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.

(29)

13 b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran di mana dan kapan saja

(time and place flexibility).

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada pendidik/instruktur begitu selesai dikerjakan. Jadi tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan pendidik/instruktur.

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).

Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak (software) yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian pendidik/ instruktur selaku penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.

2.6 Teknologi Pendukung E-learning

Dalam praktiknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang

(30)

14 sepenuhnya menggunakan komputer; dan computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.

Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: technology based learning dan technology based web-learning. Technology based learning pada prinsipnya terdiri atas audio Information technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan video information technologies (video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data information technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), yaitu dimaksudkan agar komunikasi antara peserta didik dan pendidik bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini. Di antara banyak fasilitas internet, menurut Purbo (2001), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, mailing list (milis), news group, file transfer protocol (FTC), dan world wide web (www)”.

Sedangkan Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. Ketiga, e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradigma konvensional dalam pembelajaran.

Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet. Menurut Williams (1999). Internet adalah ‘a large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources’.

Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet Kardiawarman (2000). Paradigma ini dapat mengintegrasikan beberapa sistem seperti, pertama, paradigma virtual teacher resources, yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah pendidik yang berkualitas, sehingga peserta didik tidak harus

(31)

15 secara intensif memerlukan dukungan pendidik, karena peranan pendidik maya (virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh sistem belajar tersebut. Kedua, virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung peserta didik tak terbatas. Peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana saja. Ketiga, paradigma cyber educational resources system, atau dot com learning resources system. Paradigma ketiga merupakan pendukung kedua paradigma di atas, yaitu dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.

2.7 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran

Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CD-ROM interkatif dan lain-lain.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara pendidik dan peserta didik sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak peserta didik mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan. Gambaran umum tentang perangkat keras yang digunakan untuk mengakses internet disajikan pada Gambar 1.

(32)

16 Gambar 1 Jaringan internet yang dapat diakses untuk pembelajaran (Hasbullah 2008)

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan peserta didik untuk belajar secara mandiri. Para peserta didik dapat mengakses secara on-line dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, Gordon et. al. (1995). Informasi yang diberikan komputer server dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups.

Peserta didik dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Peserta didik dapat menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Peserta didik dan pendidik tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena peserta didik dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Peserta didik juga dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan

(33)

17 ajar. Kemudian, selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pendidik peserta didik dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya (classmates). Internet memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua peserta didik maupun pendidik) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik secara online.

Perkembangan/kemajuan teknologi Internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan/pembelajaran terus dilakukan. Perangkat lunak yang telah dihasilkan akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional developers) bekerjasama dengan ahli materi (content specialists) mengemas materi pembelajaran elektronik (online learning material).

2.8 Moodle

Sesuai dengan berkembangnya kebutuhan pada sistem e-learning yang terintegrasi dan terandalkan, saat ini banyak aplikasi Learning Management System (LMS) komersial maupun open source yang dikembangkan untuk mendukung sistem pengajaran. LMS secara umum memiliki fitur-fitur standar pembelajaran elektronik antara lain:

1. Fitur kelengkapan belajar mengajar: daftar mata kuliah dan kategorinya, silabus mata kuliah, materi kuliah (berbasis text atau multimedia), daftar referensi atau bahan bacaan

2. Fitur diskusi dan komunikasi: forum diskusi atau mailing list, instant messenger untuk komunikasi realtime, papan pengumuman, profil dan kontak instruktur, file and directory sharing

3. Fitur ujian dan penugasan: ujian online (exam), tugas mandiri (assignment), rapor dan penilaian

LMS ada yang bersifat proprietary software dan ada yang open source. LMS yang bersifat proprietary diantaranya adalah seperti: Saba, Apex Learning,

(34)

18 Blackboard, IntraLearn, SAP Enterprise Learning. Sedangkan LMS yang open source diantaranya adalah Aberdour (2007): Atutor, Moodle, Ilias, Claroline, dan dotLRN.

Moodle adalah sebuah paket perangkat lunak yang berguna untuk membuat dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet (Prakoso, 2005). Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (di bawah lisensi GNU Public License). Moodle dapat langsung bekerja tanpa modifikasi pada Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware dan sistem lain yang mendukung PHP. Data diletakkan pada sebuah database. Data terbaik bagi Moodle adalah MySQL dan PostgreSQL dan tak menutup kemungkinan untuk digunakan pada Oracle, Acces, Interbase, ODBC, dan sebagainya. Moodle didesain untuk mendukung kerangka konstruksi sosial (social construct) dalam pendidikan. Moodle termasuk dalam model CAL+CALT (Computer Assisted Learning + Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS.

Moodle merupakan akronim dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment. Moodle adalah sebuah jalan menuju pendidikan tanpa batas. Sebuah pionir yang akan membangun kreativitas dan pemikiran. Hal ini dapat diterapkan ketika Moodle dibuat, dan ketika pengajar dan pendidik melakukan aktivitas pengajaran dalam pembelajaran online (Prakoso 2005).

2.9 Metode Pengujian Black Box

Sebuah perangkat lunak bisa diuji dengan cara mengetahui kenerja sistem secara fungsional. Metode ini melakukan pengujian secara dasar terhadap fungsi-fungsi yang terdapat pada sistem yang telah dikerjakan dan mengetahui kesalahan yang terjadi pada sistem (Pressman 2001). Metode black box merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari kesalahan yang berbeda dibandingkan dengan pendekatan white box. Pengujian black box berusaha untuk mencari kesalahan yang terdiri dari beberapa kategori, yaitu :

1. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang. 2. Kesalahan antarmuka.

3. Kesalahan dalam struktur data atau akses basis data internal. 4. Kesalahan tampilan.

(35)

19 2.11 Konsep Pusat Sumber Belajar (PSB)

Pusat Sumber Belajar SMA (PSB-SMA) merupakan sistem pengelolaan yang terorganisasi untuk menyusun, mengembangkan, dan menyediakan sumber belajar dalam mendukung proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media informasi dan komunikasi, wahana belajar, dan media unjuk kinerja. Sistem pengelolaan sumber belajar yang terorganisasi, pelaksanaannya berada di tingkat sekolah yang kemudian diorganisasi secara nasional dengan memanfaatkan TIK, salah satunya adalah dalam bentuk website PSB-SMA.

Sebagai media informasi dan komunikasi, PSB-SMA menyediakan informasi berkaitan dengan proses pembelajaran dan kegiatan lain yang ada di satuan pendidikan, kebijakan pemerintah tentang pendidikan, maupun sebagai media komunikasi antarpendidik, peserta didik-peserta didik, pendidik-peserta didik, dan satuan pendidikan-satuan pendidikan, serta satuan pendidikan-masyarakat yang terkait dengan proses pembelajaran.

Sebagai wahana belajar, PSB-SMA menyediakan bahan ajar dan bahan uji yang disusun oleh pendidik agar dapat dimanfaatkan oleh pendidik lain. Dengan demikian terjadi proses pertukaran bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK. Hakikatnya semua pendidik dapat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimanfaatkan oleh pendidik lain sebagai referensi.

Sebagai media unjuk kinerja, PSB-SMA memberi ruang kepada pendidik untuk mengembangkan ide kreatif dalam pembelajaran, inovasi pembelajaran maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran. Pendidik dapat berbagi pengalaman pembelajaran yang telah maupun yang sedang dilaksanakan untuk dijadikan referensi, tambahan wawasan dan acuan bagi pendidik lain.

Ketiga fungsi PSB-SMA di atas dapat melayani kebutuhan Sekolah PSB dan Sekolah mitra PSB maupun sekolah non-mitra dalam mengakses konten PSB-SMA yang berkaitan dengan proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian yang berbasis TIK, salah satunya dalam bentuk website PSB-SMA.

(36)

20 Sekolah PSB merupakan SMA yang melaksanakan fungsi Pusat Sumber Belajar sebagai media informasi dan komunikasi, wahana belajar, serta media unjuk kinerja satuan pendidikan, pendidik dan peserta didik.

Dalam pelaksanaannya Direktorat Pembinaan SMA menetapkan dan memfasilitasi sejumlah SMA model Sekolah Kategori Mandidri (SKM) untuk mengelola dan mengembangkan konten PSB-SMA, melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan sekolah Mitra PSB.

Sekolah mitra PSB adalah SMA yang ditetapkan menjadi pendamping sekolah PSB oleh sekolah PSB yang bersangkutan, yang memanfaatkan PSB-SMA dan atau memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA dalam rangka lebih memberdayakan PSB-SMA melalui sekolah PSB. Bentuk kemitraan antara sekolah PSB dan sekolah mitra PSB diimplementasikan dalam peningkatan SDM, pemanfaatan sarana prasarana, dan pertukaran konten. Sekolah non-mitra adalah SMA yang memanfaatkan PSB-SMA dan atau memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA melalui website PSB-SMA. Keterkaitan antara sekolah PSB, sekolah mitra PSB, sekolah non-mitra dan website PSB-SMA dalam melaksanakan dan memanfaatkkan PSB-SMA dijelaskan dalam Gambar 2.

(37)

21

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Metode pengembangan sistem dalam penelitian ini menggunakan Metode Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Depelopment Life Cycle-SDLC) yang terdiri dari enam tahap utama, yaitu perencanaan sistem, analisis sistem, perancangan sistem, implementasi sistem, uji coba sistem, dan penggunaan sistem. Langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Metodologi Penelitian Perencanaan Sistem

Analisis Sistem

Penggunaan & Pemeliharaan

Selesai Mulai Studi Pustaka Pengumpulan Data Sistem Diterima Perancangan Sistem Implementasi Sistem

Uji Coba Sistem

Tidak

(38)

22 3.2 Prosedur Penelitian

Berdasarkan langkah-langkah penelitian pada Gambar 3, maka tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.2.1 Studi Pustaka

Dilakukan untuk mendapatkan pemahaman tentang definisi dan manfaat model pembelajaran e-learning, cara kerja Moodle, tahapan pengembangan Moodle, dan cara membuat pembelajaran secara on-line. Referensi-referensi tersebut berasal dari buku-buku pegangan maupun publikasi hasil penelitian, artikel, situs internet serta sumber informasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini

3.2.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dua kali, pertama yaitu di awal sebelum

e-learning dikembangkan dan kedua yaitu setelah e-e-learning dikembangkan. Pengumpulan data pertama dilakukan dengan melakukan hal di bawah ini :

a. Pengamatan langsung atau observasi ke sekolah yang terkait dengan mempelajari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mempelajari dokumentasi tentang modul pembelajaran, proses penilaian, cara pemberian tugas dan proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik maupun sebaliknya.

b. Wawancara dengan dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian yaitu kepala sekolah, penanggung jawab pusat sumber belajar, admin e-learning, pendidik dan peserta didik. Adapun aspek – aspek dari wawancara tersebut adalah mengkaji kesiapan sekolah, SDM yang dimiliki, serta sarana prasarana yang menunjang untuk e-learning.

c. Pemberian kuesioner untuk pendidik yang bertujuan mengetahui kompetensi umum, kompetensi pembuatan bahan ajar, serta kompetensi penguasaan web dan jaringan.

Pengumpulan data kedua dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pendidik dan peserta didik. Kuesioner dilakukan untuk menjaring pemahaman

(39)

23 tentang e-learning yang mencakup aspek communication tools, learning objects, management of user data, usability, adaption, technical aspects, administration, dan course management.

3.2.3 Perencanaan Sistem

Sebelum sistem dibuat, pada tahapan ini terlebih dahulu dikumpulkan beberapa bahan/data yang dapat dijadikan landasan awal untuk melengkapi pembuatan e-learning. Bahan/data yang dimaksud berupa tinjauan proses pembelajaran saat ini yang berlangsung baik di sekolah PSB inti maupun di sekolah mitra.

Agar e-learning dapat terlaksana dengan baik perlu dibentuk tim pengelola yang akan memantau dan melaksanakan tugas sesuai dengan peran masing-masing. Perencanaan yang dibuat meliputi berbagai aspek strategi yaitu: pemilihan Learning Management System (LMS) yang akan digunakan, materi bahan ajar yang akan diunggah, pembentukan penanggung jawab pelaksana, tim penanggung jawab mata pelajaran dan administrator yang akan bertanggung jawab penuh terhadap e-learning.

3.2.4 Analisis Sistem

Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap kebutuhan sistem. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan pengguna terhadap sistem serta menganalisis elemen-elemen yang dibutuhkan oleh sistem. Pada tahap ini dilakukan studi analisis kebutuhan dari sistem e-learning dan pemilihan teknologi sebagai platform e-e-learning.

3.2.5 Perancangan Sistem

Meliputi perancangan sistem baik website yang dikembangkan dengan menggunakan Moodle, perancangan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, perangkat instrumen untuk menguji kelayakan bahan.

Perancangan website yang dilakukan adalah: desain interface dari LMS yang di kembangkan yaitu Moodle. Sedangkan perancangan bahan ajar meliputi: analisis kebutuhan bahan ajar seperti standar kompetensi – kompetensi dasar

(40)

(SK-24 KD), penyusunan peta bahan ajar, serta penentuan komponen penilaian bahan ajar dan pembuatan bahan ajar.

3.2.6 Implementasi Sistem

Hasil dari tahap desain selanjutnya diwujudkan dalam perangkat lunak e-learning. Sistem e-learning ini diimplementasikan dengan perangkat LMS open source yang bernama Moodle. Adapun tahapan implementasi yang dilakukan adalah :

a. Instalasi dan konfigurasi LMS. b. Koneksi Internet dan jaringan. c. Pengisian materi bahan ajar.

3.2.7 Uji Coba Sitem

Tahap uji coba perlu dilakukan karena hasil suatu produksi yang dianggap baik oleh pengembang belum tentu mampu memecahkan permasalahan mendasar yang menjadi tujuan dibuatnya produk. Uji coba yang dilakukan dengan menggunakan uji black box terhadap e-learning yang dikembangkan. Tahap uji coba dijaring dengan menggunakan kuesioner pemahaman pendidik dan peserta didik tentang e-learning. Aspek yang dijaring ialah communication tools, learning objects, management of user data, usability, adaption, technical aspects, administration, dan course management. Maksud diadakannya uji coba adalah mengetahui efektivitas program yang akan digunakan dari segi operasional dan prospeknya. Dalam uji coba web e-learning ini melalui beberapa tahap yaitu:

a. Menentukan tujuan uji coba dalam pembangunan web e-learning yaitu melihat efektivitas program/produksi yang dibuat (dilihat dari segi operasional dan prospeknya di e-learning).

b. Pembuatan alat uji coba dilakukan supaya data yang berkaitan dengan efektivitas program dapat dikumpulkan melalui alat uji coba, yaitu web e-learning. Alat uji coba ini dirancang dan dibuat sebelum penulis melakukan uji coba.

c. Membuat alat tes untuk materi ajar yang akan diunggah ke dalam e-learning.

(41)

25 3.2.8 Penggunaan dan Pemeliharaan Sistem

Sistem yang sudah selesai dibuat dan siap untuk digunakan perlu untuk selalu dimonitor dan dilakukan pemeliharaan. Kegiatan ini meliputi evaluasi dan review secara periodik. Analisis sistem harus selalu merespon masukan-masukan baik dari pengguna maupun dari pihak manajemen dan melakukan pemeliharaan dan menampung semua kemauan pengguna dan selanjutnya dapat dilakukan perbaikan-perbaikan. Perbaikan sistem merupakan kegiatan untuk memperbaiki kesalahan dan menjadikan sistem berjalan lebih baik dan lebih berdaya guna.

Dalam pemeliharaan dan penggunaan e-learning, aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah:

1. Menjalin kemitraan dengan sekolah sekitar dalam rangka mempercepat penyiapan konten bahan ajar yang diperlukan

2. Mengadakan pelatihan terhadap tim pelaksana yang terdidri dari: penanggung jawab pelaksana, administrator, penanggung jawab mata pelajaran, dan pengembang konten bahan ajar.

3. Pengembangan materi bahan ajar pada e-learning dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kesiapan materi bahan ajar dan tim pengembang materi yang tersedia, adapun tahap-tahap pengembangannya yaitu:

a. Tahun 2009 untuk tujuh mata pelajaran yang termasuk dalam ujian nasional.

b. Tahun 2010 untuk enam belas mata pelajaran ujian nasional di tambah mata pelajaran ujian sekolah.

c. Tahun 2011 mencakup 22 pelajaran meliputi seluruh mata pelajaran. d. Tahun 2012 dan seterusnya merupakan tahap pemantapan dan

melengkapi semua bahan ajar sesuai dengan jumlah kompetensi dasar (KD) yang dibutuhkan.

(42)

26

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan penelitian merupakan penjelasan secara detail dari tahap-tahap penelitian, ada enam tahap utama, yaitu perencanaan sistem, analisis sistem, perancangan sistem, implementasi sistem, uji coba sistem, dan penggunaan sistem yang dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode angket. Metode angket yang digunakan adalah rating scale (skala bertingkat). Metode angket digunakan untuk mengetahui tingkat ketertarikan pengguna terhadap e-learning dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pengguna terhadap aspek-aspek yang dikembangkan dalam model pembelajaran e-learning.

Pengumpulan data dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah e-learning dikembangkan. Pengumpulan data pertama dibahas pada sub-bab ini, sedangkan pengumpulan data kedua dibahas pada sub-bab 4.6.3 Hasil Uji Coba. Pengumpulan data pertama dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke sekolah, wawancara dengan pihak-pihak terkait, serta pemberian kuesioner untuk para pendidik.

Data pengamatan langsung atau observasi ke sekolah yang terkait dilakukan dengan mempelajari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mempelajari dokumentasi tentang modul pembelajaran, proses penilaian, cara pemberian tugas, dan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik maupun sebaliknya. Sekolah yang diamati adalah sebanyak 5 sekolah mitra dan PSB inti. Sekolah mitra yang dimaksud adalah SMA Mardi Yuana Depok, SMAN 3 Depok, SMAN 3 Bekasi, SMAN 1 Cibinong, dan SMAN 2 Cibinong. Sedangkan PSB inti adalah SMA PLUS PGRI Cibinong. Secara umum hasil pengamatan menyimpulkan bahwa baik di sekolah PSB inti maupun sekolah mitra umumnya masih dilakukan secara manual yaitu sumber belajar masih bersumber dari pendidik.

Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait yaitu kepala sekolah dan pendidik. Wawancara dengan kepala sekolah meliputi aspek-aspek sumber daya

(43)

27 manusia (SDM) yang dimiliki, sarana yang dimiliki untuk sebuah model pembelajaran e-learning, serta kebijakan kepala sekolah untuk mengubah model pembelajaran dari konvensional menjadi pembelajaran modern dan dilengkapi e-lerning sebagai media pembelajaran. Wawancara dengan pendidik meliputi aspek-aspek kesiapan untuk membuat materi bahan ajar, kesediaan untuk mengikuti pelatihan pembuatan bahan ajar. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh data bahwa semua kepala sekolah bersedia meningkatkan SDM dan merubah model pembelajaran akan tetapi belum memiliki sarana untuk mengembangkan e-learning, sedang sebagian besar dari pendidik bersedia membuat bahan ajar dan mengikuti pelatihan.

Pada awalnya peneliti berharap bahwa para pendidik paling tidak mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk menunjang suksesnya pemakaian sistem e-learning. Namun ternyata kemampuan para pendidik masih kurang dalam hal pengembangan bahan ajar berbasis TIK, hal ini didukung dari pengalaman dan pendapat para pendidik, memang ditemukan ada beberapa kendala yang harus diatasi. Harapan utama dari sini adalah para pendidik dari sekolah yang sudah mapan akan dapat berkontribusi aktif menyumbangkan materi di e-learning yang dapat segera dimanfaatkan oleh pendidik. Dari seluruh 35 pendidik yang menjadi responden, semuanya 100% sudah mempunyai komputer di rumahnya, dan yang sudah terhubung internet 60%. Para pendidik yang sangat nyaman bekerja dengan komputer 67%, sedangkan 33% hanya memakainya jika perlu. Kemampuan pemanfaatan internet seperti Internet Explorer atau Firefox dan lain-lain 100 % pendidik sudah bisa menggunakannya. Tentang cara penggunaan software populer Microsoft Office seperti Microsoft Word, Excel dan Power Point, 80 – 100 % menyatakan sering menggunakan. Kemudian, yang telah mempunyai akun e-mail sebanyak 83 %, dan 66% sering menggunakan dan rutin memeriksanya (Lampiran 1).

Namun hanya sedikit pendidik yang memiliki kemampuan untuk membuat desain web, yakni 11,4%, selebihnya tidak tahu sama sekali. Hal yang sama juga terjadi pada pengetahuan tentang jaringan hanya sekitar 18 % pendidik yang dapat melakukan pengaturan jaringan dan selebihnya tidak bisa memanfaatkan jaringan komputer dengan baik.

(44)

28 4.2 Perencanaan Sistem

Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan perancangan e-learning, yaitu dengan harapan agar proses perancangan e-learning dapat terarah dengan sangat baik. Perencanaan yang dibuat meliputi banyak aspek strategi yaitu: pemilihan LMS yang akan digunakan, materi bahan ajar yang akan diunggah, pembentukan penanggung jawab pelaksana, tim penanggung jawab mata pelajaran, serta administrator yang akan bertanggung jawab penuh terhadap e-learning.

Pemilihan LMS dilakukan dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang terdapat pada LMS tersebut, yaitu apakah telah sesuai atau mencukupi untuk proses pembelajaran. Adapun fungsi-fungsi dasar yang diperlukan yaitu :

a. Katalog/Administrasi : untuk menampilkan informasi tentang suatu pelajaran dengan lengkap, meliputi judul, tujuan, cakupan atau outline, durasi, target, tanggal tersedia, materi pendahuluan, serta tes yang harus diikuti.

b. Komunikasi : untuk menampilkan forum, chat, pesan, dan pengumuman. c. Evaluasi : Mengukur seberapa jauh peserta didik dapat menyerap materi

d. Laporan : mengakses sistem dan mencetak laporan secara langsung, tanpa meminta bantuan administrator.

e. Rencana Pembelajaran : secara otomatis merekomendasikan program pembelajaran yang sesuai dan mengatur jadwalnya.

f. Registrasi dan persetujuan : memungkinkan peserta mendaftar secara online, baik pendidik maupun peserta didik.

Pemilihan LMS pada penelitian ini menerapkan hasil penelitian dari Graf dan List (2005) yang dibiayai oleh European Social Fund (ESF) yang membahas tentang evaluasi dan komparasi LMS berbasis open source. Graf menggunakan satu metode evaluasi produk software bernama Qualitative Weight and Sum (QWS). QWS menghitung bobot (weight) menggunakan enam simbol kualitatif berdasarkan tingkat kepentingannya (importance level). Simbol-simbol tersebut adalah (diurutkan dari yang paling penting): E (Essential), * (Extremely Valuable), # (Very Valuable), + (Valuable), | (Marginally Valuable), 0 (Not Valuable). Pada metode ini dimungkinkan untuk menetapkan maximum value sendiri QWS, jadi tidak harus “E (Essential)” yang paling tinggi, bisa juga “#

(45)

29 (Very Valuable)” misalnya. Sistem pengukuran kualitas software seperti Graf ini adalah berdasarkan “Product” dan bukan “Process“.

Ada delapan kategori yang dievaluasi oleh Graf dan List yaitu: Communication Tools, Learning Objects, Management of User Data, Usability, Adaptation, Tehnical Aspect, Administration, dan Course Management

Tabel 1 Komparasi dan evaluasi LMS Open Source

. Masing-masing kategori memiliki subkategori, misalnya di Communication Tools akan dilihat fitur Forum, Chat, Mail/Message, Announcements, Conferences, Collaboration, dan Synchronous/Asynchronous Tools. Subkategori lain bisa dilihat dari pada Tabel 1.

(sumber : Graf & List, 2005)

Berdasarkan penelitiannya itu Graf dan List menyimpulkan bahwa Moodle unggul terutama di kategori Communication Tools, Learning Objects, Management of User Data, Usability, dan Adaptation. Hal tersebut menjelaskan bahwa Moodle sangat ideal digunakan dalam proses pembelajaran on-line sehingga dalam penelitian ini penulis memilih Moodle sebagai platform e-learning yang akan dikembangkan dalam e-e-learning PSB.

Materi bahan ajar yang diunggah dilakukan dengan memperhatikan subtansi materi, desain pembelajaran, tampilan, dan pemanfaatan perangkat lunak. Selain itu juga ditetapkan kriteria nilai bahan ajar yang siap diunggah.

Gambar

Gambar 2 Keterkaitan komponen PSB-SMA (Depdiknas 2010)
Tabel 2 Data Bahan Ajar berbasis TIK  No.  Mata Pelajaran
Gambar 4 Rancang Muka e-learning
Gambar 6 Tampilan Halaman Administrator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam keseharian norma ada dua yaitu nilai baik dan nilai buruk, nilai baik jika buruk jika perbuatan itu baik, nilai buruk jika perbuatan itu buruk. Penilaian itu bersifat

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien dalam meningkatkan. keberhasilan terapi DM

Pada bagian ini penulis menganalisis ujaran penulakan dalam film Solomon Kane dengan menggunakan teori Leech (1983), yang menyatakan bahwa penolakan terdiri dari dua jenis yakni

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh pergantian manajemen, opini audit, ukuran klien dan financial distress terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur

Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

Pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat konsep utama yaitu mengenal keberadaan Allah akan mampu mengembalikan manusia pada hubungan primordialnya dengan Tuhan

Bagi negara yang mengandalkan sektor pajak sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan akan menghadapi masalah besar jika para wajib pajak (WP) nya masih sering

Sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai