Model kebijakan fiskal, perubahan struktur output dan tenaga kerja disusun dalam sistem persamaan simultan. Tahapan membangun model diilustrasikan pada Lampiran 1. Pada model kebijakan fiskal, perubahan struktur output dan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat disusun beberapa blok, yakni: (1) blok fiskal, (2) blok produk domestik regional bruto, (3) blok penyerapan tenaga kerja, dan (4) blok rasio. Sementara, prosedur pembuatan model diilustrasikan pada Lampiran 2. Hubungan antar variabel edogenus dalam model penelitian ditunjukkan pada Gambar 11.
A. Blok Fiskal
A.1. Sub Blok Penerimaan Daerah
Sub blok penerimaan daerah ini terdiri dari: (1) penerimaan pajak daerah, (2) penerimaan retribusi daerah, (3) pendapatan asli daerah, (4) penerimaan bagi hasil sumberdaya daerah, (5) penerimaan dana alokasi umum, dan (6) total penerimaan daerah.
A.1.1. Penerimaan Pajak Daerah
Penerimaan pajak daerah diduga dipengaruhi oleh PDRB, penerimaan pajak daerah tahun lalu, trend, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara.
Hasil penerimaan pajak ini akan digunakan untuk mencukupi pengeluaran daerah. Pajak dapat dikenakan pada barang-barang konsumsi (Myles, 1995). Pada penelitian ini kemampuan masyarakat untuk mengkonsumsi barang dan jasa diproksi dengan PDRB. Oleh karena itu, penerimaan pajak daerah diduga dipengaruhi oleh PDRB.
PDRB TNK TRD PAD PAJD RET PBH PRNTD PEMDI INFRAS PDRB DAU PDRBI PDRBJS PTD PDRBKP PDRB PGN DEFFIS PDRB BUN PDRB TNK LTAN LI PDRB IKAN PDRB HTAN LNTAN LJS RTK KAPFIS PELYUM PEMDPI PPEMD PDRBTAN
Gambar 11. Model Kebijakan Fiskal, Perubahan Struktur Output dan Tenaga Kerja PDRBNTAN
KERJ
LGA LTAM LBGN LANK LDAG LKEU
PDRB LGA PDRB TAM PDRB BGN PDRB ANK PDRB DAG PDRB KEU RE SSDM KESRA
Gambar 12. Perubahan Kontribusi Output pada Perekonomian di Provinsi Jawa Barat Tahun 1973-2007 0 10 20 30 40 50 60 70 80 % Tahun
Gambar 13. Perubahan Kontribusi Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat Tahun 1973-2007 0 10 20 30 40 50 60 70 % Tahun
Gambar 14. Perubahan Kontribusi Output dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Barat Tahun 1973-2007 0 10 20 30 40 50 60 70 % Tahun
Gambar 15. Perubahan Kontribusi Output dan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Tahun 1973-2007 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 % Tahun
Gambar 16. Perubahan Kontribusi Output dan Tenaga Kerja Sektor Lainnya Tahun 1973-2007 0 10 20 30 40 50 60 70 80 % Tahun
Sementara untuk melihat perkembangan penerimaan pajak daerah dapat dilihat dari penerimaan pajak daerah tahun lalu. Trend tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat digunakan untuk menggambarkan perkembangan kemampuan kinerja daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah.
Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan penerimaan pajak antara
kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan penerimaan pajak antara wilayah di bagian selatan dan utara.
Semakin besar PDRB maka diharapkan kemampuan masyarakat dalam mengkonsumsi barang dan jasa akan meningkat, sehingga penerimaan pajak daerah akan meningkat.
