• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

C. Kompetensi Pedagogi

2. Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan (Suparlan, 2005:93).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedaogik, kompetensi keperibadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung.

Undang-Undang Republik IndonesiaI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), mewajibkan guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik. Kualifikasi akademik guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan diperoleh melalui pendidikan tinggi melalui program sarjana atau diploma empat (S1/D-IV). Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam UUGD Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, keperibadian, sosial, dan profesional.

Kompetensi keguruan meliputi kompetensi keperibadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (Samana,1994:53).

a. Kompetensi Pedagogi

Kompetensi pedagogi adalah pemahaman guru terhadap peserta didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk megaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya (Wibowo dan Hamrin, 2012:110).

Menurut pasal 3 ayat 4 PP No 74 tahun 2008 tentang guru, Konpetensi pedagogi adalah kemampuan menglola pembelajaran peserta didik yang mliputi pemahan terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya (Peraturan pemerintah, 2008:3).

Kompetensi pedagogi, meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, sebagai berikut: (Mulyasa, 2008:75).

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

Guru diharapkan membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara efektif, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program, guru hendaknya tidak membatsi diri padapembelajaran dalam arti sempit, tetapi harus menghubungkan program-program pembelajaran dengan seluruh kehidupan peserta didik.

2) Pemahaman terhadap peserta didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari pesrta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, krativitas, cacat fisik, dan

perkembangan kognitif. Sebagai tenaga pendidik harus memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat. Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogi yang harus dimiliki guru.

Guru untuk memahami pemahaman terhadap peserta didik sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, antara lain:

a) Tingkat Kecerdasan

Guru untuk mengetahui tingkat kecerdasan terhadap peserta didik antara lain:

(1) Mengetahui IQ tingkat terendah adalah mereka yang memiliki IQ antara 0-50, mereka tergolong tidak dapat dididik atau dilatih.

(2) Mengetahui IQ tingkat menengah adalah merek yang memiliki IQ antara 50-70 dan dikenal dengan golongan moron, yaitu keterbartasan dan keterlambatan mental (3) Mengetahui IQ tingkt atas adalah mereka yang memiliki

IQ antara 0-110, mereka bisa belajar secara normal, cepat mengerti, dan superior

Kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain dengan tekhnik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek. Kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan diri tidak terlalu ketat. Orang-orang yang kreatif telah muncul di tiap masa. Jika pendidikan berhasil dengan baik, maka sejumlah orang kreatif akan lahir karena tugas utama pendidikan adalah menciptakan orang-orang yang mampu melakukan sesuatu yang baru, tidak hanya mengulang apa yang telah dikerjakan oleh generasi lain. c) Kondisi Fisik

Kondisi fisik antara lain berkaitan dengan peglihatan, pendengaran, kemampuan berbicara, pincang, dan lumpuh karena kerusakan otak. Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka.

Kurikulum adalah keseluruhah hasil belajar yang direncanakan dan dibawah tanggung jawab sekolah (Poham dan Baker, 1992:43). Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di akademik yang harus ditempuh siswa untuk menempuh suatu tingkat atau ijazah (Nurdin dan Basyirudin, 2003:34). Kurikulum merupakan sarana terwjudnya proses kegiatan pendidikan, dan sarana tercapainya pendidikan. Hubungan antara pendidkan dan kurikulum adalah hubungan antara tujuan dan isi pendidikan. Suatu tujuan akan tercapai bila isi pendidikan tepat dan relevan dengan tujuan tersebut.

Kurikulum merupakan pedoman untuk melaksanakan program pengajaran. Pengajaran itu sendiri terdiri dari komponen-komponen alat pendidikan, anak didik, guru, dan situasi pendidikan. Oleh karena itu Kurikulum merupakan isi dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan (Nurgiyantoro, 29:1988). Analisis tentang kurikulum sekolah dengan begitu perlu mengeksplorasi empat elemen kunci kurikulum antara lain: Satu, tujuan dan sasaran pendidikan. Dua, isi. Tiga, metode mengajar, Empat, hasil dan praktik penilaian (Kyriacou, 2009:316).

Pendidikan guru sebagaimana halnya pada profesi-profesi lainnya, yang menjadi pusat keputusan kurikulum adalah perumusan, pendefinisian, dan penilaian terhadap tujuan-tujuan

suatu program. Tujuan bukan saja merupakan standar dalam rangka pengembangan kurikulum secara menyeluruh, melainkan juga mendasari pemilihan komponen-komponen kurikulum (Hamalik, 2002:65). Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang hrus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajran. Muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran, dan pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam kurikulum (Yamin, 2008:159).

Guru memeliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah. Kegiatan pengembangan kurikulum ditingkat satuan pendidikan memerlukan suatu model yang dijadikan model landasan teoritis untuk melaksanakan kegitan tersebut (Hidayat, 2013:79).

Ada empat tahap dalam pengembangan kurikulum (Arifin, 2012:41-46) keempat tahap tersebut adalah:

a) Pengembangan kurikulum pada tingkat makro.

b) Pengembangan kurikulum pada tingkat institusi (sekolah). c) Pengembangan kurikulum pada tingkat pelajaran (bidang

d) Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas.

4) Perancangan pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelaaran. Perencanaan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi, kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.

5) Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis

Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap praktek pendidikan anti realitas, yang menurut Freire (2003) harus diarahkan pada proses menghadap masalah. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik (Mulyasa, 2008:102).

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agara menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes (tes awal), proses, dan post tes (tes akhir).

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (elearning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleg peserta didik.

7) Evaluasi hasil belajar

a) Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, serta penilaian program. Guru harus bertanggung jawab atas penyempurnaan pengajaran, maka guru harus mengevaluasi pengajarannya itu agar guru mengetahui perubahan apa yang seharusnya diadakan (Baker dan Popham, 1992:112). Evaluasi hasil belajar dapat diambil melalui penilaian kelas, Tes kemampuan dasar, dan Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi.

a) Penilaian kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir.

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran.

c) Penilaian akhir satuan pendidikan dn sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu.

8) Pengembangan peserta didik

Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimiliki oles setiap peserta didik. Pengembangan peserta didikdapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstra kurikuler(ekskual), pengayaan dan remidial, serta bimbingan dan konseling (BK).

b. Kompetensi keperibadian

Kompetensi keperibadian dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimkasud dengan kompetensi keperibadian adalah kemampuan keperibadian yang mantap, stabil. Dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi

keperibadian merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugasnya secara profesional. Kompetensi keperibadian ini, berupa keperibadian yang mntap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan akhlak mulia, sehingga menjadi teladan (Hamarin dan Wibowo, 2012:113).

c. Kompetensi Profesional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Dalam bagian ini, akan diulas tentang kompetensi profesional antara lain: Guru dituntut menguasai bahan ajar, guru mampu menglola bahan ajar, guru mampu mengelola kelas, guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran, guru

menguasai landasan-landasan kependidikan, guru mampu mengikuti penyelenggaraan administrasi sekolah (Samana, 1994:61).

d. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d di kemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi soial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orng tua peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Dokumen terkait