IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Specify Context of Use
27
menyenangkan. Guru juga
menerapkan cara-cara yang kreatif agar melatih kognitif dan
psikomotorik anak.
3 Bagaimana reaksi yang diberikan anak-anak setiap mendengar perintah atau materi yang diberikan guru?
Anak-anak aktif menjawab perintah ataupun pertanyaan gurunya.
Anak-anak juga bersemangat ketika diajak bernyanyi bersama oleh gurunya.
4 Bagaimana kondisi dan situasi sekolah ketika anak-anak belajar?
Keadaan di luar sekolah sepi saat anak-anak belajar di dalam kelas.
Orangtua tidak diperkenankan masuk ke halaman sekolah hingga jam sekolah selesai. Hal ini
bertujuan agar anak mandiri dan berani ketika berada di sekolah
2. Wawancara
Kegiatan wawancara yang peneliti lakukan bertujuan untuk menggali informasi dan pandangan-pandangan lebih detail terkait parenting yang diterapkan orangtua kepada anaknya, kemampuan yang diasah anak di sekolah, teknik mengajar untuk anak-anak, dan pandangan psikolog anak, orangtua, dan guru terhadap pendidikan seks untuk anak usia dini. Tahap wawancara ini peneliti lakukan dengan menggunakan teknik in-dept interview (wawancara mendalam). Teknik ini dapat mengali secara medalam pendapat orangtua, guru, dan psikolog seputar topik pendidikan seks dan anak usia dini. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti secara langsung dengan bertatap muka (face to face) dengan durasi selama ±20-30 menit/orang. Adapun kriteria partisipan yang peneliti butuhkan yaitu:
Tabel 9. Kriteria partisipan
Demografi - Usia 24-35 tahun
- Perempuan - Guru TK/PAUD
- Orangtua yang sudah memiliki anak usia 4-6 tahun
- Psikolog anak
Geografi Tinggal di Indonesia
29
Behavior - Memiliki smartphone android dan
fasih menggunakannya
- Tertarik dengan topik parenting - Sering berinteraksi dengan
anak-anak
Sebelum memulai wawancara, peneliti menjelaskan terlebih dahulu terkait game yang akan dibuat kepada partisipan. Berikut adalah daftar pertanyaan wawancara berserta jawabannya dari 5 orang partisipan yang terdiri dari 3 orangtua, 1 guru, dan 1 psikolog anak:
Tabel 10. Hasil wawancara partisipan Ibu Mira (orangtua)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ibu setuju dengan ide game ini yang bertemakan pendidikan seks?
Setuju, karena bisa menambah pengetahuan anak
2 Bagaimana desain dari gambar gamenya? Apakah menurut ibu ada yang kurang berkenan?
Desainnya menurut saya bagus dan tidak bikin sakit mata.
Desainnya juga simple 3 Biasanya berapa lama anak ibu
dibolehkan bermain game atau smartphone?
2 jam/hari dengan kondisi sudah belajar maupun mengerjakan PR
4 Apakah anak-anak lebih cepat mengerti jika belajar melalui gambar dan suara, atau tulisan dan suara?
Suara dan gambar bahkan lebih bagus kalau pakai lagu ada animasi
5 Selama mengajari anak, apakah ibu pernah menggunakan game atau suatu permainan? Jika iya bagaimana prosesnya
Beli game board dan mainan yang ada suara mengaji untuk belajar anak
6 Apakah metode belajar di ulang-ulang akan membosankan untuk anak? Atau malah anak semakin mendalami apa yang dipelajari?
Jika mendalami bagaimana metode belajar berulang-ulang ini diterapkan? Apakah ada reward juga untuk anak?
Sering mengulang-ngulang materi dengan cara yang ama atau cara yang sedikit berbeda supaya tidak bosan. Reward ada, bisa berupa jajanan, waktu nonton di tambah, dan lain-lain
7 Apakah anak-anak menyukai game dengan tantangan?
Suka, kalau tidak ada tantangan/bonus mereka suka bosan
8 Apakah fitur membatasi waktu bermain game diperlukan? Atau lebih baik memperhatikan durasi konten game tersebut agar tidak melebihi batas waktu wajar anak-anak bermain game?
