• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Standar Pendidikan Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud

3.4 Standar Proses Pembelajaran

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses pendidikan di Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang mencakup bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung yang dapat dijadikan pedoman bagi dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa dalam melaksanakan aktivitasnya demi mencapai Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud.

Dengan adanya persaingan global dan tuntutan akan lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi, Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud wajib menetapkan Standar Proses Pembelajaran yang baik. Inti dari proses pembelajaran adalah mencapai standar kompetensi lulusan dengan menstimulasi perubahan pada diri mahasiswa dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai hasil interaksinya dengan suasana akademik yang kondusif berbasis pendekatan ilmiah yang mandiri, inovatif dan objektif. Proses pembelajaran pada Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud merupakan proses membangun pengetahuan yang konstruktif melalui proses pendidikan yang inovatif dan berpusat pada mahasiswa.

Terkait dengan proses pembelajaran, UU No. 12 Tahun 2012 menyebutkan bahwa pendidikan tinggi diselenggarakan dengan prinsip pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, dengan memperhatikan lingkungan secara selaras dan seimbang (pasal 6 huruf f). Sementara itu, Permendikbud No. 3 Tahun 2020 , tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, menyebutkan bahwa Standar Proses Pembelajaran

merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi untuk memperoleh capaian pembelajaran lulusan. Standar Proses Pembelajaran ini harus mengacu pada standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pembelajaran.

3.4.2 Pihak yang Bertanggung jawab untuk Mencapai Isi Standar

Koordinator Program Studi, Dosen, Tenaga Kependidikan, Dokter Residen selaku Mahasiswa, dan Tenaga Kependidikan (Unsur Penunjang).

3.4.3 Definisi/Istilah

1. Koordinator Program Studi adalah Koordinator Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud.

2. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang bekerja di lingkungan Fakultas Kedokteran.

3. Tenaga kependidikan adalah pegawai yang mengabdikan diri dan diangkat sebagai PNS atau kontrak untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan tinggi antara lain pustakawan, tenaga administrasi, laboran, dan teknisi, serta pranata tenaga informasi.

3.4.4 Pernyataan Isi Standar

1. Koordinator Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud wajib menyusun dan menetapkan Standar Proses Pembelajaran yang merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi untuk memperoleh capaian pembelajaran lulusan.

2. Standar Proses Pembelajaran sebagaimana dimaksud pada poin (1) mencakup: a) Karakteristik proses pembelajaran; b) Perencanaan proses pembelajaran; c) Pelaksanaan proses pembelajaran; dan d) Beban belajar dokter residen selaku mahasiswa.

3. Karakteristik proses pembelajaran pada Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud adalah interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada dokter residen selaku mahasiswa.

a. Interaktif: capaian pembelajaran lulusan diraih dengan mengutamakan proses interaksi dua arah antara dokter residen selaku mahasiswa dan dosen.

b. Holistik: proses pembelajaran mendorong terbentuknya pola pikir yang komprehensif dan luas dengan menginternalisasi keunggulan dan kearifan lokal maupun nasional.

c. Integratif: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang terintegrasi untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan secara keseluruhan dalam satu kesatuan program melalui pendekatan antardisiplin dan multidisiplin.

d. Saintifik: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga tercipta lingkungan akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidah ilmu pengetahuan serta menjunjung tinggi nilai – nilai agama dan kebangsaan.

e. Kontekstual: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuan menyelesaikan masalah dalam ranah keahliannya.

f. Tematik: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan program studi dan dikaitkan dengan permasalahan nyata melalui pendekatan transdisiplin.

g. Efektif: capaian pembelajaran lulusan diraih secara berhasil guna dengan mementingkan internalisasi materi secara baik dan benar dalam kurun waktu yang optimum.

h. Kolaboratif: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individu pembelajar untuk menghasilkan kapitalisasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

i. Berpusat pada dokter residen selaku mahasiswa: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan dokter residen, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan.

4. Perencanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam poin (2) huruf b disusun untuk setiap mata kuliah dan disajikan dalam rencana pembelajaran semester (RPS) dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Setiap dosen secara mandiri atau bersama dalam kelompok keahlian bidang ilmu menetapkan dan mengembangkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS).

b. RPS paling sedikit memuat: a) Nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, SKS, nama dosen pengampu; b) Capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah; c) Kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan; d) Bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai; e) Metode pembelajaran; f) Waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap pembelajaran; g) Pengalaman belajar dokter residen yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus dikerjakan oleh dokter residen selama satu semester; h) Kriteria, indikator, dan bobot penilaian; dan i) Daftar referensi yang digunakan.

c. Setiap dosen Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud secara mandiri atau bersama dalam kelompok keahlian bidang ilmu wajib meninjau dan menyesuaikan RPS secara berkala sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

5. Pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Proses pembelajaran di setiap mata kuliah dilaksanakan sesuai RPS dengan karakteristik sebagaimana dimaksud dalam poin (1).

b. Proses pembelajaran yang terkait dengan penelitian mahasiswa wajib mengacu pada Standar Nasional Penelitian.

c. Proses pembelajaran yang terkait dengan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa wajib mengacu pada Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.

d. Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler wajib dilakukan secara sistematis dan terstruktur melalui berbagai mata kuliah dan dengan beban belajar yang terukur.

e. Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler wajib menggunakan metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata kuliah untuk

mencapai kemampuan tertentu yang ditetapkan dalam mata kuliah dalam rangkaian pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.

f. Metode pembelajaran sebagaimana dinyatakan pada poin (5) huruf e yang dapat dipilih untuk pelaksanaan pembelajaran mata kuliah antara lain:

diskusi kelompok, simulasi, studi kasus, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, atau metode pembelajaran lain, yang dapat secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.

g. Setiap mata kuliah dapat menggunakan satu atau gabungan dari beberapa metode pembelajaran sebagaimana dimaksud pada poin (5) huruf f dan diwadahi dalam suatu bentuk pembelajaran berupa: kuliah, responsi dan tutorial, seminar, praktikum, atau praktik lapangan serta penelitian.

h. Bentuk pembelajaran berupa penelitian sebagaimana dimaksud pada poin (5) huruf g merupakan kegiatan mahasiswa di bawah bimbingan dosen dalam rangka pengembangan pengetahuan dan keterampilannya serta meningkatkan kesejahteran masyarakat dan daya saing bangsa.

6. Beban belajar mahasiswa sebagaimana dimaksud dalam poin (5) huruf d, dinyatakan dalam besaran satuan kredit semester (SKS), dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Satu SKS setara dengan 170 (seratus tujuh puluh) menit kegiatan belajar per minggu per semester.

b. Setiap mata kuliah paling sedikit memiliki bobot 1 (satu) SKS.

c. Semester merupakan satuan waktu kegiatan pembelajaran efektif selama 16 (enam belas) minggu termasuk ujian tengah semester dan ujian akhir semester.

d. Satu tahun akademik terdiri dari dua semester dan Program Studi Spesialis Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dapat menyelenggarakan semester antara.

e. Semester antara sebagaimana dimaksud dalam butir d diselenggarakan paling sedikit 8 minggu dengan beban belajar paling banyak 9 SKS sesuai dengan beban belajar mahasiswa untuk mencapai capaian pembelajaran yang telah ditetapkan.

f. Apabila semester antara diselenggarakan dalam bentuk perkuliahan, tatap muka paling sedikit enam belas (16) kali termasuk ujian tengah semester antara dan ujian akhir semester antara.

g. Satu SKS pada bentuk pembelajaran kuliah, responsi dan tutorial, mencakup:

a) Kegiatan belajar dengan tatap muka 50 (lima puluh) menit per minggu per semester; b) Kegiatan belajar dengan penugasan terstruktur 60 (enam puluh) menit per minggu per semester; dan c) Kegiatan belajar mandiri 60 (enam puluh) menit per minggu per semester.

h. Satu SKS pada bentuk pembelajaran seminar atau bentuk pembelajaran lain yang sejenis, mencakup: a) Kegiatan belajar tatap muka 100 (seratus) menit per minggu per semester; dan b) Kegiatan belajar mandiri 70 (tujuh puluh) menit per minggu per semester.

i. Satu SKS pada bentuk pembelajaran praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan/atau bentuk pembelajaran lain yang setara, adalah 170 (seratus tujuh puluh) menit per minggu per semester.

