• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.10. Stadium Kanker Nasofaring

2.9.3.3. Biopsi

Diagnosis pasti kanker nasofaring ditegakkan melalui biopsi nasofaring.

Biopsi dapat dilakukan melali mulut atau hidung, biopsi menggunakan bantuan kateter nelaton untuk menarik palatum mole ke atas sehingga daerah nasofaring dapat terlihat di kaca laring atau nasofaringoskop.

2.10. STADIUM KANKER NASOFARING

American Joint Commite on Cancer (AJCC) tahun 2010 mengklasifikasikan stadium kanker sebagai berikut:

15

Tabel 2.1 Stadium Kanker Nasofaring (AJCC, 2010)

Tumor Primer (T) Definisi

TX

Tumor primer tidak dapat dinilai Tidak terdapat tumor primer Karsinoma in situ

Tumor terbatas pada nasofaring, atau tumor meluas ke orofaring dan atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaringeal

Tumor dengan perluasan ke parafaringeal

Tumor melibatkan struktur tulang dari basis kranii dan atau sinus paranasal

Tumor dengan perluasan intrakranial dan atau keterlibatan saraf kranial, hipofaring, orbita, atau dengan perluasan ke fossa infratemporal / masticator space

KGB Regional (N) Definisi

NX

KGB regional tidak dapat dinilai

Tidak terdapat metastasis ke KGB regional

Metastasis unilateral di KGB, 6 cm atau kurang di atas fossa supraklavikula

Metastasis bilateral di KGB, 6 cm atau kurang dalam dimensi terbesar di atas fosa supraklavikula

Metastasis di KGB, ukuran > 6 cm Ukuran >6cm

Perluasan ke fosa supraklavikula

Metastasis (M) Jauh Definisi

MX M0 M1

Metastasis jauh tidak dapat dinilai Tidak terdapat metastasis jauh Terdapat metastasis jauh

Tidak seperti kanker kepala dan leher lainnya, Alih-alih pembedahan, radioterapi adalah pilihan utama pengobatan kanker nasofaring. Kanker nasofaring sangat radiosensitif dan radioterapi adalah tulang punggung perawatan untuk semua tahap kanker nasofaring tanpa metastasis jauh (William et al, 2010).

Pada kanker nasofaring yang masih terbatas penyebarannya (lokoregional), radioterapi merupakan pilihan terdepan untuk menjadi sarana pengobatannya.

Intensity-Modulated Radiation Therapy (IMRT) merupakan teknologi radioterapi yang memungkinkan untuk memberikan dosis radiasi konformal terhadap target melalui optimalisasi intensitas dari beberapa beam. IMRT mampu memberikan radioterapi conformal pada target yang tidak beraturan sehingga sangat bermanfaat pada tumor yang berada disekitar struktur vital seperti, batang otak dan medula spinalis (Wei et al, 2014).

Pemberian obat untuk gejala yang simptomatik juga dapat di berikan seperti:

1. Obat kumur yang mengandung antiseptik pada mukosa mulut yang nyeri.

2. Antimikotik pada tanda tanda moniliasis.

3. Anestesi local pada gejala nyeri menelan.

4. Dan terapi simptomatik untuk gejala nausea ataupun anoreksia.

2.12. DUKUNGAN NUTRISI

Pasien kanker nasofaring sering mengalami malnutrisi dan malnutrisi berat.

Angka kejadian kaheksia pada kanker nasofaring mencapai 67%. Dua hal tersebut dapat mempengaruhi respon terhadap kualitas hidup pasien. Selain itu pasien kanker nasofaring juga sering mengalami efek samping terapi antara lain:

1. Mukositis 2. Mual 3. Muntah 4. Xerostomia 5. Diare

Hal tersebut dapat menyebabkan stres metabolisme sehingga diperlukan tatalaksana nutrisi secara optimal. Bila kanker nasofaring terjadi pada anak anak, beberapa efek samping yang sering dialami antara lain:

1. Kehilangan nafsu makan 2. Perubahan indra perasa

3. Penurunan sistim kekebalan tubuh 4. Muntah

5. Diare

17

Yang dimana seringkali berakibat pada asupan mikro dan makronutrien yang di perlukan anak (Ledesma, 2010).

