• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Stimulasi Perkembangan Anak

1. Definisi Stimulasi

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Depkes RI, 2012). Stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan luar anak (Mursito & Warti, 2002 dalam Dwienda et al, 2014). Sedangkan menurut Soetjiningsih (2005) stimulasi adalah perangsang yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak.

Dwienda (2014) menjelaskan bahwa stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak, yaitu asah. Dengan mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin meningkat. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulasi (Nugroho, 2009).

2. Prinsip Pemberian Stimulasi

Pemberian stimulasi pada anak harus memperhatikan beberapa hal yang mendasar dalam kemajuan tumbuh kembang anak. Dwienda (2014) menerangkan bahwa dalam melakukan stimulasi, harus menggunakan prinsip sebagai berikut:

a. Sebagai ungkapan rasa cinta dan sayang, bermain bersama anak sambil menikmati kebahagiaan anak.

b. Bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup 4 bidang kemampuan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal social).

c. Dimulai dari tahapan perkembangan yang telah dicapai anak. d. Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman atau bentakan. e. Anak selalu diberi pujian.

f. Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak berbahaya dan mudah didapat.

g. Suasana dibuat menyenangkan dan bervariasi.

3. Stimulasi Perkembangan Anak Menurut Umur

Depkes (2012) menjelaskan bahwa perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur stimulasi anak yang dijeaskan dalam tabel 2.3 sebagai berikut:

Tabel 2. 3 Kelompok Umur Stimulasi

Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa prenatal

Masa bayi 0 – 12 bulan Umur 0-3 bulan Umur 3-6 bulan Umur 6-9 bulan Umur 9-12 bulan Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12-15 bulan

Umur 15-18 bulan Umur 18-24 bulan Umur 24-36 bulan Umur 36-48 bulan Umur 48-60 bulan Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan

Diambil dari Depkes (2012) dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Kesehatan Dasar.

4. Stimulasi Perkembangan Aspek Sosialisasi dan Kemandirian

Stimulasi perkembangan anak untuk kemampuan bersosialisasi dan kemandirian sesuai umur bagi anak usia 60-72 bulan menurut Depkes RI (2012), dijabarkan sebagai berikut:

a. Stimulasi kegiatan yang perlu dilanjutkan

1) Dorong agar anak berpakaian sendiri, menyimpan mainannya tanpa bantuan anda, dan membantu kegiatan di rumah seperti memasak, bersih-bersih rumah dan sebagainya.

2) Ajak anak berbicara tentang apa yang dirasakan anak, ikutkan anak dalam acara makan sekeluarga

3) Rencanakan kegiatan ke luar sering-sering, beri anak kesempatan mengunjungi tetangga, teman dan saudara tanpa ditemani anda.

4) Beri anak kesempatan memilih acara televisi yang ingin dilihat, tetapi anda tetap membantu memilihkan acara. Batasi waktu menonton televisi tidak lebih dari 2 jam sehari. Lihat dan bicarakan beberapa acara yang dilihat dan didengar bersama.

b. Berkomunikasi dengan anak

Luangkan waktu setiap hari untuk bercakap-cakap dengan anak. Dengarkan ketika anak berbicara dan tunjukkan bahwa anda mengerti pembicaraan anak dengan mengulangi apa yang dikatakannya. Pada saat ini, jangan menggurui, memarahi, menyalahkan atau mencaci anak.

c. Berteman dan bergaul

Pada umur ini anak-anak senang sekali bergaul dan membutuhkan teman sebaya untuk bermain. Bantu dan beri anak kesempatan berkumpul dengan teman-temannya. Ajari anak dalam memakai kata-kata yang tepat ketika menyampaikan maksudnya pada teman-temannya. Buat anak agar memakai kata- kata dalam memecahkan masalah dan bukannya dengan memukul atau mendorong.

d. Mematuhi peraturan keluarga

Buat persetujuan dengan suami/istri anda mengenai peraturan keluarga. Sertakan anak pada “pertemuan” keluarga ketika membicarakan peraturan terebut. Adakan pertemuan keluarga secara rutin untuk membicarakan acara kelurga minggu ini/minggu depan, rencana jalan-jalan atau ketika menentukan waktu anak mandi sore, sembahyang/ibadah, dan sebagainya. Ajarkan anak patuh terhadap peraturan tersebut. Beri peringatan/teguran/penjelasan ketika anak tidak mematuhi peraturan. Hindari penggunaan kekerasan/hukuman badan/cacian.

E. Orang tua Terhadap Anak

1. Definisi orang tua

Kehidupan anak tak akan terpisahkan dengan keberadaan orang tua didalamnya. Orang tua telah menjadi agen perlindungan, pendukung kesehatan anak, pendidik, dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005) pengertian orang tua adalah ayah ibu

kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya).

2. Peran Orang tua Terhadap Perkembangan Anak

Anak membutuhkan orang lain untuk membantu perkembangan keseluruhan dirinya. Ada fase dimana anak tergantung sepenuh nya pada orang lain, misalnya pada bayi yang baru lahir dan sebaliknya ada fase dimana anak dapat melepaskan sebagian besar ketergantungannya ini, misalnya anak umur 18 tahun (Gunarsa, 2002). Selain itu orang lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tua sendiri. Sehingga orang tua yang bertanggung jawab memperkembangkan seluruh eksistensi anak. Peran dan tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan anak dari beberapa sumber diantaranya dijabarkan sebagai berikut:

a. Pemenuh kebutuhan-kebutuhan anak

Memenuhi kebutuhan anak baik dari sudut organis-psikologi diantaranya kebutuhan makan, kebutuhan perkembangan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan akan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman melalui perawatan, auhan, ucapan- ucapan dan perlakuan-perlakuan.

b. Pengasuhan dan perawatan anak

Peran orang tua sebagai pengasuh anak yang utama tidak bisa digantikan oleh siapapun, bahkan oleh educator di sekolah dan pengasuh pengganti sekalipun (Tim Pustaka Familia, 2006). Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung

pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga. Supartini (2004) menjelaskan bahwa pada budaya timur seperti di Indonesia, peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama.

Pada dasarnya tujuan pengasuhan orang tua adalah mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama.

Depkes (2012) menjelaskan bahwa stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/ pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.

Dokumen terkait