• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR GELAR PERKARA

Dalam dokumen SOP Sat Reskrim (Halaman 100-105)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR GELAR PERKARA

PADA SAT RESRIM POLRES LIMBOTO

I. Pendahuluan

1. Umum.

a. Penyidikan tindak pidana sebagai salah satu tahap dari penegakan hukum harus dilakukan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Merupakan sarana pengawasan dan pengendalian, gelar

perkara mempunyai fungsi untuk kepentingan

pertanggung jawaban managemen bagi Kepala Kesatuan di satu sisi dan kepentingan pertanggungjawaban teknis / taktis serta juridis bagi atasan Penyidik dan Penyidik Pembantu.

c. Penyidikan mengalami hambatan dalam proses penyidikan

maka dilakukan gelar perkara untuk membedah perkara

guna menentukan langkah-langkah penyidikan

selanjutnya.

2. Dasar.

a. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia.

101

b. Perkap No. 12 Tahun 2009 tentang Pengawasan dan

Pengendalian Penanganan Perkara Pidana Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Maksud dan tujuan

a. Maksud

Maksud pembuatan Standar Operasional Prosedural (SOP) Gelar Perkara ini sebagai pedoman dan petunjuk untuk para Penyidik dan Penyidik Pembantu dalam melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana sehingga diperoleh keseragaman tentang kegiatan-kegiatan pokok yang harus dilaksanakan.

b. Tujuan

1) Untuk mewujudkan keterpaduan intern dan ekstern dan menuntaskan penanganan perkara yang terjadi. 2) Merupakan alat kontrol terhadap Para Penyidik / Penyidik Pembantu agar tetap dinamis dan seimbang dalam koridor batas kewenangan sesuai aturan perundang-undangan yang ada.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam Gelar Perkara meliputi Persyaratan-persyaratan dalam Gelar Perkara, Jenis perkara, Pejabat yang

berwewenang menyelenggarakan gelar, Peserta gelar,

Pelaksanaan gelar dan laporan setelah gelar.

5. Pengertian Gelar Perkara

Gelar Perkara adalah upaya Penyidik/Penyidik Pembantu berupa bedah perkara dan tindakan Penyidik/Penyidik Pembantu dalam rangka percepatan penyelesaian proses penyidikan.

102 II. Persyaratan

1. Jenis Perkara.

Jenis perkara yang digelar adalah :

a. Ada masalah yang dihadapi oleh penyidik :

1) Penyidik / Penyidik Pembantu menghadapi kesulitan atau ragu dalam :

a) Menentukan apakah perkara merupakan tindak pidana atau bukan (twilight).

b) Menentukan pasal, UU yang dipersangkakan.

c) Melakukan tindakan/upaya paksa terhadap

tersangka atau barang bukti (penggeledahan,

penyitaan, penangkapan, penahanan dan

peningkatan status saksi menjadi tersangka). 2) Proses penyidikan telah berlangsung lama/waktunya

berlarut-larut (lebih dari 3 bulan) tanpa kemajuan. 3) Proses penyidikan memasuki tahapan penting atau

kritis dari tahap penyelidikan ke tahap penindakan dan pemeriksaan atau tahap penyelesaian dan penyerahan Berkas Perkara atau Penyidikan akan dihentikan/dilanjutkan kembali.

4) Perkara yang disidik juga disidik oleh Penyidik dari Kesatuan / Instansi lain yang juga memiliki kewenangan.

5) Gelar Perkara dilaksanakan terhadap semua berkas perkara yang ditangani yakni pada saat awal menerima Laporan Polisi, sebelum dilakukan upaya paksa dan sebelum menaikan status saksi menjadi tersangka.

b. Perkara yang berbobot

1) Pembuktian perkara cukup sulit dan rumit

103

kepentingan Negara / Instansi, hubungan antar Negara / Dunia Internasional, kepentingan lembaga tertentu (Politik, Ekonomi, Sosial, Agama, Pertanahan). 3) Perkara melibatkan tokoh penting / mempunyai

pengaruh luas di masyarakat.