Beberapa contoh terapi nutrisi antara lain, suplemen serat, mouisturising spray untuk mukosa mulut dan hidrasi melalui oral ataupun intravena (Kemenkes, 2015).

2.13. EDUKASI DAN PENCEGAHAN

Pengobatan menggunakan radioterapi dan kemoterapi memiliki efek samping bagi tubuh, oleh sebab itu pasien harus diberi edukasi mengenai hal berikut:

1. Efek samping samping radiasi akut (xerostomia, gangguan menelan, nyeri pada mulut dan fibrosis).

2. Efek samping kemoterapi (mual, muntah, dsb).

3. Edukasi mengenai jumlah kebutuhan nutrisi.

4. Edukasi mengenai kemungkinan metastasis dan prognosis yang dapat timbul dari penyakit kanker nasofaring tersebut.

5. Edukasi mengenai jadwal kontrol rutin dan pola hidup yang sehat.

Untuk menekan angka insiden kanker nasofaring perlu dilakukan tindakan pencegahan seperti:

1. Menghindari perilaku merokok.

2. Mengurangi makan ikan asin.

3. Mengurangi makan makanan yang melalui proses pembakaran.

4. Melakukan vaksin virus Eipstein Barr di daerah penduduk berisiko.

5. Tes serologik sebagai tindakan deteksi dini kanker nasofaring

6. Melakukan penyuluhan tentang kanker nasofaring di masyarakat (Roezin et al, 2014).

2.14 FAKTOR RISIKO

Risiko terkait dengan faktor lingkungan menyatakan bahwa riwayat keluarga kanker nasofaring, ikan asin dan konsumsi daging yang diawetkan, kebiasaan merokok, dan paparan api dan pelarut kayu dalam kasus kanker nasofaring dan kontrol IgA +, ditambah hubungan antara faktor-faktor dan risiko kanker

nasofaring, disesuaikan untuk semua paparan lingkungan. Dalam analisis sederhana, konsumsi ikan asin dan daging yang diawetkan, paparan terhadap kebakaran memasak kayu, dan paparan pekerjaan terhadap pelarut adalah faktor risiko kanker nasofaring (OR = 1,58-3,53; p ≤ 0,002) (Guo et al, 2009).

Sampai saat ini, faktor-faktor risiko yang ditetapkan untuk kanker nasofaring tipe III termasuk etnis, jenis kelamin laki-laki, infeksi EBV, riwayat keluarga dengan kanker nasofaring, konsumsi tinggi ikan diawetkan garam, asupan rendah sayuran dan buah-buahan segar, merokok , dan beberapa human leukocyte antigen (HLA) kelas I. Di sisi lain, genotipe HLA lainnya dan riwayat infeksi mononukleosis (IM) dapat dikaitkan dengan penurunan risiko. Faktorfaktor risiko potensial lebih lanjut termasuk konsumsi tinggi makanan yang diawetkan lainnya, riwayat kondisi saluran pernapasan kronis, dan polimorfisme genetik dalam sitokrom P450 2E1 (CYP2E1), CYP2A6, glutathione S-transferase M1 (GSTM1) dan GSTT1. Faktor risiko yang tidak spesifik termasuk konsumsi jamu, paparan pekerjaan terhadap debu dan formaldehida, dan paparan nikel (Wu et al, 2018).

Yong et al, (2017) menyatakan bahwa merokok tembakau secara signifikan terkait dengan risiko NPC (perokok saat ini: OR = 4,50, 95% CI 2,617,78; mantan perokok: OR = 2,37, 95% CI 1,48-3,79), tetapi hubungan minum alkohol dengan risiko NPC tidak signifikan secara statistic (Yong et al, 2017).

2.15 FAKTOR DIET

Dari item makanan yang diperiksa, peserta yang mengonsumsi daging asin setidaknya sebulan sekali ditemukan memiliki risiko dua kali lipat untuk mengembangkan NPC dibandingkan dengan peserta yang tidak pernah atau jarang mengonsumsi daging asin (OR = 2,04, 95% CI 1,18-3,50). Selain daging asin, sayuran asin yang dikonsumsi setidaknya sekali seminggu juga ditemukan secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko NPC (OR = 3,70, 95% CI 1,58-8,64) dibandingkan dengan sayuran asin yang jarang dikonsumsi. Kecenderungan peningkatan risiko NPC secara signifikan terkait dengan peningkatan frekuensi ikan asin, daging asin, dan konsumsi sayuran asin (P-trend = 0,033, 0,003, dan

<0,001, masing-masing) (Yong et al, 2017).

19

2.16. KERANGKA TEORI

Skema 2.1 Kerangka Teori

2.17. KERANGKA KONSEP

Sekma 2.2 Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Angkatan 2018 & 2019

- Baik - Cukup - Kurang Tingkat Pengetahuan

Baik

Kanker Nasfaring

Etiologi : - Virus EBV - Paparan zat

Karsinogenik - Faktor Ginetik

Faktor Risiko : - Riwayat Keluarga - Mengkonsumsi

ikan asin - Infeksi EBV - Merokok

Cukup Kurang

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian descriptive dengan desain cross sectional study. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang faktor resiko dari kanker nasofaring. Pengumpulan data di lakukan dengan teknik angket kuisioner.

3.2. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini di mulai dari penentuan judul pada bulan April tahun 2020 di lanjutkan dengan pengambilan dan pengolahan data pada bulan Oktober – November 2020. Penelitian di laksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2018 dan 2019.

3.3.2. Sampel penelitian

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2018 dan 2019 yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.

3.3.3. Besar sampel penelitian

Besar sampel penelitian ini di hitung dengan menggunakan rumus sampel penelitian data deskriptif.

21

Berdasarkan rumus sampel di atas, maka jumlah sample minimum yang dibutuhkan untuk penelitian dibulatkan menjadi 133 orang.

Keterangan:

𝑛 = besar sampel N = jumlah populasi

e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)

3.4. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI 3.4.1 Kriteria inklusi

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2018 dan 2019.

b. Mahasiswa yang masih aktif dalam perkuliahan c. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden

3.4.2 Kriteria eksklusi

a. Mahasiswa yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap

b. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang telah mendapat pembelajaran blok onkologi

c. Mahasiswa yang sedang dalam keadaan sakit

3.5. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Data-data pada penelitian ini merupakan data jenis data primer yang dikumpulkan melalui kuisioner yang diisi secara langsung oleh responden.

Kuisioner yang diberikan dalam bentuk pilihan berganda (multiple choice) bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang faktor risiko kanker nasofaring.

Sebelum diberikan kepada responden, seluruh kuisioner terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas untuk memastikan apakah kuisioner ini dapat menjadi nilai ukur dari apa yang hendak diukur peneliti dan merupakan kuisioner yang reliable atau tidak.

Responden yang dapat mengisi kuisioner adalah responden yang sudah mengisi dan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Data yang di dapat dari responden kemudian dikelompokan berdasarkan variabel yang sudah ditentukan kemudian diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi statistika di komputer (Statistic Package for Social Science (SPSS).

3.6. DEFINISI OPERASIONAL

Berikut ini defenisi operasional dari kerangka konsep yang telah disampaikan dalam bentuk tabel.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan menggunakan google form yang diberikan melalui line dan media sosial. Penelitian dilakukan pada bulan November 2020 sampai dengan jumlah sampel sebanyak 133 orang. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

17-20 Tahun 50 37.6

21-23 Tahun 79 59,4

>24 Tahun 4 3

Total 133 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 menyatakan bahwa mayoritas mahasiswa berusia 21-23 tahun sebanyak 79 orang (59,4%), berusia 17-20 tahun sebanyak 50 orang (37%) dan berusia >24 tahun sebanyak 4 orang (3%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 48 36.1

Perempuan 85 63.9

Total 133 100.0

Berdasarkan table 4.2 menyatakan bahwa mayoritas responden dalam kategori perempuan sebanyak 85 orang (64%) dan laki-laki sebanyak 48 orang (36%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Sumber Informasi Frekuensi (n) Persentase (%)

Pembelajaran Kampus 55 41.4

Media Cetak 35 26.3

Tenaga Kesehatan 29 21.8

Media Elektronik 3 2.3

Keluarga 4 3.0

Teman 7 5.3

Total 133 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 menyatakan bahwa mayoritas sumber informasi dari pembelajaran kampus sebanyak 55 orang (41%), media cetak 35 orang (26%), tenagan kesehatan 29 orang (21%), media elektronik 3 orang (2%), keluarga 4 orang (3%), dari teman sebanyak 7 orang

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Angkatan Angkatan Frekuensi (n) Persentase (%)

2018 48 36.1

2019 85 63.9

Total 133 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 menyatakan bahwa mayoritas responden angkatan 2019 sebanyak 85 orang (64%) dan angkatan 2018 sebanyak 48 orang (36%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Faktor Risiko Nasofaring

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 46 34.6

Cukup 72 54.1

Kurang 15 11.3

Total 133 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 menyatakan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 72 orang (54%), pengetahuan baik sebanyak 46 orang (34%) dan pengetahuan kurang sebanyak 15 orang (11%).

27

4.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapati pengetahuan mahasiswa kedokteran mengenai faktor risiko nasofaring dalam kategori cukup. Menurut asumsi penulis hal ini menyatakan bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan cukup lebih banyak, ini berarti mahasiswa masih banyak yang belum mengetahui tentang faktor risiko kanker nasofaring. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: pendidikan, pekerjaan, media masa/informasi, social budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. Beberapa faktor yang menyebabkan kanker nasofaring seperti asap rokok, mengkonsumsi ikan asin, asap kayu bakar dan debu kayu, dan faktor genetic merupakan penyebab kanker nasofaring.

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa (KSS) yang berasal dari sel epitel nasofaring. Keganasan ini dapat muncul dari berbagai tempat di nasofaring, tetapi lebih sering terdapat pada fossa Rosenmuller, yaitu ressesus yang terletak di medial dari krura medial tuba eustachius. Etiologi karsinoma nasofaring bersifat multifaktorial. faktor infeksi virus Epstein Barr sangat dominan untuk terjadinya karsinoma nasofaring.

Menurut Notoadmojo (2014) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa paling banyak mahasiswa memiliki pengetahuan cukup mengenai faktor risiko nasofaring. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan mengenai kanker nasofaring.

Sumber informasi yang cukup dan kurang, latar belakang budaya yang berbeda, pengalaman belum bertemu dengan pasien kanker nasofaring dapat mengakibatkan pengetahuan mahasiswa memiliki yang cukup dan kurang. Selain itu kurangnya mahasiswa memahami modul onkologi, tidak memperhatikan dosen memberikan materi mengenai faktor risiko kanker nasofaring dan tidak pernah masuk selama jam kuliah tersebut juga mempengaruhi pengetahuan mahasiswa mengenai faktor risiko kanker nasofaring.

Hasil penelitian pengetahuan pasien mahasiswa tentang faktor risiko kanker nasofaring menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa baik sebanyak 34%.

Diketahui sebagian besar pasien paham bahwa faktor risiko nasofaring dikarenakan . faktor non viral seperti konsumsi ikan asin, kebiasaan merokok, pengawet makanan, asap kayu bakar, obat nyamuk bakar, infeksi saluran pernafasan atas berulang dan genetik dilaporkan berhubungan dengan kejadian karsinoma nasofaring. Penyebab kanker nasofaring sangat unik dan sulit untuk dijelaskan. Antibodi terhadap virus Epstein Barr ditemukan pada serum pasien kanker nasofaring.

Sebagian mahasiswa juga mendapatkan informasi mengenai kanker nasofaring tersebut dengan baik untuk diketahui sehingga mahasiswa paham bahwa faktor risiko yang harus dihindari agar terhindar dari penyakit kanker nasofaring.

Menurut peneliti, seseorang yang pernah mendapat informasi mengenai kanker nasofaring maka wawasannya akan lebih luas dan begitupun dengan pengetahuannya juga akan lebih baik serta pengalaman yang diperoleh semakin banyak, karena memperoleh berbagai informasi sesorang akan lebih mengerti, memahami dan mampu melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan serta menghindari tindakan yang dapat menyebabkan kanker nasofaring. Karena semakin sedikit informasi yang didapatkan maka kekampuan dalam berfikir akan semakin rendah dan pegalaman serta pengetahuan yang diperoleh akan semakin

29

sedikit. Sesuai dengan teori diatas semakin banyak informasi yang masuk, maka pengetahuan pengetahuan seseorang tersebut akan meningkat dan keampuan untuk menganalisis akan baik sehingga mampu menerpakan aplikasi yang sesuai dengan kejadian yang ada (Soedijarto, 2014).

BAB V KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Karakteristik responden berdasarkan usia berusia 21-23 tahun sebanyak 79 orang (59,4%)

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebanyak 85 orang (64%)

3. Karakteristik responden berdasarkan menyatakan bahwa mayoritas sumber informasi dari pembelajaran kampus sebanyak 55 orang (41%).

4. Berdasarkan pengetahuan paling banyak dalam kategori cukup sebanyak 72 orang (54%).

5.2 SARAN

Dalam hal ini untuk peneliti di masa yang akan datang diharapkan dapat memperluas cakupan atau meneliti tentang faktor pencetus terjadinya kanker nasofaring. Untuk responden diharapkan untuk lebih mempelajari lagi materi tentang faktor risiko kanker nasofaring. Dalam hal ini diharapkan responden untuk lebih aktif untuk menggali pengetahuan dan mencari sumbersumber lain yang dapat menambah pengetahuan seperti surat kabar, internet, buku, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Adham M, Kurniawan AN, Muhtadi AI, Roezin A, Hermani B, Gondhowiardjo S, et al. 2012. Nasopharyngeal carcinoma in Indonesia: epidemiology, incidence, signs, and symptoms at presentation. Chin J Cancer. 31(4):185–

96.

American Cancer Society. 2015. Nasopharyngeal Cancer. Atlanta: American Cancer Society.

Arnold C Paulino. 2016. Naspharyngeal Cancer , Emedicine Medscape Journal

Aprilia A. 2015. Faktor Pencetus Karsinoma Nasofaring DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Periode 2012 - 2014. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara

Arjhun S joshi. 2013. Pharynx Anatomi, Medscape Journal.

Chan ATC ea. 2012. Nasopharyngeal cancer: EHNS-ESMO-ESTRO clinical pratice guidelines for diagnosis, treatment and follow-up. Ann. of Oncol.

2012; 23(Supplement 7).

Cao, S., Simons, M. and Qian, C., 2011. The prevalence and prevention of nasopharyngeal carcinoma in China. Chinese Journal of Cancer, 30(2), pp.114-119.

Edge, S. and Compton, C., 2020. The American Joint Committee On Cancer: The 7Th Edition Of The AJCC Cancer Staging Manual And The Future Of TNM.

Faiza, S., Rahman, S. and Asri, A., 2016. Karakteristik Klinis dan Patologis Karsinoma Nasofaring di Bagian THT-KL RSUP Dr.M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1).

Inacare - Indonesian Cancer Profile 2015, Cancer Data & Statistic.

Pusdatin.kemkes.go.id. 2020. Pusat Data Dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [online] Available at: <https://pusdatin.

kemkes.go.id/article/view/15090700004/situasi-penyakitkanker.html>

[Accessed 23 June 2020].

King, A., 2010. Magnetic resonance imaging staging of nasopharyngeal carcinoma in the head and neck. World Journal of Radiology, 2(5), p.159.

Ledesma N. Prostate cancer. In Marian M, Robert S, editors. 2010. Clinical nutrition for oncology.: Jones and Bartlett Publishers p. 245-259

Munir D. 2009. Karsinoma Nasofaring. Medan: USU press.

Mao YP, Li WF, Chen L, et al. 2009. A clinical verification of the Chinese 2008 staging system for nasopharyngeal carcinoma [J] Ai Zheng. 28(10):1022–

1028.

Nccn.org. 2020. NCCN Clinical Practice Guidelines In Oncology. [online]

Available at<http://www.nccn.org/professionals/ physician_gls/ Default.

aspx> [Accessed 23 June 2020].

Putri EB. 2011. Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUP/RSUP. DR. Hasan Sadikin Bandung Periode Tahun 2006-2010. Skripsi. Universitas Padjadjaran Fakultas Kedokteran, Bandung

Roezin A, Adham M. 2014. Karsinoma Nasofaring. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. hlm. 158–

63.

Rahman, S., Budiman, B. and Subroto, H., 2015. Faktor Risiko Non Viral Pada Karsinoma Nasofaring. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3).

Surarso B. 2009. Tanda dan Gejala Klinis Karsinoma Nasofaring. Surabaya: THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo 2009.

The American Joint Committee on cancer: The 7th Edition of the AJCC Cancer Staging Manual And the Future of TN

Wei, W. and Kwong, D., 2011. Recurrent nasopharyngeal carcinoma: surgical salvage vs. additional chemoradiation. Current Opinion in Otolaryngology

& Head and Neck Surgery, 19(2), pp.82-86.

Wu L, Li , Pan L. 2018. Nasopharyngeal carcinoma: A review of current updates.

Exp Ther Med. 2018 Apr; 15(4): 3687–3692.

Yang, W., 2014. STELL & MARAN'S TEXTBOOK OF HEAD AND NECK SURGERY AND ONCOLOGY, 5th ednJ C Watkinson, R W Gilbert, eds

33

Hodder Educational, 2012 ISBN 978 0 34092 916 2 pp 1156 Price £195.

The Journal of Laryngology & Otology, 126(7), pp.761-762.

Yong et al. 2017. Associations of lifestyle and diet with the risk of nasopharyngeal carcinoma in Singapore: a case–control study. Chin J Cancer. 2017; 36: 3.

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Nama : Vicky Irvan Rinaldi

NIM : 170100098

Tempat/ Tanggal lahir : Pekanbaru / 16 Desember 1997

Agama : Kristen

Nama Ayah : Daud Maruarar Nababan Nama Ibu : Timse Tampubolon

Alamat : Jl. Dagang kecamatan Siak Hulu. Kabupaten Kampar Riwayat Pendidikan :

1. TK Santa Maria Pekanbaru, Riau 2003-2004 2. SD Santa Maria Pekanbaru, Riau 2004-2010 3. SMP Santa Maria Pekanbaru, Riau 2010-2013 4. SMA Santa Maria Pekanbaru, Riau 2013-2016 5. Fakultas Kedokteran USU 2017-sekarang Riwayat Organisasi :

1. Ketua UKM Futsal PEMA FK USU 2018 2. Anggota Minat dan Bakat PEMA FK USU 2018

Riwayat Kepanitiaan :

1. Wakit Ketua Aerosol FK USU 2018

2. Koordinator Transport Paskah FK USU 2019

3. Wakil Koordinator Sepakbola PORSENI FK USU 2019

4. Anggota Transport Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU 2017 5. Anggota Seksi Acara Natal FK USU 2017

6. Anggota Transport Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU 2018

7. Anggota Seksi Transport Bakti Sosial Kumpulan Mahasiswa Kristen USU 2018 8. Anggota Seksi Transport Pengabdian Masyarakat SCORA FK USU 2020 9. Anggota Seksi Transport Bakti Sosial Kumpulan Mahasiswa Kristen FK USU

2018

Riwayat Pelatihan :

1. PKKMB FK USU 2017 2. MMB FK USU 2017

3. Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Lokal FK USU 2017

35

Lampiran 2. Halaman Pernyataan Orisinalitas

PERNYATAAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2018 & 2019 TENTANG FAKTOR RISIKO KANKER

NASOFARING

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternayata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, Desember 2020

Penulis

Vicky Irvan Rinaldi 170100098

Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERSETUJUAN TERTULIS

UNTUK PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Nama saya adalah Vicky Irvan Rinaldi , mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2018 & 2019 tentang Faktor Risiko Kanker Nasofaring.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2018 dan 2019 tentang Faktor Resiko Karsinoma Nasofaring.. Manfaat penelitian ini apabila penelitian ini berhasil dilakukan, yaitu hasil penelitian ini diharapakan mampu memberikan wawasan tentang kanker nasofaring kepada mahasiswa. Oleh karena itu, saya meminta kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan sukarela dan tanpa paksaan.

Pertama sekali saya akan men ilai gambaran pengetahuan tentang faktor resiko kanker nasofaring dengan beberapa pertanyaan pada lembar kuesioner yang saya berikan yang harus anda isi sesuai dengan arahan dari saya. Identitas anda sebagai partisipan akan dirahasiakan dan hasil pengukuran yang didapat hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, anda tidak akan dikenakan biaya apapun dan anda akan saya berikan hadiah menarik setelah

Pertama sekali saya akan men ilai gambaran pengetahuan tentang faktor resiko kanker nasofaring dengan beberapa pertanyaan pada lembar kuesioner yang saya berikan yang harus anda isi sesuai dengan arahan dari saya. Identitas anda sebagai partisipan akan dirahasiakan dan hasil pengukuran yang didapat hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, anda tidak akan dikenakan biaya apapun dan anda akan saya berikan hadiah menarik setelah

Dokumen terkait