• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Responden

Dalam dokumen SURVEI PREVALENSI PENYALAHGUNAAN NARKOBA (Halaman 47-54)

KARAKTERISTIK RESPONDEN

2.1. Status Responden

Jenis Kelamin

Secara keseluruhan terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin antara responden laki-laki dan perempuan. Proporsi responden perempuan jumlahnya mencapai 53,1 %, sedangkan responden laki-laki hanya 46,9 %. Jadi keterwakilan responden perempuan sedikit lebih besar daripada responden laki-laki.

Hal yang sama terjadi di daerah perkotaan dan pedesaan, yaitu jumlah responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Di daerah perkotaan terlihat proporsi responden perempuan sebesar 53,7% dan laki-laki hanya 46,3%. Demikian pula di daerah pedesaan, juga menunjukkan karakteristik yang sama dengan daerah perkotaan yaitu proporsi perempuan (52,2 %) dan laki-laki (47,8 %) (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Responden Menurut Kelompok Jenis Kelamin

II

Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan Total

Laki-laki 46,30 47,80 46,90

Perempuan 53,70 52,20 53,10

Total 100,00 100,00 100,00

N 17.356 11.196 28.552

Sumber: Survei Penyalahgunaan Narkoba BNN - LIPI, 2019

Umur

Kelompok umur merupakan salah satu variabel yang sangat signifikan diperhatikan dalam setiap kegiatan penelitian. Hal ini mengingat segala aktivitas masyarakat sangat tergantung pada umurnya. Kelompok masyarakat yang berumur lebih muda tentu lebih energik daripada mereka yang lebih tua. Dalam struktur umur demografi diketahui ada tiga kelompok umur yaitu, penduduk berusia muda (kurang dari 15 tahun), kelompok penduduk produktif (15-64 tahun), dan kelompok penduduk usia tua (diatas 65 tahun).

Responden dalam penelitian sengaja dipilih penduduk yang berumur 15-64 tahun. Hal ini mengingat pada usia tersebut penduduk dapat dikatagorikan sebagai penduduk produktif, sehingga mereka mudah memahami berbagai persoalan kondisi sosial ekonomi kemasyarakatan. Selain itu, mereka juga memahami berbagai pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang ditanyakan oleh interviewer. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kisaran umur 25-59 tahun, dengan jumlah 74,8%. Proporsi umur yang hampir sama juga terdapat pada responden yang berdomisili di daerah perkotaan dan pedesaan, yaitu masing-masing 74,7% dan 75%) (Tabel 2.2).

Besarnya proporsi responden yang berumur antara 25-59 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar respoden berada dalam usia yang produktif, yang kemungkinan besar banyak yang bekerja. Sedangkan sebagian responden yang berusia dibawah 25 tahun kemungkinan banyak yang pelajar dan mahasiswa. Kelompok pelajar dan mahasiswa tersebut merupakan kelompok yang sangat rentan terpapar narkoba. Sementara responden yang berumur produktif (25-59 tahun) bukan berarti risiko mereka terpapar narkoba kecil karena kecanduan narkoba tidak tergantung usia. Biasanya responden usia produktif ada kecenderungan mereka juga mudah terpapar narkoba, terutama karena adanya tuntutan pekerjaan yang sangat ketat.

Tabel 2.2. Responden menurut Kelompok Umur

Status Perkawinan

Sebagian besar responden memiliki status perkawinan menikah, dengan jumlah 70,9%. Sedangkan responden dengan status belum menikah jumlahnya hanya 21,9%. Besarnya proporsi responden dengan status menikah karena berkaitan dengan metodologi penelitian, yaitu responden yang dipilih adalah mereka yang berumur antara 15-64 tahun. Dengan rentang umur tersebut sangat dimungkinan jika sebagian besar mereka telah menikah.