Perlu, karena saya cukup sibuk jadi kalau ada fitur ini, tanpa saya awasi anak secara otomatis berhenti bermain sesuai durasi seharusnya
9 Apakah fitur mematikan suara diperlukan?
Tidak perlu, karena anak biasanya lebih suka kalau ada suara dan musik
10 Apakah game memerlukan akun untuk login?
Tidak, karena anak-anak akan kerepotan kalo di suruh bikin akun dulu
11 Lebih baik game menggunakan simbol-simbol berupa gambar tanpa tulisan, atau gambar berserta tulisan?
Gambar dengan tulisan. Tapi tulisannya sedikit saja, seperlunya saja. Anak-anak kemampuan membacanya belum lancar, jadi bagusnya instruksi petunjuk dalam suara atau animasi gitu
12 Apakah fitur yang harus ada atau harapan ibu terhadap game ini?
Gamenya jangan banyak makan memori aja supaya HP saya tidak lemot
Tabel 11. Hasil wawancara partisipan Ibu Patricia (orangtua)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ibu setuju dengan ide game ini yang bertemakan pendidikan seks?
Karena sudah dijelaskan apa itu pendidikan seks dan bagaimana isi gamenya, saya setuju
2 Bagaimana desain dari gambar gamenya? Apakah menurut ibu ada yang kurang berkenan?
Sudah baik seperti kartun game pada umumnya
3 Biasanya berapa lama anak ibu dibolehkan bermain game atau smartphone?
1-2 jam/hari dan harus saya paksa berhenti. Soalnya kadang dia nonton tapi durasi acara yang
31
dia tonton itu terlalu lama. Jadi kalo di suruh berhenti harus dipaksa
4 Apakah anak-anak lebih cepat mengerti jika belajar melalui gambar dan suara, atau tulisan dan suara?
Saya sih sering ngajari pakai gambar dan suara, kalo tulisan sedikit aja. Soalnya anak-anak lebih cepat paham pakai gambar bahkan tanpa disuruh langsung paham kadang
5 Selama mengajari anak, apakah ibu pernah menggunakan game atau suatu permainan? Jika iya bagaimana prosesnya
Sering pakai kartu-kartu untuk belajar khusus anak-anak sama buku cerita anak
6 Apakah metode belajar di ulang-ulang akan membosankan untuk anak? Atau malah anak semakin mendalami apa yang dipelajari?
Jika mendalami bagaimana metode belajar berulang-ulang ini diterapkan? Apakah ada reward juga untuk anak?
Saya biasanya ulang-ulang terus materinya dengan metode yang sama selama 2-3 hari. Baru besoknya materinya sama tapi dengan cara berbeda biar tidak bosan
7 Apakah anak-anak menyukai game dengan tantangan?
Harus ada tantangan karna ini juga berguna untuk melatih mental anak
8 Apakah fitur membatasi waktu bermain game diperlukan? Atau lebih baik memperhatikan durasi konten game tersebut agar tidak melebihi batas waktu wajar anak-anak bermain game?
Sangat perlu, bahkan lebih bagus kalo kontennya di desain untuk selesai dimainkan dalam 2 jam jadi tidak perlu memaksa anak berhenti bermain dengan cara dramatis cuma karna dia belum puas
9 Apakah fitur mematikan suara diperlukan?
Tidak, karena kalo ada suara saya bisa tahu anaknya lagi main apa dan dia juga tidak bisa main diam-diam
10 Apakah game memerlukan akun untuk login?
Tidak, akan merepotkan kalau ada loginnya
11 Lebih baik game menggunakan simbol-simbol berupa gambar tanpa tulisan, atau gambar berserta tulisan?
Gambar dengan tulisan
12 Apakah fitur yang harus ada atau harapan ibu terhadap game ini?
Harapannya, gamenya bukan game online dan tidak bikin anak jadi ketagihan main
Tabel 12. Hasil wawancara partisipan Ibu Asri (orangtua)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ibu setuju dengan ide game ini yang bertemakan pendidikan seks?
Setuju karena yang diajarkan juga hal-hal basic
2 Bagaimana desain dari gambar gamenya? Apakah menurut ibu ada yang kurang berkenan?
Desainnya sederhana, harusnya mudah dipahami oleh anak-anak dan tidak membuat ambigu 3 Biasanya berapa lama anak ibu
dibolehkan bermain game atau smartphone?
1-2 jam/hari
4 Apakah anak-anak lebih cepat mengerti jika belajar melalui gambar dan suara, atau tulisan dan suara?
Saya biasanya pakai bantuan lagu anak-anak sambil dibuat gerakan. Lagu yang saya ajarkan sumbernya dari TV dan YouTube 5 Selama mengajari anak, apakah
ibu pernah menggunakan game atau suatu permainan? Jika iya bagaimana prosesnya
Biasanya pakai buku cerita anak dan game dari Educa Studio
6 Apakah metode belajar di ulang-ulang akan membosankan untuk anak? Atau malah anak semakin mendalami apa yang dipelajari?
