• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Skoring Faktor Strategis

4.4.2. Skoring Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

Faktor eksternal pada penelitian ini terdiri dari pengalaman bertani, kemampuan petani mengatasi HPT, harga jual pisang barangan, modal yang digunakan petani, luas lahan, permintaan pisang barangan, ketersediaan TK, penggunaan bibit kultur jaringan dan sarana dan prasarana. Skoring pada faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman, dimana jika skornya 1 dan 2 menunjukkan Ancaman, skor 3 dan 4 menunjukkan Peluang. Dari

hasil penelitian melalui kuisioner dan observasi lapangan didapatkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Skoring Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

No Uraian Rata-Rata Skor Keterangan

1 Permintaan pisang barangan 4 Peluang

2 Harga jual pisang barangan 4 Peluang

3 Modal yang digunakan petani 4 Peluang

4 Kemampuan petani mengatasi HPT 4 Peluang

5 Pengalaman bertani 4 Peluang

6 Ketersediaan TK 4 Peluang

7 Sarana dan prasarana 2 Ancaman

8 Luas lahan 2 Ancaman

9 Penggunaan bibit kultur jaringan 1 Ancaman

Sumber : Lampiran 8

Dari Tabel 12 pada faktor eksternal yang menjadi peluang adalah permintaan pisang barangan, harga jual pisang barangan, modal yang digunakan petani, kemampuan petani mengatasi HPT, pengalaman bertani, serta ketersediaan TK. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah sarana dan prasarana, luas lahan dan penggunaan bibit kultur jaringan.

a. Permintaan pisang barangan

Permintaan pisang barangan merupakan peluang bagi peningkatan produksi pisang barangan. Permintaan pisang barangan memiliki skor 4 merupakan peluang faktor eksternal dengan parameter tinggi dan kontinu. Artinya permintaan pisang barangan selalu tinggi sedangkan ketersediaan pisang barangan belum mampu memenuhi permintaan. Hal ini menunjukkan produksi pisang barangan memiliki peluang yang besar untuk ditingkatkan.

b. Harga jual pisang barangan

Harga jual pisang barangan memiliki skor 4, merupakan peluang faktor eksternal dengan parameter harga diatas Rp. 10.000,-/sisir, sedang harga terendah yang pernah dialami petani adalah Rp. 3000,-/sisir. Adanya perbedaan harga ini dikarenakan perbedaan besar kecilnya buah pisang barangan. Sehingga apabila dalam satu tandan itu semua besar pisang barangan sama, maka harga jual pisang barangan juga bisa tinggi.

c. Modal yang digunakan petani

Modal yang digunakan merupakan faktor yang sangat penting. Dalam berusahatani pisang barangan, petani memerlukan modal untuk mengelola lahan seperti pembukaan lahan, pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan tanaman dan hal lainnya. Modal yang digunakan petani dalam budidaya pisang barangan mendapat skor 4 dengan parameter petani memakai modal sendiri. Dalam hal ini Dinas Pertanian kabupaten Deli Serdang memang tidak memberikan bantuan dalam bentuk uang tunai. Bantuan yang diberikan berupa bentuk saprodi dan peralatan pertanian dan harus melalui kelompok tani dan bukan perorangan.

Fasilitas kredit bagi petani pisang baik yang berasal dari lembaga keuangan (bank) maupun dari pemerintah daerah belum tersedia sampai saat ini.

d. Kemampuan petani mengatasi HPT

Serangan hama dan penyakit tanaman paling besar pengaruhnya dalam produksi pisang barangan. Hasil wawancara dengan petani bahwa menurunnya produksi pisang barangan umumnya disebabkan oleh hama dan penyakit terutama

eksternal dengan skor 4 dimana parameter kemampuan petani mengatasi HPT 50 – 80%. Kemampuan petani mengatasi HPT terendah adalah < 10% dan yang tertinggi 90%.

e. Pengalaman bertani

Pengalaman bertani merupakan peluang faktor eksternal dengan skor 4 dengan parameter > 18 tahun. Berdasarkan penilaian pengalaman bertani tersebut petani memiliki pengalaman yang cukup dalam mengendalikan permasalahan budidaya tanaman pisang barangan. Lamanya pengalaman yang dimiliki oleh petani responden sangat berpengaruh baik terhadap pengambilan keputusan yang akan diambil oleh petani dalam menjalankan usahatani dan salah satu faktor yang dapat dikategorikan sebagai penunjang keberhasilan suatu usahatani. Pengalaman berusahatani yang lama menunjukkan telah terbiasanya petani menghadapi masalah-masalah yang beresiko berkaitan dengan usahatani yang dijalankan sehingga petani lebih termotivasi untuk meningkatkan produksi pisang barangan yang mereka usahakan.