Tidak ada perbedaan dalam hal status perkawinan antara responden yang berdomisili di daerah perkotaan maupun yang di perdesaan. Hanya saja proporsi responden yang berdomisili di daerah perdesaan yang berstatus menikah lebih besar daripada di daerah perkotaan (73% banding 69,5%) (Tabel 2.3). Besarnya responden di daerah perdesaan dengan status menikah kemungkinan sebagai akibat adanya proses perkawinan pada umur yang muda. Hal ini biasa terjadi di daerah perdesaan,yaitu anak-anak yang sudah memasuki usia dewasa (diatas 15 tahun) langsung dinikahkan dengan maksud untuk meringankan beban orang tua. Proses perkawinan dini tersebut terjadi karena tingkat pendidikan masyarakat di daerah perdesaan relatif lebih rendah daripada daerah perkotaan. Dengan demikian tidak perlu menunggu sampai menamatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi baru menikah.

.

Kelompok Umur (502) Perkotaan Perdesaan Total

< 25 18,30 18,20 18,30

25 – 59 74,70 75,00 74,80

60+ 7,00 6,70 6,90

Total 100,00 100,00 100,00

N 17.356 11.196 28.552

Tabel 2.3. Status Perkawinan Responden

Status Responden dalam Rumah Tangga

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 39% responden mempunyai status sebagai kepala rumah tangga. Responden dengan status kepala rumah tangga tersebut ternyata tidak ada perbedaan antara di daerah perkotaan dan perdesaan, yaitu masing-masing 38,1% dan 40,4%) (Tabel 2.4).

Selain sebagai kepala rumah tangga, proporsi responden dengan status sebagai suami/isteri jumlahnya juga cukup besar (35,4%). Demikian pula jika dilihat menurut daerah perkotaan dan perdesaan ternyata jumlahnya tidak ada perbedaan yang mencolok, yaitu masing-masing 35,1% di perkotaan dan 36% di perdesaan. Banyaknya responden dengan status suami/isteri dalam kaitannya dengan kepala rumah tangga dapat dipahami karena responden dalam penelitian ini menyasar anggota rumah tangga yang berumur 15-65 tahun. Dengan demikian probabilitas responden dalam status menikah cukup besar. Proporsi responden sebagai anak/menantu dalam hubungannya dengan kepala rumah tangga juga tergolong cukup besar, yaitu 22,3%. Kemungkinan diantara mereka adalah anak-anak yang masih sekolah atau anggota rumah tangga yang telah menikah, namun masih menumpang di rumah orang tua.

Status perkawinan (505)

Perkotaan Perdesaan Total

Belum menikah 23,10 20,00 21,90

Menikah 69,50 73,00 70,90

Cerai mati/hidup 7,40 7,00 7,30

Total 100,00 100,00 100,00

N 17.356 11.196 28.552

Tabel 2.4. Responden menurut Statusnya dalam Rumah Tangga

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu barometer untuk mengukur kualitas SDM sebuah daerah. Jika tingkat pendidikannya tinggi maka bisa disimpulkan bahwa kualitas SDM pada daerah itu tinggi pula. Secara keseluruhan terlihat tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini mengelompok pada jenjang pendidikan SMA/SMK sederajat dengan jumlah 39,2%. Diharapkan dengan tingkat pendidikan tersebut pengetahuan responden tentang penyalahgunaan narkoba juga tinggi. Terdapat perbedaan yang mencolok tingkat pendidikan responden SMA/SMK sederajat antara daerah perkotaan dan perdesaan. Proporsi responden yang berpendidikan SMA/SMK sederajat yang berdomisili di daerah perkotaan jumlahnya mencapai 44,5%, sedangkan responden yang berdomisili di daerah perdesaan dengan tingkat pendidikan yang sama jumlahnya hanya 31 % (Tabel 2.5). Tingginya proporsi responden yang berpendidikan SMA/SMK sederajat di daerah perkotaan dapat dimaklumi karena berkaitan dengan infrstruktur pendidikan. Di daerah perkotaan tentunya sarana dan prasarana lebih lengkap daripada di daerah perdesaan.