Jika mendalami bagaimana metode belajar berulang-ulang ini diterapkan? Apakah ada reward juga untuk anak?
Tidak, apalagi kalau cara yang dipakai merupakan cara favorit anak. Biasanya tanpa sadar mereka akan mengulangi belajar dengan cara yang sama
33
7 Apakah anak-anak menyukai game dengan tantangan?
Suka asalkan tidak terlalu sulit sehingga mereka bisa menyelesaikannya
8 Apakah fitur membatasi waktu bermain game diperlukan? Atau lebih baik memperhatikan durasi konten game tersebut agar tidak melebihi batas waktu wajar anak-anak bermain game?
Perlu, tapi lebih bagus kontennya saja yang didesain agar selesai dengan cepat
9 Apakah fitur mematikan suara diperlukan?
Anak-anak suka kalau ada suaranya, sebaiknya jangan diberikan fitur matikan suara 10 Apakah game memerlukan akun
untuk login?
Tidak, soalnya repot
11 Lebih baik game menggunakan simbol-simbol berupa gambar tanpa tulisan, atau gambar berserta tulisan?
Gambar dengan tulisan
12 Apakah fitur yang harus ada atau harapan ibu terhadap game ini?
Sediakan lagu yang ada animasinya
Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari wawancara, maka dapat disimpulkan bahwa dalam mendidik anak, orangtua menerapkan aturan-aturan yang menjadi acuan anak dalam bertindak dan berperilaku. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap 3 ibu di TK Harapan Bunda, mereka memberikan batasan waktu bermain smartphone kepada anak yaitu 1-2 jam/hari. Hal ini bertujuan agar anak tidak kecanduan dengan smartphone.
Penggunaan smartphone bagi anak bisa bermacam-macam, mulai dari menonton kartun di YouTube, mendengarkan musik, dan bermain game. Orangtua juga mengawasi jenis game apa yang dimainkan anaknya. Jika gamenya bersifat online dan memerlukan waktu lama untuk bermain seperti mobile legend, maka tidak akan diizinkan oleh orangtua. Orangtua sering menginstall game-game offline dan bertema belajar untuk anaknya, contoh game berhitung, game mengenal huruf dan game-game yang diterbitkan oleh Educa Studio.
Tabel 13. Hasil wawancara partisipan guru
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana kurikulum belajar untuk anak usia dini?
Kita punya panduan alur belajar untuk anak usia dini, nah kalau di awal ini kita masih mengajarkan mereka beradaptasi nanti sekitar sudah 3 bulanan sekolah baru mulai belajar berhitung dan mengenal hurufnya lebih intens
2 Bagaimana cara guru di sini mengajar anak-anak?
Biasanya di kelas akan ada kurang lebih 2 orang guru sehingga bisa lebih kondusif saat mereka butuh bantuan atau mendetailkan penyampaian materi. Kami biasanya mengajarinya dengan cara bermain, bernyanyi sambil berjoget, dan sesekali memberikan reward berupa jajanan
3 Apakah game ini sudah cocok untuk dimainkan oleh anak-anak?
Sudah, tapi kalau mau diujikan kepada anak-anak belum bisa di awal semester ini karena belum lancar mengenal huruf. Selain itu, bagian game mengenal huruf harus dibuat 2 level dengan tingkat kesulitan berbeda. Di awal mereka hanya harus menyusun huruf dari kata yang sudah ada, kedua mereka harus memilih huruf.
Penulis melakukan wawancara kepada seorang guru di TK Harapan Bunda tanggal 18 Juli 2022, yang merupakan hari pertama tahun ajaran baru dan banyak anak-anak usia dini baru mulai bersekolah untuk pertama kalinya.
Di tahap awal belajar, anak-anak usia dini banyak diajarkan melalui suara dan gambar. Lalu, secara bertahap di mulai dari bulan September anak dikenalkan dengan huruf-huruf. Selanjutnya, di mulai dari bulan Oktober anak-anak mulai belajar membaca atau mengeja.
35
Tabel 14. Hasil wawancara partisipan psikolog anak
Pertanyaan Jawaban
Saya masih bingung, sebaiknya menyebut nama alat kelamin wanita itu vagina atau vulva, dan kenapa pendidikan seks itu penting
Urgensi pendidikan seks yaitu:
1. Kalau terjadi pelecehan seksual, orang dewasa langsng tahu maksud anak. Misal terbiasa menyebut vagina dengan martabak, ana anak lapor ke orang dewasa "bu guru tadi martabak xx dipegang sama om di depan sekolah"
Guru bisa saja menganggap xx beli martabak dan dipegang oleh om om lalu permasalahannya martabaknya jadi kotor,
2. Anak jadi merasa kalau alat kelamin itu adalah hal yang 'tidak biasa' sehingga jauh lebih penasaran utk mengeksplorasinya.
Karena penyebutan nya kok tidak sama dengan anggota tubuh yg lain Melalui seminar “Pentingnya Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini”
dengan pemateri Risa Harisah seorang Educational Psychologist yang dilaksanakan pada 9 September 2022, menjelaskan bahwa pendidikan seks dapat diberikan sejak usia dini. Pendidikan seks ini penting diberikan kepada anak usia dini bahkan terkait hal sederhana seperti nama alat kelamin manusia.
Hal tersebut karena urgensi ketika terjadi pelecehan seksual, orang dewasa langsung tahu maksud dari sang anak. Sedangkan jika anak diajarkan menyebut nama alat kelamin dengan istilah yang tidak seharusnya, dapat mengakibatkan anak merasa alat kelamin itu adalah hal yang “tidak biasa” dan harus dieksplorasi lebih jauh karena penyebutannya aneh dan tidak sama seperti anggota tubuh lain. Selain itu, pendidikan seks diajarkan sedari dini agar anak-anak menanamkan sedari dini bagaimana menjaga, mencegah, dan mengambil tindakan jika terjadi kasus pelecehan seksual.
4.1.1.2 Perancangan Persona
Persona adalah model pengguna yang didasarkan pada perilaku dan motivasi orang sungguhan yang telah diamati dan diwakili selama proses desain.
Sedangkan, user persona adalah dokumen yang memuat karakter fiksi yang menggambarkan kelompok target audience atau pengguna yang spesifik dari produk yang akan dibuat. Pembuatan user persona bertujuan untuk memahami dan mendalami pengguna dari produk, sehingga produk yang dibuat dapat memenuhi kebutuhan dan harapan penggunanya (Palado et al., 2020). Berikut hasil analisis persona yang telah dilakukan:
a. User persona untuk target pengguna game
37
Gambar 4. User persona target pengguna game
Berdasarkan user persona dari target pengguna game “Aku Jaga Diriku”, pengguna yang ditargetkan untuk menggunakan game ini adalah anak-anak usia dini dengan rentang usia 4-6 tahun, serta tidak memiliki cacat mental maupun fisik. Selain itu, anak-anak yang menjadi target pengguna memiliki smartphone android dan mengerti cara menggunakannya. Anak-anak usia dini cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal baru sehingga mereka aktif bergerak dan berceloteh terkait hal-hal disekitar mereka. Mereka belajar sambil bermain dan bernyanyi sehingga belajar terasa menyenangkan dan tidak membosankan.
b. User persona untuk mediator atau sumber informasi target pengguna
Gambar 5. User persona mediator atau sumber informasi target pengguna
39
Berdasarkan user persona dari mediator atau sumber informasi mengenai target pengguna, mereka adalah orang-orang terdekat anak-anak dan sering berinteraksi dengan anak. Peran mediator dalam pembuatan game “Aku Jaga Diriku” adalah sebagai sumber informasi untuk memahami target pengguna game. Selain itu, mereka juga berperan sebagai pendamping anak ketika menggunakan game yang siap sedia membantu menjelaskan ketika anak menghadapi kesulitan atau kebingungan. Mediator haruslah orang yang peka terhadap kondisi sekitar dan hal kebaruan. Mereka juga harus mengerti dan fasih dalam menggunakan smartphone android.
Berdasarkan semua user persona, dapat disimpulkan bahwa pengguna utama sistem yang dirancang adalah anak-anak usia dini usia 5-6 tahun yang tidak memiliki cacat mental. Sudah lancar berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan memahami kalimat-kalimat ajakan maupun perintah dalam bahasa Indonesia. Selain itu, target pengguna adalah anak-anak yang sudah hafal huruf alphabet, sudah bisa mengeja kata, dan sudah bisa berhitung 1-10.
Target pengguna juga merupakan anak yang sudah hafal warna seperti merah, kuning, hijau, biru, orange, dan ungu. Memiliki smartphone android dan terbiasa menggunakannya dalam jangka waktu 1-2 jam/hari. Target pengguna juga pernah bermain atau menggunakan game-game edukasi seperti yang diterbitkan oleh Educa Studio.