• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SP2HP

Dalam dokumen SOP Sat Reskrim (Halaman 86-100)

PEDOMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SP2HP

PADA SAT RESRIM POLRES LIMBOTO

I. Pendahuluan

1. Umum

a. Harus disadari bahwa proses penyidikan yang dilaksanakan oleh penyidik Polri selama ini dirasakan masih jauh dari harapan masyarakat, hal ini ditandai dengan masih adanya komplain atau pengaduan terhadap terjadinya penyalah- gunaan wewenang, keterlambatan penyelesaian perkara dan sebagainya. Kondisi seperti ini merupakan salah satu indikator belum dapat diwujudkannya kepastian hukum dan pelayanan Polri yang belum memenuhi harapan masyarakat;

b. Sejalan dengan era globalisasi dan transparansi (keterbukaan informasi publik), kecendrungan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kinerja Polri, maka Polri dalam hal ini penyidik dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan (profesionalisme) dan mereformasi birokrasi dalam proses penyidikan untuk membangun kepercayaan masyarakat (trust building);

c. Untuk mengimplementasikan Program Kerja Akselerasi Tranformasi Polri menuju Polri yang mandiri, profesional dan dipercaya masyarakat, maka Sat Reskrim Polres Limboto dan jajarannya dituntut untuk segera merubah mindset dan

87

perilaku dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dari yang selama ini terkesan dilakukan dengan cara pendekatan kekuasaan (minta dilayani) menjadi pendekatan yang sifatnya pro-aktif (melayani) sehingga pada gilirannya akan terbangun kepercayaan ( trust building ) masyarakat terhadap kinerja Polri khususnya Reserse;

d. Dalam upaya percepatan membangun dan meraih

kepercayaan masyarakat tersebut, serta dalam rangka mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis, Kapolri telah merumuskan kebijakan dalam bentuk Reformasi Birokrasi dengan me-launching Program Quick Wins Fungsi Reskrim yaitu : “PEMBERIAN PELAYANAN KEPADA PIHAK YANG SEDANG MEMPERJUANGKAN KEADILAN DALAM

PROSES PENYIDIKAN SECARA BERKESINAMBUNGAN

MELALUI PEMBERIAN SURAT PEMBERITAHUAN

PERKEMBANGAN HASIL PENYIDIKAN (SP2HP)”.

Sebagai konsekwensi dari ditetapkannya Program Unggulan Quick Wins tersebut, maka setiap proses penyidikan dimulai sejak diterimanya Laporan Polisi sampai dengan Pelimpahan Berkas Perkara ke JPU harus dilaksanakan secara profesional, proporsional, obyektif dan transparan yang kesemua kegiatannya tergambar dalam “strive for excellence” (pelayanan kepada masyarakat yang unggul / prima);

e. Guna kelancaran pelaksanaan dari Program Quick Wins melalui penerbitan SP2HP, Olah TKP dan Penanggulangan Teror oleh Fungsi Reskrim dalam setiap proses penyidikan diperlukan pedoman bagi para penyidik/penyidik pembantu di seluruh jajaran Sat Reskrim Polres Limboto.

88

2. Dasar

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian R.I;

c. Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep / 37 / X / 2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Program Kerja Akselerasi Transformasi Polri Menuju Polri yang Mandiri, Profesional dan Dipercaya Masyarakat;

d. Surat Telegram Kabareskrim Polri No. Pol.: STR/33/RA/I/2009 tanggal 14 Januari 2009 tentang Mekanisme dan Tahapan

Pemberian Pelayanan kepada pihak yang sedang

memperjuangkan Keadilan dalam Proses Penyidikan melalui SP2HP.

3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Maksud penyusunan buku ini adalah sebagai pedoman bagi para penyidik/penyidik pembantu dalam mememberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan selama proses

penyidikan atas perkara yang dilaporkan dengan

menginformasikan setiap tahap perkembangan hasil

penyidikan yang telah dilakukan melalui pengiriman SP2HP.

b. Tujuan

Terwujudnya mekanisme penyidikan yang profesional, proporsional, obyektif, transparan dan akuntabel serta tidak diskriminatif sehingga dapat memberikan jaminan adanya kejelasan dan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berperkara.