j. Beban normal belajar mahasiswa adalah 8 (delapan) jam per hari atau 48 (empat puluh delapan) jam per minggu setara dengan 18 (delapan belas) SKS per semester, sampai dengan 9 (sembilan) jam per hari atau 54 (lima puluh empat) jam per minggu setara dengan 20 (dua puluh) SKS per semester.

k. Untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan program, bagi peserta yang berpendidikan profesi spesialis (Sp-1) sekurang-kurangnya 163 SKS, termasuk tesis 8 SKS, dijadwalkan untuk 11 semester dan dapat di tempuh selama – lamanya 14 semester.

l. Komposisi mata kuliah untuk pengambangan kompetensi mahasiswa adalah 163 SKS, yaitu: kompetensi utama terdiri dari bedah saraf dasar 23 SKS (14,11%), bedah saraf lanjut 47 SKS (28,83 %) dan bedah saraf chief 59 SKS (36,2%), kompetensi tambahan terdiri atas bedah dasar 12 SKS (7,36%), MKDU 22 SKS (13,5%) berikut trauma dan neurointensif, Kompetensi lain seperti tesis bernilai 8 SKS (4,9%) dan termasuk dalam kompetensi bedah saraf chief.

m. Kompetensi utama Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud sekurang

– kurangnya harus lulus ujian CBT Nasional dan Ujian OSCE Nasional serta lulus penyusunan proposal penelitian, proses penelitian, seminar kemajuan/hasil penelitian, penulisan tesis, dan ujian tesis.

n. Setiap kandidat spesialis bedah saraf diwajibkan untuk menulis paling sedikit 1 (satu) publikasi ilmiah bertaraf internasional yang diolah dari hasil penelitian tesis dari peserta didik yang bersangkutan, dan telah mendapat persetujuan pembimbing.

7. Metode proses pembelajaran seorang peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Saraf Indonesia.

a. Kuliah - Tutorial

1) Kuliah diberikan pada tingkat Bedah Dasar (3 bulan pertama)

2) Tutorial diberikan pada setiap jenjang pendidikan di subdepartemen masing – masing

b. Group Discussion

1) Diskusi kasus diberikan pada setiap jenjang pendidikan baik dilakukan bersama – sama dan di setiap divisi maupun di RS Jejaring.

c. Studi Kasus

1) Studi kasus diberikan pada setiap jenjang pendidikan baik dilakukan bersama – sama dan di setiap divisi maupun di RS Jejaring.

d. Pembacaan Paper

1) Pembacaan paper menjadi kewajiban setiap peserta didik Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud.

2) Pembacaan paper dapat dilakukan di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

e. Bimbingan dan Praktik

1) Bimbingan diberikan pada setiap jenjang pendidikan Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud.

2) Bimbingan dalam pengembangan pengetahuan/keilmuan dan keterampilan untuk mencapai kompetensi yang diinginkan sesuai dengan standar pendidikan dokter spesialis bedah saraf.

3) Bimbingan untuk keterampilan bedah saraf sesuai dengan jenjang pendidikan.

f. Asistensi Operasi

1) Sebelum melakukan operasi mandiri, diwajibkan setiap peserta didik menjadi asisten operasi.

2) Tugas menyiapkan pasien preoperatif dan perawatan pascaoperatif.

g. Bedside Teaching

1) Bedside teaching diberikan pada setiap jenjang pendidikan Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud.

2) Bedside teaching dilakukan di setiap divisi maupun di RS jejaring h. Latihan dan Kursus yang Telah Ditetapkan dan Diwajibkan Kepada Setiap

Peserta Didik. Kursus dan latihan telah ditetapkan oleh Kolegium Bedah Saraf Indonesia.

i. Workshop yang Diselenggarakan oleh Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud.

j. Penelitian

1) Penelitian menjadi kewajiban peserta didik untuk persyaratan Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud.

2) Penelitian di bawah pembimbing yang telah ditunjuk sesuai dengan kompetensi dan keilmuan masing – masing.

k. Praktik Lapangan/pelayanan dan Pengabdian Masyarakat

1) Praktik lapangan bersifat pendidikan kemandirian yang dilakukan peserta didik di lapangan seperti di RS jejaring atau ditempat yang telah ditunjuk.