f. Ketersediaan tenaga kerja

Tenaga kerja sangat diperlukan dalam mengelola tanaman, karena pisang barangan memerlukan perawatan yang baik. Tenaga kerja dalam keluarga yang mengelola tanaman pisang barangan sebesar 97,78% dan 23,56% memakai tenaga kerja luar keluarga. Skor tenaga kerja 4 merupakan peluang dengan parameter 1 orang anggota keluarga selalu ada untuk mengerjakan dan merawat tanaman pisang barangan yang mereka usahakan.

g. Sarana dan prasarana

Sarana prasarana memiliki peranan yang penting sebagai penggerak pembangunan pertanian. Komponen sarana prasarana yang meliputi lahan, alsintan, alat bantu pasca panen dan kondisi jalan yang baik merupakan elemen penting dalam proses produksi dan sebagai pendukung utama kegiatan usahatani dan usaha lanjutannya. Skor sarana dan prasarana yang diperoleh 2 adalah merupakan ancaman yang dimiliki oleh petani untuk meningkatkan produksi pisang barangan. Sarana dan prasarana yang terdapat di daerah penelitian belum cukup memadai. Fasilitas pengemasan, rumah/gudang untuk penanganan segar juga belum ada. Demikian pula fasilitas permodalan juga masih minimal.

Kendaraan roda empat sudah dapat melewati jalan-jalan yang ada sepanjang tahun. Kondisi jalan dari ibukota propinsi ke setiap ibukota kabupaten sudah cukup baik dan dapat ditempuh oleh kendaraan umum dengan berbagai ukuran.

Begitu pula kondisi jalan dari ibukota kabupaten ke ibukota kecamatan sudah baik (sudah diaspal).

h. Luas lahan

Lahan merupakan bagian dari subsistem produksi, hal ini tentu berpengaruh terhadap peningkatan produksi pisang barangan. Pengusahaan penanaman pisang yang dilakukan petani masih skala kecil dan umumnya mereka masih mengandalkan modal sendiri. Rata-rata luas lahan petani di daerah penelitian adalah 0,8 Ha. Dengan luas lahan yang kecil tentu saja produksi pisang barangan yang dihasilkan juga akan rendah. Dari hasil wawancara dengan responden, rata-rata mereka menggunakan seluruh luas lahan mereka untuk

ditanami pisang barangan. Apabila tanaman pisang barangan ada yang terkena penyakit layu fusarium, maka lahan yang telah terkena penyakit layu fusarium tadi tidak bisa untuk ditanami dengan pisang barangan kembali. Sehingga lama kelamaan lahan petani pisang akan semakin sempit dan berkurang.

i. Bibit kultur jaringan

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya pisang barangan adalah ketersediaan benih bermutu, bibit yang bebas hama dan sehat. Selain itu harus cukup dalam jumlah dan jenis pisang seperti yang diinginkan. Untuk menyediakan bibit pisang adalah dengan memanfaatkan rumpun pisang sehat.

Bibit bisa diperoleh dari tunas, anakan, bonggol dan bibit yang diperbanyak secara tradisional maupun kultur jaringan. Petani tidak banyak mengalami kesulitan dalam memperoleh bibit pisang. Kebanyakan petani membeli bibit anakan dari petani lain, kemudian mereka tanam dilahannya dan setelah pisang tersebut beranak, anaknya dipindahkan. Perbanyakan dengan teknologi kultur jaringan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar karena biaya investasi awal yang sangat mahal dan belum mampu memenuhi kebutuhan beragam varietas lokal jumlahnya. sehingga pembibitan yang dilakukan petani saat ini dianggap masih layak. Keuntungan menggunakan bibit kultur jaringan selain dapat terhindar dari penyakit layu fusarium juga bibit dapat diperoleh dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat. Kemudian sifat-sifat individu baru sama dengan induknya, kecepatan tumbuh bibit merata atau seragam dan saat berbuahnya lebih cepat. Bahkan,waktu panen serempak dan kemasakan buah seragam, sehingga lebih efisien dalam penanganannya.

Bantuan bibit kultur jaringan pernah diberikan pada tahun 2007 pada saat

adanya program PRIMA TANI dan USAID AMARTA. Kemudian, pada Oktober 2009 dilanjutkan dengan penangkar benih pisang barangan yang masih dilakukan oleh 1 (satu) petani, dan masih belum bisa memenuhi kebutuhan benih/bibit pisang barangan di desa dan luar kecamatan STM Hilir, kabupaten Deli Serdang.

Pada tahun 2011 Dinas Pertanian juga bekerjasama dengan Universitas Medan Area (UMA) guna melakukan penelitian pengembangan 1.000 bibit pisang barangan, khususnya pisang barangan merah. Hanya saja bantuan bibit kultur jaringan ini tidak mencapai ke semua petani pisang barangan.