89

4. Ruang Lingkup

Pedoman pelaksanaan program quick wins ini meliputi petunjuk tentang tata cara pemberian surat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan (SP2HP) kepada pelapor/korban yang harus dilakukan oleh para penyidik/penyidik pembantu sesuai tahapan-tahapan dan waktu yang telah ditetapkan.

5. Asas-asas dan pengertian-pengertian a. Asas- asas

1) Legalitas, yaitu setiap tindakan penyidikan senantiasa berdasarkan peraturan perundang-undangan;

2) Proporsional, yaitu setiap penyidik melaksanakan tugasnya sesuai legalitas kewenangannya masing-masing;

3) Kepastian hukum, yaitu setiap tindakan penyidik dilakukan untuk menjamin tegaknya hukum dan keadilan;

4) Kepentingan umum, yaitu setiap penyidik Polri lebih

mengutamakan kepentingan umum dari pada

kepentingan pribadi dan/atau golongan;

5) Efektifitas dan efisiensi waktu penyidikan, yaitu dalam proses penyidikan, setiap penyidik wajib menjunjung tinggi efektivitas dan efisiensi waktu penyidikan sebagaimana diatur dalam peraturan-pratuaran / perkap Kapolri yang berlaku;

6) Kredibilitas, yaitu setiap penyidik memiliki kemampuan dan ketrampilan yang prima dalam melaksanakan tugas penyidikan;

7) Transparan yaitu, setiap tindakan penyidik

memperhatikan asas keterbukaan dan bersifat informatif bagi pihak-pihak terkait;

90

8) Akuntabilitas yaitu, setiap penyidik dapat memper tanggung jawabkan tindakannya secara yuridis, administrasi dan tehknis.

b. Pengertian-pengertian

1) Cepat yaitu pelapor/pengadu terlayani dengan segera

dan profesional sesaat setelah menyampaikan

laporannya dengan kretaria sebagai berikut :

a) Adanya kesigapan, kesiapan, dan sikap proaktif dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat yang menyampaikan laporan/pengaduan; b) Penyidik segera membuatkan laporan polisi dan

memberikan surat tanda bukti laporan (STBL) kepada pelapor;

c) Penyidik segera mendatangi TKP untuk laporan kasus yang memerlukan olah TKP;

d) Penyidik segera memeriksa pelapor/saksi yang

ada dan dituangkan kedalam BAP;

e) Penyidik melakukan penelitian terhadap laporan yang diterima untuk menentukan status laporan tersebut;

f) Atasan penyidik segera mengirimkan SP2HP

kepada pelapor mengenai status laporan, identitas penyidik yang menangani dan rencana tindak lanjut proses laporan tersebut.

2) Tepat yaitu segala upaya/tindakan yang dilakukan penyidikan didasari profesional, proporsional, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dengan kreteria sebagai berikut :

a) Tindakan penyidikan yang terarah dan terukur didasari 3T (tepat sasaran, tepat alasan dan tepat dasar hukumnya);

91

b) Setiap tindakan penyidikan didukung oleh

administrasi penyidikan;

c) Tindakan upaya paksa oleh penyidik dilakukan sesuai urutan tindakan-tindakan yang telah diatur dalam juklak/juknis yaitu dimulai dari tindakan persuasif sampai dengan tindakan represif.

3) Transparan yaitu adanya keterbukaan dalam proses

penyidikan melalui penyampaian pemberitahuan

perkembangan hasil penyidikan (SP2HP) dan

pelaksanaan pengawasan penyidikan dari seluruh tahapan tahapan penindakan yang dilakukan oleh penyidikan baik melalui surat maupun gelar perkara, kegiatan yang dilakukan :

a) Dalam penerimaan laporan petugas membacakan

kembali isi laporan yang diterima dan dipahami oleh pelapor kemudian ditanda tangani bersama;

b) Selama dalam proses penelitian laporan,

penyelidikan dan penyidikan pelapor

mendapatkan informasi perkembangan

penyidikan melalui SP2HP;

c) Sejak proses kepenyidikan sudah diawasi oleh Pengawas Penyidik.

