• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR GRAFIK ix

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II GAMBARAN UMUM 3

A. GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN 3

B. KEPENDUDUKAN 5

1. PERTUMBUHAN PENDUDUK 6

2. PERSEBARAN PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK 8

C. PENDUDUK MISKIN 10

D. KEADAAN EKONOMI 11

E. KEADAAN PENDIDIKAN 12

F. PEMBANGUNAN MANUSIA 13

G. INDEKS KESEHATAN 14

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 16

A. ANGKA KEMATIAN 16

1. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) 17

2. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) 20

3. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) 20

B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) 23

C. PENYAKIT MENULAR YANG DIAMATI 24

1. PENYAKIT ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) 25

2. PENYAKIT TUBERCULOSIS 25

3. PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA 27

4. PENYAKIT HIV/AIDS 29

5. PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) 32

6. PENYAKIT DIARE 32

7. PENYAKIT KUSTA 34

8. PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) 35

9. PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 36

10. PENYAKIT MALARIA 38

11. PENYAKIT FILARIASIS 38

D. STATUS GIZI 38

1. BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) 38

(2)

2. BALITA GIZI KURANG (UNDERWEIGHT) 39

3. BALITA GIZI BURUK 40

4. BALITA STUNTING 42

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 46

A. PELAYANAN KESEHATAN 46

1. PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL 46

1.1. PEMERIKSAAN IBU HAMIL PERTAMA KALIPADA TRIMESTER SATU (K1) 46

1.2. PEMERIKSAAN IBU HAMIL (K4) 47

1.3. IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) IBU HAMIL 49

1.4. PEMBERIAN TABLET BESI (TABLET Fe) PADA IBU HAMIL 49 1.5. KOMPLIKASI KEBIDANAN/RISIKO TINGGI (RISTI) BUMIL YANG

DITANGANI OLEH TENAGA KESEHATAN 51

1.6. PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN 53 1.7. PELAYANAN NIFAS DAN PEMBERIAN VITAMIN A KEPADA IBU NIFAS

(BUFAS) 54

2. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA 55

2.1. PESERTA KELUARGA BERENCANA (KB) BARU 55

2.2. PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF 56

2.3. PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI 57 2.4. PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS ALAT KONTRASEPSI 58

3. PELAYANAN KESEHATAN BAYI 58

3.1. KUNJUNGAN NEONATUS 58

3.2. NEONATUS DENGAN KOMPLIKASI YANG DITANGANI 60

3.3. KUNJUNGAN BAYI (MINIMAL 4 KALI) 61

3.4. IMUNISASI BAYI 63

3.5. ASI EKSKLUSIF 64

4. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA 66

5. PELAYANAN GIZI 68

5.1. ANAK BALITA DENGAN STATUS BAWAH GARIS MERAH(BGM) 68

5.2. STATUS GIZI BALITA 69

5.3. BALITA DITIMBANG BERAT BADANNYA 73

5.4. BALITA GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN 75

6. PELAYANAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT 76

7. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT (LANSIA) 77

8. KEGAWATDARURATAN 78

9. POTENSI KEJADIAN LUAR BIASA 79

10. PELAYANAN KESEHATAN 81

10.1. RATIO TAMBAL CABUT/GIGI TETAP 81

10.2. PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD 83

10.3. KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN 84

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 85

1. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRABAYAR 85

2. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN 86

(3)

3. KUNJUNGAN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP DI SARANA PELAYANAN

KESEHATAN 88

C. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI MASYARAKAT 89

D. KEADAAN LINGKUNGAN 93

1. RUMAH SEHAT 93

2. PENGGUNAAN AIR BERSIH 94

3. SARANA SANITASI DASAR 96

4. TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN SEHAT 98

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 101

A. SARANA KESEHATAN 101

1. KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT 101

2. JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN 102 3. SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES,

MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR, DAN PONEK 104

4. POSYANDU MENURUT STRATA DAN KADER POSYANDU 106

5. UPAYA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM) 110

B. TENAGA KESEHATAN 111

1. JUMLAH DAN RASIO TENAGA MEDIS (DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS,

DOKTER GIGI) DI SARANA KESEHATAN 111

2. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KEPERAWATAN (BIDAN DAN PERAWAT) DI

SARANA KESEHATAN 113

3. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN 113 4. JUMLAH DAN RASIO TENAGA GIZI DI SARANA KESEHATAN 114 5. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI

SARANA KESEHATAN 115

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN 115

BAB VI PENUTUP 119

(4)

DAFTAR TABEL

TABEL III.1 20 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 23

TABEL IV.1 JUMLAH PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 49

TABEL IV.2 JUMLAH DAN RASIO GIGI PADA TINDAKAN TUMPATAN DAN

PENCABUTAN GIGI TETAP DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 81 TABEL IV.3 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD

DAN SETINGKAT DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 83

TABEL IV.4 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD

DAN SETINGKAT DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 86

TABEL IV.5 JUMLAH DAN RATE PELAYANAN KESEHATAN JAMKESDA

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 88

TABEL IV.6 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) SEHAT

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 99

TABEL IV.7 JUMLAH DAN PERSENTASE TTU SEHAT DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 100

TABEL V.1 JUMLAH SARANA DAN TENAGA KESEHATAN DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 102

TABEL V.2 JUMLAH SARANA KESEHATAN BERSUMBER MASYARAKAT

(UKBM) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 110

TABEL V.3 JUMLAH TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS, RUMAH SAKIT, UPT LABKES, UPT YANKESMOB DINKES DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 111

TABEL V.4 JUMLAH DAN RASIO TENAGA MEDIS DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 112

TABEL V.5 RASIO TENAGA DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI,

DAN DOKTER GIGI SPESIALIS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 112 TABEL V.6 JUMLAH DAN RASIO TENAGA KEPERAWATAN DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 113

TABEL V.7 JUMLAH DAN RASIO TENAGA KEFARMASIAN DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 114

TABEL V.8 RASIO DAN JUMLAH TENAGA GIZI DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 114

TABEL V.9 JUMLAH DAN RASIO TENAGA SANITASI DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 115

TABEL V.10 ANGGARAN KESEHATAN DENGAN BERBAGAI SUMBER

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 117

(5)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR II.1 PETA KOTA BANDUNG 4

GAMBAR II.2 JUMLAH PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 6

GAMBAR II.3 JUMLAH PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 10

GAMBAR III.1 JUMLAH LAHIR MATI DAN KEMATIAN BAYI DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 19

GAMBAR III.2 JUMLAH KEMATIAN IBU DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 22

GAMBAR III.3 JUMLAH KEMATIAN PENDERITA TB DI KECAMATAN DI KOTA

BANDUNG TAHUN 2014 27

GAMBAR III.4 CAKUPAN KASUS PNEUMONIA BALITA PENEMUAN DAN DITANGANI

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 29

GAMBAR III.5 PERSENTASE KASUS DIARE TERHADAP PERKIRAAN KEJADIAN

KASUS DIARE DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 34 GAMBAR III.6 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK (BB/U) DI KECAMATAN

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 42

GAMBAR III.7 PERSENTASE BALITA STUNTING (STATUS GIZI PENDEK DAN SANGAT PENDEK-TB/U) DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 44

GAMBAR III.8 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI LEBIH (BB/U) DI KECAMATAN

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 45

GAMBAR IV.1 KONDISI CAKUPAN LAYANAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 48

GAMBAR IV.2 PROPORSI PEMBERIAN TABLET Fe 90 PADA BUMIL

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 51

GAMBAR IV.3 PROPORSI PENANGANAN KASUS BUMIL RISTI OLEH NAKES

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 52

GAMBAR IV.4 PROPORSI PENANGANAN KASUS BUMIL RISTI OLEH NAKES

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 54

GAMBAR IV.5 PROPORSI KUNJUNGAN NEONATUS LENGKAP (KN3)

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 59

GAMBAR IV.6 PROPORSI PENANGANAN NEONATUS KOMPLIKASI/RISTI OLEH NAKES

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 61

GAMBAR IV.7 PROPORSI PENANGANAN NEONATUS KOMPLIKASI/RISTI OLEH NAKES

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 62

GAMBAR IV.8 PROPORSI IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI DI KECAMATAN

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 64

GAMBAR IV.9 PROPORSI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 65

GAMBAR IV.10 PROPORSI PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN)

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 67

(6)

GAMBAR IV.11 PROPORSI BALITA DENGAN STATUS BGM DI KECAMATAN

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 69

GAMBAR IV.12 PROPORSI BALITA STUNTING (TB/U) DI KECAMATAN

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 71

GAMBAR IV.13 PROPORSI BALITA UNDERWEIGHT, WASTING, STUNTING

DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 72

GAMBAR IV.14 PROPORSI BALITA GIZI LEBIH (BB/U) DI KECAMATAN

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 73

GAMBAR IV.15 PROPORSI BALITA DITIMBANG DAN BALITA DENGAN BERAT BADAN

NAIK DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 75

GAMBAR IV.16 PUSKESMAS, CALL CENTER DAN RUMAH SAKIT JARINGAN SPGDT

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 79

GAMBAR IV.17 KELURAHAN BERPOTENSI KLB DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 80 GAMBAR IV.18 PETA CAKUPAN PERSENTASE PHBS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 90 GAMBAR IV.19 PERSENTASE RUMAH SEHAT DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 95

GAMBAR IV.20 PETA CAKUPAN PERSENTASE PENDUDUK AKSES SANITASI DASAR

(JAMBAN SEHAT) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 97

GAMBAR V.1 PETA SEBARAN RUMAH SAKIT DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 103 GAMBAR V.2 PETA SEBARAN PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 104 GAMBAR V.3 PETA RATA-RATA KADER DALAM POSYANDU DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 107

GAMBAR V.4 PETA RASIO POSYANDU TERHADAP BALITA DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 109

(7)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK II.1 PERKEMBANGAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (LPP)

KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 7

GRAFIK II.2 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 7

GRAFIK II.3 KOMPOSISI PENDUDUK PER JENIS KELAMIN DAN KATEGORI

USIA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 8

GRAFIK II.4 KEPADATAN PENDUDUK DALAM KM2 DI KECAMATAN

DI KOTA BANDUNG 9

GRAFIK II.5 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2013 11 GRAFIK II.6 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG TAHUN 2009-2013 12 GRAFIK II.7 PERKEMBANGAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 13

GRAFIK II.8 PERKEMBANGAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 13

GRAFIK II.9 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 14

GRAFIK II.10 PERKEMBANGAN INDEKS KESEHATAN MANUSIA (IPM)

KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 14

GRAFIK II.11 PERKEMBANGAN USIA HARAPAN HIDUP (UHH) KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 15

GRAFIK III.1 10 BESAR PENYEBAB (JUMLAH DAN PERSENTASENYA) KEMATIAN

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 17

GRAFIK III.2 PERKEMBANGAN ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2012 18

GRAFIK III.3 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN LAHIR MATI

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 18

GRAFIK III.4 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN BALITA DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 20

GRAFIK III.5 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN IBU DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 21

GRAFIK III.6 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN IBU DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 22

GRAFIK III.7 POLA PENYAKIT TERBESAR DI PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 24

GRAFIK III.8 PERKEMBANGAN PENEMUAN PENDERITA AFP DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 25

GRAFIK III.9 PERKEMBANGAN PENEMUAN PENDERITA TB DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 26

GRAFIK III.10 INDIKATOR KONDISI PENGOBATAN PENYAKIT TB DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 26

GRAFIK III.11 PERKEMBANGAN CAKUPAN KASUS PNEUMONIA BALITA PENEMUAN DAN DITANGANI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 28

(8)

GRAFIK III.12 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 30

GRAFIK III.13 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 30

GRAFIK III.14 KEGIATAN HASIL SKRINING HIV/AIDS DARAH PENDONOR DI PMI

KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 31

GRAFIK III.15 DARAH PENDONOR HIV/AIDS DI PMI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 31

GRAFIK III.16 PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS PENYAKIT DIARE PADA BALITA

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009-2014 32

GRAFIK III.17 PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS PENYAKIT DIARE PADA BALITA

DAN USIA > 5 TAHUN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009-2014 33 GRAFIK III.18 PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS BARU PENYAKIT KUSTA

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009-2014 35

GRAFIK III.19 PERKEMBANGAN JUMLAH PENYAKIT CAMPAK DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2009-2014 36

GRAFIK III.20 PERKEMBANGAN JUMLAH PENYAKIT DIFTERI DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2009-2014 36

GRAFIK III.21 INSIDENS RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 37

GRAFIK III.22 SITUASI CASE FATAL RATE (CFR) PENYAKIT DBD DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2011-2014 37

GRAFIK III.23 PERSENTASE BBLR TERHADAP BAYI LAHIR HIDUP DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 39

GRAFIK III.24 PERSENTASE BALITA KURANG GIZI DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2011-2014 40

GRAFIK III.25 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK (BB/U) DAN

SANGAT KURUS (BB/TB) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 41 GRAFIK III.26 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI PENDEK DAN SANGAT PENDEK

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 43

GRAFIK III.27 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI LEBIH (BB/U) DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 45

GRAFIK IV.1 KONDISI CAKUPAN LAYANAN KUNJUNGAN IBU HAMIL

PERTAMA KALI (K1) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 47 GRAFIK IV.2 KONDISI CAKUPAN LAYANAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4 DI KOTA

BANDUNG TAHUN 2010-2014 48

GRAFIK IV.3 KONDISI CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 50

GRAFIK IV.4 KONDISI CAKUPAN PENANGAN BUMIL RISTI/KOMPLIKASI DI KOTA

BANDUNG TAHUN 2010-2014 52

GRAFIK IV.5 KONDISI CAKUPAN PENANGAN BUMIL RISTI/KOMPLIKASI DI KOTA

BANDUNG TAHUN 2010-2014 53

GRAFIK IV.6 KONDISI JUMLAH PESERTA KB BARU DAN AKTIF DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 56

(9)

GRAFIK IV.7 KONDISI PROPORSI PESERTA KB AKTIF DIBANDINGKAN DENGAN

TARGET SPM DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 57 GRAFIK IV.8 PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 57

GRAFIK IV.9 PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014 58

GRAFIK IV.10 KONDISI CAKUPAN KUNJUNGAN KN1 DAN KN3 DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2011-2014 60

GRAFIK IV.11 KONDISI CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI (MINIMAL 4 KALI)

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 62

GRAFIK IV.12 KONDISI CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2011-2014 63

GRAFIK IV.13 KONDISI CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2011-2014 65

GRAFIK IV.14 KONDISI CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI (0-6 BULAN) DAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) DI KOTA