PAJDit = α0 + α1 PDRBit + α2 TRENDit + α3 DKKit + α4 DNSit +
α5 LPAJDit + u1 ... (1) Parameter dugaan: α1, α2 >0; 0 < α5 < 1
dimana:
PAJDit = Penerimaan Pajak Daerah (juta Rp)
PDRBit = Produk Domestik Regional Bruto (juta Rp)
LPAJDit = Penerimaan Pajak Daerah Tahun Sebelumnya (juta Rp) TRENDit = Trend (tahun ke-1, 2, 3, …n)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan perorangan atau badan. Retribusi daerah terdiri dari pelayanan kesehatan, pengujian kendaraan bermotor, penggantian biaya cetak peta, pengujian kapal perikanan, pemakaian kekayaan daerah, pasar grosir dan atau pertokoan, penjualan produksi daerah, ijin peruntukan penggunaan tanah, ijin trayek, dan lain-lain (BPS, 2008). Oleh karena itu pada penelitian ini penerimaan retribusi daerah diduga dipengaruhi oleh PDRB, jumlah penduduk, penerimaan retribusi daerah tahun sebelumnya, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Dengan meningkatnya PDRB maka diharapkan aktivitas masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan atau permohonan izin yang disediakan oleh Pemerintah Daerah akan meningkat, dan selanjutnya akan meningkatkan penerimaan retribusi daerah. Dengan semakin banyak penduduk maka diharapkan akan semakin banyak penduduk yang menggunakan jasa pelayanan dan atau mengajukan permohonan izin tertentu yang disediakan oleh Pemerintah Daerah, sehingga penerimaan retribusi daerah meningkat. Sementara untuk melihat perkembangan kinerja daerah untuk meningkatkan penerimaan retribusi daerah dapat dilihat dari penerimaan retribusi daerah tahun lalu. Dummy
kabupaten/kota untuk melihat perbedaan penerimaan retribusi daerah antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan penerimaan retribusi daerah antara wilayah di bagian selatan dan utara.
RETit = β0 + β1 PDRBit + β2 PNDKit + β3 DKKit + β4 DNSit +
β5 LRETit + u2 …….…... (2)
dimana:
RETit = Penerimaan Retribusi Daerah (juta Rp) PDRBit = Produk Domestik Regional Bruto (juta Rp)
PNDKit = Jumlah Penduduk (orang)
LRETit = Penerimaan Retribusi Daerah Tahun Sebelumnya (juta Rp)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit = Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan
= 1, Wilayah Utara
A.1.3. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari: penerimaan pajak daerah (PAJD), penerimaan retribusi daerah (RET), penerimaan daerah dari BUMD, pendapatan dinas (PENDNS), dan penerimaan asli daerah lainnya yang sah (PADL).
PADit = PAJDit + RETit + BUMDit + PENDNSit + PADLit ... (3)
dimana:
PADit = Penerimaan Asli Daerah (juta Rp) PAJDit = Penerimaan Pajak Daerah (juta Rp) RETit = Penerimaan Retribusi Daerah (juta Rp) BUMDit = Penerimaan Daerah dari BUMD (juta Rp)
PENDNSit = Pendapatan Dinas (juta Rp) PADLit
Penerimaan dan bagi hasil sumberdaya dan pajak pada penelitian ini adalah gabungan dari bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak. Bagi hasil
= Penerimaan Asli Daerah Lainnya yang Sah (juta (Rp)
pajak berasal dari pendapatan pajak bumi dan bangunan (PBB), pendapatan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan pajak penghasilan. Sementara, bagi hasil bukan pajak/sumberdaya alam berasal dari pendapatan sumberdaya alam kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi (BPS, 2008). Pada penelitian ini unsur-unsur dari sumber penerimaan dana bagi hasil sumberdaya dan pajak diduga dipengaruhi oleh PDRB, penerimaan dan bagi hasil sumberdaya dan pajak tahun lalu, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Oleh
karena itu penerimaan dana bagi hasil sumberdaya dan pajak daerah dipengaruhi oleh PDRB, penerimaan bagi hasil sumberdaya daerah tahun sebelumnya, trend,
dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Jika PDRB meningkat maka diharapkan dana bagi hasil pajak dan atau bukan pajak akan meningkat, sehingga penerimaan dana bagi hasil sumberdaya dan pajak akan meningkat. Sementara untuk melihat perkembangan penerimaan dana bagi hasil sumberdaya dan pajak dapat dilihat dari penerimaan dana bagi hasil sumberdaya dan pajak tahun lalu. Trend digunakan untuk menggambarkan perkembangan kemampuan kinerja daerah dalam meningkatkan penerimaan dana bagi hasil sumberdaya dan pajak.
Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan penerimaan dana bagi hasil
sumberdaya dan pajak antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan penerimaan dana bagi hasil sumberdaya dan pajak antara wilayah di bagian selatan dan utara.
PBHit = γ0 + γ1 PDRBit + γ2 TRENDit + γ3 DKKit + γ4 DNSit + γ5 LPBHit + u3 ...
