• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGGELEDAHAN

Dalam dokumen SOP Sat Reskrim (Halaman 58-64)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGGELEDAHAN

PADA SAT RESRIM POLRES LIMBOTO

A. Pendahuluan

Guna menjamin pelaksanaan tugas penyidikan yang benar, perlu disusun standar operasional prosedur untuk dijadikan standar dalam melaksanakan Penggeledahan. SOP ini merupakan pedoman bagi penyidik

dalam melaksanakan tugas penggeledahan yang wajib untuk

dilaksanakan.

Standar operasional ini merupakan panduan untuk menghindarkan penyidik terhadap hal-hal yang kontra produktif yang dapat menghalangi kelancaran proses penyidikan. Dalam pelaksanaan upaya paksa melalui penggeledahan ini, ketentuan hukum acara yang ada dalam KUHAP maupun hukum acara Undang-Undang lainnya , menjadi dasar SOP ini sebagai otorisasi operasional penyidik

B. Tujuan

Tindakan penggeledahan merupakan rangkaian atau bagian dari penyidikan. Penggeledahan dilakukan dengan pertimbangan untuk mencari barang bukti yang terkait dengan tindak pidana yang terjadi untuk pembuktian dalam proses penyidikan, penuntutan, dan peradilan. Penggeledahan dilaksanakan oleh penyidik/penyidik pembantu/penyelidik dengan berawal dari praduga bahwa pada tempat tinggal, tempat tertutup lainnya, pakaian, badan, atau tempat lain yang ada hubungannya dengan tersangka guna mencari dan menemukan barang bukti yang berkaitan dengan tindak pidana yang terjadi.

59

Pembuktian terhadap tindak pidana harus dilakukan dengan proses yang benar, kesalahan terhadap proses dapat meruntuhkan pembuktian. Standar Operasional Prosedur penggeledahan ini dibuat sebagai standar bagi penyidik/penyidik pembantu/penyelidik dalam melakukan tindakan penggeledahan untuk mencari barang bukti dan sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan adanya kesalahan Proses yang dapat mengakibatkan gugatan hukum.

Standar Operasional Prosedur penggeledahan didesain untuk mengefektifkan koordinasi baik dalam lingkungan Polri (penyidik/penyidik pembantu/penyelidik dan atasan penyidik) maupun dalam lingkungan eksternal antara lain Kejaksaan Negeri dan Pengadilan Negeri.

C. Ruang Lingkup

Standar Operasional Prosedur Penggeledahan membuat petunjuk dan koordinasi meliputi syarat yang harus dipenuhi, langkah-langkah penggeledahan dalam rangkaian tindakan penyidik untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal yang diatur dalam KUHAP. Standar Operasional Prosedur penggeledahan ini berlaku bagi seluruh penyidik Polri di wilayah Polres Limboto.

D. Definisi

1. Pengertian penggeladahan dalam Standar Operasional Prosedur ini adalah pengertian penggeledahan dalam KUHAP.

2. Penggeledahan dalam Standar Operasional Prosedur ini adalah

penggeledahan rumah, penggeledahan pakaian maupun

penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam KUHAP.

3. Pengertian penggeledahan rumah dalam Standar Operasional Prosedur ini adalah pengertian penggeledahan rumah dalam KUHAP.

60

4. Pengertian penggeledahan pakaian maupun penggeledahan badan dalam Standar Operasional Prosedur ini adalah pengertian penggeledahan badan dalam KUHAP.

E. Petunjuk dan Koordinasi

Tindakan penggeledahan merupakan rangkaian proses pembuktian perkara yang termasuk dalam kategori upaya paksa penyidik. Dalam proses kegiatan penggeledahan, penyidik melakukan berdasarkan ketentuan hukum yang ada di dalam KUHAP dan hukum lainnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan penggeledahan akan melibatkan

penyidik/penyidik pembantu dan petugas Kepolisian lainnya maupun pihak diluar institusi Kepolisian antara lain saksi, Kepala Desa / Kepala Lingkungan, penghuni rumah dan Pengadilan Negeri.