Status dalam rumah tangga

Perkotaan Perdesaan Total

Kepala Rumah Tangga 38,10 40,40 39,00

Istri/suami 35,10 36,00 35,40 Anak/menantu 22,90 21,40 22,30 Cucu 0,60 0,50 0,60 Orang tua/mertua 0,90 0,70 0,80 Saudara lain 1,70 0,70 1,30 Orang lain 0,70 0,30 0,50 Total 100,00 100,00 100,00 N 17.356 11.196 28.552

Proporsi kedua terbesar pendidikan responden yaitu pada tingkat SMP/MTs sederajat, dengan jumlah 21,4%. Seperti diketahui para pelajar pada tingkat SMP/MTs sederajat ini merupakan kelompok yang paling rentan terpapar narkoba. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa proporsi responden yang berpendidikan SMP/MTs sederajat ternyata lebih tinggi bagi mereka yang berdomisili di daerah perdesaan daripada daerah perkotaan, yaitu masing-masing 24,6% dan 19,4%).

.

Tabel 2.5. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Responden

Kegiatan Utama

Status kegiatan utama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan responden seminggu terakhir, apakah mereka bekerja, mencari pekejaan, mengurus rumah tangga, sekolah atau lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan dalam seminggu terakhir sebelum kegiatan survei dilakukan lebih dari separuh (57,4%) responden mempunyai kegiatan utama bekerja. Responden dengan kegiatan utama mengurus rumah tangga jumlahnya 27,5%, dan responden dengan status sekolah jumlahnya relatif kecil, yaitu 9,9% (Tabel 2.6).

Tidak ada perbedaan yang mencolok antara responden yang mempunyai kegiatan utama bekerja, baik yang berdomisili di daerah perkotaan maupun perdesaan. Responden yang mempunyai kegiatan

Tingkat Pendidikan yang ditamatkan (506)

Perkotaan Perdesaan Total

Tidak sekolah 1,70 3,20 2,30 Tidak/belum tamat SD 3,40 6,80 4,70 SD/MI sederajat 13,30 27,20 18,70 SMP/MTs sederajat 19,40 24,60 21,40 SMA/MA sederajat 44,50 31,00 39,20 Akademi/PT 17,80 7,10 13,60 Total 100,00 100,00 100,00 N 17.356 11.196 28.552

utama bekerja di daerah perkotaan jumahnya 56,7%, sedangkan di daerah perdesaan yang bekerja sebesar 58,5%. Demikian pula responden yang memiliki kegiatan utama mengurus rumah tangga juga tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara mereka yang berdomisili di daerah perkotaan maupun perdesaan, yaitu masing-masing 27,2% dan 28%. Sedangkan responden yang mempunyai kegiatan utama sekolah, yang berdomisili di daerah perkotaan jumlahnya sedikit lebih banyak daripada mereka yang tinggal di daerah perdesaan, yaitu masing-masing 10,7% dan 8,6%.

Besarnya proporsi responden yang bekerja karena sebagian besar diantara mereka adalah kepala rumah tangga. Sebagai kepala rumah tangga tentunya mereka dituntut untuk memiliki pekerjaan dalam rangka menghidupi anggota rumah tangganya. Responden yang bekerja tersebut juga mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi. Diharapkan dengan tingkat pendidikan yang tinggi mereka mempunyai pengetahuan yang luas tentang bahaya narkoba. Sementara dengan status kegiatannya bekerja diharapkan para responden juga tidak mudah tergoda untuk terjebak dalam jaringan bisnis narkoba

Tabel 2.6. Kegiatan Utama Responden

Kegiatan Utama Perkotaan Perdesaan Total

Bekerja 56,70 58,50 57,40

Sekolah 10,70 8,60 9,90

Mengurus rumah tangga 27,20 28,00 27,50

Lainnya 5,40 4,90 5,20

Total 100,00 100,00 100,00

N 17,356 11,196 28,552

Dalam dokumen SURVEI PREVALENSI PENYALAHGUNAAN NARKOBA (Halaman 47-54)