Parameter dugaan: γ1, γ2 >0; 0 < γ5 < 1 dimana:
PBHit = Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumberdaya dan Pajak (juta Rp)
PDRBit = Produk Domestik Regional Bruto (juta Rp)
LPBHit = Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumberdaya dan Pajak Tahun Sebelumnya (juta Rp)
TRENDit = Trend (tahun ke-1, 2, 3, …n)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit
Dana alokasi umum (DAU) adalah transfer dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah yang dimaksud untuk menutup kesenjangan fiskal (fiscal gap)
dan pemerataan kemampuan fiskal antar daerah dalam rangka membantu kemandirian Pemerintah Daerah menjalankan fungsi dan tugasnya melayani masyarakat (BPS, 2008). Oleh karena itu pada penelitian ini penerimaan dana alokasi umum diduga dipengaruhi oleh defisit fiskal, jumlah penduduk, dummy
kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Semakin besar defisit fiskal suatu
daerah maka daerah tersebut dianggap kurang mampu untuk membiayai pengeluaran daerah, sehingga perlu meningkatkan dana alokasi umum. Demikian juga dengan jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk maka tugas untuk melayani masyarakat akan semakin meningkat, sehingga penerimaan dana alokasi umum akan semakin meningkat. Dummy kabupaten/kota untuk melihat
perbedaan dana alokasi umum antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy
= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara
selatan/utara untuk melihat perbedaan dana alokasi umum antara wilayah di bagian selatan dan utara.
DAUit = δ0 + δ1 DEFISit + δ2 PNDKit + δ3 DKKit + δ4 DNSit +
u4 ... (5) Parameter dugaan: δ1, δ2 >0;
dimana:
DAUit = Penerimaan Dana Alokasi Umum (juta Rp) DEFISit = Defisit Fiskal (juta Rp)
PNDKit = Jumlah Penduduk (orang)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit = Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan
= 1, Wilayah Utara
A.1.6. Total Penerimaan Daerah
Total penerimaan daerah merupakan penjumlahan dari: (1) pendapatan asli daerah, (2) penerimaan dana bagi hasil sumbardaya dan pajak, (3) dana alokasi umum, (4) dana alokasi khusus, (5) penerimaan lain, (6) pinjaman daerah, dan (7) sisa anggaran tahun lalu.
TRDit = PADit + PBHit + DAUit + DAKit + PENRLit + PINJDit + SISAit ……… (6) dimana:
TRDit = Total Penerimaan Daerah (juta Rp) PADit = Penerimaan Asli Daerah (juta Rp)
PBHit = Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumberdaya Sumberdaya dan Pajak (juta Rp)
DAUit = Penerimaan Dana Alokasi Umum (juta Rp) DAKit
PENRL
= Penerimaan Dana Alokasi Khusus (juta Rp) it = Penerimaan Lain (juta Rp)
PINJDit = Pinjaman Daerah (juta Rp)
SISAit = Sisa Anggaran Tahun Sebelumnya (juta Rp)
A.2. Sub Blok Pengeluaran Daerah
Sub blok pengeluaran daerah terdiri dari: (1) pengeluaran rutin daerah, (2) pengeluaran pembangunan sektor industri, (3) pengeluaran pembangunan sektor infrastruktur, (4) pengeluaran pembangunan sektor pelayanan umum, (5) pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi, (6) pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia, (7) pengeluaran pembangunan sektor kesejahteraan rakyat, (8) pengeluaran pembangunan, dan (9) total pengeluaran daerah.
A.2.1. Pengeluaran Rutin Daerah
Pengeluaran rutin daerah merupakan penjumlahan dari: (1) belanja pegawai, (2) belanja barang, (3) biaya pemeliharaan, (4) biaya perjalanan dinas, (5) angsuran pinjaman dan bunga, (6) subsidi daerah bawahan, dan (7) pengeluaran rutin lain.
PRTNDit = BELPEGit + BELBRGit + BPEMELit + BJADINit + ANGSRit
+ SDBWHit + PENGLit ………... (7)
dimana:
PRTNDit = Pengeluaran Rutin Daerah (juta Rp) BELPEGit = Belanja Pegawai (juta Rp)
BELBRGit = Belanja Barang (juta Rp) BPEMELit
BJADIN
= Biaya Pemeliharaan (juta Rp) it = Biaya Perjalanan Dinas (juta Rp)
ANGSRit = Angsuran Pinjaman dan Bunga (juta Rp) SDBWHit = Subsidi Daerah Bawahan (juta Rp)
PENGLit = Pengeluaran rutin lain (juta Rp)
A.2.2. Pengeluaran Pembangunan Sektor Industri
Pengeluaran pembangunan sektor industri dipengaruhi oleh total penerimaan daerah, pengeluaran pembangunan sektor industri tahun sebelumnya, trend, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Peningkatan total
penerimaan daerah menjadikan Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengeluaran pembangunan sektor industri. Sementara untuk melihat perkembangan pengeluaran pembangunan sektor industri dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan sektor industri tahun lalu. Trend digunakan untuk menggambarkan perkembangan kinerja daerah dalam meningkatkan sektor industri daerah. Dummy kabupaten/kota untuk melihat
perbedaan pengeluaran pembangunan sektor industri antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan pengeluaran
pembangunan sektor industri antara wilayah di bagian selatan dan utara. PEMDIit = ζ0 + ζ1 TRDit + ζ2 TRENDit + ζ3 DKKit + ζ4 DNSit +
ζ5 LPEMDIit + u6 ... (8)
Parameter dugaan: ζ 1, ζ2 >0; 0 < ζ5 < 1 dimana:
PEMDIit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Industri (juta Rp) TRDit = Total Penerimaan Daerah (juta Rp)
LPEMDIit TREND
= Pengeluaran Pembangunan Sektor Industri Tahun Sebelumnya (juta Rp)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit = Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan
= 1, Wilayah Utara
A.2.3. Pengeluaran Pembangunan Sektor Infrastruktur
Pengeluaran pembangunan sektor infrastruktur dipengaruhi oleh: total penerimaan daerah, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara.
Peningkatan total penerimaan daerah menjadikan Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengeluaran pembangunan di sektor infrastruktur. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan pengeluaran
pembangunan sektor infrastruktur antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy
selatan/utara untuk melihat perbedaan pengeluaran pembangunan sektor infrastruktur antara wilayah di bagian selatan dan utara.
INFRASit = η0 + η1 TRDit + η2 DKKit + η3 DNSit + u7 ... (9)
Parameter dugaan: η1 >0 dimana:
INFRASit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Infrastruktur (juta Rp) TRDit = Total Penerimaan Daerah (juta Rp)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit
Pengeluaran pembangunan sektor pelayanan umum dipengaruhi oleh total penerimaan daerah, pengeluaran pembangunan sektor pelayanan umum tahun
= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan
= 1, Wilayah Utara
sebelumnya, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Dengan meningkatnya total penerimaan daerah maka Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengeluaran pembangunan sektor pelayanan umum. Sementara untuk melihat perkembangan kebutuhan pengeluaran pembangunan sektor pelayanan umum dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan sektor pelayanan umum tahun lalu. Trend digunakan untuk menggambarkan perkembangan kinerja daerah dalam meningkatkan sektor pelayanan umum daerah. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan
pengeluaran pembangunan sektor pelayanan umum antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan pengeluaran
pembangunan sektor pelayanan umum antara wilayah di bagian selatan dan utara. PELYUMit = θ0 + θ1 TRDit + θ2 TRENDit + θ3 DKKit + θ4 DNSit
+ θ5 LPELYUMit + u8 ... (10) Parameter dugaan: θ1, θ2 >0; 0 < θ5 < 1
dimana:
PELYUMit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Pelayanan Umum (juta Rp)
TRDit = Total Penerimaan Daerah (juta Rp)
LPELYUMit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Pelayanan Umum Tahun Sebelumnya (juta Rp)
TRENDit = Trend (tahun ke-1, 2, 3, …n)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit = Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan
= 1, Wilayah Utara
Pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi dipengaruhi oleh total penerimaan daerah, pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi tahun sebelumnya, trend, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara.
Peningkatan pada total penerimaan daerah menjadikan Pemerintah Daerah lebih mampu untuk meningkatkan pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi. Sementara untuk melihat perkembangan kebutuhan pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi tahun lalu. Trend digunakan untuk menggambarkan perkembangan kinerja daerah dalam meningkatkan sektor pertanian dan irigasi daerah. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan
pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan pengeluaran
pembangunan sektor pertanian dan irigasi antara wilayah di bagian selatan dan utara.
PEMDPIit = ι0 + ι1 TRDit + ι2 TRENDit + ι3 DKKit + ι4 DNSit +
ι5 LPEMDPIit + u9 ...…... (11) Parameter dugaan: ι1, ι2 >0; ι3 < 0; 0 < ι5 < 1
dimana:
PEMDPIit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Pertanian dan Irigasi (juta Rp)
TRDit = Total Penerimaan Daerah (juta Rp)
LPEMDPIit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Pertanian dan Irigasi Tahun Sebelumnya (juta Rp)
TRENDit = Trend (tahun ke-1, 2, 3, …n)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit
= 1, Wilayah Utara = Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan
A.2.6. Pengeluaran Pembangunan Sektor Sumberdaya Manusia
Pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia dipengaruhi oleh total penerimaan daerah, pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia tahun sebelumnya, trend, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara.
Dengan meningkatnya total penerimaan daerah maka Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia. Sementara untuk melihat perkembangan kebutuhan pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia tahun lalu. Trend digunakan untuk menggambarkan perkembangan kinerja daerah dalam meningkatkan sumberdaya manusia daerah. Dummy kabupaten/kota untuk
melihat perbedaan pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan pengeluaran pembangunan sektor sumberdaya manusia antara wilayah di bagian selatan dan utara.
SSDM = θ0 + θ1 TRDit + θ2 TRENDit + θ3 DKKit + θ4 DNSit +
θ5 LSSDMit + u8 …………... (12) Parameter dugaan: θ1, θ2 >0; 0 < θ5 < 1
dimana:
SSDMit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Sumberdaya Manusia (juta Rp)
TRDit = Total Penerimaan Daerah (juta Rp)
LSSDMit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Sumberdaya Manusia Tahun Sebelumnya (juta Rp)
TRENDit = Trend (tahun ke-1, 2, 3, …n)
= 1, Daerah Kota DNSit = Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan
= 1, Wilayah Utara
A.2.7. Pengeluaran Pembangunan Sektor Kesejahteraan Rakyat
Pengeluaran pembangunan sektor kesejahteraan rakyat dipengaruhi oleh total penerimaan daerah, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara.
Peningkatan pada total penerimaan daerah menjadikan Pemerintah Daerah lebih mampu untuk meningkatkan pengeluaran pembangunan sektor kesejahteraan rakyat. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan pengeluaran
pembangunan sektor kesejahteraan rakyat antara kabupaten dan kota, sedangkan
dummy selatan/utara untuk melihat perbedaan pengeluaran pembangunan sektor
kesejahteraan rakyat antara wilayah di bagian selatan dan utara.
KESRA = θ0 + θ1 TRDt + θ2 DKKit + θ3 DNSit + u8 ... (13) Parameter dugaan: θ1 >0
dimana:
KESRAit = Penggeluaran Pembangunan Sektor Kesejahteraan Rakyat (juta Rp)
TRDit = Total Penerimaan Daerah (juta Rp)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit
Pengeluaran pembangunan daerah merupakan penjumlahan dari pengeluaran pembangunan sektor: (1) industri, (2) infrastruktur, (3) pelayanan
= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara
umum, (4) pertanian dan irigasi, (5) sumberdaya manusia, (6) kesejahteraan rakyat, dan (7) sektor lain.
PEMDit = PEMDIit + INFRASit + PELYUMit + PEMDPIit + SSDMit + KESRAit + SEKLNit ………..……….. (14) dimana:
PEMDit = Pengeluaran Pembangunan Daerah (juta Rp)
PEMDIit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Industri (juta Rp) INFRASit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Infrastruktur (juta Rp)
PELYUMit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Pelayanan Umum (juta Rp)
PEMDPIit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Pertanian dan Irigasi (juta Rp)
SSDMit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Sumberdaya Manusia (juta Rp)
KESRAit = Pengeluaran Pembangunan Sektor Kesejahteraan Rakyat (juta Rp)
SEKLNit = Pengeluaran Sektor Lain (juta Rp)
A.2.9. Total Pengeluaran Daerah
Total pengeluaran daerah merupakan penjumlahan dari pengeluaran rutin daerah dan pengeluaran pembangunan daerah.
PTDit = PRTNDit + PEMDit …...………... (15) dimana:
PTDit = Total Pengeluaran Daerah (juta Rp) PRTNDit = Pengeluaran Rutin Daerah (juta Rp) PEMDit
Sub blok defisit fiskal terdiri dari: (1) kapasitas fiskal daerah, dan (2) defisit fiskal. Kapasitas fiskal daerah menunjukkan kemampuan keuangan daerah
= Pengeluaran Pembangunan Daerah (juta Rp)
yang digali dari sumber-sumber keuangan daerah. Sementara defisit fiskal menunjukkan selisih antara pengeluaran total daerah dengan kapasitas fiskal daerah.
A.3.1. Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas fiskal daerah merupakan penjumlahan dari pendapatan asli daerah dan penerimaan dana bagi hasil sumberdaya dan pajak.
KAPFISit = PADit + PBHit ………..…………... (16) dimana:
KAPFISit = Kapasitas Fiskal Daerah (juta Rp) PADit = Pendapatan Asli Daerah (juta Rp)
PBHit = Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumberdaya dan Pajak (juta Rp)
A.3.2. Defisit Fiskal
Defisit fiskal adalah selisih dari total pengeluaran daerah dengan kapasitas fiskal daerah.
DEFISit = PTDit – KAPFISit ……….……… (17)
dimana:
DEFISit = Defisit Fiskal (juta Rp)
PTDit = Total Pengeluaran Daerah (juta Rp) KAPFISit
Blok produk domestik regional bruto terdiri dari: (1) produk domestik regional bruto (PDRB) sub sektor tanaman pangan, (2) PDRB sub sektor
= Kapasitas Fiskal Daerah (juta Rp)
perkebunan, (3)PDRB sub sektor peternakan, (4)PDRB sub sektor perikanan, (5) PDRB sub sektor kehutanan, (6) PDRB sektor pertanian, (7) PDRB sektor industri, (8) PDRB sektor jasa, (9) PDRB sektor pertambangan, (10) PDRB sektor listrik, gas, dan air, (11) PDRB sektor bagunan, (12) PDRB sektor perdagangan, hotel, dan restoran, (13) PDRB sektor angkutan, (14)PDRB sektor keuangan, (15)PDRB sektor non pertanian, (16) produk domestik regional bruto, dan (17) produk domestik regional bruto per kapita.
B.1. Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Tanaman Pangan
Sub sektor tanaman pangan sangat penting, karena pencapaian dan keberhasilan memelihara ketahanan pangan, baik di tingkat rumah tangga maupun tingkat nasional, akan menghasilkan penurunan kemiskinan dan pangurangan insiden kelaparan (Timmer, 2008 dalam Siregar, 2009). Jumlah output sub sektor tanaman pangan dapat dilihat dari produk domestik regional bruto (PDRB) sub sektor tanaman pangan.
Produk domestik regional bruto (PDRB) sub sektor tanaman pangan dipengaruhi oleh total pengeluaran daerah, PDRB sub sektor tanaman pangan tahun sebelumnya, dummy kabupaten/kota, dan dummy selatan/utara. Peningkatan total pengeluaran Pemerintah Daerah berdampak pada peningkatan bahan pangan, sehingga PDRB sub sektor tanaman pangan akan meningkat. Sementara untuk melihat perkembangan baik teknologi maupun sarana pendukung bagi sub sektor tanaman pangan dapat dilihat dari PDRB sub sektor tanaman pangan tahun lalu. Dummy kabupaten/kota untuk melihat perbedaan PDRB sub sektor tanaman pangan antara kabupaten dan kota, sedangkan dummy
selatan/utara untuk melihat perbedaan PDRB sub sektor tanaman pangan antara wilayah di bagian selatan dan utara.
PDRBPGNit = κ0 + κ1 TPDit + κ2 DKKit + κ3 DNSit +
κ4 LPDRBPGNit + u10 ... (18)
Parameter dugaan: κ1 >0 ; κ2 < 0; 0 < κ4 < 1 dimana:
PDRBPGNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Tanaman Pangan (juta Rp)
TPDit = Total Pengeluaran Daerah (juta Rp)
LPDRBPGNit = Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Tanaman Pangan Tahun Sebelumnya (juta Rp)
DKKit = Dummy Kabupaten/Kota = 0, Daerah Kabupaten = 1, Daerah Kota DNSit
PDRB sub sektor perkebunan dipengaruhi oleh pengeluaran pembangunan daerah, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, PDRB sub sektor perkebunan tahun sebelumnya, dan dummy selatan/utara. Peningkatan pengeluaran
pembangunan akan mendorong para petani untuk meningkatkan produksi perkebunannya. Oleh karena itu, semakin besar pengeluaran pembangunan daerah maka diharapkan PDRB sub sektor perkebunan semakin besar. Tenaga kerja merupakan faktor input bagi usaha perkebunan disamping faktor input lain. Dalam teori produksi, dinyatakan bahwa penambahan input akan meningkatkan output. Demikian juga pada model makroekonomi standar tentang hubungan
= Dummy Selatan/ Utara = 0, Wilayah Selatan = 1, Wilayah Utara
pendapatan dengan tenaga kerja, dimana dinyatakan bahwa pendapatan riil dipengaruhi oleh tenaga kerja dan kapital (Scarth, 1996). Dalam hal ini, semakin