1. Penggeledahan rumah, halaman rumah dan tempat tertutup lainnya, pakaian dan badan

a. Syarat formal yang harus dipenuhi :

1) Dalam Surat Perintah Penggeledahan harus

mencantumkan dasar dilakukan penggeledahan yaitu : a) Pasal 1 butir 17 dan 18 KUHAP merupakan

penjelasan tentang apa yang dimaksud

penggeledahan;

b) Pasal 5 (1) huruf b pa sal 7 (1) huruf d pasal 11, pasal 32 dan pasal 37 KUHAP mengatur tentang kewenangan penyidik/penyidik pembantu dalam hal penggeledahan.

c) Pasal 33 KUHAP mengatur tentang syarat dan tata cara penggeledahan.

d) Pasal 34 KUHAP mengatur tentang alasan

penggeledahan tanpa izin dari Ketua PN serta tindakan yang tidak diperkenankan.

61

e) Pasal 36 KUHAP mengatur tentang pelaksanaan penggeledahan rumah diluar daerah hukum penyidik/penyidik pembantu.

f) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

g) Undang-Undang yang dipersangkakan; h) Undang-Undang lain yang terkait; i) Laporan Polisi;

j) Surat Perintah Penyidikan; k) Surat Perintah Tugas.

2) Petugas yang melaksanakan penggeledahan adalah penyidik yang mendapat perintah dalam surat perintah penyidikan;

3) Ijin penggeledahan dari Ketua Pengadilan Negeri; 4) Dalam keadaan luar biasa dan mendesak, penyidik dapat

melakukan penggeledahan tanpa lebih dulu mendapat surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri, namun segera

sesudah penggeledahan, penyidik wajib meminta

persetujuan Ketua Pengdilan Negeri yang bersangkutan; 5) Penggeledahan yang secara khusus diatur oleh Undang-Undang yang mengharuskan dimintakan izin lebih dulu kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat, maka peyidik/penyidik pembantu terlabih dahulu memenuhi ketentuan dimaksud misalnya Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan teknologi elektrik.

b. Syarat materiil yang harus dipenuhi

Penggeledahan dilakukan dengan mempertimbangkan

persesuaian alat bukti yang telah ditemukan penyidik/penyidik pembantu meliputi keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan tersangka dengan hasil olah TKP.

62

keterangan-keterangan yang diberikan saksi-saksi yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan saksi, berita acara pemeriksaan ahli (pemeriksaan forensik), petunjuk, berita acara pemeriksaan dan pengolahan TKP serta berita acara pemeriksaan tersangka.

c. Langkah-langkah penggeledahan

1) Penyidik menunjukan Surat Perintah Tugas, Surat Perintah Penggeledahan dan Surat Izin Pengeledahan Rumah dari Ketentuan Pengadilan Negeri setempat kepada orang yang akan digeledah atau orang yang menguasai tempat tertutup serta penyampaian maksud bahwa akan dilakukan penggeledahan;

2) Penyidik menghadirkan 2 (dua) orang saksi selama penggeledahan, terhadap penggeledahan yang tidak disetujui oleh tersangka atau penghuni menghadirkan Kepala Desa atau Ketua Lingkungan.

3) Bila menemukan barang bukti yang terkait tindak pidana disita, langsung diberikan Surat Tanda Penerimaan (STP) dan dibuatkan berita acara penggeledahan dengan blangko yang telah disiapkan.

4) Melaporkan hasil pelaksanaan kepada atasan penyidik dan dibuatkan berita acara penggeledahan.

5) Dalam penggeledahan hal tertangkap tangan tidak perlu

Surat Perintah Penggeledahan dan surat izin

penggeledahan dari Ketentuan Pengadilan Negeri

setempat, dua hari setelah penggeledahan segera dibuatkan BA penggeledahan dan membuat surat persetujuan tentang telah dilakukan penggeledahan kepada ketua Pengadilan Negeri.

63 F. Penutup

1. Standar Operasional Prosedur tentang penggeledahan ini

dikeluarkan untuk dijadikan pedoman didalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana.

2. Format administrasi penyidikan berpedoman kepada Buku Petunjuk Administrasi yang berlaku.

Limboto, Juni 2012

An. KEPALA KEPOLISIAN RESOR LIMBOTO KASAT RESKRIM

HERI RUSYAMAN, SIK

64 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH GORONTALO RESOR LIMBOTO

Dalam dokumen SOP Sat Reskrim (Halaman 58-64)

Dokumen terkait