BANDUNG TAHUN 2011-2014 67

GRAFIK IV.15 KONDISI BALITA DENGAN STATUS BGM DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 68

GRAFIK IV.16 KONDISI PROPORSI BALITA UNDERWEIGHT (BB/U) DI KOTA

BANDUNG TAHUN 2010-2014 70

GRAFIK IV.17 KONDISI PROPORSI BALITA WASTING (BB/TB) DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2011-2014 70

GRAFIK IV.18 KONDISI PERSENTASE BALITA GIZI LEBIH (BB/U) DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2011-2014 72

GRAFIK IV.19 KONDISI PERSENTASE BALITA DITIMBANG DAN BALITA NAIK BERAT

BADANNYA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011-2014 74

GRAFIK IV.20 BALITA GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2011-2014 76

GRAFIK IV.21 JUMLAH SISWA KELAS 1 SD DAN DILAKUKAN PENJARINGAN

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011-2014 76

GRAFIK IV.22 JUMLAH GIGI PADA TINDAKAN PENCABUTAN DAN TUMPATAN

GIGI TETAP DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 82

GRAFIK IV.23 RASIO TINDAKAN PENCABUTAN TERHADAP DAN TUMPATAN GIGI

TETAP DI PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 82 GRAFIK IV.24 PERKEMBANGAN PELAYANAN UKGS DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 84

GRAFIK IV.25 JUMLAH PESERTA PBI-APBN DAN PBI-APBD DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2012-2014 87

GRAFIK IV.26 PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 88

GRAFIK IV.27 PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP DI PUSKESMAS

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 89

GRAFIK IV.28 PERSENTASE RUMAH TANGGA BER PHBS DI KOTA BANDUNG

PADA TAHUN 2014 91

(10)

GRAFIK IV.29 PERKEMBANGAN PERSENTASE KOMPOSISI PHBS DI RUMAH TANGGA

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 92

GRAFIK IV.30 PERSENTASE RUMAH SEHAT DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 94 GRAFIK V.1 POSYANDU MENURUT STRATA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 108 GRAFIK V.2 PERKEMBANGAN POSYANDU MENURUT STRATA DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 108

GRAFIK V.3 PERKEMBANGAN JUMLAH POSYANDU DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 110

GRAFIK V.4 PERKEMBANGAN ANGGARAN PER KAPITA DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2010-2014 116

GRAFIK V.5 PERKEMBANGAN PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP

APBD DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2014 116

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Perwujudan Visi Kesehatan Kota Bandung “Mewujudkan Bandung Kota Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” harus dapat diukur melalui ketercapaian hasil pembangunan kesehatan termasuk kinerja aparutur kesehatannya. Selain itu, untuk mendapatkan gambaran situasi dan kondisi kesehatan masyarakat diperlukan media yang dapat melaporkan dan mengevaluasi terhdap pencapaian tersebut di atas. Profil Kesehatan Kota Bandung dapat menjadi salah satu media yang menjawab kerperluan fungsi evaluasi dan perencanaan pembangunan keseahtan yang dimaksud. Profil Kesehatan Kota Bandung yang disusun tiap tahunnya pada intinya berisi berbagai data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat Kota Bandung dalam rentang satu tahun. Profil Kesehatan Kota Bandung membahas topik yang terdapat dalam setiap bab yang disajikan dalam urutan dan sistemika sebagaimana berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang, maksud dan tujuan penulisan profil kesehatan beserta penyajian urutan dan sistematika penulisan dijelaskan dalam bab ini. Bab ini ditulis untuk memudahkan pembaca dalam memahami bagaimana profil kesehatan menggambarkan kondisi dan situasi kesehatan di Kota Bandung.

BAB II GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kota Bandung, uraian tentang letak geografi, kependudukan, ekonomi, dan pendidikan serta informasi umum lainnya. Pada bab ini juga diulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor berhubungan dengan kesehatan secara umum di Kota Bandung.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan yang mencakup tingkat / kasus kematian, indeks pembangunan manusia termasuk angka harapan hidup, angka / pola kesakitan dan status gizi masyarakat. Angka kematian pada bayi, balita, dan maternal dalam tahun yang dimaksud.

(12)

BAB IV UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang pencapaian hasil pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan,pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan di Kota Bandung.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan,tenaga kesehatan,pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya yang ada di Kota Bandung.

BAB V PENUTUP

Bab ini menyajikan tentang hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti serta keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat serta mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam upaya pencapaian Visi Bandung Kota Sehat yang Mandiri.

(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM

Gambaran umum dalam bab ini menguraikan Kota Bandung menurut kondisi geografi, pemerintahan, kependudukan, pendidikan, dan keadaan ekonomi. Gambaran keadaan dari berbagai sektor tersebut akan terkait dengan gambaran kesehatan masyarakat Kota Bandung pada Indeks Kesehatan dan lama Usia Harapan Hidup.

A. GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN

Kota Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi sehingga mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya. Kota Bandung secara kordinat terletak diantara 10736’Bujur Timur, 655’ Lintang Selatan dengan posisi ketinggian tanah 791 M di atas permukaan laut, titik terendah 400 M (dpl) berada di sebelah selatan dengan permukaan relatif datar dan titik tertinggi 799 M berada di sebelah utara dengan kontur yang berbukit-bukit.

Pegunungan mengelilingi Kota Bandung sehingga membentuk dataran cekungan (Bandung Basin).

Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 Km, dimana sungai utamanya yaitu Sungai Cikapundung beserta anak-anak sungainya pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bermuara ke Sungai Citarum. Kondisi demikian mengakibatkan kerentanan terhadap masalah banjir di wilayah Bandung Selatan.

Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang sejuk meski demikian Kota Bandung tidak luput dari fenomena global warming dan tingkat polusi tinggi yang mengakibatkan peningkatan suhu. Sepanjang tahun 2013 suhu di Kota Bandung berkisar 30,1oC pada bulan September dan 18,5oC pada bulan Agustus.

Curah hujan (rainfall) di Kota Bandung cukup tinggi dengan rerata curah hujan sepanjang tahun 2013 sebesar 223,41 mm. Kelembapan Nisbi (Relative Humidity) di Kota Bandung sepanjang tahun 2013 berkisar 77 %. Faktor iklim dan perubahannya berpengaruh langsung maupun tak langsung terhadap tingkat kesehatan manusia melalui ketahanan pangan, ketersediaan dan kualitas air bersih, tingkat zat polutan, dan transmisi penyakit lewat udara dan air.

(14)

Luas wilayah Kota Bandung Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung adalah 16.729,65 Ha. Wilayah pemerintahan menurut Perda Kota Bandung No. 6 tahun 2007 tentang Pemekaran dan pembentukan wilayah kerja kecamatan dan kelurahan di llngkungan pemerintah Kota Bandung terbagi dalam 30 Kecamatan, 151 Kelurahan yang terdiri dari 1.561 Rukun Warga (RW), dan 9.691 Rukun Tetangga (RT).

Secara administratif Kota Bandung berbatasan dengan daerah kabupaten/kota lainnya yaitu :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat 3. Sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung

Gambar II.1

PETA KOTA BANDUNG

Dalam pelaksanaan Pembangunan Kesehatan diperlukan kerjasama dengan ketiga Kabupaten/Kota tersebut karena masalah-masalah kesehatan tidak mengenal batas wilayah kerja.