4) Akuntabel yaitu segala tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur, terukur, tindakan tidak bertentangan dengan hukum dan dapat dipertanggung jawabkan kepada publik/umum;

5) Perkara mudah yaitu apabila :

a) Saksi-saksi ada dan tempat tinggalnya masih

dalam wilayah satu Kecamatan dengan kantor penyidik;

92

b) Barang buktinya mudah didapat;

c) Petunjuk yang ada terdapat kesesuaian antara keterangan para saksi, tersangka dan barang bukti yang ditemukan;

d) Tidak memerlukan keterangan ahli, namun

apabila diperlukan ahli tersedia di wilayah hokum penyidik;

e) Tersangkanya tertangkap tangan/menyerahkan

diri / keberadaan dan identitasnya diketahui serta mudah ditangkap;

f) TKP mudah dijangkau dan masih dalam keadaan

utuh serta tidak diperlukan olah TKP atau tidak diperlukan juga bantuan tehnis dalam olah TKP;

g) Tidak diperlukan peranan lembaga lain dalam

proses penyidikan/kalau diperlukan tersedia dalam wilayah hukum penyidik.

6) Perkara sedang yaitu apabila :

a) Saksi-saksi ada dan tempat tinggalnya masih

dalam wilayah satu Kabupaten dengan kantor penyidik;

b) Barang buktinya mudah didapat dan ada

petunjuk yang berkaitan dengan keterangan saksi, barang bukti dan tersangka;

c) Tidak diperlukan keterangan ahli, namun apabila diperlukan ahli tersedia di wilayah hukum penyidik;

d) Tersangka tidak terganggu kesehatannya,

keberadaan dan identitasnya sudah diketahui serta mudah ditangkap, tidak merupakan bagian dari kejahatan terorganisir, jumlahnya tidak lebih dari 3 orang;

93

e) TKP mudah dijangkau dan masih utuh serta

diperlukan olah TKP dan bantuan tehnis dalam olah TKP;

f) Diperlukan peralatan khusus Kepolisian dalam

proses penyidikan dan peran lembaga lain.

7) Perkara sulit yaitu apabila :

a) Tempat tinggal saksi berada dalam satu Provinsi dengan kantor penyidik, jumlahnya kurang dari 2 orang, saksi bukan merupakan sumber pertama, saksi berhubungan dengan lembaga lain dan untuk melakukan pemeriksaan saksi diperlukan prosedur birokrasi khusus;

b) Sangat diperlukan bukti surat dan untuk

mendapatkannya diperlukan izin khusus;

c) Terdapat sebagian petunjuk yang berkaitan

dengan keterangan para saksi dengan barang bukti namun belum mengarah pada tersangka atau sebaliknya;

d) Diperlukan beberapa keterangan ahli, sedangkan ahli tersebut belum tersedia diwilayah penyidik;

e) Tersangka belum diketahui identitasnya atau

tersangka terganggu kesehatannya atau

tersangka dilindungi kelompok tertentu atau tersangka memiliki jabatan tertentu yang dalam pemeriksaan diatur oleh Undang-Undang atau jumlah tersangkanya lebih dari 4 orang;

f) TKP sukar dijangkau, jauh dari kantor penyidik dan TKP sudah dalam keadaan tidak utuh, diperlukan pengolahan TKP, diperlukan bantuan tehnis untuk olah TKP, diperlukan pengamanan khusus terhadap TKP dan TKP lebih dari satu lokasi dalam wilayah hukum penyidik;

94

g) Barang bukti sulit didapat, barang bukti

memerlukan pemeriksaan secara forensik/ahli, barang bukti memerlukan pengamanan khusus, barang bukti memerlukan pengangkutan dan atau memerlukan tempat penyimpanan khusus;

h) Diperlukan peralatan khusus Kepolisian dan

peran dari lembaga lain.

