• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PISANG BARANGAN DI KABUPATEN DELI SERDANG TESIS. Oleh IDRIA ADHANY /MAG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PISANG BARANGAN DI KABUPATEN DELI SERDANG TESIS. Oleh IDRIA ADHANY /MAG"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

IDRIA ADHANY 147039002/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

Idria Adhany 147039002/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 0 1 8

(3)
(4)

Tim Penguji

Ketua : Ir. Diana Chalil, MSi, PhD Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta, MSi

2. Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA 3. Ir. Iskandarini, MM, PhD

(5)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PISANG BARANGAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2018 Yang membuat pernyataan,

Idria Adhany

NIM. 147039002/MAG

(6)

IDRIA ADHANY : Strategi Peningkatan Produksi Pisang Barangan Di Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si.

Pisang barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional, tetapi setiap tahun produksinya selalu menurun, hal ini disebabkan antara lain terbatasnya luas lahan, bibit yang masih seadanya dan sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam peningkatan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang, untuk mengoptimalkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman dalam strategi peningkatan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai di Kabupaten Deli Serdang adalah pelatihan, pendampingan, tenaga penyuluh, bantuan sarana produksi, pengadaan peralatan penunjang dan bantuan modal. . Faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi peningkatan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang adalah pengalaman bertani, kemampuan petani mengatasi HPT, harga jual pisang barangan, modal yang digunakan petani, luas lahan, permintaan pisang barangan, ketersediaan TK, penggunaan bibit kultur jaringan dan sarana dan prasarana. Untuk mengoptimalkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan dengan baik bantuan sarana produksi (kekuatan) yang diberikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan permintaan pisang barangan (peluang) sehingga produktivitas pisang barangan dapat meningkat.

Kata kunci : komoditi pisang barangan, faktor internal, faktor eksternal, peningkatan produksi, dan strategi SWOT.

(7)

IDRIA ADHANY, Strategy of Increasing Banana Barangan in Kabupaten Deli Serdang (advised by Ir. DIANA CHALIL, MSi, PhD as the chairperson and Dr. Ir. RAHMANTA, MSi as the member)

The objective of this study was to analyze internal and external factors in increasing Barangan Banana production in Kabupaten Deli Serdang. Data were collected from Barangan Banana’s Farmers which determined by snowball sampling technique, Head of Farmer Group and Department of Agriculture Staff, with purposive sampling method. Using SWOT analysis method, this study found that internal strategic factors are training , mentoring, extension agent, funding support, production facilities support, realization of supporting equipment, while the external factors are farming experience, the ability of farmers to control and disease, selling price, fund used by the farmers, demand for Barangan Banana, labor availability, land area, the use of tissue culture seeds, facilities and infrastructures. Among these strategic factors support for production facilities appears as the most important internal factor, while the demand for Barangan Banana as the most important external factor. Based on the importance and existing condition of these strategic factors, using support for production facilities and realization of supporting facilities with farming experience are the strategies covering strength-opportunity (SO), organizing mentoring to meet the demand for Barangan Banana are the strategies covering weakness- opportunity (WO), making use of funding support and subsidies to widen the land, using tissue culture seeds and facilities and infrastructures are the strategies covering strength-threat (ST), increas the funding support to widen the land, the use of tissue culture seeds and facilities and infrastructures are the strategies covering weakness-threat (WT) are discussed and proposed to increase Barangan Banana productivity in Kabupaten Deli Serdang

Keywords: Barangan Banana, internal factor, external factor, production, SWOT.

(8)

Idria Adhany, lahir di PTPN IV Kebun Laras Kabupaten Simalungun pada tanggal 7 Maret 1969 dari Bapak Suman Sumantri dan Ibu Sumarni Siregar. Penulis merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1976 masuk Sekolah Dasar Negeri No. 1 Bahjambi, tamat tahun 1982 2. Tahun 1982 masuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Swasta YPU

PTPN IV Bahjambi, tamat tahun 1985

3. Tahun 1985 masuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas Negeri 3 Pematang Siantar, tamat tahun 1988

4. Tahun 1988 diterima di Fakultas Pertanian di Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 1994

5. Tahun 2014 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. Penulis menyadari bahwa Tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan beberapa pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D sebagai Ketua Komisi Pembimbing atas motivasi, dukungan dan bimbingan yang diberikan dan kepada Bapak Dr. Ir.

Rahmanta, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ir. Iskandarini, MM., Ph.D., dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM., DBA selaku Komisi Penguji atas segala saran dan masukan yang diberikan.

Terima kasih juga yang sebesar-besarnya penulis ucapkan untuk kedua orang tua (Abah H. Suman Sumantri dan Ibu Hj. Sumarni Siregar) dan seluruh keluarga besar atas segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini. Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hartati (staf KUPT STM Hilir), ibu Eva (staf KUPT Biru-Biru), bapak Jonathan (staf KUPT STM Hulu), Apriandi Saragih, Riantri Barus, Novita Anggraini dan Jane Melita Keliat, pak Eka dan Rara Astili atas segala bantuan dan dukungannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung dalam penyelesaian Tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(10)

demi perbaikan Tesis ini. Semoga Tesis ini dapat berguna dan bermanfaat .

Medan, Januari 2018

Penulis

(11)

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

I. PENDAHULUAN ...

1.1. Latar Belakang ...

1.2. Identifikasi Masalah ...

1.3. Tujuan Penelitian ...

1.4. Manfaat Penelitian ...

1 1 5 6 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1 Strategis dan Kebijakan ...

2.2 Penelitian Terdahulu ...

2.3 Landasan Teori ...

2.4 Analisis SWOT ...

2.5 Kerangka Pemikiran ...

7 7 11 13 15 22 III. METODE PENELITIAN ...

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ...

3.2. Metode Pengambilan Sampel ...

3.3. Metode Pengumpulan Data ...

3.4. Metode Analisis Data ...

3.5. Defenisi Batasan Operasional ...

3.5.1. Defenisi Operasional ...

3.5.2. Batasan Operasional ...

24 24 24 25 27 31 31 33

(12)

4.1.1. Desa Lau Rakit ...

4.1.2. Desa Durian Tinggung ...

4.1.3. Desa Namo Tualang ...

4.2. Gambaran Agribisnis Pisang Barangan di Daerah Penelitian...

4.3. Deskripsi Sampel ...

4.3.1. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Lau Rakit ...

4.3.2. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Durian Tinggung.

4.3.3. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Namo Tualang...

4.4. Skoring Faktor Strategis ...

4.4.1. Skoring Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) ...

4.4.2. Skoring Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) ...

4.5. Pembobotan Faktor Strategis ...

4.5.1. Pembobotan Faktor Internal ...

4.5.2. Pembobotan Faktor Eksternal ...

4.6. Penentuan Strategi Peningkatan Produksi Berdasarkan Analisis SWOT..

4.7. Penentuan Alternatif Strategi Peningkatan Produksi Pisang Barangan di Kabupaten Deli Serdang ...

34 35 36 37 37 37 38 39 41 41 46 52 52 53 54 60 V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

5.1. Kesimpulan ...

5.2. Saran ...

64 64 64 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN ... 68

(13)

No Judul Hal 1. Jumlah Tanaman Yang Menghasilkan dan Produksi

Pisang Barangan di Kabupaten Deli Serdang ... 3

2. Produksi Pisang (Kuintal) Menurut Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011-2014... 24

3. Jenis Data Yang Digunakan Dalam Penelitian... 26

4. Nilai Skala Banding Secara Berpasangan... 28

5. Penggunaan Lahan di Desa Lau Rakit, 2016... 34

6. Penggunaan Lahan di Desa Durian Tinggung, 2016... 35

7. Penggunaan Lahan di Desa Namo Tualang, 2016... 36

8. Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Lau Rakit... 38

9. Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Durian Tinggung... 39

10. Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Namo Tualang... 40

11. Skoring Faktor Internal... 41

12. Skoring Faktor Eksternal... 47

13. Pembobotan Faktor Internal... 53

14. Pembobotan Faktor Eksternal... 54

15. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS)... 55

16. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS)... 56

17. Penentuan Alternatif Strategi Peningkatan Produksi Pisang Barangan di Kabupaten Deli Serdang ... 61

(14)

No Judul Hal 1. Perkembangan Volume Ekspor-Impor Pisang di

Indonesia Tahun 2000-2015... 2 2. Kerangka Pemikiran... 16 3. Kuadran Analisis SWOT... 23 4. Persentase Tingkat Pendidikan Petani Sampel Desa

Lau Rakit... 38 5. Persentase Tingkat Pendidikan Petani Sampel Desa

Durian Tinggung... 39 6. Persentase Tingkat Pendidikan Petani Sampel Desa

Namo Tualang... 40 7. Matriks Posisi Peningkatan Produksi Pisang

Barangan di Kabupaten Deli Serdang... 58

(15)

No Judul Hal

1. Indikator dan Parameter Faktor Interrnal... 68

3 Indikator dan Parameter Faktor Eksternal... 70

3. Pembobotan Faktor Internal... 72

4. Pembobotan Faktor Eksternal... 73

5. Kondisi Sosial Ekonomi di Daerah Penelitian... 75

6. Parameter Penilaian Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Peningkatan Produksi Pisang Barangan di Kabupaten Deli Serdang... 76

7. Penentuan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)... 80

8. Penentuan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)... 80

9. Hasil Penilaian Faktor Internal (IFAS)... 81

10. Hasil Penilaian Faktor Eksternal (EFAS)... 83

11. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Geometris Faktor Internal (IFAS)... 84

12. Normalisasi Faktor Internal... 85

13. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS)... 86

14. Normalisasi Faktor Eksternal... 87

15. Pembobotan Faktor Internal... 89

16. Pembobotan Faktor Eksternal... 89

17 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS)... 90

18. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal... 91

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pisang barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional. Di Indonesia pisang adalah komoditas hortikultura yang diusahakan oleh masyarakat pedesaan di sekitar rumah untuk tiga tujuan, yaitu sebagai penyedia pangan, obat-obatan, dan pembungkus makanan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2009)

Pisang (Musa paradisiaca sapientum L) kultivar barangan merupakan pisang lokal khas Sumatera Utara yang telah banyak diusahakan secara komersial.

Pisang barangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan kultivar pisang lainnya antara lain : rasa daging buahnya lebih manis, warna kulit kuning, warna daging buah kuning kemerah-merahan, daging buah kering dan beraroma khas.

Buah ini cocok dikonsumsi sebagai buah meja. Pisang barangan sebagai konsumsi segar banyak disukai masyarakat dan pemasarannya ke luar Sumatera Utara telah sampai ke Jakarta, Bekasi, Riau, dan Batam. Di Jakarta pisang barangan dikenal sebagai pisang Medan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2009)

Selain sebagai buah yang dimakan segar, pisang juga dapat diolah baik untuk skala rumah tangga seperti keripik, getuk dan sale, maupun industri berskala besar seperti tepung, puree dan jam, yang dapat merangsang tumbuhnya agribisnis hilir. Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan diharapkan dapat meningkatkan konsumsi buah pisang secara nasional, sehingga kebutuhan buah pisang akan terus meningkat (Badan Penelitian dan Pengembangan, 2005). Data dari Pusat

(17)

Data dan Informasi Pertanian, 2016 menunjukkan pada lima tahun terakhir (2011- 2015), pertumbuhan konsumsi pisang di Indonesia tumbuh lebih baik sebesar 1,32% per tahun dibandingkan periode sebelumnya (2002-2010) yang hanya sebesar 0,04% per tahun. Konsumsi pisang tinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 2,13 juta ton atau naik 30,87% dari tahun 2010.

Gambar 1. Perkembangan Konsumsi Pisang di Indonesia

Kabupaten Deli Serdang memiliki luas lahan 249.772 ha dimana terdapat lahan sawah seluas 43.802 ha dan lahan kering/darat yang digunakan untuk tanaman pangan dan hortikultura 59.537 yang terdiri dari tegal/kebun 40.082 ha, ladang 12.477 ha dan lahan pekarangan 7.012 ha Dengan keadaan potensi wilayah tersebut, pengembangan sektor hortikultura atau buah-buahan merupakan penunjang pembangunan pertanian di Kabupaten Deli Serdang sangat mungkin untuk terus dikembangkan meskipun belum dilakukan secara profesional. Pada sektor hortikultura atau buah-buahan yang merupakan penunjang pembangunan pertanian di Kabupaten Deli Serdang turut dikembangkan komoditi seperti pisang barangan dengan luas lahan tanaman pisang sekitar 1.513,74 Ha (Dinas Pertanian Deli Serdang, 2016).

(18)

Tabel 1. Jumlah Tanaman Yang Menghasilkan dan Produksi Pisang di Kab.

Deli Serdang

Tahun Tan. Hasil

(Rumpun)

Produksi (Kwintal)

2011 1.634.314 1.750.604

2012 1.043.084 422.488

2013 806.765 385.912

2014 336.931 298.305

Sumber : Dinas Pertanian Deli Serdang 2016

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa produksi pisang di kabupaten Deli Serdang setiap tahunnya mengalami penurunan. Kondisi ini disebabkan antara lain: petani pada umumnya belum menerapkan praktek budidaya yang baik dan serangan penyakit layu masih relatif tinggi.

Hal yang sama juga terjadi di Propinsi Sumatera Utara sebagai salah satu penghasil pisang di Indonesia. Perkembangan produksi pisang di Sumatera Utara setiap tahunnya mengalami penurunan. Pada tahun 2011 produksi pisang sebesar 429.627,90 ton dengan luas panen 4.697,60 Ha, tahun 2012 produksi turun menjadi 363.060,7 ton dengan luas panen 4.044,3 Ha. Tahun 2013 produksi pisang 342.297,1 ton dengan luas panen 3.019,4 Ha, pada tahun 2014 turun lagi produksinya menjadi 298.909,9 ton dengan luas panen menjadi 2.585,7 Ha (Departemen Pertanian Sumatera Utara, 2016). Menurut BPS (2016) jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2014 adalah 13.937.800 jiwa dan jika ini dikali dengan konsumsi rata-rata pisang per kapita yaitu 6,02 kg/tahun maka kebutuhan pisang untuk konsumsi Sumatera Utara saja sebesar 83.905.556 kg/tahun atau 83.905,56 ton/tahun. Artinya setiap tahun kebutuhan untuk mengkonsumsi pisang cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah

(19)

penduduk. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk meningkatkan produksi pisang barangan. Dari data Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2016), Kecamatan Biru-Biru produksi pisang barangan sebesar 1.096,5 ton dengan luas panen 129 Ha dan potensi pengembangan lahan 115 Ha, Kecamatan STM Hilir produksi Pisang barangan sebesar 2.340 ton dengan luas panen 260 Ha dan potensi pengembangan lahan 34 Ha, sedang Kecamatan STM Hulu produksi pisang barangan sebesar 259,63 ton dengan luas panen 346,5 Ha dan potensi pengembangan lahan seluas 360 Ha yang merupakan potensi terluas dari 3 kecamatan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan pemerintah untuk memperhatikan keseluruhan aspek dan segmen agribisnis sehingga diharapkan pengembangan komoditas yang produktif, kompetitif dan kontinuitas dapat dicapai.

Pengembangan pisang barangan di kabupaten Deli Serdang didukung oleh program Kementan dengan adanya Program PRIMA TANI bekerja sama dengan USAID AMARTA (2007 – 2009) yaitu memberikan suatu teknologi dengan metode penanaman dengan sistem double row dan penjarangan anakan dengan menggunakan ”prinsip Mama-Anak-Cucu”, dilanjutkan dengan Program Pembentukan penangkar benih pisang barangan dan Inovasi teknologi perbanyakan pada tahun 2008 oleh kelompok tani secara partisipatif, dan dilakukan pertemuan dengan Penyuluh/PPL Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang. Pada tahun 2011 adanya program Prima Tani Kabupaten Deli Serdang melakukan kegiatan apresiasi dan temu lapang inovasi teknologi pisang barangan.

Kegiatan ini dihadiri oleh Penyuluh/PPL, Kades Talun Kenas dan 40 petani pisang barangan dari anggota Kelompok Tani Dalam, Sada Arih dan Mandiri serta

(20)

2 orang pedagang pisang barangan yang ada di daerah tersebut. Kemudian pada tahun 2013 ada Program pengembangan kawasan pisang barangan seluas 50 hektare dengan menggunakan bibit kultur jaringan. Dengan klarifikasi lokasi yang dilakukan pada lima kecamatan yang akan di jadikan pengembangan kawasan pisang barangan yakni Kecamatan Kutalimbaru, STM Hilir, Sibirubiru, STM Hulu dan Pancur Batu. Pada tahun 2016 Pemkab Deli Serdang mencanangkan desa Peria-ria Kecamatan Deli Serdang sebagai sentra pisang barangan. Akan tetapi semua program-program tersebut dapat dikatakan belum berhasil untuk mengatasi kekurangan produksi pisang barangan secara berkelanjutan.

Dua alternatif strategi yang telah dirancang Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan produksi pisang barangan dengan peningkatan luas tanam dan peningkatan populasi tanaman pisang barangan. Dari kedua alternatif strategi tersebut perlu diidentifikasi faktor-faktor strategis yang mempengaruhi kedua alternatif strategi tersebut. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk mengoptimalkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman dalam menjalankan kedua strategi.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor- faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam peningkatan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang?

(21)

2. Bagaimana mengoptimalkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman dalam strategi peningkatan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam peningkatan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengoptimalkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman dalam strategi peningkatan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka manfaat dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi para petani untuk dapat meningkatkan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan produksi pisang barangan di kabupaten Deli Serdang.

3. Sebagai bahan informasi atau referensi untuk pengembangan pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagaimana telah diketahui pada umumnya petani masih mengalami

kesulitan dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petani dalam usaha meningkatkan produksi usahataninya adalah berupa lemahnya modal, rendahnya tingkat pendidikan, dan keterampilan serta lemahnya bergaining position yang dimiliki oleh petani itu sendiri. Fasilitas yang dapat diberikan kepada petani dapat berupa sarana produksi pertanian berupa bibit tanaman unggul, pupuk, obat-obatan, pembasmi hama dan biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk membayar upah buruh yang melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh petani itu sendiri (Soekartawi, 2003).

2.1. Strategi dan Kebijakan

Untuk meningkatkan posisi tawar petani pisang dalam memasarkan hasil, maka perlu dikembangkan sistem kelembagaan di tingkat petani pisang seperti dibentuknya kelompok tani atau asosiasi petani pisang. Hal ini selain untuk lebih memperkuat petani pisang, juga dapat mempermudah koordinasi dalam pengadaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida serta akses ke sumber pendanaan. Agar program pengembangan pisang dapat berjalan dengan baik, maka perlu disusun suatu roadmap. Program pengembangan pisang diawali dengan penentuan varietas pisang yang akan ditanam. Varietas sangat menentukan kuantitas dan kualitas produksi serta selera konsumen, oleh karena itu pemilihan varietas yang unggul dan disukai konsumen adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai suatu usahatani pisang.

(23)

Salah satu wujud dari pelaksanaan intensifikasi pertanian adalah sapta usahatani diantaranya adalah penggunaan bibit unggul. Yang merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya pisang barangan. Selain itu bibit harus cukup dalam jumlah dan jenis pisang seperti yang diinginkan. Untuk menyediakan bibit pisang adalah dengan memanfaatkan rumpun pisang sehat.

Bibit bisa diperoleh dari tunas, anakan, bonggol dan bibit yang diperbanyak secara tradisional maupun kultur jaringan. Bibit yang baik adalah berasal dari kultur jaringan, tetapi jika tidak ada maka dipergunakan dari anakan dari pohon induk yang sudah cukup tua (sudah tebang beberapa kali dalam satu rumpun) dan mempunyai batang dan buah yang masih bagus. Bibit yang demikian pada umumnya sudah terseleksi secara alamiah (unggul). Varietas yang akan ditanam selain itu harus juga disesuaikan dengan hasil pewilayahan daerah sentra, karena suatu varietas akan diterima oleh masyarakat apabila varietas tersebut sudah dikenal. Pada pemilihan varietas ini sudah diterapkan sistem kendali mutu agar varietas yang ditanam mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi. Selanjutnya varietas yang dipilih diperbanyak agar didapatkan benih yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Agar kualitas benih yang dihasilkan bagus, maka perlu lakukan pemantauan dengan menerapkan sistem kendali mutu benih. Penggunaan benih bermutu perlu didiseminasikan agar pengguna memahami peranan benih bermutu dan sistem distribusi yang benar terutama distribusi antar wilayah untuk mencegah penyebaran penyakit utama pisang. Terdapat sistem pengelolaan yang berbeda antara kebun pisang yang dikelola berskala rakyat (< 5 ha) dengan kebun yang dikelola perusahaan besar ataupun kebun pisang yang bertujuan sebagai kebun konservasi. Oleh karena itu informasi sistem pengelolaan harus

(24)

didiseminasikan juga. Produk pisang yang bermutu apakah pisang segar ataupun yang sudah berbentuk olahan harus dipromosikan agar dapat diterima oleh konsumen luar negeri dan juga dapat meningkatkan tingkat konsumsi domestik (Badan Penelitian dan Pengembangan, 2005).

Pengembangan yang dilakukan selama ini masih tradisional dan belum menerapkan tekhnologi budidaya yang sesuai dengan standar tekhnik budidaya (SOP). Maka dari itu diperlukan riset dan pengembangan produk yang dilakukan guna melakukan perbaikan atau perubahan pada produk yang dihasilkan dalam proses produksi karena adanya dinamika lingkungan atau perubahan strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar. Dalam pengembangan komoditi buah-buahan pisang ini adalah masih lemahnya keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri, terutama di pedesaan. Sehingga sebagian terbesar komoditi pisang dipasarkan sebagai produk primer. Untuk lebih memperkuat keterkaitan antar sektor tersebut diperlukan kerjasama inter-sektoral yang lebih aktif dalam mengembangkan komoditi pisang, penyediaan teknologi budidaya dan agroindustri pisang yang mampu menyediakan alternatif produk sekunder dan tersier dari komoditi pisang di pedesaan, dan kebijakan pemerintah yang lebih terarah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi teknologi adalah sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang akan diintroduksi, harus mempunyai banyak kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di petani. Untuk itu, inovasi yang ditawarkan ke petani haruslah inovasi yang tepat guna. Strategi untuk memilih inovasi yang tepat guna adalah menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut: Inovasi harus dirasakan sebagai

(25)

kebutuhan oleh petani. Inovasi akan menjadi kebutuhan petani apabila inovasi tersebut dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi petani. Sehingga identifikasi masalah secara benar menjadi sangat penting, paling tidak ada dua alasan (Wahyuni, 2000), yaitu: (a) sesuatu yang kita anggap sebagai masalah, belum tentu merupakan masalah yang dihadapi oleh petani, (b) kalau masalah tersebut ternyata benar merupakan masalah petani, belum tentu pemecahannya sesuai dengan kondisi petani. Cara menemukan teknologi dengan kriteria ini adalah (a) mengidentifikasi masalah petani secara benar, dan (b) memberikan solusi masalah tersebut dengan inovasi (teknologi) Badan Litbang yang tepat.

Kendala adopsi yang datang secara internal dari inovasi itu sendiri adalah inovasi tersebut dirasakan mahal oleh petani. Sedangkan kendala adopsi dari luar inovasi itu sendiri adalah orientasi usaha, pasar, dan ketersediaan sarana pendukung (saprodi, dan lain-lain). Sebagus apapun teknologi kalau tidak terjangkau oleh kemampuan finansial petani sebagai pengguna, maka akan susah untuk diadopsi. Apalagi kebanyakan petani relatif miskin, maka inovasi yang dirasakan murah akan lebih cepat diadopsi dibanding inovasi yang mahal. Cara menemukan teknologi ini adalah (a) mengidentifikasi kemampuan permodalan petani, sumber kredit yang bisa diakses petani, bantuan/pinjaman permodalan melalui program, dan sumber modal lain, (b) evaluasi, apakah teknologi yang diintroduksikan terbiayai oleh petani. Inovasi juga harus sederhana, tidak rumit dan mudah dicoba. Semakin mudah teknologi baru untuk dapat dipraktekkan, maka makin cepat pula proses adopsi inovasi yang dilakukan petani. Oleh karena itu, agar proses adopsi dapat berjalan cepat, maka penyajian inovasi harus lebih sederhana (Soekartawi, 2003).

(26)

2.2. Penelitian Terdahulu

Metode yang banyak digunakan dalam penelitian terdahulu adalah Metode SWOT. Perbedaan dalam metode kualitatif dan kuantitatif adalah pada tehnik pengukuran skor dan bobot. Pada metode kualitatif ukuran didasarkan pada subjektivitas responden dan persepsi seperti penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2011) menunjukkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi pengembangan komoditi pisang yaitu pengetahuan dan budidaya pisang petani, motivasi petani, sarana komunikasi, produksi pisang yang tinggi dan manajemen usahatani, rendahnya daya beli petani terhadap saprodi. Sedang faktor eksternal antara lain bantuan bibit pisang dari pemerintah, prospek pemasaran pisang, perhatian pemerintah dalam upaya peningkatan keterampilan petani. Sedang menurut Lumban Toruan (2016) dalam Analisis Strategi Peningkatan Produksi Komoditi Kakao Rakyat di Kecamatan Silau Laut yang menjadi faktor internal adalah fungsi kelembagaan, pelatihan, pendampingan petani, bantuan modal, bantuan sarana produksi, dan bantuan peralatan penunjang, dan yang menjadi faktor eksternalnya adalah pengalaman berusahatani, pelaksanaan GAP, penggunaan bibit unggul, harga jual kakao ditingkat petani, luas lahan, kemampuan petani mengatasi HPT, permintaan kakao dan sarana pendukung.

Menurut Tri (2013) dalam Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik Di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa yang menjadi faktor-faktor kekuatan adalah modal petani, tenaga kerja murah, ketersediaan bahan baku, ketersediaan peralatan produksi. Faktor-faktor kelemahan adalah rendahnya kualitas SDM, baik untuk pelaku usaha maupun tenaga kerja. modal usaha yang dimiliki terbatas. belum punya daerah pemasaran

(27)

yang tetap, terbatasnya informasi pasar dan sering tidak bisa memenuhi pesanan pembeli.

Zakaria (2010) menunjukkan bahwa Strategi peningkatan produksi untuk mendorong partisipasi petani dapat ditempuh melalui pola kebijakan insentif, dengan menetapkan jaminan harga dasar agar usahatani kedelai memberikan keuntungan yang layak kepada petani. Selain itu diperlukan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas petani melalui penyediaan bantuan modal dan penyuluhan serta pembenahan tata niaga melalui pemulihan kembali peran Bulog sebagai pengimpor utama. Membangun elemen yang berjangka panjang, seperti pembangunan infrastruktur, jaringan irigasi, penelitian dan pengembangan, penguatan kelembagaan pertanian, sistem insentif, dan dukungan kebijakan ekonomi makro.

Pada penelitian Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep Ovop (One Village One Product) Berbasis Koperasi Di Kabupaten Karanganyar oleh Anugraheni (2012). Prioritas strategi menggunakan QSPM (Quantitative Strategic luas, motivasi petani yang tinggi dalam budidaya padi organik, adanya fasilitas pemasaran beras Planning Matrix). Faktor internal yang menjadi kekuatan: lahan sawah potensial yang organik, adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik, koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi, penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi, pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian, adanya Asosiasi Petani Organik (APPO), SOP (Standart Operating Procedure) pada on-farm dan pinjaman modal dari koperasi induk kepada koperasi produsen. Menurut

(28)

penelitian Texen (2000) Strategi Pengembangan Agribisnis Pisang Cavendish Di Daerah Istimewa Yogyakarta, menarik kesimpulan antaralain :

( 1 ) DIY merupakan daerah yang sesuai untuk mengembangkan agribisnis pisang cavendish, termasuk agroindustri tepung dan pasta pisang;

(2) Kesiapan budaya masyarakat DIY sangat mendukung pengembangan agribisnis dan agroindustri pisang cavendish tersebut dalam bentuk kemitraan, yaitu masyarakat DIY;

(3) Pola kemitraan yang sesuai dengan masyarakat DIY dalam mengembangkan agribisnis dan agroindustri pisang cavendish secara berturut adalah pola dagang, PIR, pola sub kontrak, para vendor, dan pola keterkaitan tidak langsung.

2.3. Landasan Teori

Strategi adalah penempaan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai (Steiner dan Jhon , 2009).

Untuk merumuskan strategi yang tepat dibutuhkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal. Faktor strategis internal merupakan suatu kondisi yang ada di dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan. Faktor strategis eksternal merupakan suatu kondisi di luar perusahaan dan tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.

Faktor strategis internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan oleh perusahaan tersebut seperti

(29)

halnya keunggulan dalam produk yang dapat diandalkan, memiliki keterampilan dan berbeda dengan produk lain, sehingga dapat membuat lebih kuat dari para pesaingnya. Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumberdaya yang ada pada perusahaan baik itu keterampilan atau kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja organisasi. Keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan (Rangkuti, 2015).

Faktor strategis eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang adalah berbagai hal dalam situasi yang mungkin menguntungkan bagi suatu perusahaan, serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan salah satu sumber peluang.

Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dalam perusahaan jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi perusahaan yang bersangkutan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Pengembangan komoditas hortikultura unggulan tidak dapat hanya terfokus pada upaya peningkatan produksi komoditas saja, melainkan terkait juga dengan isu-isu strategis yang lebih luas dalam pembangunan pertanian. Untuk itu diperlukan proses identifikasi, analisis, perumusan dan evaluasi strategi untuk mengatasi faktor internal dan eksternal serta memanfaatkan kekuatan serta peluang dengan meminimalkan kelemahan dan tantangan. Proses perencanaan strategi ini disebut dengan perencanaan stratejik.

Proses perencanaan stratejik menurut David (2006) dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap masukan, tahap analisis, dan tahap keputusan. Tahap masukan merupakan tahapan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi

(30)

dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar organisasi, sedangkan data internal dapat diperoleh di dalam organisasi itu sendiri. Tahap analisis yaitu tahapan pengumpulan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Dalam hal ini digunakan model matrik SWOT.

2.4. Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2015) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Hal ini disebut analisis situasi yaitu model yang paling popular untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.

Total skor terbobot dari faktor-faktor strategis internal dan eksternal digunakan untuk menentukan matriks posisi. Posisi strategi ditunjukkan oleh koordinat cartesius (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan- kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang-ancaman).

Jika peluang lebih besar dari pada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya ancaman lebih besar daripada peluang maka nilai y < 0. Jika kekuatan lebih besar

(31)

daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x < 0.

Selisih Faktor Eksternal

Y (+)

Kuadran III Kuadran I Strategi Turn-Arround Strategi Agresif

X (-) X (+) X(+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y (-)

Gambar 2. Kuadran Analisis SWOT (Rangkuti, 2015)

Kuadran I : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran II : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran III : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus

Selisih Faktor Internal

(32)

strategi tersebut adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran IV : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Setelah itu dilanjutkan dengan menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks SWOT dan akan menghasilkan empat jenis strategi:

a) Strategi SO (Strength-Opportunity), menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

b) Strategi ST (Strength-Threat), menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

c) Strategi WO (Weakness-Opportunity), mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

d) Strategi WT (Weakness-Threat), mengatasi kelemahan untuk menghadapi ancaman (David, 2006).

Kekuatan ( Strengths )

Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi pertanian yang selalu berkembang. Agar petani dapat melakukan praktek-praktek yang mendukung usahatani, maka petani membutuhkan informasi inovasi di bidang pertanian. Informasi inovasi tersebut dapat diperoleh petani dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) melalui penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian. Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh PPL dalam rangka untuk mewujudkan dasar penyuluhan pertanian yaitu membantu petani agar petani mampu menolong dirinya sendiri. Oleh karena itu,

(33)

penyuluh menempati posisi yang penting sebagai agen perubahan atau “agent of change” di dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, karena penyuluh lah yang berhubungan langsung dengan petani di lapangan. Peranan penyuluh sebagai agen perubahan yaitu mendorong petani untuk melakukan perubahan-perubahan yang lebih terarah dan moderen dalam kegiatan usahatani melalui perubahan- perubahan pada petani itu sendiri. Menurut Mardikanto (2009) penyuluh merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu dengan mendorong masyarakat untuk mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Perubahan yang diharapkan oleh penyuluh adalah perubahan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan motif tindak petani, sehingga petani dapat mencapai keberhasilan usahatani yaitu peningkatan pendapatan dan produktifitas usahatani untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Selain itu, terdapat hal yang penting lagi di antara penyuluh dan petani yaitu saling berbagi pengalaman di bidang pertanian dalam mengupayakan peningkatan usahatani yang lebih baik. Jadi, tidak hanya satu pihak yaitu petani yang mengalami penambahan pengalaman dan ketrampilan, tetapi diharapkan pengalaman, ketrampilan, kerja yang profesional, dan kemampuan mensinkronkan program penyuluhan pertanian dengan kebutuhan petani yang dimiliki oleh penyuluh juga semakin matang dan mengalami peningkatan.

Kelemahan ( Weaknesses )

Agar dapat merubah perilaku petani maka agen penyuluh diharapkan mampu berperan sebagai edukator, dinamisator, organisator, teknisi dan

(34)

konsultasi (Mardikanto, 2009). 1) Edukasi yaitu untuk memfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh para penerima manfaat penyuluhan (benefit ciaries) dan atau stakeholders pembangunan yang lainnya. Seperti telah dikemukakan meskipun edukator berarti pendidikan, tetapi proses pendidikan tidak boleh menggurui apalagi memaksakan kehendak, melainkan harus benar-benar berlangsung sebagai proses belajar bersama yang partisipatif dan idiologis. 2) Diseminasi Informasi/Inovasi yaitu penyebarluasan informasi/inovasi dari sumber informasi dan atau penggunanya. Tentang hal ini, seringkali kegiatan penyuluhan hanya terpaku untuk lebih mengutamakan penyebaran informasi/inovasi dari pihak luar. Tetapi, dalam proses pembangunan, informasi dari “dalam” seringkali justru lebih penting, utamanya yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, pengambilan keputusan kebijakan dan atau pemecahan masalah yang segera memerlukan penanganan. 3) Fasilitasi atau pendampingan yaitu lebih bersifat melayani kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh client- nya. Fungsi fasilitasi tidak harus selalu dapat mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan atau memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan klien, tetapi seringkali justru hanya sebagai penengah/mediator. 4) Konsultasi yang tidak jauh berbeda dengan fasilitasi, yaitu membantu memecahkan masalah atau sekedar memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Dalam melaksanakan fungsi konsultasi penyuluh tidak boleh hanya “menunggu” tetapi harus aktif mendatangi kliennya.

5) Supervisi atau Pembinaan, dalam praktek supervisi seringkali disalah artikan sebagai kegiatan “pengawasan” atau “pemeriksaan”. Tetapi sebenarnya adalah lebih banyak pada upaya untuk bersama-sama klien melakukan penilaian (self assesment), untuk kemudian memberikan saran alternatif perbaikan atau

(35)

pemecahan masalah yang dihadapi. 6) Pemantauan atau Kegiatan Evaluasi Pemantauan tidak jauh berbeda dengan supervisi, bedanya adalah kegiatan pemantauan lebih menonjolkan peran penilaian, sedang supervisi lebih menonjolkan upaya perbaikan. 7) Evaluasi Yaitu kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat dilakukan sebelum, selama, dan setelah kegiatan selesai dilakukan. Kenyataannya, evaluasi seringkali hanya dilakukan setelah kegiatan selesai, untuk melihat proses hasil kegiatan (output), dan dampak (outcome) kegiatan, yang menyangkut kinerja (performance) baik teknis maupun finansialnya. Tetapi sayangnya hal-hal tersebut di atas, bisa dikatakan masih jauh dari harapan. Padahal jika bisa diterapkan bukan tidak mungkin produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang dapat terwujud.

Peluang ( Opportunities )

Peluang yang cukup baik memberikan pengaruh positif bagi peningkatan produksi dan daya saing pisang adalah kondisi permintaan dan harga jual pisang dalam negeri maupun luar negeri yang terus meningkat.

Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan diharapkan dapat meningkatkan konsumsi buah pisang secara nasional, sehingga kebutuhan buah pisang akan terus meningkat.

Pengembangan pisang berskala kebun rakyat dan besar akan membuka peluang agribisnis hulu, seperti industri perbenihan dan industri peralatan mekanisasi pertanian, yang tentunya akan membuka kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Selain sebagai buah yang dimakan segar, pisang juga dapat diolah baik untuk skala rumah tangga seperti keripik, getuk dan sale, maupun industri

(36)

berskala besar seperti tepung, puree dan jam, yang dapat merangsang tumbuhnya agribisnis hilir. Agribisnis hilir akan berkembang dengan cara memberdayakan industri pengolahan skala keluarga (home industry) dan menengah maupun skala besar (investor dalam dan luar negeri) (Badan Penelitian dan Pengembangan, 2005).

Peluang peningkatan teknologi budidaya pisang dan pengolahan pra dan pasca panen pisang di Kabupaten Deli Serdang, cukup besar dan masih terus dikembangkan oleh institusi penelitian pertanian dalam negeri. Banyak hasil penelitian pisang belum disosialisasikan kepada masyarakat. Kemitraan petani sangat diperlukan guna peningkatan teknologi budidaya pisang di Kabupaten Deli Serdang.

Ancaman (Threats )

Setiap kegiatan pasti mempunyai kendala, tak terkecuali dalam pengembangan produksi pisang. Strategi pengembangan merupakan kendala dengan mencermati perkembangan neraca perdagangan ekspor impor produk pisang, perlu penanganan yang serius dari semua pihak terkait baik antar instansi pemerintah, swasta, pelaku / praktisi agribisnis serta stakeholder lainnya. Penanganan secara bersama-sama dengan mengintegrasikan strategi yang berorientasi internal dan eksternal yang dilakukan secara konsisten dan berkesungguhan. Penjabaran rinci dari perjanjan WTO dalam perdagangan produk pertanian yang harus dipatuhi dalam mengekspor produk pertanian adalah

“Agreement on Agriculture” yang bertujuan meningkatkan akses pasar, pengurangan subsidi ekspor dan pengurangan bantuan kepada petani agar

(37)

produksi petani menjadi lebih efisien. Pemanfaatan perjanjian dan kesepakatan ini belum banyak dilakukan sehingga peluang untuk meningkatkan daya saing produk pertanian belum dapat dicapai.

Operasional penyebaran dan pengembangan komoditi pisang juga mempunyai kendala, misalnya peyebaran bibit pisang yang kurang merata, pemasaran hasil produksi, hama dan penyakit serta cara penanaman yang kurang baik. Hal - hal inilah yang merupakan kendala - kendala yang di hadapi dalam pengembangan produksi pisang. Seandainya kendala - kendala ini dapat diatasi, produksi pisang tiap tahunnya dapat meningkat (Badan Penelitian dan Pengembangan, 2005).

2.5. Kerangka Pemikiran

Produksi pisang barangan di Deli Serdang mengalami penurunan setiap tahunnya, padahal pisang barangan merupakan tanaman yang memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan petani. Dari hasil prasurvey dan wawancara dengan Staf KUPT Dinas Pertanian, ketua kelompok tani dan penelitian terdahulu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pisang barangan di Deli Serdang antara lain adalah harga, ketersediaan modal petani, luas lahan, penggunaan saprodi, kemampuan mengatasi serangan hama, pengalaman bertani, bantuan bibit kutur jaringan, permintaan pisang barangan dan sarana pendukung dan infrastruktur.

Dari berbagai faktor-faktor produksi tersebut dapat ditentukan faktor strategis internal dan eksternal yang dapat meningkatkan produksi pisang barangan di kabupaten Deli Serdang. Dari analisis lingkungan internal dan

(38)

(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats).

Selanjutnya untuk menyusun faktor-faktor strategi digunakan matriks SWOT.

Gambar 3. Kerangka pemikiran

(39)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu Kecamatan STM Hulu, Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru sebagai sentra produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 2. Produksi Pisang (Kuintal) Menurut Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011-2014

Kecamatan 2011 2012 2013 2014

Gunung Meriah 34.300 19.275 9.662 30.550

STM Hulu 240.305 152.584 120.720 80.795

Sibolangit 744 1.157 726 351

Kutalimbaru 1.639 540 2.550 2.300

Pancur Batu 11.030 2.652 1.267 1.610

Biru-Biru 141.250 32.194 2.393 8.373

STM Hilir 1.247.000 179.479 201.321 151.250

Jumlah 1.676.268 384.881 338.639 275.229

Sumber : Dinas Pertanian Deli Serdang, 2016.

Dari tabel 2 diketahui bahwa produksi pisang barangan yang tinggi ada di Kecamatan STM Hulu, Kecamatan STM Hilir dan di Kecamatan Biru-Biru, sehingga lokasi penelitian ditetapkan di 3 (tiga) kecamatan tersebut.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Responden penelitian ini terdiri dari 4 (empat) komponen yaitu: Staf KUPT Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Penyuluh Pertanian, Ketua Kelompok tani pisang barangan dan petani pisang barangan. Penentuan sampel dilakukan dengan Nonprobability Sampling. Petani sampel adalah petani yang menanam pisang barangan. Untuk pengambilan sampel petani menggunakan

(40)

teknik Snowball Sampling yaitu cara pengambilan sampel secara berantai, dimulai dari satu responden dan selanjutnya responden tersebut menunjukkan responden yang lain, demikian seterusnya sehingga dapat ditentukan responden untuk petani sebanyak 20 orang di setiap desa. Sedangkan untuk pengambilan sampel Staf Dinas Pertanian, Penyuluh Pertanian dan ketua kelompok tani menggunakan teknik Purpossive sampling dengan pertimbangan bahwa Staf KUPT Dinas Pertanian, Penyuluh dan ketua kelompok tani yang mengetahui tentang faktor- faktor internal dan eksternal yang digunakan dalam penelitian.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari petani melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan lain-lain. Data sekunder hanya digunakan untuk mendukung penelitian.

Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang diambil langsung dari staf KUPT (Kepala Unit Pelaksana Teknis) Dinas Pertanian kabupaten Deli Serdang, Ketua Kelompok Tani, petani pisang barangan dan Penyuluh pertanian. Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas data untuk skor dan data untuk bobot. Berikut jenis dan sumber data yang digunakan untuk perhitungan skor.

(41)

Tabel 3. Jenis Data yang Digunakan Dalam Penelitian

Keterangan Jenis data Sumber

Faktor Eksternal

a. Harga jual pisang barangan a. Petani b. Permintaan pisang

baragan b. Petani

c. Modal yang digunakan petani

c.Petani d.Kemampuan petani mengatasi

serangan HPT d. Petani, PPL

e.Luas Lahan e. Petani

f.Pengalaman bertani f. Petani

g.Ketersediaan TK g. Petani

h.Sarana dan prasarana h. Petani i.Penggunaan bibit kultur jaringan i. Petani

a.Bantuan sarana produksi a. Staf KUPT, PPL, Petani

Faktor b.Bantuan peralatan penunjang b. Staf KUPT, PPL, Petani

Internal c.Pelatihan a. Staf KUPT, PPL,

Petani

d.Tenaga penyuluh c. Staf KUPT, PPL,

Petani

e.Pendampingan petani b. Staf KUPT, PPL, Petani

f.Bantuan modal d. Staf KUPT, PPL,

Petani

Pembobotan dilakukan dengan cara teknik komparasi berpasangan dengan membandingkan faktor yang satu dengan faktor yang lainnya sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor dengan memakai pembobotan.

Metode ini menggunakan model Pairwise Comparison Scale yaitu dengan membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu tingkat hirarki berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor.

Rincian nilai kepentingan tersebut ditentukan berdasarkan kemampuan responden

(42)

diperlukan responden yang memahami semua faktor-faktor strategis yang dianalisis sehingga dapat membandingkan nilai penting antara satu faktor dengan faktor lainnya. Dalam penelitian ini responden yang dipilih sebagai narasumber untuk data bobot adalah 3 Staf KUPT Dinas Pertanian Deli Serdang, 1 PPL dan 2 Ketua Kelompok tani.

3.4. Metode Analisis Data

Penyusunan strategi peningkatan produksi pisang barangan dilakukan dengan analisis SWOT. Pelaksana strategi adalah pemerintah melalui Staf KUPT Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang yang telah mempunyai strategi ekstensifikasi dan intensifikasi dalam peningkatan produksi pisang barangan.

Ekstensifikasi dilakukan melalui program pengembangan kawasan pisang barangan seluas 50 hektar. Intensifikasi dilakukan dengan pemberian bibit kultur jaringan atau bibit yang sudah bersertifikat dan dana untuk menggali lubang dan pembersihan lahan.

Dari hasil kajian penelitian sebelumnya dan observasi lapangan dapat diidentifikasi faktor-faktor strategis dalam peningkatan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang antara lain sebagai berikut:

Setelah diketahui faktor-faktor strategis yang mempengaruhi peningkatan produksi pisang barangan di Kabupaten Deli Serdang, kemudian faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang.

b. Faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang.

(43)

Setelah diklasifikasikan antara faktor internal dan eksternal, kemudian disusun kuisioner untuk menentukan skor dan bobot setiap faktor. Skor menunjukkan kondisi eksisting, sementara bobot menunjukkan nilai penting dari setiap faktor strategis.

Skor dihitung untuk masing-masing faktor strategis berdasarkan parameter yang telah ditetapkan. Pada faktor internal, skor 1 dan 2 merupakan kelemahan, sedangkan 3 dan 4 merupakan kekuatan. Pada faktor eksternal, 1 dan 2 merupakan ancaman sedangkan 3 dan 4 merupakan peluang. Pembobotan dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (Pair Comparison) yaitu suatu teknik yang membandingkan faktor satu dengan faktor yang lain dalam tiap kelompok internal atau eksternal (Saaty, 2008). Pada penelitian ini digunakan nilai skala perbandingan 1, 2 dan 3 sebagai berikut:

Tabel 4. Nilai Skala Banding Secara Berpasangan Nilai

Skala Definisi Penjelasan

1 Kedua fakor sama pentingnya.

Dua faktor mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan dicapai.

2

Satu faktor sedikit lebih penting daripada faktor yang lainnya.

Pengalaman dan penilaian sedikit mempengaruhi satu faktor dibanding faktor lainnya.

3

Satu faktor lebih penting daripada faktor yang lainnya.

Pengalaman dan penilaian

mempengaruhi satu faktor dibanding faktor lainnya.

Kebalikan

Bila nilai di atas dianggap membandingkan antara faktor A dan B, maka nilai kebalikannya digunakan untuk membandingkan

kepentingan B terhadap A.

Sumber (Modifikasi dari Saaty, 2008)

Nilai penting masing-masing faktor dari tiap responden disusun dalam matriks penilaian tiap responden. Selanjutnya dihitung rata-rata dari tiap

(44)

perbandingan faktor berpasangan dari seluruh responden dengan rata-rata geometris sebagai berikut:

G = √

Keterangan : n = Jumlah responden

X1 = Nilai faktor ke-i untuk responden 1 X2 = Nilai faktor ke-i untuk responden 2 X3 = Nilai faktor ke-i untuk responden 3 Xn = Nilai faktor ke-i untuk responden n

Nilai rata-rata geometris kemudian dinormalisasikan dan dirata-ratakan secara aritmatika. Hasilnya menjadi bobot dari masing-masing faktor.

Dari nilai skor dan bobot masing-masing faktor dihitung skor terbobot dengan cara mengalikan skor dengan bobot yang diperoleh dari dalam tiap faktor.

Total skor terbobot dari faktor-faktor strategis internal dan eksternal digunakan untuk menentukan matriks posisi. Posisi strategi ditunjukkan oleh koordinat cartesius (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang-ancaman). Faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal yang menggambarkan peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang dimilikinya. Jika peluang lebih besar dari pada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya ancaman lebih besar daripada peluang maka nilai y < 0.

Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x < 0.

Kuadran I : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

(45)

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran II : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran III : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi tersebut adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran IV : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Setelah itu dilanjutkan dengan menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks SWOT dan akan menghasilkan empat jenis strategi:

e) Strategi SO (Strength-Opportunity), menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

f) Strategi ST (Strength-Threat), menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

g) Strategi WO (Weakness-Opportunity), mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

h) Strategi WT (Weakness-Threat), mengatasi kelemahan untuk menghadapi ancaman (David, 2006).

(46)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi Operasional

1. Pisang barangan adalah tanaman komoditi yang dianalisis dan yang diteliti 2. Dinas pertanian yang menjadi sampel adalah Dinas Pertanian Kabupaten Deli

Serdang

3. Petani yang menjadi sampel adalah petani pisang barangan di 3 desa, yaitu desa Lau Rakit, desa Namo Tualang, dan desa Durian Tinggung.

4. Usahatani pisang barangan adalah kegiatan mengusahakan (mengelola) komoditi pisang barangan.

5. Bibit adalah bibit yang digunakan petani pada usahatani pisang barangan baik bibit yang berasal dari kultur jaringan maupun hasil penangkaran sendiri (bibit lokal) diukur dalam rumpun.

6. Harga pisang barangan adalah harga jual pisang barangan ditingkat petani diukur dalam satuan rupiah / sisir.

7. Pengalaman bertani adalah pengalaman petani dalam melakukan usahatani pisang barangan diukur dalam satuan tahun.

8. Permintaan pisang barangan adalah permintaan pisang barangan ditingkat Kabupaten Deli Serdang.

9. Luas lahan adalah total luas lahan yang diusahakan petani untuk melakukan usahatani pisang barangan.

10. Modal yang digunakan petani adalah jumlah dana yang dipakai petani dalam mengusahakan pisang barangan

11. Ketersediaan tenaga kerja merupakan orang yang bekerja dalam budidaya tanaman pisang barangan

(47)

12. Penggunaan bibit kultur jaringan adalah pemakaian bibit yang berasal dari budidaya suatu jaringan tanaman pisang barangan menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya atau bibit yang dihasilkan melalui proses pembiakan jaringan (sel meristematis) pada media buatan dalam laboratorium (in vitro).

13. Sarana dan prasarana merupakan sarana transportasi, rumah/gudang untuk penanganan segar pisang barangan

14. Bantuan sarana produksi adalah harga saprodi (pupuk, bibit, pestisida) yang ditanggung pemerintah dari harga yang seharusnya

15. Bantuan pengadaan peralatan penunjang untuk petani pisang barangan merupakan bantuan berupa alat-alat panen, plastik untuk membungkus pisang barangan yang diberikan oleh pemerintah atau Dinas Pertanian kepada petani 16. Bantuan modal merupakan bantuan dana kepada petani yang diberikan Dinas

Pertanian dengan persyaratan yang telah ditetapkan

17. Pelatihan adalah kegiatan peningkatan keterampilan petani tentang budidaya pisang barangan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan Penyuluh Pertanian untuk petani pisang barangan.

18. Pendampingan merupakan kegiatan inventarisasi calon petani/calon lahan, pelaksanaan intensifikasi tanaman, pendampingan kegiatan pada lahan masing-masing petani.

19. Tenaga penyuluh staf dinas pertanian kabupaten Deli Serdang yang memiliki peran, tugas atau profesi yang memberikan pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada petani pisang barangan agar dapat mencapai produksi yang lebih tinggi.

(48)

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Lau Rakit Kecamatan STM Hilir, Desa Durian Tinggung Kecamatan STM Hulu dan Desa Namo Tualang Kecamatan Biru- Biru Kabupaten Deli Serdang.

2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember tahun 2016.

3. Data yang diambil adalah data faktor internal dan eksternal komoditi pisang barangan di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan STM Hilir, STM Hulu dan Biru- Biru.

(49)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Desa Lau Rakit

Desa Lau Rakit adalah salah satu dari 15 desa di kecamatan STM Hilir.

Luas wilayah desa Lau Rakit adalah 672 hektar, sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pertanian 95,6% dan pemukiman masyarakat desa sebesar 2,4%. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 5.

Tabel 5. Penggunaan Lahan di desa Lau Rakit, 2016

No Penggunaan Lahan Jumlah (Ha) Persentase (%)

1 Pertanian 615 95,6

2 Pemukiman 15 2,4

3 Pekarangan 6 1

4 Fasilitas Umum 3 0,5

5 Kuburan 3 0,5

6 Lahan Kering - -

Jumlah 672 100

Sumber : Kantor Desa Lau Rakit, 2016

Adapun batas-batas wilayah desa Lau Rakit adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Talapeta Kecamatan STM Hilir

Sebelah Selatan : Desa Siguci Kecamatan STM Hilir Sebelah Barat : Desa Talapeta Kecamatan STM Hilir Sebelah Timur : Desa Peria-ria Kecamatan Biru-biru

Gambar

Gambar  1. Perkembangan Konsumsi Pisang di Indonesia
Tabel 8. Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Lau Rakit
Tabel 9. Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Durian Tinggung
Tabel 10. Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Namo Tualang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian produksi ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh positif terhadap produksi, menguji keadaan

Bersandar dari penjabaran diatas, maka penulis akan menganalisis permasalahan yang ada yaitu mengidentifikasi jumlah produksi padi di kabupaten Deli Serdang dengan

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN DELI SERDANG.. TAHUN 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi pada lahan sawah irigasi Kabupaten Deli Serdang dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal.. Dalam penelitian

Penelitian tentang korelasi beberapa sifat tanah dengan produksi pada tanaman Tembakau Deli di PTPN II Sampali Kabupaten Deli Serdang telah dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai

Hasil identifikasi terhadap karakter morfologi buah diketahui bahwa buah pisang barangan secara umum memiliki posisi buah melengkung ke arah tangkai, bentuk buah

sentra produksi pisang barangan di Provinsi Aceh yang tersebar di 24 kecamatan (Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh Timur, 2011). Keragaman genetika plasma nutfah

 Kecamatan Gunung Meriah.. Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Deli Serdang V. Kawasan rawan gerakan tanah menengah, yaitu : daerah yang mempunyai potensi Menengah untuk