4) Tersangka merupakan Warga Negara Asing atau tunduk pada Undang-undang Hukum acara di luar Peradilan Umum.

c. Komplain masyarakat

Adanya Komplain masyarakat terhadap tindakan Penyidik / Penyidik Pembantu yang menangani perkara dan kuat dugaan terjadi penyimpangan teknis / taktis dan atau

kekeliruan penerapan pasal Undang-undang dalam

penyidikan. d. Putusan Pengadilan

Adanya Putusan Pengadilan yang menyatakan tindakan penyidik / Penyidik Pembantu tidak syah.

2. Penggelar

a. Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara. b. Atasan Penyidik/Penyidik Pembantu.

c. Kepala Kesatuan yang sekarang secara Struktural

membawahi Penyidik / Penyidik Pembantu. 3. Peserta Gelar Perkara.

Peserta gelar yang berhak menghadiri Gelar Perkara disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan.

a. Polri (Intern).

1) Kepala Kesatuan atau pejabat yang mewakili/ditunjuk. 2) Atasan Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani

104

3) Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara sebagai pemapar.

4) Irwasda 5) Propam 6) Bidkum

7) Notulen yang bertugas mencatat semua kegiatan dan tanya jawab Gelar Perkara.

b. Instansi di luar Polri (Ekstern).

1) Pimpinan dan pejabat-pejabat tertentu dalam rangka Criminal Justice System (CJS).

2) Pejabat-pejabat tertentu lainnya yang ada

hubungannya dengan pemeliharaan keamanan. Peserta Gelar Perkara harus terpilih dan dapat dipercaya tidak mempunyai hubungan kepentingan dengan pihak-pihak yang terlibat di dalam perkara.

4. Pimpinan dan Penanggung jawab.

Penyelenggaraan Gelar Perkara dipimpin oleh Kepala Kesatuan, sedang tanggung jawab penyelenggaraan Gelar Perkara secara fungsional berada pada Kasat Reskrim/Pawasdik.

III. PELAKSANAAN GELAR PERKARA.

1. Sebelum pelaksanaan.

a. Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara menyusun dan mengajukan rencana gelar perkara kepada yang bertugas mengatur Gelar Perkara (Pawasdik). b. Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara

menyiapkan bahan/materi paparan Gelar Perkara.

c. 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan, para Peserta telah menerima undangan Gelar Perkara.

d. Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara menentukan Notulen yang bertugas mencatat lengkap

105

semua kegiatan Gelar Perkara.

2. Saat pelaksanaan.

a. Pembukaan.

b. Paparan Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara.

c. Pembahasan / Diskusi. d. Kesimpulan dan Penutup.

Gelar perkara yang diminta oleh Satuan lain (Mabes Polri, Polda, Propam, Binkum dan Irwasda)pelaksanaannya atas permintaan secara tertulis dan harus didampingi oleh Atasan Penyidik atau Pawasdik.

3. Laporan Setelah Gelar Perkara.

a. Notulen menyusun laporan pelaksanaan Gelar Perkara dengan melampirkan catatan notulen, copy/materi paparan Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara, kesimpulan dan rekomendasi hasil Gelar Perkara serta daftar hadir peserta.

b. Laporan Gelar Perkara setelah ditanda tangani oleh Pimpinan Gelar, Notulen dan Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara kemudian disampaikan kepada Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara untuk dilaksanakan.

IV. Penutup

Demikian Prosedur Operasional standar ini dibuat sebagai pedoman dan panduan bagi penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan penyidikan

Limboto, Juni 2012

An. KEPALA KEPOLISIAN RESOR LIMBOTO KASAT RESKRIM

HERI RUSYAMAN, SIK

Dalam dokumen SOP Sat Reskrim (Halaman 100-105)

Dokumen terkait