• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

JUMLAH KASUS

D. STATUS GIZI

Permasalah gizi erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sehat, cerdas, dan produktif. Kondisi kesehatan yang baik yang bebas dari ancaman berbagai penyakit dapat dibentuk dengan status gizi yang baik. Pengetahuan, perilaku kesehatan, lingkungan yang higienis, dan ketersediaan pangan sangat mempengaruhi situasi gizi masyarakat di suatu daerah.

Permasalahan gizi banyak terjadi pada kelompok rawan, seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur (WUS), dan masyarakat dengan golongan ekonomi rendah. Kondisi status gizi di Kota Bandung yang diulas dalam profil kesehatan dapat dilihat dari uraian berikut ini:

1. BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan kondisi berat badan bayi lahir kurang dari 2.500 Gram. Istilah ini dipakai bagi bayi prematur atau berat bayi lahir rendah (low birth weight). Hal ini dikarenakan tak semua bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 Gram bukan bayi prematur.

Situasi berat badan bayi lahir rendah (BBLR) di Kota Bandung Bandung tahun 2014 dapat diinformasikan lewat jumlah dan persentase BBLR terhadap jumlah kasus lahir hidup pada periode yang sama. Persentase BBLR terhadap bayi lahir hidup sebesar 2,95 % dengan jumlah BBLR 939 kasus. Gambaran persentase BBLR di Kota Bandung dari tahun ke tahun terdapat pada grafik di bawah ini.

GRAFIK III.23

PERSENTASE BBLR TERHADAP BAYI LAHIR HIDUP DI KOTA BANDUNG DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 – 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

Di Tahun 2014 terdapat 40.181 lahir hidup dengan bayi lahir ditimbang sebanyak 40.038 bayi, 939 bayi diantaranya mengalami berat badan lahir rendah. Besaran kasus BBLR erat dipengaruhi kualitas pelayanan kesehatan kehamilan yang memadai selain jarak kehamilan yang lama/renggang, dan asupan gizi yang cukup (pengetahuan dan perilaku kesehatan ibu hamil).

2. BALITA GIZI KURANG (UNDERWEIGHT)

Defisiensi atau kurangan gizi adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya asupan zat gizi dari maknan sehingga berampak pada timbulnya masalah kesehatan. Kurangnya asupan makanan dan kondisi sakit yang mengganggu penyerapan dan asupan makanan serta dampak suatu penyakit tertentu dapat menyebabkan seseorang mengalami defisiensi atau kekurangan zat gizi.

Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks antropemetri, yakni BB/U, TB/U, dan BB/TB. Penilaian status gizi balita melalui angka berat badan dan tinggi badan setiap anak dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku antropometri balita WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore dari masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita.

0.68

Dari hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) tahun 2014 di Kota Bandung, didapat Balita yang ditimbang berat badannya sebanyak 137.221 balita yang 7.773 balita diantaranya (5,66%) berstatus gizi kurang (perhitungan menggunakan indeks berat badan terhadap usia - BB/U). Kecamatan Kiaracondong, Bandung Kulon, dan Cicendo merupakan tiga kecamatan terbesar balita dengan status gizi kurang (BB/U), sedangkan Kecamatan Astanaanyar, Bojongloa Kaler, dan Cibeunying Kidul adalah keamatan dengan balita status gizi kurus trebesar. Grafik di bawah ini memperlihatkan situasi balita kurang gizi di Kota Bandung tahun 2014.

GRAFIK III.24

PERSENTASE BALITA KURANG GIZI DI KOTA BANDUNG DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 – 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

3. BALITA GIZI BURUK

Gizi buruk merupkan kondisi lanjutan dari status gizi kurang seseorang dan juga bagian dari kategori gabungan berat badan kurang atau bermasalah gizi. Balita gizi buruk dalam ulasan ini ditampilkan menggunakan indeks BB/U (Zscore<-3,0). Selain itu permasalhan gizi juga dapat ditampilkan dengan status gizi sangat kurus mengunakan perhitungan indkes BB/TB (Zscore < -3,0). Penggunaan metode perhitungan indeks BB/U ditujukan untuk melihat permasalahan gizi balita secara umum. Sedangkan metode perhitungan berdasarkan indeks BB/TB ditujan untuk melihat permasalah gizi secara akut, seperti kekurangan asupan gizi dan kesakitan.

Gizi buruk perlu mendapat perawatan yang sesuai dengan tatalaksana penanganan gizi buruk agar mendapatkan hasil yang optimal. Data status balita gizi buruk diperoleh dari hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang rutin dilakukan 2 kali dalam setahunnya yakni bulan Pebruari dan Agustus bersamaan dengan Bulan Pemberian Vitamin A.

Persentase gizi buruk dengan status sangat kurus (BB/TB) di Kota Bandung pada tahun 2014 meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yaitu 0,20 % menjadi 0,23 % pada tahun 2014 dengan jumlah sebanyak 315 balita. Perkembangan jumlah balita gizi buruk di Kota Bandung Tahun 2010 hingga Tahun 2014 dapat diamati dari grafik berikut ini.

GRAFIK III.25

PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK (BB/U) DAN SANGAT KURUS (BB/TB) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 – 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

Jumlah balita gizi buruk terbanyak terdapat di Kecamatan Batununggal dengan 35 kasus balita gizi buruk. Dari jumlah kasus gizi buruk tersebut yang ada di tahun 2014 di Kota Bandung semuanya telah mendapat perawatan, sehingga target SPM di tahun 2014 mengenai gizi buruk mendapatkan perawatan sebesar 100,00 % pada tahun 2014 telah tercapai.

Selain itu di tahun 2014, balita gizi buruk menurut standard baku WHO-NCHS 2005 berat badan terhadap umur, terdapat 891 balita. Menurut kewilayahannya, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kiaracondong, , Ujungberung adalah kecamatan dengan persentase gizi buruk terbesar berturut-turut 1,54 %, 1,23 %, dan 1,21 %. Beberapa kasus gizi buruk yang ditemukan di Kota Bandung, ada hubungannya dengan penyakit/kelainan yang diderita anak, misalnya, Hidrocephalus, Celebral Palsi, cacat bawaan lain.

0.43 0.49

0.22 0.20 0.23 0.76

1.00 1.05

0.74

0.65

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

2010 2011 2012 2013 2014

PERSENTASE

TAHUN

%STATUS SANGAT KURUS (BB/TB)

%GIZI BURUK (BB/U)

GAMBAR III.6

PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK (BB/U) DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

Menjaga pertumbuhan anak di lingkup asuhan keluarga dengan menjamin asupan gizi dan perawatan yang baik perlu diupayakan untuk mencegah menurunnya status gizi anak. Selain itu lingkungan yang sehat serta ketersediaan pelayanan kesehatan primer sangat menentukan juga kualitas gizi anak. Peran tokoh masyarakat, aparat pemerintah, dan petugas kesehatan juga merupakan pihak yang berperan dalam peningkatan status gizi balita melalui penyuluhan kesehatan dan program pemberian makanan tambahan.

4. BALITA STUNTING

Indikator status gizi berdasarkan indeks tinggi badan menurut usia (TB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Masalah yang dapat menjadi penyebabnya timbulnya kondisi kurang

gizi kronik misalnya adalah kemiskinan, perilaku hidup tak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Istilah pendek (stunting) biasanya digunakan untuk memperlihatkan permasalahan gabungan status gizi sangat pendek dan pendek.

GRAFIK III.26

PERSENTASE BALITA STATUS GIZI PENDEK DAN SANGAT PENDEK DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 – 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

Situasi kondisi balita stunting di Kota Bandung di terangkan dengan indikator persentase balita pendek dan sangat pendek didapat dari kegiatan BPB per tahunnya.

Persentase balita dengan status gizi pendek adalah 6,84 % atau sebanyak 9.300 balita, sedangkan balita dengan status gizi sangat pendek sebesar 1,81 % atau sebanyak 2.461 balita. Sehingga situasi kondisi balita stunting di Kota bandung tahun 2014 adalah sebesar 11.761 balita atau 8,65 %. Presentase balita stunting terbesar ditemukan di wilayah Kecamatan Gedebage, Bojogloakaler, dan Cibeunying Kaler dengan persentase 22,50 % dan 20,03 %.

6.84 1.81

2014

% Pendek % Sangat Pendek

GAMBAR III.7

PERSENTASE BALITA STUNTING (STATUS GIZI PENDEK DAN SANGAT PENDEK – TB/U) DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

5. BALITA GIZI LEBIH

Kegemukan pada anak dapat mengakibatkan dampak negatif, baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik, anak yang kegemukan lebih berisiko terhadap penyakit-penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, dan lain-lain. Sedangkan dampak kegemukan pada psikologis anak antara lain rasa kepercayaan diri yang rendah dan depresi. Persoalan balita dengan gizi lebih seringkali luput dari perhatian, karena permasalahan salah nutrisi (malnutrisi) selalu berpersepsi pada gizi buruk dan kurang, tidak termasuk gizi lebih. Kota Bandung sebagai kota besar tak luput dari kondisi persoalan gizi lebih pada warga balitanya. Berikut grafik yang menggambarkan perkembangan persentase gizi lebih di Kota Bandung yang dicuplik dari kegiatan BPB tahun 2014.

GRAFIK III.27

PERSENTASE BALITA STATUS GIZI LEBIH (BB/U) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 – 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

Dari hasil kegiatan BPB tahun 2014, seperti gambaran grafik di atas, didapatkan 3.117 balita atau 2,27 %-nya berstatus gizi lebih. Komposisi persentase status gizi lebih sempat mengalami tren menurun dari tahun ke tahun untuk kemudian kembali naik di tahun 2014. Persentase balita gizi lebih terbanyak ditemukan di Kecamatan Cibeunying Kaler dan Gedebage dengan besaran 5,86 % dan 4,07 %.

GAMBAR III.8

PERSENTASE BALITA STATUS GIZI LEBIH (BB/U) DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 – 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014 2.28

3.10

2.53

1.97 2.27

1.50 2.00 2.50 3.00 3.50

2010 2011 2012 2013 2014

PERSENTASE

TAHUN

Persentase Gizi Lebih (BB/U)

BAB IV

Dokumen terkait