8) Perkara sangat sulit yaitu apabila :

a) Tempat tinggal saksi berada di luar provinsi atau luar negeri, atau alamatnya tidak jelas (daerah terpencil), jumlah saksi kurang dari 2 orang atau saksi berhubungan dengan lembaga lain; b) Adanya birokrasi perizinan dalam menghadirkan

saksi atau saksi diperlukan pengamanan khusus atau saksi dalam keadaan sakit-sakitan;

c) Bukti-bukti berupa surat atau dokumen sulit

ditemukan atau untuk mendapatkan bukti diperlukan izin khusus atau bukti perlu diperiksa secara forensik;

d) Petunjuk yang ada belum memperlihatkan

keterkaitan antara keterangan para saksi, tersangka dan barang bukti;

e) Sangat diperlukan keterangan ahli dimana ahli tersebut harus didatangkan dari luar provinsi atau luar negeri;

f) Tersangka belum diketahui identitasnya, atau

tersangka terganggu kesehatannya atau

dilindungi oleh kelompok tertentu, jumlah tersangka lebih dari 4 orang, memerlukan izin

khusus untuk memeriksa tersangka atau

95

kejahatan atau warga negara asing atau tersangka melarikan diri;

g) TKP sukar dijangkau, jauh dari kantor penyidik atau tidak utuh diperlukan pengolah TKP, diperlukan bantuan tehnis olah TKP, diperlukan pengamanan khusus TKP atau TKP lebih dari 1 yuridiksi (wilayah hukum penyidik);

h) Barang bukti sulit didapat atau memerlukan

pemeriksaan secara forensik atau memerlukan

pengamanan khusus atau memerlukan

pengangkutan alat angkut khusus atau barang bukti mudah rusak;

i) Untuk mengungkap kasusnya diperlukan

peralatan khusus dan peran dari lembaga lain. 6. Kegiatan

a. Tahap penerimaan/penelitian laporan

1) Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) menerima

laporan/pengaduan dari masyarakat;

2) Untuk kasus-kasus tertentu dimana diperlukan bukti surat / dokumen, pelapor membawa bukti foto copy / dokumen yang berkaitan dengan tindak pidana / kasus yang dilaporkan / diadukan;

3) Pelapor membuat surat penyataan yang menyatakan bahwa laporan tersebut belum pernah dilaporkan atau ditangani oleh polisi;

4) Laporan/pengaduan diserahkan dari SPK kepada Piket Sat Reskrim;

5) Saksi/pelapor dimintai keterangan sementara oleh Piket Sat Reskrim dan dituangkan ke dalam BAP;

6) Piket Reskrim membawa laporan/pengaduan ke Urmintu untuk diregister dan oleh Urmintu menelaah serta mempelajari untuk selanjutnya didistribusikan ke Kasat Reskrim;

96

7) Kemudian Kasat mendisposisikan meneruskan ke salah satu unit dalam lingkungan kerja satuan fungsinya untuk menangani / proses laporan tersebut;

8) Selambat-lambatnya 3 hari setelah laporan diterima oleh Kanit atau tim penyidik yang di tugaskan untuk menangani laporan tersebut, pelapor diberi tahu dengan mengirim surat pemberitahuan perkembangan penelitian laporan (format A1) yang isinya menjelaskan bahwa :

a) laporan pengaduan saudara telah kami terima

dan akan segera kami tindak lanjuti dengan penyelidikan oleh (disebutkan nama dan identitas nama penyidik) yang menangani serta nomor teleponnya atau HP yang dapat dihubungi sewaktu-waktu diperlukan;

b) pada akhir kalimat format A1 dibuat catatan memuat motto Polri : “KAMI SIAP MELAYANI ANDA DENGAN CEPAT, TEPAT, TRANSPARAN DAN AKUNTABEL DAN TANPA IMBALAN“

b. Tahap penyelidikan

1) Seterimanya laporan polisi penyidik melakukan

penyelidikan dan melaporkan hasilnya kepada atasan penyidik, selanjutnya atasan penyidik memimpin gelar hasil penyelidikan guna menentukan dapat tidaknya hasil penyelidikan ditingkatkan ke proses penyidikan; 2) Dalam hal disimpulkan bahwa telah terjadi tindak

pidana, selanjutnya atasan penyidik menentukan klasifikasi ke sulitan perkara (ringan, sedang, sulit dan sangat sulit)

3) Kasus ringan dan kasus sedang waktu penyelidikan 14 hari bila waktu penyelidikan masih kurang dapat diperpanjang lagi penyidik mengirimkan SP2HP kepada pelapor;

97

4) Kasus sulit dan sangat sulit dengan waktu penyelidikan 30 hari dan dapat diperpanjang lagi penyelidikan penyidik mengirimankan SP2HP kepada pelapor.

c. Tahap penindakan dan pemeriksaan

1) Kasus ringan dengan waktu penyidikan paling lama 30 hari, pengiriman SP2HP yang diberikan kepada pelapor sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada hari ke 15 dan hari ke 30;

2) Kasus sedang dengan waktu penyidikan dilakukan paling lama 60 hari, pengiriman SP2HP diberikan kepada pelapor sebanyak 4 (empat) kali yaitu pada hari ke 15, 30, 45, dan hari ke 60;

3) Kasus sulit dengan waktu penyidikan dilakukan paling lama 90 hari, Pengiriman SP2HP diberikan kepada pelapor sebanyak 6 (enam) kali yaitu pada hari ke 15, 30, 45, 60, 75, dan hari ke 90;

4) Kasus sangat sulit dengan waktu penyidikan dilakukan paling lama 120 hari, pengiriman SP2HP diberikan kepada pelapor sebanyak 5 (lima) kali yaitu pada hari ke 20, 40, 60, 80, dan hari ke 100;

5) Dalam hal batas waktu penyidikan belum dapat

diselesaikan oleh penyidik dapat mengajukan

perpanjangan waktu penyidikan melalui pengawas penyidikan kepada yang memberi perintah penyidikan.

d. Tahap penyelesaian dan penyerahan berkas perkara

1) Pada saat penyelesaian dan pelimpahan berkas perkara tahap pertama penyidik memberikan SP2HP kepada Pelapor;

2) Apabila dalam penelitian berkas perkara penuntut umum (JPU) mengembalikan berkas perkara (P.19) maka

98

penyidik memberitahukan kepada pelapor melalui SP2HP dan setelah dilakukan pelimpahan kembali diikuti pemberitahuan kepada pelapor dalam bentuk SP2HP; 3) Pada saat penyerahan berkas perkara tahap kedua

penyidik menyampaikan SP2HP kepada pelapor; 4) Data penyampaian/pemberitahuan SP2HP mulai dari

tahap penilaian laporan/pengaduan, penyidikan,

penindakan dan pemeriksaan sampai dengan

pelimpahan berkas perkara (tahap I dan tahap II) teregister.

e. Pengiriman SP2HP kepada pelapor kedua, ketiga dan seterusnya berisi tentang perkembangan hasil penyidikan, namun setiap SP2HP isinya tidak sama dengan SP2HP yang telah dikirim sebelumnya (ada perkembangan hasil lidik/sidik yang telah dilakukan);

f. Disamping masyarakat pelapor mendapatkan SP2HP juga dapat mengakses setiap perkembangan kasus yang dilaporkan melalui website bareskrim polri dan sms 1112.

II. Pengawasan Dan Pengendalian

1. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan quick wins fungsi Reskrim dilakukan secara berjenjang dari mulai tingkat Kanit, Kaur bin ops sampai dengan Kasat;

2. Kewenangan penandatanganan SP2HP diatur sebagai berikut : a. Untuk tingkat Polres ditandatangani oleh Kasat/Wakasat

Reskrim/Kaurbinops dengan tembusan kepada Kapolres / WakaPolres;

c. Untuk tingkat Polsek ditandatangani oleh Kapolsek/Waka Polsek.

99

3. Untuk memonitor setiap perkembangan hasil penyidikan, dilakukan melalui sistem penilaian dan pengawasan kinerja penyidik yang dituangkan dalam map kontrol.

III. Penutup

Demikian Prosedur Operasional standar ini dibuat sebagai pedoman dan panduan bagi penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan penyidikan

Limboto, Juni 2012

An. KEPALA KEPOLISIAN RESOR LIMBOTO KASAT RESKRIM

HERI RUSYAMAN, SIK

100 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH GORONTALO RESOR LIMBOTO

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Dalam dokumen SOP Sat Reskrim (Halaman 86-100)

Dokumen terkait