(15)

Kota Bandung sebagai kota besar juga memiliki 6 fungsi kota yaitu sebagai : o Pusat Pemerintahan Jawa Barat

o Kota Ekonomi dan Perdagangan o Kota Pendidikan

o Kota Budaya dan Wisata o Kota Industri

o Etalase Jawa Barat

Posisi strategis Kota Bandung terlihat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RT RW, dimana Kota Bandung ditetapkan dalam sistem perkotaan nasional sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya.

Kota Bandung dipimpin oleh Walikota dibantu oleh Wakil Walikota dan Sekretaris Daerah yang membawahi 3 Asisten Sekretaris Daerah, dengan 11 Kepala Bagian, 11 Kepala Dinas, 6 Kepala Badan dan 2 Kepala Kantor, 1 Inspektorat serta 3 Rumah Sakit Daerah.

Bandung sebagai kota besar tidak terlepas dari berbagai permasalahan kota besar di Indonesia yang hampir merata terjadi di segala aspek kehidupan. Arus urbanisasi yang tinggi berhubungan dengan kepadatan penduduk membentuk budaya dan strata sosial ekonomi masyarakat yang heterogen, sehingga pemerintah Kota Bandung perlu mengadakan penataan kota sesuai kondisi tersebut.

B. KEPENDUDUKAN

Provinsi Jawa Barat, menurut data estimasi penduduk tahun 2011, adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia (43.867.447 jiwa)* dengan Kota Bandung ada dalam peringkat 5 besar (2.440.136 jiwa) jumlah penduduk tertinggi setelah Kabupaten Bogor (3.238.617 jiwa), Kabupaten Bandung (3.238.617 jiwa), Kabupaten Bekasi (2.680.116 jiwa), Kabupaten Garut (2.449.559 jiwa). Berdasarkan

(16)

estimasi penduduk tahun 2014 oleh Pusdatin Kemenkes RI Kota Bandung berpenduduk 2.575.478 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 1.306.886 jiwa penduduk (50,74%) dan penduduk perempuan adalah 1.268.592 jiwa penduduk (49,26%). Jumlah penduduk per kecamtan ditampilkan dalam gambar di bawah ini.

GAMBAR II.2

JUMLAH PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Sumber : Pusdatin Kemkes RI, BPS Pusat Kota Bandung Tahun 2014

1. Pertumbuhan Penduduk

Perubahan besaran jumlah penduduk setiap waktunya di suatu wilayah diukur menggunakan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). LPP berguna untuk memprediksi perubahan pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu. Laju Pertumbuhan Penduduk di tahun 2014 sebesar 0,96 % turun sebesar 0,20 % dibandingkan tahun 2013 lalu yang sebesar 1,16 %. Grafik dibawah ini menunjukkan tren ukuran Laju Pertumbuhan.

*Riskesdas Tahun 2013

(17)

GRAFIK II.1

PERKEMBANGAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (LPP) KOTA BANDUNG TAHUN 2010 – 2014

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014

Meski LPP di Kota Bandung memperlihatkan tren menurun tiap tahunnya, jumlah penduduk masih menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun. Gambaran tren peningkatan jumlah penduduk per-jenis kelamin kurun waktu 5 tahun terakhir dapat diperhatikan pada grafik dibawah ini.

GRAFIK II.2

PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK KOTA BANDUNG TAHUN 2010 – 2014

Sumber : Pusdatin Kemenkes RI dan BPS Kota Bandung Tahun 2014

Kecamatan Babakan Ciparay memiliki jumlah penduduk terbesar (153.260 jiwa), diikuti Kecamatan Bandung Kulon (148.378 jiwa), dan Kiaracondong (137.039 jiwa).

Sedangkan Kecamatan Cinambo (25.856 jiwa) dan Bandung Wetan (32.162 jiwa) merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil.

Komposisi penduduk berdasarkan gender menunjukkan jumlah laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dengan rasio jenis kelamin 103. Rasio tersebut berarti pada 100 perempuan di wilayah terdapat 103 laki-laki. Pada grafik II.4 tampak komposisi penduduk berdasarkan gender dan kategori usia sebagai berikut.

1.81

1.26

1.26

1.16

0.96

0.60 1.10 1.60 2.10

2010 2011 2012 2013 2014

LPP (%)

Tahun

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (%)

1,215,348 1,226,956 1,245,876 1,260,565 1,306,886 1,179,525 1,194,192 1,204,390 1,223,412 1,268,592

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000

2010 2011 2012 2013 2014

Penduduk

Tahun

Perempuan Laki-Laki

(18)

GRAFIK II.3

KOMPOSISI PENDUDUK PER JENIS KELAMIN DAN KATEGORI USIA DI KOTA BANDUNG DI KOTA TAHUN 2014

Sumber : Pusdatin Kemenkes RI dan BPS Kota Bandung Tahun 2014

Grafik komposisi penduduk di Kota Bandung berbentuk limas (expansive) atau disebut piramida penduduk muda, yang menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari pada usia dewasa maupun tua. Ciri-ciri struktur grafik penduduk ini adalah:

sebagian besar penduduk berada pada kelompok penduduk muda, kelompok usia tua jumlahnya sedikit dantingkat kelahiran bayi tinggi. Pengelompokan penduduk berdasarkan umur berguna bagi intervensi program kesehatan yang akan dilakukan.

Kelompok umur tertentu, seperti balita dan usia lanjut merupakan sasaran program kesehatan, karena kelompok tersebut merupakan kelompok rentan terhadap resiko penyakit-penyakit tertentu yang memerlukan penanganan kesehatan khusus.

2. Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kota Bandung terbesar terdapat di Kecamatan Bojongloa Kaler (41.402 jiwa/KM2), Andir (27.308 jiwa/KM2 ), dan Sukajadi (26.173 jiwa/KM2). Perbandingan kepadatan penduduk perkecamatan per KM2 dapat diperhatikan pada grafik II.3 berikut ini.

114,141.00 114,245.00

102,503.00 116,824.00 136,493.00 138,604.00

123,146.00 106,720.00

91,151.00 74,213.00

63,049.00 48,298.00

28,413.00 22,270.00 14,312.00

12,504.00

108,347 107,656 98,834

119,628 129,240 127,870 114,003 101,231 89,059 75,711 62,423 45,320 29,861 24,310 16,310 18,789

150,000 100,000 50,000 0 50,000 100,000 150,000

0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+

LAKI-LAKI PEREMPUAN

(19)

GRAFIK II.4

KEPADATAN PENDUDUK DALAM KM2 DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG

Sumber : Pusdatin Kemenkes RI dan BPS Kota Bandung Tahun 2014

Rata-rata kepadatan penduduk di Kota Bandung seperti tampak pada grafik batang di atas adalah 15.393 jiwa per KM2 atau 154 Jiwa per Ha. Standar sehat kepadatan penduduk yang ditetapkan oleh World Heatlh Organization (WHO) adalah sebesar 97 jiwa per hektar sehingga rata-rata kepadatan penduduk di Kota Bandung melampaui standar sehat kepadatan penduduk. Berdasarkan standar tersebut terdapat 4 kecamatan yang masih berada pada standar sehat WHO dari 30 kecamatan yang ada di Kota Bandung. Peta kepadatan penduduk menurut standar kepadatan sehat WHO dapat dicermati seperti di bawah ini.

3,931 7,026

8,064 9,487

9,845 9,935 10,137 10,749 11,025 11,642 12,131 12,312 12,466 12,571 13,566

14,276 15,102

15,393 16,393

18,612 19,740

20,402 20,572 21,356 22,392

22,969 24,749 24,964 26,173

27,308

41,402

- 10,000 20,000 30,000 40,000

GEDEBAGE CINAMBO PANYILEUKAN BANDUNG WETAN MANDALAJATI CIDADAP BANDUNG KIDUL RANCASARI SUMUR BANDUNG CIBIRU ARCAMANIK UJUNGBERUNG BUAHBATU LENGKONG SUKASARI BOJONGLOA KIDUL CICENDO KOTA BANDUNG CIBEUNYING KALER COBLONG REGOL ANTAPANI BABAKAN CIPARAY CIBEUNYING KIDUL KIARACONDONG BANDUNG KULON ASTANAANYAR BATUNUNGGAL SUKAJADI ANDIR BOJONGLOA KALER

(20)

GAMBAR II.3

JUMLAH PENDUDUK PER KECAMTAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Sumber : Pusdati Kemkes RI, BPS Pusat Kota Bandung Tahun 2014

C. PENDUDUK MISKIN

Kemiskinan selalu dihubungkan dengan ketidakmampuan secara fiansial dan ketidaktahuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mampu hidup secara bermartabat. Tingginya angka kemiskinan dapat mengakibatkan munculnya berbagai masalah kesehatan. Kemiskinan identik dengan ketidaktahuan dan rendahnya pengetahuan kesehatan, perilaku dan kesadaran hidup sehat yang rendah, kualitas lingkungan tempat tinggal yang rendah hingga akses ke layanan kesehatan yang layak.

Untuk itu, data kemiskinan dalam pembangunan kesehatan sangat diperlukan sebagai bahan untuk menentukan intervensi kebutuhan pelayanan kesehatan.

Tentang garis kemiskinan, banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para pakar, namun dalam penulisan ini garis kemiskinan yang digunakan antara lain adalah acuan BPS. BPS menetapkan garis kemiskinan yang ditetapkan yaitu kebutuhan minimum untuk hidup diukur dengan pengeluaran untuk makanan setara dengan 2.100 kalori per kapita per hari ditambah pengeluaran untuk kebutuhan non makan seperti

(21)

perumahan, barang dan jasa dan lain-lain. Persentase penduduk miskin di Kota Bandung tahun 2013 sebesar 4,78 %. Perkembagan persentase penduduk miskin di Kota Bandung dapat diamati dari grafik dibawah ini.

GRAFIK II.5

PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2013

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014

Dari grafik diatas dapat diterangkan bahwa di tahun 2010 sampai tahun 2012 persentase penduduk miskin mengalami penurunan sekitar 4,95 persen menjadi 4,55

% pada tahun 2012. Namun di tahun 2013 persentase penduduk miskin menunjukkan kenaikan sebesar 2,23 poin menjadi 4,78%. Jumlah masyarakat miskin/tidak mampu menurut kepemilikan kepesertaan PBI bersumber APBN dan APBD di Kota Bandung tahun 2014 sebesar 631.740 jiwa atau 24,53 %* (footnote sumber Pusdatin dan Kantor BPJS Kota Bandung) dari jumlah total penduduk. Jumlah penduduk miskin Kota Bandung tahun 2014, berdasarkan data BPS Kota Bandung dan Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat (BKBPM) tercatat sebanyak 486.535 jiwa (Galamedia online November 2014).

D. KEADAAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi yang baik menggambarkan proses kenaikan kapasitas produksi yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan warganya. Indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi tersebut salah satunya adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Kondisi perekonomian masyarakat Kota Bandung dapat terlihat dari Indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi yang setiap tahun mengalami kenaikan. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung meningkat signifikan dari pada Tahun 2011 menjadi 9,40% pada Tahun 2012. Data LPE Kota Bandung tahun 2014 belum tersedia.

4.95

4.78

4.55

4.78

2010 2011 2012 2013

% Penduduk Miskin

(22)

GRAFIK II.6

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG TAHUN 2009 - 2013

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014

Indeks Daya Beli menunjukkan kemampuan masyarakat untuk mengakses perekonomian juga sebagai indikator komposit dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks daya beli merupakan ukuran di bidang ekonomi yang terstandarkan dengan tujuan agar dapat membandingkan kualitas dan kemampuan daya beli antar daerah. Indeks Daya Beli tahun 2014 adalah 67,05 meningkat sebesar 0,46 poin dari tahun 2013 (66,59). Kekuatan ekonomi yang baik, bersama dengan sektor lain seperti pendidikan, dapat menjadi pilar penunjang pembangunan kesehatan.

E. KEADAAN PENDIDIKAN

Sektor pendidikan sangat dominan dalam membangun kualitas sumber manusia yang handal. Sumber daya manusia yang berkualitas mampu berperan positif dalam membangun bangsa sekaligus memenangkan kompetisi dalam era persaingan regional dan global. Komponen ukuran pendidikan yang bisa dijadikan acuan melihat kemajuan dari sisi pendidikan adalah rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf.

Capaian Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Bandung tahun 2014 Kota Bandung adalah 10,85 tahun, sedangkan di Tahun 2013 sebesar 10,81. Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir dapat dilihat dari grafik di bawah ini.

8.34 8.46

8.73

8.98

8.87

8.00 8.50 9.00 9.50

2009 2010 2011 2012 2013

LPE dalam %

(23)

GRAFIK II.7

PERKEMBANGAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014

Grafik di atas dapat diartikan bahwa rata-rata warga Kota Bandung usia 7–18 tahun telah dapat bersekolah selama 10,85 tahun.

Kondisi pendidikan di suatu wilayah diukur pula melalui Angka Melek Huruf (AMH). Angka Melek Huruf adalah proporsi seluruh penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Berikut grafik Angka Melek Huruf di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir.

GRAFIK II.8

PERKEMBANGAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014

Grafik di atas memperlihatkan indikator Angka Melek Huruf pada penduduk di atas 15 tahun yang dapat membaca. Angka Melek Huruf Kota Bandung di Tahun 2014 sebesar 99,63 % sedangkan di tahun 2013 sebesar 99,62 %.

F. PEMBANGUNAN MANUSIA

Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator komposit yang kompleks terdiri dari tiga komponen penting yaitu komponen kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Ketiga komponen ini bersinergi dalam menentukan keberlangsungan dan kemajuan pembangunan di daerah itu. Indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index(HDI) adalah indikator yang juga mengukur kualitas manusia di wilayah setempat.

10.68 10.70 10.74 10.81 10.85

10.5 10.6 10.7 10.8 10.9

2010 2011 2012 2013 2014

RATA-RATA LAMA SEKOLAH

99.54 99.55 99.58 99.62 99.63

99.45 99.50 99.55 99.60 99.65

2010 2011 2012 2013 2014

Angka Melek Huruf

(24)

GRAFIK II.9

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014

Grafik di atas menerangkan bahwa IPM Kota Bandung Tahun 2014 sebesar 79,66.

Melalui IPM ini dapat menjadi indikasi bahwa kualitas manusia Kota Bandung dari waktu ke waktu mengalami peningkatan.

G. INDEKS KESEHTAN

Indeks Kesehatan mengukur tingkat kesehatan manusia secara umum di suatu wilayah tertentu. Indeks Kesehatan juga merupakan indikator komposit yang kompleks yang perhitungannya memperhitungkan banyak indikator lain dalam bidang kesehatan.Indikator IndeksKesehatan memilik 2 kelompok penilaian indikator kesehatan. Kelompok yang pertama adalah indikator yang menghitung jumlah kematian yang terjadi selama periode tertentu dengan penyebabnya. Kelompok kedua adalah indikator kesehatan mengukur tingkat kecatatan atau kesakitan yang ada di masyarakat.

Indeks Kesehatan Kota Bandung Tahun 2013 sebesar 81,37 meningkat di tahun 2014 0,03 poin menjadi 81,40. Di bawah ini grafik yangmenggambarkan perkembangan Indeks Kesehatan di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir.

GRAFIK II.10

PERKEMBANGAN INDEKS KSEHATAN MANUSIA (IPM) KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014

78.99 79.15 79.32 79.49 79.66

78.50 79.00 79.50 80.00

2010 2011 2012 2013 2014

IPM

81,22

81,32 81,35 81,37 81,40

81,10 81,20 81,30 81,40 81,50

2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Kesehatan

(25)

Capaian Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Bandung di Tahun 2014 sebesar 73,82 tahun. Angka ini naik sebesar 0,02 tahun bila dibandingkan dengan tahun lalu.

Definisi AHH sendiri adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak 0 tahun yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Peningkatan AHH adalah hasil kumulatif dari berbagai kegiatan baik yang bersifat preventif, promotif, maupun kuratif di berbagai tingkatan pelayanan kesehatan. Di bawah ini grafik yang menggambarkan perkembangan Angka Harapan Hidup Kesehatan di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir.

GRAFIK II.11

PERKEMBANGAN USIA HARAPAN HIDUP (UHH) KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014

Grafik di atas memperlihatkan bahwa Angka Harapan Hidup di Kota Bandung meningkat tahun demi tahun dalam lima tahun terakhir. Capaian Angka Harapan Hidup Kota Bandung di Tahun 2014 sebesar 73,84 tahun. Ini berarti bayi penduduk Kota Bandung yang dilahirkan di Tahun 2014 akan memiliki kemungkinan hidup hingga usia 73,84 tahun.

73.73 73.79 73.81 73.82 73.84

73.60 73.70 73.80 73.90

2010 2011 2012 2013 2014

Angka Harapan Hidup

(26)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. ANGKA KEMATIAN

Permasalah kependudukan merupakan masalah yang umum yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Secara umum permasalah kependudukan dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu, jumlah penduduk, kepadadatan penduduk dalam suatu wilayah, dan kualitas penduduknya.Dinamika penduduk dari waktu ke waktu senantiasa berubah yang disebabkan karena adanya pertistiwa kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk. Perubahan tersebut dapat dihitung melalui beberapa cara, diantarannya metode sensus, regitrasi, dan survey peduduk.

Menurut standar WHO, pencatatan penduduk dilakukan berserta tenaga kesehatan dengan mengidentifikasi penyebab kematiannya melalui klasifikasi standar ICD-10. Tujuannya adalah mengetahui tingkat dan penyebab kematian. Data tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan masalah kesehatan dan prioritaspeyelesaiannya bidang kesehatan masyarakat.

Jumlah dan penyebab kematian yang dibahas dalam Profil Kesehatan ini didapat dari proses regritrasi kematian dan penyebabnya pada sumber-sumber pelayanan kesehatan dasar maupun tingkat lanjut yang direkapitulasi dan dianalisa oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung. Beberapa angka kematian khusus yang akan diulas dalam Profil Kesehatan Kota Bandung ini adalah kejadian kematian, kematian bayi, kematian ibu, dan kematian balita.

Jumlah kematian kasar selama tahun 2014 di Kota Bandung sebanyak 4.531 jiwa. Dari angka tersebut sebanyak 90 jiwa berasal dar kelompok usia sekolah, 1.499 jiwa dari kelompok usia produktif, dan 2.753 jiwa dari usia lanjut. Sepuluh penyebab kematian terbesar di Kota Bandung dapat diamati dari tabel bar berikut ini.

(27)

GRAFIK III.1

10 BESAR PENYEBAB (JUMLAH DAN PERSENTASENYA) KEMATIAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Sumber : Seksi Evaluasi Program Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

Berdasarkan grafik III.1 dapat dilihat bahwa penyebab kematian terbanyak tahun 2014 adalah penyakit Hipertensi. Dari 10 besar penyakit penyebab kematian terbanyak masih terdapat penyebab kematian lanjut usia/sakit serta gejala dan tanda umum lainnya hal ini menunjukkan bahwa pencatatan dan pelaporan kematian belum optimal. Data penyebab kematian yang akurat masih sulit diperoleh di lapangan, butuh kerjasama lintas sektor dan lintas program yang lebih baik. Penyebab kematian didominasi oleh penyakit tidak menular (PTM). Kecelakaan menjadi salah satu dari 10 besar penyebab kematian terbanyak. Hal ini harus menjadi perhatian khusus yang tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan.

Berikut di bawah ini pembahasan mengenai kejadian kematian bayi, kejadian kematian ibu dan kejadian kematian balita yang masih merupakan bagian dari mortalitas.

1. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat yang dapat mengambarkan status kelangsungan hidup di suatu wilayah. Angka ini sangat sensitif dengan ketersediaan, pemanfaatan, dan kualitas pelayanan antenatal dan postnatal.Angka kematian bayi menjelaskan kemungkinan kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup di suatu wilayah dalam periode tertentu.

Hypertensi (23%) Stroke (17 %) Lanjut usia / sakit (12%) other acute ischaemic heart diseases(11%) Diabetes Melitus (11%) Decompensatio Cordis (9%) Gejala dan tanda umum lainnya (8 %) Asma (3 %) other heart disordars in diseases classified elsewhere (3%) Kecelakaan (Unspecified transport accident) (3%)

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

(28)

Angka Kematian Bayi di Kota Bandung berdasarkan sumber BPS Kota Bandung tahun 2012 sebesar 29,33 / 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB Kota Bandung tahun 2014 belum tersedia.

GRAFIK III.2

PERKEMBANGAN ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2012

Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Bandung

Jumlah kematian bayi di Kota Bandung tahun 2014 tercatat sebanyak 95 bayi ,sedangkan kejadian lahir mati sebesasr 130 kasus. Kejaidan kematian pada periode neonatal (0-28 hari), periode yang merupakan periode awal kelahiran, terjadi sebanyak 79 kasus. Tren jumlah kematian bayi dan lahir mati per-tahun tampak pada tabel di bawah ini.

GRAFIK III.3

PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN LAHIR MATI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2014

Penyebab kematian neonatal adalah berturut-turut Prematur (26 kasus), Asfiksia (21 kasus), Kelainan Kognital (11 kasus), infeksi (3 kasus), tetanus (1 kasus), masalah

34.46

33.77

33.17

32.24

29.33 28

30 32 34 36

2008 2009 2010 2011 2012

ANGKA KEMATIAN

TAHUN

AKB

201

235

148

96 95

249

116 122 129 130

0 50 100 150 200 250

2010 2011 2012 2013 2014

JUMLAH KEMATIAN BAYI JUMLAH LAHIR MATI

(29)

JUMLAH LAHIR MATI DAN KEMATIAN BAYI

LAHIR MATI KEMATIAN BAYI

Cibiru Cicendo

Cidadap

Gedebage Coblong

Regol Andir

Buahbatu

Rancasari Sukasari

Arcamanik Sukajadi

Lengkong

Antapani

Ujungberung

Cinambo Bandung Kulon

Babakan Ciparay

Panyileukan Mandalajati

Kiaracondong Batununggal

Bandung Kidul Bojongloa Kidul

Cibeunying Kaler

Cibeunying Kidul

Sumurbandung

Astanaanyar

Bandung W etan

Bojongloa Kaler

N

Laktasi (3 kasus), Kelainan Kognital (1 kasus), dan penyebab lain-lain (9 kasus). Penyebab kematian bayi (29 hari – 1 tahun) adalah berturut-turut Pneumonia (4 kasus), Diare (1 kasus), dan lain-lain (11 kasus). Prematur, Asfiksia, dan Kelainan Kognital masih menjadi penyebab-penyebab kematian terbesar pada usia neonatal dalam periode beberapa tahun terakhir di Kota Bandung.

GAMBAR III.1

JUMLAH LAHIR MATI DAN KEMATIAN BAYI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2014

Tantangan utama dalam mencagah terjadinya kematian bayi di perkotaan adalah mengedukasi dan memberikan pengetahuan kepada ibu hamil agar rutin memeriksakan kehamilanya ke tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang ada. Wilayah Perkotaan pada umumnya memiliki daerah kumuh, miskin dengan tingkat kepadatan yang tinggi, dalam rangka melakukan upaya kesehatan preventif dan promosi kesehatan, dapat meningkatkan frekuensi penjaringan ibu hamil sehingga layanan asuhan kebidanan dapat diberikan kepada ibu hamil lebih luas lagi.

(30)

2. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)

Angka Kematian Anak Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 12-59 bulan per 1.000 kelahiran hidup pada periode waktu tertentu. Seperti halnya Angka Kematian Ibu dan Bayi, AKABA ini juga dapat memberikan gambaran status kelangsungan hidup di suatu wilayah. AKABA di Kota Bandungterakhir berdasarkan sumber BPS Propinsi Jabar adalah tahun 2008 sebesar 8,8 / 1.000 kelahiran hidup

Kematian balita di Kota Bandung pada Tahun 2014 tercatat sebanyak 3 anak yang disebabkan oleh Pneumonia, Diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Bila dibandingkan dengan jumlah tahun lalu terdapat adanya penurunan jumlah kasus kematian balita yaitu dari 13 kasus kematian di tahun 2013 menjadi 3 kasus kemataian di tahun 2014. Grafik berikut ini menunjukan jumlah kematian balita di Kota Bandung selama 5 tahun terakhir.

GRAFIK III.4

PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN BALITA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2014

AKABA terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKABA dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. Mengingat kegiatan registrasi penduduk di Indonesia belum sempurna sumber data ini belum dapat dipakai untuk menghitung AKABA. Sebagai gantinya AKABA dihitung berdasarkan estimasi tidak langsung dari berbagai survei- survei.

3. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian ibu hamil selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang

20

5

12 13

0 3 10 20 30

2010 2011 2012 2013 2014

Kematian Balita

(31)

disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian yang disebabkan kehamilan, persalinan dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu.

Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang penting. Angka Kematian Ibu mencerminkan risiko-risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh : keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetrik.

Laporan kematian ibu di Kota Bandung dilaksanakan melalui pelacakan dan autopsi verbal. Jumlah kematian ibu di Kota Bandung tahun 2014 terlaporkan sebanyak 30 kasus kematian. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 25 kasus kematian menjadi 30 kasus kematian di tahun 2015. Grafik jumlah kematian ibu dari tahun ke tahun dapat diamati pada grafik di bawah ini.

GRAFIK III.5

PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN IBU DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2014

Grafik di atas menerangkan bahwa jumlah kematian ibu di Kota Bandung dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan meningkat. Informasi mengenai kondisi AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

Penyebab kematian ibu terbanyak adalah Hipertensi dalam kehamilan 9 kasus, Perdarahan 6 kasus, Preeklamsi/Eklamsi 11 kasus, infeksi 3 kasus, dan lain-lain 10

37

20 24 25 30

10 20 30 40

2010 2011 2012 2013 2014

JUMLAH KASUS

TAHUN

JUMLAH KEMATIAN IBU

(32)

kasus.Penyebab kematian ibu dari tahun 2010 hingga 2014 dapat dilihat dari grafik di bawah ini:

GRAFIK III.6

PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN IBU DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2014

Gafik di atas menerangkan penyebab lain-lain menjadi penyebab dominan kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir. Kesulitan dalam menerangkan kondisi almarhumah karena ketidaktahuan keluarga ketika dilakukan AMP menjadi penyebab kasus lain-lain selalu tinggi. Kasus penyebab kematian Preeklamsi / Eklamsi dan pendarahan juga cenderung meningkat dalam kurun tahun- tahun terakhir.

GAMBAR III.2

JUMALH KEMATIAN IBU DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2014 11

4

6 6 6

7

5 6

9

11 7

1 0 1

0 3

0 1

0 2 3

9

11

9 10

0 5 10 15

2010 2011 2012 2013 2014

JUMLAH KASUS

TAHUN

Pendarahan Preeklamsi / Eklamsi Emboli Cairan Ketuban Infeksi Lain-lain

(33)

Angka Kematian Ibu di Kota Bandung berdasarkan sumber BPS Kota Bandung dan UNPA Tahun 2004 sebesar 164,70/100.000 kelahiran hidup. Angka ini dihitung menggunakan pola/metoda kematian dari hasil Susenas, yaitu asumsi kematian ibu terhadap kematian wanita dewasa untuk daerah Jabar sebesar 8,70%. Adapun AKI Nasional berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 adalah sebesar 228 / 100.000 kelahiran hidup.

B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)

Data kesakitan diperlukan untuk memberikan informasi di masyarakat (community based data) mengenai permasalahan penyakit, perkembangan dan penyebarannya. Selain itu, data morbiditas dipakai dalam perumusan kebijaksanaan dan program kesehatan dalam pengelolaan, monitoring, dan evaluasinya.

Pola 20 penyakit terbesar yang diperoleh dari layanan kesehatan di Puskesmas di Kota Bandung tahun 2014 dapat diamati melalui tabel di bawah ini :

TABEL III.1

20 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMASDI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

N0 NAMA PENYAKIT Jumlah %

1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik 141.581 14,45

2 NasofaringitisAkuta (Common Cold) 141.233 14,41

3 Myalgia 69.681 7,11

4 Hipertensi Primer (esensial) 69.328 7,08

5 Gastroduodenitesistidakspesifik 46.634 4,76

6 Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal 43.808 4,47

7 Diaredan Gastroenteritis 41.450 4,23

8 FaringitisAkuta 33.976 3,47

9 Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak terklasifikasikan

33.219 3,39 10 Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) 22.490 2,30

11 TukakLambung 20.244 2,07

12 Dispepsia 17.111 1,75

13 Demam yang tidak diketahui sebabnya 16.086 1,64

14 Konjungtivitis 15.021 1,53

15 Gangguan Gigi dan jaringan penunjang lainnya 14.467 1,48

16 Karies Gigi 13.635 1,39

17 Rematisme (tidakspesifik) 13.142 1,34

18 Pneumonia 12.012 1,23

19 TonsilitisAkuta 11.902 1,21

20 penyakit lain -lain 202.843 20,70

Jumlah 979.863 100,00

Sumber : Seksi Data dan Informasi Kesehatan dari Rekapitulasi SP3 Tahun 2014

(34)

Pola penyakit terbesar tidak banyak berubah dari tahun ketahun dan masih didominasi oleh penyakit infkesi dengan penyakit infeksi saluran pernafasan atas akut tidak spesifik menjadi penyakit terbesar. Penyakit infeksi saluran pernafasan atas akut tidak spesifik menjadi penyakit terbesar beberpa tahun terakhir kecuali di tahun 2012. Perbandingan urutan penyakit terbesar dari tahun ke tahun dapat diperhatikan dari tabel berikut ini : GRAFIK III.7

POLA PENYAKIT TERBESAR DI PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : Seksi Data dan Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

Tingginya aktivitas dan mobilatas masyarakat di wilayah perkotaan dipandang sebagai salah satu pemicu berbagai penyakit khas warga perkotaan. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri masih menjadi penyebab terbanyak penyakit selain merebaknya penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang tak sehat bagi warga kota. Perilaku tak sehat seperti merokok juga menambah rentan beban keseahtan masyarakat perkotaan.

C. PENYAKIT MENULAR YANG DIAMATI

Karakteristik wilayah perkotaan di Indonesia yang memiliki banyak wilayah permukiman padat dan kumuh selalu terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit menular.

Kendati demikian, tak menutup pula kemungkinan wilayah dengan kepadatan rendah dan wilayah pedesaan menjadi sasaran penyebaran penyakit menular. Selain itu, karakteristik sosial kultural perkotaan dengan tingginya aktivitas dan mobilitas masyarakatnya juga menjadi penyebab tingginya penyakit menular. Dalam profil kesehatan ini kondisi penyakit menular Kota Bandung yang diamati di Kota Bandung adalah sebagai sebagai berikut :

1 1

2

1 1

3

2

3 3

4 2

3

1

2 2

4 4 4 4

3

6

5

6

7 7

5

7

5 5 5

8

6

10

6 6

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2010 2011 2012 2013 2014

Infeksi Saluran Pernafasan Akut tak Spesifik

Hipertensi Primer Nasofaringitis Acuta Myalgia

Diare dan Gastroenteritis Gastroduodenitis tak spesifik Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal

(35)

1. PENYAKIT ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)

Penyakit Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus. Penularan dapat terjadi secara langsung dan tak langsung.

Penyebarannya sangat ditentukan oleh kondisi kualitas sanitasi lingkungan dan status imunisasi anak di suatu wilayah.

Cakupan penemuan penderita penyakit AFP pada 100.000 penduduk di bawah 15 di Kota Bandung tahun tahun 2014 sebesar 2,63 dengan jumlah kasus sebanyak 17 kasus. Target Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM) Nasional untuk penemuan dan penanganan penderita penyakit AFP adalah ≥2 / 100.000. Adapun perkembangan cakupan penemuan penderita penyakit AFP dalam 5 Tahun Terakhir di Kota Bandung dapat dilihat dari grafik di bawah ini.

GRAFIK III.8

PERKEMBANGAN PENEMUAN PENDERITA AFP DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

Penemuan kasus AFP dilaksanakan melalui monitoring ke rumah sakit, klinik, dokter swasta maupun di puskesmas yang ada di Kota Bandung dengan mengamati secara cermat berbagai gejala penyakit AFP.

2. PENYAKIT TUBERCULOSIS

Tuberculosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sring menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular akibat kuman mycobacterium tuberculosis dengan angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi.

12 14 14 21 17

0 10 20 30

2010 2011 2012 2013 2014

JUMLAH KASUS

TAHUN

KASUS AFP

(36)

Jumlah kasus baru penderita tuberculosis di Kota Bandung tahun 2014 (pada penderita TB warga Kota Bandung sesuai wilayah admnistrasinya) secara klinis dan laboratoris susai wilayah administrasinya sebanyak 2.087 kasus. Case notification rate (CNR) TB adalah 81,03 per 100.000 penduduk. Kecamatan Babakan Ciparay, Bandung Kulon, dan Andir merupakan kecamatan dengan jumlah kasus tuberculosis terbesar di Kota Bandung. Grafik berikut ini menunjukkan perkembangan jumlah kasus tuberculosis di Kota Bandung selama beberapa tahun terakhir.

GRAFIK III.9

PERKEMBANGAN PENEMUAN PENDERITA TB DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

Gambar di atas menerangkan bahwa di Kota Bandung tahun 2014 penderita tuberculosis dengan TB BTA (+) sebanyak 940 kasus, sedangkan penderita dengan gejala klinis tuberculosis sebanyak 1.055 kasus. Angka pengobatan lengkap (%

complete rate) dan angka kesembuhan (% cure rate) tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun 2013 berturut-turut 84,3% dan 72,43%. Informasi mengenai perkembangan indikator pengobatan penyakit TB tahun ke tahun dapat diamati dari gambar berikut ini.

GRAFIK III.10

INDIKATOR KONDISI PENGOBATAN PENYAKIT TB DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2014

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

2,506 2,482 2,456 1,958

2,036

1,438 1,351 1,283

1,054

1,055

1,068 1,137 1,173

983 940

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000

2010 2011 2012 2013 2014

JUMLAH KASUS

TAHUN

KASUS BARU TB KLINIS

TB BTA (+)

8.93 13.35 16.40 11.82

76.37 68.26 65.26

72.48 85.3

81.61 81.66 84.3

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

2011 2012 2013 2014

PERSENTASE

TAHUN

Complete Rate (%) Cure Rate (%) Success Rate (%)

(37)

Jumlah kasus kematian akibat Penyakit TB tahun 2014 terjadi di 14 kecamtan di Kota Bandung dengan jumlah 23 kasus. Kecamatan Andir dan Coblong menjadi dua kecamatan dengan kasus kematian terbesar akibat TB. Kecamtan Andir sebanyak 4 kematian dan Coblong sebanyak 3 kasus kematian akibat TB.

GAMBAR III.3

JUMLAH KEMATIAN PENDERITA TB DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014

3. PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA

Balita merupakan usia kelompok rentan terserang penyakit dengan spesifik risiko masing-masing baik yang itu yang menular maupun yang tidak menular disebabkan karena daya tahan dan kondisi fisik tubuh yang masih lemah.Penyakit pneumonia adalah penyakit yang sering terjadi pada balita juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang keilmuan keperawatan meliputi 22 kompetensi.Penelitian ini bertujuan

Formulir Pengalihan Unit Penyertaan dari REKSA DANA BNP PARIBAS SOLARIS yang diterima secara lengkap dan benar oleh Manajer Investasi atau Agen Penjual Efek REKSA DANA BNP

Tujuan dari Penyusunan Perubahan Rencana Strategis Badan Keuangan Dan Aset Daerah Tahun 2016–2021 adalah sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya , agar menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut,

Nilai modulus tanah pasiran tersementasi tersebut dari korelasi empirik relatif lebih rendah dibandingkan dengan analisis balik dengan metode elemen hingga. Hal ini menunjukkan

1) Setiap Orang yang mengetahui pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait melalui sistem elektronik untuk Penggunaan Secara Komersial dapat melaporkan kepada

PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM