• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Kerangka Teori

1.6.2 Sosiologi Sastra

Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan disebut pendekatan sosiologi sastra (Damono, 1978:2).

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.

Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cerminan masyarakat. Karenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. kehidupan soial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu karya yang mampu merefleksikan zamannya, (Endraswara, 2003:77).

Menurut Damono ada dua cara kecenderungan utama dalam sosiologi sastra, pertama pendekatan yang berdasarkan anggapan bahwa sastra merupakan cerminan proses sosial belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra, untuk membicarakan sastra. Sastra hanya berharga dalam hubungan dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas dalam hal ini teks sastra tidak dianggap sebagai yang utama. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi ini adalah teks sastra untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk memahami gejala sosial budaya yang ada (Damono, 1978:2).

Penggunaan pendekatan sosiologi sastra untuk menganalisis sebuah karya sastra dapat diketahui sikap pengaranganya, berdasarkan permasalahan yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Secara langsung maupun tidak langsung, peristiwa dalam kurun waktu tertentu atau utamanya peristiwa sejarah telah melatarbelakangi suatu konstruksi kesadaran intelektual, suatu kerangka literer, yang pada dasarnya merupakan indikator penting terhadap kreativitas. Dalam hal

ini fakta sosiohistoris telah dimanfaatkan sebagi mediasi proses kreatif (Ratna, 2003:274). Bagi karya sastra yang menggunakan peristiwa sejarah sebagai bahan baku, ada ketentuan-ketentuan di samping kebebasannya. Karya sastra yang sengaja menggunakan peristiwa sejarah sebagai bahan, mempunyai ikatan kepada historical truth, sekalipun kebenaran sejarah itu juga bersifat relatif (Kuntowijoyo, 2006: 178).

Melalui sosiologi sastra juga akan dilihat reaksi-reaksi pengarang terhadap kondisi kemasyarakatan. Dalam hal ini sering kali dihasilkan sastra-sastra yang bernada menentang dan emprotes, yang tidak selalu harus berupa protes politik tetapi dapat juga terjadi protes situasi moral kepercayaan pada zamanya (Sumarjo, 1979:18).

1.6.2.1 Kritik Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah kritik adalah kecaman atau tanggapan yang sering disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, pendapat, dan sebagainya (KBBI Daring V). sedangkan Kwant bependapat, kritik adalah penilaian atas kenyataan yang dihadapinya dalam sorotan norma (1975:9). Kata ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani krinien yang artinya ‘memisahkan’, memerinci. (Kwant, 1975:12).

Dapat diartikan dengan mengkritik dapat berarti mengadakan pemisahan dan perincian antara nilai dan yang bukan nilai, arti dan yang bukan arti (Kwant, 1975:12).

Soekanto mendefinisikan kata sosial sebagai hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal kemasyarakatan (1990:64). Selain itu, Kata sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V), adalah berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum. Dari defenisi kritik dan sosial memiliki kesimpulan bahwa yang dimaksud kritik sosial dalam karya sastra adalah suatu bentuk komunikasi yang dialakukan oleh penulis yang bertujuan untuk memberi kontrol terhadap jalanya suatu sistem sosial atau proses dalam masyarakat pada kurun waktu tertentu. Damono dalam bukunya mengatakan bahwa kritik sosial merupakan kritik terhadap ketimpanagan sosial yang ada dalam masyarakat. Ketimpangan itu tidak hanya mencakup kere dan orang kaya, kemiskinan dan kemewahan tetapi mencakup segala problem sosial yang ada. Hubungan manusia dengan lingkunganmanusia lain, kelompok sosial, penguasa dan institusi-institusi yang ada (Damono 1983:20-22)

Berpijak dari beberapa pemahaman tentang masalah sosial sebagai kritik sosial tersebut di atas maka, penelitian ini akan melihat kritik sosial apa sajakah yang diungkapkan oleh Riri Riza dalam Naskah skenario Gie.

1.6.2.2 Masalah Sosial sebagai Kritik Sosial dalam Karya Sastra

Sastra bukanlah sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang terikat erat dengan situasi dan kondisi tempat karya itu dilahirkan

(Jabrohim, 2001:167). Seorang pengarang senantiasa dan niscaya hidup dalam ruang dan waktu tertentu. Ia senantiasa akan terlibat dengan beranekaragam permasalahan. Dalam bentuknya yang paling nyata ruang dan waktu itu adalah masyarakat atau sebuah kondisi sosial, tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi. Dominannya kritik atau protes sosial sastra itu identik pula dengan dominannya masalah sosial dalam kehidupan atau lembaga di luar sastra. Menurut Nurgiyantoro (1995:331), sastra yang mengandung pesan kritik atau disebut sastra kritik, lahir di tengah-tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Banyak karya sastra yang memperjuangkan nasip rakyat kecil yang menderita, nasip rakyat kecil yang perlu dibela, rakyat kecil yang dipermainkan oleh tangan-tangan kekuasaan. Berbagai penderitaan rakyat itu dapat berupa korban kesewenangan, penggusuran, penipuan atau selalu dipandang, diperlakukan atau diputuskan sebagai pihak yang selalu di bawah, kalah dan salah. Semua itu adalah hasil imajinasi pengarang yang telah merasa terlibat dan ingin memperjuangkan hal- hal yang diyakini kebenaranya lewat karya-karya yang dihasilkannya.

Dengan adanya pengaruh lingkungan masyarakat terhadap hasil karya seorang pengarang, kebanyakan akan memunculkan kritik sosial terhadap ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Nurgiyantoro (1995:331) mengatakan sastra yang mengandung pesan kritik dapat disebut kritik, biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam

kehidupan sosial dan masyarakat. Pengarang umumnya tampil sebagai pembela kebenaran dan keadilan ataupun sifat-sifat luhur kemanusiaan yang lain.

Menurut Soekanto (2002:355) yang dimaksud dengan masalah sosial adalah gejala abnormal yang terjadi di masyarakat, hal itu disebabkan karena unsur-unsur dalam masyarakat tidak dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan.

Masalah sosial sebagai segala sesuatu yang menyangkut masalah kepentingan umum atau suatu kondisi perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi. Mereka mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.

Dokumen terkait