2) Praktik lapangan tetap di bawah bimbingan dan supervisi dari supervisor yang berwewenang.

l. Keikutsertaan dalam Pertemuan Ilmiah di Tingkat Lokal, Nasional dan/atau Internasional.

m. Tanggung jawab residen meliputi beberapa hal, antara lain:

1) Instalasi Rawat Darurat (IRD)

a) Tanggung jawab di Instalasi Rawat Darurat, meliputi pelayanan operatif dan non operatif terhadap pasien bedah saraf baik yang datang secara primer maupun konsultasi dari departemen lain.

b) Pelayanan non operatif, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis, pemeriksaan tambahan yang diperlukan,

mencatat problem yang ditemukan, membuat analisis, mengambil kesimpulan, menetapkan diagnosis, dan usulan rencana selanjutnya, baik untuk pasien baru di kamar terima maupun pasien yang rawat inap di Instalasi Rawat Darurat (ICU, RTI, PICU)

c) Pelayanan operatif, meliputi persiapan pasien pra operasi, peri- operatif, tindakan operasi baik bimbingan, di bawah supervisi, maupun mandiri, serta perawatan pasca operasi dini hingga lanjutan. Operator mandiri bertanggung jawab penuh terhadap morbiditas dan mortalitas pasien dengan diback-up oleh staf supervisor (konsulen) jaga.

d) Setiap pasien harus didiskusikan dengan chief residen dan supervisor jaga.

2) Instalasi Rawat Inap

a) Pelayanan di instalasi rawat inap, meliputi pelayanan pemeriksaan dan perawatan rutin di ruangan, observasi rutin, membuat instruksi perawatan, mengirim, atau menjawab konsultasi dengan departemen lain bila diperlukan.

b) Setiap tindakan atau follow up harus didokumentasikan di dalam rekam medis secara benar, lengkap, dan jelas.

c) Menyiapkan pasien praoperasi sebaik mungkin.

d) Pengetahuan tentang pasien yang dirawat dan rencana untuk setiap tahap perawatan harus dikuasai dengan baik.

e) Setiap pasien dan kemajuannya harus didiskusikan dengan chief residen dan supervisor di divisi terkait.

f) Melengkapi dokumen rekam medik untuk pasien yang keluar rumah sakit dan mengerjakan resume untuk diperiksa oleh supervisor.

3) Instalasi Rawat Jalan

a) Memeriksa dan membuat catatan klinis pasien bedah saraf di poliklinik rawat jalan.

b) Konsultasi pasien dengan supervisor yang berwenang.

c) Melakukan rekapitulasi pasien rawat jalan di buku Poliklinik Bedah Saraf.

d) Melakukan pencatatan yang diperlukan terkait kegiatan di

poliklinik rawat jalan.

4) Instalasi Bedah Pusat

a) Memastikan kesiapan pasien yang akan dilakukan operasi termasuk alat atau implan.

b) Menyiapkan pasien di ruang operasi, mulai peri-operasi, posisi pasien, disinfeksi.

c) Operasi mandiri: bertanggung jawab penuh terhadap pra-operasi, durante operasi dan pascaoperasi. Bertanggung jawab penuh terhadap morbiditas dan mortalitas yang terjadi dengan back up supervisor.

d) Operasi bimbingan: harus memastikan supervisor bedah saraf yang bersangkutan siap dan dapat mendampingi. Bertanggung jawab terhadap proses pra operasi dan pasca operasi, konsultasi dengan supervisor bila terjadi morbiditas atau mortalitas.

e) Asisten operasi: sesuai instruksi dari supervisor bedah saraf.

f) Tanggung jawab pemantauan pasien di ICU Instalasi Bedah Sentral secara berkala (tugas dokter jaga).

5) Sebagai dokter jaga

a) Melakukan tugas jaga sesuai pos jaga yang ditetapkan mulai jam 06.00 pagi hingga 06.00 besok paginya (24 jam).

b) Tugas jaga diatur oleh chief residen dan disahkan oleh Koordinator Program Studi dan Kepala Sub-Departemen.

c) Tidak diizinkan untuk bertugas jaga selama dua hari atau lebih berturut – turut.

d) Melakukan pemeriksaan hingga membuat rencana terapi dan harus didiskusikan dengan chief residen dan supervisor jaga.

e) Ketika pergantian tugas jaga harus dilakukan serah terima pasien secara jelas.

f) Melaporkan dan mendiskusikan kasus selama tugas jaga pada laporan pagi dengan supervisor jaga dan supervisor laporan pagi.

g) Berkoordinasi dengan residen yang stase di divisi tentang pasien baru atau pasien yang bermasalah pada saat yang bersangkutan jaga.

6) Pencapaian kompetensi

a) Setiap peserta didik mempunyai tanggung jawab untuk memperkaya pengetahuan dan kemampuan dalam pengelolaan pasien di tempat tugasnya dengan cara belajar mandiri dari sumber–sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dan diskusi kasus.

b) Kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab kompetensi tertentu ini pada tiap tahapnya akan mengakibatkan kemunduran atau kelambatan dalam masa studi hingga pemberian sangsi.

7) Sebagai instruktur klinik

a) Residen diberi kesempatan mengembangkan dirinya sebagai penyedia informasi dan melakukan proses belajar mengajar (membimbing mahasiswa) terutama pada dokter muda sesuai kompetensi dan wewenang yang diberikan di bawah supervisi staf pengajar/ supervisor.

8) Pengembangan diri

a) Pengembangan diri dilakukan dengan mengikuti kegiatan ilmiah baik di dalam maupun luar negeri, baik sebagai peserta maupun penyaji.

b) Peserta didik diwajibkan untuk tampil pada kegiatan ilmiah bedah saraf nasional atau internasional sebagai penyaji minimal dua kali selama masa studi.

c) Waktu, frekuensi, dan lamanya diatur oleh Koordinator Program Studi (lihat Bab Izin Meninggalkan Tugas).

d) Pembiayaan yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut ditanggung terutama oleh peserta didik yang bersangkutan.

9) Selama putaran di Bedah Saraf Dasar

a) Menyiapkan diskusi Neurosurgery Intensive Care Unit – Neuroanatomi II – Neurofisiologi II – Neuroradiologi – Neurologi – Neuropatologi – Neuroemergensi – Perawatan Intensif – Bedah Saraf Dasar

10) Sebagai chief residen

3.4.5 Strategi Pencapaian Standar

1. Koordinator Program Studi, menyusun dan menetapkan strategi dalam upaya pencapaian standar tersebut.

2. Koordinator Program Studi, Dosen, Tenaga Kependidikan, Mahasiswa, dan Unsur Penunjang mengimplementasikan kriteria tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi untuk memperoleh capaian pembelajaran lulusan.

3. Koordinator Program Studi melakukan monitoring dan evaluasi serta mengukur tingkat ketercapaian standar proses pembelajaran di Program Studi Spesialis Bedah Saraf FK Unud.

3.4.6 Indikator

1. Ketersediaan pedoman tentang penerapan sistem penugasan dosen berdasarkan kebutuhan, kualifikasi, keahlian dan pengalaman.

2. Ketersediaan bukti yang sahih tentang penetapan strategi, metode dan media pembelajaran serta penilaian pembelajaran.

3. Ketersediaan bukti yang sahih tentang implementasi sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan mutu proses pembelajaran.

4. Ketersediaan dokumen formal kebijakan suasana akademik yang mencakup:

otonomi keilmuan, kebebasan akademik, dan kebebasan mimbar akademik.

5. Ketersediaan bukti yang sahih tentang terbangunnya suasana akademik yang kondusif.

6. Ketersediaan bukti yang sahih tentang langkah – langkah strategis yang dilakukan untuk meningkatkan suasana akademik.

3.4.7 Dokumen Terkait

1. Buku Peraturan Akademik Program Studi Spesialis Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Pedoman Akademik Proses Pembelajaran di Program Studi Spesialis Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

3. Prosedur Kerja Monitoring dan Evaluasi Proses Pembelajaran di Program Studi Spesialis Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

4. Prosedur Kerja Audit Proses Pembelajaran di Program Studi Spesialis Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

5. Formulir Monitoring dan Evaluasi Proses Pembelajaran di Program Studi Spesialis Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

6. Formulir Audit Proses Pembelajaran di Program Studi Spesialis Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

3.5 STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN