• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skenario model kebijakan pengendalian mutu lahan kering

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5. Pendekatan Sistem dalam Pengendalian Mutu Lahan Kering Berbasis

5.5.6. Skenario model kebijakan pengendalian mutu lahan kering

Analisis kebijakan dilakukan melalui kajian tiga skenario yang disusun berdasarkan hasil Interpretative Structural Modelling (ISM). Dari analisis tersebut diketahui bahwa terdapat lima faktor yang paling berpengaruh terhadap pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat, yang juga merupakan kebutuhan para pelaku (stakeholder), antara lain: (1) Kerjasama lintas program dan sektoral, (2) Frekuensi dan mutu layanan penyuluhan dan bimbingan, (3) Kesiapan masyarakat bersikap positif, (4) Kesiapan masyarakat untuk menerima pengetahuan dan berperilaku tani lebih baik dan 5) Kemampuan teknis masyarakat tani. Kondisi (state) faktor-faktor tersebut di masa yang akan

datang, dapat disusun dengan skenario yang mungkin terjadi di wilayah Kabupaten Ponorogo.

Dari perkiraan responden mengenai kondisi faktor-faktor di masa yang akan datang, selanjutnya dilakukan kombinasi yang mungkin antar kondisi faktor, dengan membuang kombinasi yang tidak sesuai (incompatible). Dari kombinasi antara kondisi faktor, didapatkan tiga skenario, yang diberi nama: (1) Skenario Optimis, (2) Skenario Moderat, dan (3) Skenario Pesimis. Secara ringkas, penamaan dan susunan skenario disajikan pada Tabel 44.

Untuk mengaitkan skenario yang disusun ke dalam model, dilakukan interpretasi kondisi faktor ke dalam peubah model. Dalam hal ini dilakukan beberapa perubahan pada peubah tertentu di dalam model, sehingga skenario yang bersangkutan dapat disimulasikan. Berdasarkan Tabel 44 diketahui bahwa skenario optimis dan skenario moderat merupakan keadaan masa depan yang mungkin terjadi diperhitungkan dengan penuh pertimbangan sesuai dengan keadaan dan kemampuan sumberdaya yang dimiliki serta yakin bahwa sistem pengendalian mutu lahan kering dapat seimbang antara aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Skenario optimis dan moderat dibangun berdasarkan keadaan (state) kelima faktor kunci tersebut sudah berjalan dengan skala “cukup baik”

untuk skenario moderat dan skala “baik” untuk skenario optimis dalam pengelolaanya. Sementara itu skenario pesimis dibangun atas dasar kondisi saat ini (existing condition) dari sistem pengelolaan yang ada, dengan pengertian bahwa walaupun sudah memiliki usaha pengelolaan tapi tidak mengutamakan faktor-faktor penting yang seharusnya terlebih dahulu dilakukan sehingga tidak memiliki prospek pengelolaan pengendalian mutu lahan kering yang berpandangan jauh ke depan. Interpretasi kondisi (state) faktor ke dalam pengelolaan dapat dilihat pada Tabel 42 berikut ini.

Tabel 42 Kondisi faktor-faktor kunci atau penentu tingkat kepentingan faktor- faktor yang berpengaruh pada pengendalian mutu lahan kering

No. Faktor Keadaan (State)

Pesimis Moderat Optimis

1.

Kerjasama lintas program dan sektoral

Berkurang, karena masih mengutamakan egosektoral Meningkat minim karena anggaran, tenaga, sarana yang terbatas Meningkat optimal karena anggaran, tenaga, sarana memadai

Pesimis Moderat Optimis

2.

Frekuensi dan mutu layanan penyuluhan dan bimbingan

Rendah, karena biaya penyuluhan sangat tinggi

Meningkat minim karena anggaran, tenaga, sarana yang terbatas Meningkat optimal karena anggaran, tenaga, sarana memadai

Pesimis Moderat Optimis

3.

Kesiapan masya- rakat bersikap positif

Kurang, karena persepsi yang terbentuk tidak mendukung

Meningkat mi- nim karena pem binaan kurang

Meningkat baik karena pembi- naan cukup

Pesimis Moderat Optimis

4. Kesiapan masyarakat untuk menerima pengetahuan dan berperilaku tani yang lebih baik

Kurang, karena dukungan dalam

peningkatan pengetahuan bertani tidak ada

Meningkat mi- nim karena penyuluhan kurang Meningkat baik karena penyuluhan memadai

Pesimis Moderat Optimis

5.

Kemampuan teknis masyarakat tani

Kurang, karena tidak adanya upaya dari pemerintah dalam peningkatan kemampuan masyarakat tani Meningkat mi- nim karena bimbingan teknis kurang Meningkat baik karena bimbingan teknis cukup memadai

Tabel 45 menggambarkan nilai kondisi skenario, di mana nilai eksisting tersebut diperoleh dari hasil Interpretative Stuctural Modelling (ISM) pada driver power yang dibagi dengan nilai maksimalnya. Nilai sensitivitas terbesar terdapat pada faktor pengungkit utama yaitu kerjasama program lintas sektoral sebesar 91,66%.

Tabel 43 Nilai kondisi faktor-faktor kunci atau penentu tingkat kepentingan faktor faktor yang berpengaruh pada pengendalian mutu lahan kering

No. Faktor Nilai Skenario

Eksisting Pesimis Moderat Optimis 1. Kerjasama lintas program dan sektoral 8,34% 4,17% 38,89% 69,44% Eksisting Pesimis Moderat Optimis 2.

Frekuensi dan mutu layanan penyuluhan dan bimbingan

16,67% 8,34% 44,45% 72,23% Eksisting Pesimis Moderat Optimis 3. Kesiapan masyarakat

bersikap positif 25% 12,5% 50% 75%

Eksisting Pesimis Moderat Optimis

4.

Kesiapan masyarakat untuk menerima pengetahuan dan berperilaku tani yang lebih baik

22,22% 16,67% 55,56% 77,78%

Eksisting Pesimis Moderat Optimis 5. Kemampuan teknis masyarakat tani 22,22% 16,67% 55,56% 77,78%

5.5.6.1. Simulasi skenario sub model ekonomi

Simulasi skenario sub-model ekonomi yang dipakai sebagai perbandingan untuk melihat perubahan nilai PDRB dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan gambar simulasi model skenario (Gambar 26 dan Gambar 27; Tabel 44 dan Tabel 45) diketahui bahwa ketiga skenario memiliki kecenderungan yang signifikan, yaitu perubahan perubahan dari PDRB dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hasil simulasi yang tampak pada Gambar 26 atau Tabel 44 menunjukkan bahwa nilai PDRB hasil simulasi skenario eksisting pada tahun 2005 sebesar Rp. 4.064.979.200.000,00 meningkat secara signifikan menjadi Rp. 35.392.777.420.000,00 pada tahun 2030.

Gambar 26 Simulasi produk domestik regional bruto (PDRB dalam Juta Rupiah) Keterangan:

Garis 1 = kondisi eksisting Garis 2 = kondisi optimistik Garis 3 = kondisi moderat Garis 4 = kondisi pesimistik

Pada skenario optimistik dan moderat laju peningkatan nilai PDRB lebih besar dari eksisting tetapi memang semua skenario tidak terjadi selisih yang sangat jauh berbeda, dimana pada tahun 2030 untuk skenario optimistik sebesar Rp. 38.620.048.920.000,00 dan skenario moderat sebesar Rp. 36.944.513.930.000,00; sedangkan pada skenario pesimistik cenderung sama dengan skenario eksisting yaitu sebesar Rp. 35.189.947.090.000,00.

Untuk sub-model ekonomi selain dilihat dari nilai PDRB dilihat juga dari nilai kesejahteraan masyarakat petani, di mana nilai kesejahteraan diperoleh dari nilai transformasi manfaat langsung dari pendapatan. Perubahan nilai kesejahteraan seperti terlihat pada Gambar 27 atau Tabel 45.

Gambar 27 Simulasi kesejahteraan

Keterangan:

Garis 1 = kondisi eksisting Garis 2 = kondisi optimistik Garis 3 = kondisi moderat Garis 4 = kondisi pesimistik

Tabel 45 Hasil simulasi kesejahteraan tahun 2005 - 2030

Berdasarkan Gambar 27 atau Tabel 45, terlihat pada tahun 2005 nilai kesejahteraan sebesar Rp. 138.224,03 dan tahun 2030 meningkat menjadi Rp. 221.017,26. Sedangkan pada masing-masing skenario terlihat juga perubahan- perubahannya tetapi memang cenderung tidak terlalu besar dari kondisi eksisting, di mana tahun 2030 nilai kesejahteraan pada skenario optimistik sebesar Rp. 259.407,50, skenario moderat sebesar Rp. 239.476,05 dan skenario pesimistik sebesar Rp. 218.604,48.

5.5.6.2. Simulasi skenario sub model sosial

Simulasi skenario sub-model sosial dilakukan untuk mengetahui perilakunya masing-masing. Kajian dilakukan terhadap peubah yang dianggap menentukan arah kebijakan pengelolaan pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat pada masa yang akan datang, yaitu hasil simulasi persepsi dari tiap skenario. Ketiga skenario memberikan hasil yang berbeda pada peubah yang dikaji, di mana secara umum perbedaan antar skenario mulai tampak pada tahun 2013.

Berdasarkan hasil simulasi sub model sosial seperti tampak pada Gambar 28 atau

Tabel 46, khususnya mengenai persepsi untuk tiap skenario diketahui bahwa terjadi perbedaan yang menyolok di antara ketiga skenario yang digunakan, di mana skenario pesimis memberikan persepsi yang sangat kurang baik dibandingkan dengan kedua skenario lainnya. Skenario optimis dan moderat memiliki proyeksi persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi eksisting, sedangkan skenario pesimis memiliki proyeksi persepsi yang sangat rendah, jauh di bawah persepsi kondisi eksisting.

Gambar 28 Simulasi persepsi Keterangan:

Garis 1 = kondisi eksisting Garis 2 = kondisi optimistik Garis 3 = kondisi moderat Garis 4 = kondisi pesimistik

Dalam Tabel 46 tampak bahwa pada tahun 2005 persepsi adalah sebesar 30,41% dan tahun 2030 menjadi 68,55%, mengalami peningkatan pada kondisi skenario optimis menjadi 94,93% dan skenario moderat menjadi 87,53% pada tahun 2030. Sedangkan pada skenario pesimis mengalami penurunan di mana pada tahun 2030 menjadi 51,92% dari tahun 2013 yaitu sebesar 63,46%.

Tabel 46 Hasil simulasi persepsi tahun 2005-2030