• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Pendahuluan

Strategi pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Gunungkidul disusun untuk memberikan jawaban dari solusi permasalahan yang terjadi di Gunungkidul. Penyusunan strategi dalam Soft System Methodology dilakukan dengan cara membandingkan antara model konseptual yang telah disusun dengan kondisi dunia nyata (Hardjosoekarto 2012). Checkland dan Poulter (2009) mengingatkan bahwa yang dimaksud bukan untuk menilai kekurangan situasi problematik dunia nyata dibandingkan model konseptual karena model konseptual merupakan alat buatan yang didasarkan pada sebuah sudut pandang murni, sementara dunia nyata diwarnai oleh beraneka ragam sudut pandang, bahkan di dalam diri satu orang akan terus mengalami perubahan, baik perubahan lambat maupun perubahan cepat.

Hardjosoekarto (2012) menjelaskan bahwa dalam SSM, dalam diskusi pembandingan antar model konseptual dengan situasi dunianya yang merupkan situasi hubungan antar manusia yang kompleks, diperlukan konsensus berupa mengakomodasi diantara orang-orang yang berkepentingan. Diharapkan dengan kegiatan ini dapat diperoleh strategi pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Gunungkidul sesuai permasalahan yang dihadapi stakeholders yang terlibat di dalamnya.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun strategi pemanfaatan sumberdaya ikan adalah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) terdiri dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul bidang perencanaan, perikanan tangkap, bina usaha, pengawasan, Bappeda, UPT Arghamina, Kepala PPP Sadeng, koperasi Mina Sadeng, koperasi Mina Samudera, kelompok nelayan, HNSI, asosiasi pengolah dan pemasar.

Perbandingan Model Konseptual dengan Kondisi Nyata

Pada tahap ini telah dilakukan focus group discussion dengan para stakeholder yang ada di lokasi penelitian. FGD dilakukan untuk mendiskusikan model konseptual yang bangun kemudian membandingkan dengan situasi permasalahan pemanfaatan sumberdaya ikan di Gunungkidul. Diakhir diskusi diminta tanggapan kegiatan mana yang dirasakan sangat perlu dan yang tidak perlu dilaksanakan dalam penyelesaian problematik yang dihadapi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan hasil FGD, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di PPP Sadeng (Pola I)

Institusi/organisasi yang memiliki program terkait dengan pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Gunungkidul meliputi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY, Pemda

Kabupaten Gunungkidul (Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan ESDM, Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda Kabupaten Gunungkidul), PPP Sadeng dan UPT Arghamina, serta lembaga perbankan dan sumber permodalan non perbankan yang menyalurkan modal ke usaha perikanan tangkap. Pembandingan model konseptual dan dunia nyata (real world) pada pola pemanfaatan sumberdaya ikan dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Kondisi status pelaksanaan program/kegiatan menunjang terkait pemanfaatan sumberdaya ikan yang ada di PPP Sadeng (Pola 1)

No Program Pelaksanaan Keterangan

Sudah Belum 1 Kajian Stok sumberdaya ikan di perairan

Gunungkidul

√ 2 Relokasi nelayan pengguna motor tempel

ke PPI terdekat.

√ 3 Memperbaiki infrastruktur/sarana

prasarana (listrik, penyediaan air bersih, pengaktifan pabrik es, bengkel kapal, optimalisasi SPDN).

4 Perbaikan manajemen koperasi melalui pelatihan tenaga pengelola usaha koperasi.

√ Koperasi tidak

berjalan dengan baik

5 Fasilitasi kerjasama koperasi dengan lembaga perbankan/ lembaga pembiayaan lainnya.

√ Sekarang tidak

berjalan 6 Pelatihan bagi nelayan dalam upaya

meningkatkan kemampuan operasi nelayan

√ Peningkatan

kemampuan nelayan 7 Peningkatan koordinasi, sinkronisasi,

kesepakatan dan pelaksanaan program/ kegiatan antara Pemerintah Pusat,

pemerintah provinsi pemrintah kabupaten.

√ Belum optimal

Sumber : Hasil FGD (2014).

Berdasarkan Tabel 28 belum dilakukannya kajian stok sumberdaya ikan di Perairan Gunungkidul oleh pemda mengakibatkan informasi tentang status kondisi sumberdaya ikan di Perairan Kabupaten Gunungkidul masih terbatas. Pemanfaatan sumberdaya ikan perlu dikelola sedemikian rupa agar jumlah sumberdaya ikan yang dimanfaatkan tidak melebihi kapasitas sumberdaya ikan untuk regenerasi, reproduksi dan pemulihan dirinya (Nikijuluw 2002b). Upaya pengelolaan sumberdaya ikan dibutuhkan informasi kondisi stok sumberdaya ikan.

Pelabuhan Sadeng ditetapkan Pemda DIY sebagai Pelabuhan Perikanan Pantai di DIY (Pemda DIY 2005). Kondisi nelayan PPP Sadeng saat ini cukup beragam baik dari jenis nelayan (nelayan lokal/andon). Disamping itu nelayan terdiri dari nelayan PMT dan nelayan kapal motor (KM). Kondisi ini membuat permasalahan menjadi lebih komplek dan menyulitkan dalam pembinaan. Upaya untuk memudahkan pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di PPP Sadeng perlu difokuskan hanya untuk nelayan memakai kapal motor. Hal ini diduga akan memudahkan dalam pembinaan dan fokus terarah untuk pengembangan

107

pemanfaatan sumberdaya ikan skala lebih besar. Program relokasi nelayan penguna perahu motor tempel (PMT) merupakan usulan baru yang perlu dilakukan guna memudahkan dalam pembinaan dan pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di PPP Sadeng.

Koperasi Mina Sadeng sebagai lembaga antara yang ada di PPP Sadeng masih memiliki berbagai kendala, khususnya dalam pengelolaan usaha koperasi. Sumberdaya manusia pengurus dan pengelolanya masih rendah, hal ini berakibat lemahnya peran koperasi dalam mendukung kegiatan usaha anggotanya. Perbaikan manajemen koperasi melalui pelatihan tenaga pengelola usaha koperasi pernah dilakukan namun belum mampu meningkatkan peran koperasi, bahkan kondisi saat ini usaha koperasi hanya sebatas penyediaan toko kebutuhan sehari- hari dan simpan pinjam.

Fasilitasi kerjasama koperasi dengan lembaga perbankan/ lembaga pembiayaan lainnya pernah dilaksanakan oleh koperasi dengan perbankan, namun seiring dengan kondisi internal koperasi yang tidak baik dalam pengelolaan, maka kegiatan usaha simpan pinjam tidak berjalan dengan baik.

Pelatihan bagi nelayan dalam upaya meningkatkan kemampuan operasi nelayan, khususnya melalui pelatihan tentang alat penangkapan, tata cara penggunaan alat yang diperbolehkan pernah dilakukan, namun dalam upaya meningkatkan kemampuan nelayan PMT menjadi nelayan KM di PPP Sadeng belum dilakukan.

Perda Provinsi DIY nomor 7 Tahun 2005 tentang Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) di Provinsi DIY menjelaskan bahwa kewenangan pengelolaan PPP adalah Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi DIY(Pemda DIY 2005). Jadi Dinas merupakan penyelenggara, pembina dan menjadi aktor utama dalam mengembangkan PPP Sadeng. Dinas Perikanan dan kelautan provinsi DIY memiliki peran penting dalam peningkatan koordinasi, sinkronisasi dalam pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di PPP Sadeng. Koordinasi, sinkronisasi, kesepakatan dan pelaksanaan program antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten telah berjalan melalui mekanisme penganggaran berdasarkan Permenkeu nomor 248/PMK.07/2010 merupakan perubahan Permenkeu 156/PMK.07/2008 tentang pedoman pengelolaan dana dekonsentrassi dan tugas perbantuan. Namun dalam kenyataannya, permasalahan yang terjadi secara umum di Kabupaten Gunungkidul yaitu program, kegiatan antar pemerintah pusat dan daerah belum berjalan secara terpadu, anggaran sebagian besar masih bertumpu kepada APBN, dan usulan program, kegiatan top down. Hal ini menyebabkan program banyak yang tidak berhasil.

Pola II

Secara umum pembandingan model konseptual dan dunia nyata (real world) pada pola pemanfaatan sumberdaya ikan dapat dilihat pada Tabel 29. Kondisi infrastruktur jalan dan sarana penunjang seperti listrik sangat esensial bagi kegiatan usaha penangkapan ikan, demikian halnya bagi pelaku usaha penangkapan ikan di pola II. Infrastruktur jalan menuju lokasi TPI dibeberapa tempat belum memadai (PPI Nampu dan Gesing). Sarana listrik juga kurang menunjang karena keterbatasan ketersediaan listrik. Padahal dalam proses

penanganan hasil tangkapan khususnya produk yang dijual hidup membutuhkan peralatan yang menggunakan listrik.

Tabel 29 Kondisi status pelaksanaan program/kegiatan menunjang terkait pemanfaatan sumberdaya ikan yang ada di PPI (Pola II)

No Program Pelaksanaan Keterangan

Sudah belum 1 Memperbaiki infrastruktur/sarana

prasarana jalan dan penyediaan listrik.

√ Ada yang

belum tersedia 2 Menciptakan sistem informasi harga yang

transparan dan peningkatan diversifikasi produk

3 Peningkatan akses kepada sumber permodalan

√ Belum

optimal 4 Peningkatan Koordinasi, sinkronisasi,

kesepakatan dan pelaksanaan program antara Pemerintah Pusat, pemprov, pemkab

√ Belum

optimal Sumber : Hasil FGD (2014).

Model konseptual dalam upaya menciptakan sistem informasi harga yang transparan di PPI untuk menunjang pelaksanaan pelelangan ikan belum pernah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memberikan informasi harga daan dapat dijadikan panduan bagi nelayan untuk menentukan harga. Diversifikasi olahan produk hasil ikan telah dilakukan oleh nelayan, namun hanya terbatas pada ikan tuna, rumput laut, bandeng dan pindang ikan. Hal ini belum menyentuh untuk produk ikan non ekonomis.

Modal sebagai salah satu penunjang keberlangsungan usaha penangkapan masih sangat diperlukan terutama dalam penyediaan alat tangkap dan operasional usahanya. Bagi nelayan Gunungkidul, keterbatasan akses modal menjadi kendala, meskipun pemerintah telah melakukan fasilitasi untuk akses ke sumber permodalan namun belum optimal. Sejalan dengan penelitian Putra et al. (2014) bahwa kelemahan perikanan skala kecil adalah keterbatasan dalam modal dan pendidikan rendah.

Peran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gungkidul menjadi penting untuk mewujudkan keterpaduan program antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten). Dinas KP Kabupaten Gunungkidul dapat menjadi koordinator dalam penyusunan, dan pelaksanaan program pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di setiap PPI.

Strategi dan Rencana Aksi Kegiatan

Tahapan selanjutnya adalah merumuskan saran tindak yang akan dilaksanakan sebagai strategi untuk menjawab permasalahan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Gunungkidul. Hasil rumusan tersebut merupakan rencana aksi kegiatan yang direkomendasikan untuk dilaksanakan kepada pihak terkait berdasarkan hasil focus group discussion.

Upaya untuk pembangunan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Gunungkidul perlu dilakukan dalam satu kesatuan yang terpadu mulai dari proses

109

perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan. Winardi (2004) menjelaskan bahwa organisasi diperlukan apabila orang-orang bekerjasama karena tanpa organisasi dapat menimbulkan kekacauan yang tidak diinginkan. Pengorganisasian manusia dan alat-alat adalah esensi untuk pekerjaan terkoordinasi. Hal ini sejalan dengan Husein dan Lubis (2009); Ningsih (2013) bahwa suatu organisasi merupakan satu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang berinteraksi menurut pola tertentu. Setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugas masing-masing dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu dan memiliki batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari lingkungannya. Winardi (2004) menjelaskan bahwa sudut pandang pengorganisasian dicapai dengan cara pembagian kerja dan pendelegasian.

Peran Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi DIY pada pola pengembangan pemanfaatan di PPP Sadeng (Pola I) dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul sebagai pelaku utama di Pola II sebagai aktor yang bertanggungjawab pada pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di masing- masing lokasi menjadi penting. Strategi yang sangat perlu dilakukan baik pada pola I dan Pola II dalam pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di Gunungkidul oleh sebagian besar stakeholder adalah peningkatan koordinasi, sinkronisasi, kesepakatan dan pelaksanaan program/kegiatan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi pemerintah kabupaten. Kunci keberhasilan pencapaian tujuan dapat dilakukan apabila program/kegiatan dijalankan secara terpadu. Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten perlu memiliki peran masing-masing dengan jelas dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi. Langkah pertama adalah pemerintah baik pusat, provinsi dan kabupaten melakukan evaluasi program, kegiatan dan penganggaran yang selama ini berjalan secara menyeluruh. Tahap kedua adalah melakukan pemetaan permasalahan pemanfaatan sumberdaya ikan yang dihadapi pelaku usaha melalui diskusi dan penyerapan aspirasi kepada semua pihak (pelaku usaha, perguruan tinggi, LSM, HNSI, Koperasi dan lain- lain). Tahap ketiga, menyusun program, kegiatan dan anggaran untuk pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Gunungkidul secara menyeluruh berdasarkan peta masalah yang dihadapi pelaku usaha.Tahap keempat, mendiskusikan program/kegiatan dengan para pakar baik dari perguruan tinggi dan pihak terkait lainnya. Tahap kelima, membagi program kegiatan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi pelaku usaha kepada pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten sesuai fungsi dan kewenangan. Masing-masing pihak mengusulkan program, kegiatan dan anggaran sesuai dengan kesepakatan agar tidak tumpang tindih. Pembentukan tim pelaksana di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten. Pelaksanaan program kegiatan dengan pelibatan semua pihak baik pemerintah, lembaga antara dan pelaku usaha secara terpadu.

Pengkajian stok sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Gunungkidul dianggap kegiatan yang perlu bahkan 53% stakeholders menganggap sangat perlu untuk dilaksanakan. Penyediaan informasi tentang kondisi stok sumberdaya ikan menjadi pilihan strategi yang dilakukan dalam mendukung pengambilan keputusan dari pihak berwenang dalam mengelola sumberdaya ikan di perairan kabupaten Gunungkidul. Langkah yang perlu dilakukan adalah melakukan pengkajian stok sumberdaya ikan dengan melibatkan para peneliti, pakar dan perguruan tinggi agar diperoleh informasi yang lebih akurat dan ilmiah.

Tabel 30 Tingkat keperluan responden kegiatan dalam pengembangan sumberdaya ikan di Kabupaten Gunungkidul, 2014

No Program Sangat perlu Perlu tidak perlu 1 2 3 4 5 Pola 1

1 Kajian stok sumberdaya ikan di perairan Gunungkidul 53 33 0

2 Relokasi nelayan pengguna motor tempel ke PPI terdekat. 60 20 13

3 Pelatihan bagi nelayan dalam upaya

meningkatkan kemampuan operasi nelayan

60 20 0

4 Memperbaiki infrastruktur/sarana prasarana (listrik, penyediaan air bersih, pengaktifan pabrik es, bengkel kapal, optimalisasi SPDN). 87 7 0

5 Perbaikan manajemen koperasi melalui pelatihan tenaga pengelola usaha koperasi.

80 13 0

6 Fasilitasi kerjasama koperasi dengan lembaga perbankan/ lembaga pembiayaan lainnya. 67 20 0

7 Peningkatan Koordinasi, sinkronisasi, kesepakatan dan pelaksanaan

program/kegiatan antara Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi pemerintah kabupaten.

73 20 0 1 2 3 4 5 Pola II

1 Memperbaiki infrastruktur/sarana prasarana jalan dan penyediaan listrik.

73 20 0

2 Menciptakan sistem informasi harga yang transparan dan peningkatan diversifikasi produk 73 20 0

3 Peningkatan akses kepada sumber permodalan 73 20 0

4 Peningkatan Koordinasi, sinkronisasi, kesepakatan dan pelaksanaan

program/kegiatan antara Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi pemerintah kabupaten.

73 20 0 Sumber : Hasil FGD (2014) Keterangan :

Sangat perlu : Kegiatan yang perlu segera dilaksanakan dalam waktu dekat Perlu : kegiatan yang perlu dilaksanakan

111

Upaya mendorong agar pola I menjadi lokasi pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk nelayan skala besar, perlu diikuti dengan relokasi nelayan PMT ke lokasi lain. Pandangan stakeholders beragam, 60% menganggap sangat perlu, namun demikian 13% memandang tidak perlu. Strategi ini dapat dilaksanakan apabila ada kemauan dari nelayan PMT di PPP Sadeng untuk relokasi ke tempat lain. Alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan peningkatan kemampuan nelayan untuk diarahkan untuk menjadi mengelola kapal motor. Sebagian besar stakeholders setuju untuk melakukan peningkatan kemampuan nelayan PMT di Sadeng untuk menjadi nelayan dengan menggunakan kapal motor.

Perbaikan sarana penyediaan listrik, air bersih dan BBM sebagai sarana vital bagi usaha penangkapan ikan dianggap sangat perlu bagi stakehoders. Keberadaan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) sebagai program pemerintah pusat untuk penyedian bahan bakar minyak bagi nelayan perlu dihidupkan kembali. Hal ini perlu didukung pengelolaan yang profesional dan transparan. Begitu juga dengan, perbaikan sarana jalan di PPI Nampu dan Gesing (pola II) menjadi program yang sangat perlu dilaksanakan.

Keberadaan koperasi nelayan di PPP Sadeng diharapkan mampu menunjang kegiatan usaha anggotanya agar dapat meningkatkan kesejahterannya, namun peran koperasi Mina Sadeng masih belum dirasakan oleh nelayan. Pandangan

stakeholders untuk memperbaiki manajemen koperasi adalah dengan melakukan perekrutan pengelola yang profesional dan peningkatan kemampuan tenaga pengelola dalam manajemen usaha koperasi. Sejalan dengan penelitian Fatimah dan Darna (2011) bahwa peran koperasi dalam membantu memecahkan masalah anggotanya UKM masih rendah, salah satu penyebabnya adalah rendahnya kemampuan SDM koperasi baik dari sisi pemahaman tentang manfaat berkoperasi maupun dalam pengelolaan manajemennya. Permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Mikro (UKM adalah ketersediaan modal dan sulitnya akses permodalan terhadap lembaga keuangan bank sebagai pemberi kredit modal usaha. Hal ini akan berkaitan dengan program kerjasama permodalan dengan perbankan sebagai jawaban atas kekurangan modal yang dikeluhkan oleh nelayan. Tentunya keberadaan koperasi yang kuat dan profesional dalam menjalankan bisnis usahanya akan dapat meningkatkan kepercayaan perbankan agar mau menyalurkan modal ke anggotanya.

Permasalahan yang dihadapi nelayan khususnya di lokasi pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di PPI adalah masalah pemasaran ikan non ekonomis dan proses penentuan harga yang tidak transparan. Strategi yang diperlukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan diversifikasi olahan produk khusus untuk ikan non ekonomis yang melimpah produksinya agar dapat diserap pasar dalam bentuk olahan ikan. Kondisi ini diduga dapat memperbesar peluang pasar jenis ikan tersebut. Permasalahan pemasaran juga terjadi karena tidak adanya transparansi harga antar pelaku dan TPI, sehingga menyebabkan ketimpangan harga antar TPI. Penciptaan sistem informasi harga di TPI dapat dilakukan untuk dapat memperoleh harga yang transparan di semua TPI. Hal ini diduga mampu menghilangkan ketimpangan harga yang terjadi di masing-masing TPI.

Nelayan di setiap PPI di Gunungkidul mengeluhkan terbatasnya modal untuk mendukung kegiatan penangkapannya. Hal ini sejalan dengan Wiyono dan

Hufiadi (2014) bahwa kekurangan yang ada pada nelayan adalah terbatasnya modal dan peralatan tangkap. Peningkatan akses modal ke sumber permodalan bagi para pelaku menjadi hal yang sangat perlu untuk dilakukan. Pemerintah dapat menjembatani akses ke sumber permodalan untuk menyediakan skim kredit yang syaratnya tidak memberatkan pelaku usaha, disisi lain perlu peningkatan kemampuan pelaku usaha dalam memenuhi persyaratan yang ditentukan lembaga permodalan. Peran KKMB diperlukan dalam upaya meningkatkan kemampuan pelaku usaha untuk akses ke sumber permodalan. Kemudahan dalam memperoleh modal dapat memperlancar usaha agar dapat berkembang sehingga mampu membayar kembali modal yang telah dipinjamkan.

Berdasarkan SSM berbasis pemecahan masalah yang dipaparkan di atas dapat dirumuskan strategi untuk rencana aksi kegiatan pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Gunungkidul untuk masing- masing lokasi pola 1 (PPP Sadeng) dan pola II (PPI lainnya) agar dapat tercapai : pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Gunungkidul yang optimal”. Strategi yang dilakukan sebagai rencana aksi kegiatan yang dapat direkomendasikan kepada para pihak yang berwenang untuk dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Pola I

Kebijakan pemanfaatan sumberdaya ikan yang lebih baik melalui :

Kajian sumberdaya ikan di perairan Gunungkidul dilaksanakan untuk memberikan informasi yang lebih akurat sebagai dasar pengambilan kebijakan pemanfaatan sumberdaya ikan;

Peningkatan koordinasi, sinkronisasi, kesepakatan dan pelaksanaan program/kegiatan antara Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi pemerintah kabupaten.

Peningkatan kapasitas kelembagaan melalui :

Peningkatan kapasitas nelayan di Sdeng dengan kegiatan pelatihan bagi nelayan PMT untuk diarahkan menjadi nelayan dengan menggunakan KM atau relokasi nelayan pengguna motor tempel ke PPI terpilih, hal ini diperlukan sebagai langkah untuk mempermudah penataan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk nelayan PPP Sadeng;

Perbaikan manajemen koperasi melalui pelatihan tenaga pengelola usaha koperasi;

Fasilitasi kerjasama koperasi dengan lembaga perbankan/ lembaga pembiayaan lainnya;

Memperbaiki infrastruktur/sarana prasarana (listrik, penyediaan air bersih, pengaktifan pabrik es, bengkel kapal, optimalisasi SPDN);

Pola II

Memperbaiki infrastruktur/sarana prasarana jalan dan penyediaan listrik. Menciptakan sistem informasi harga yang transparan dan peningkatan diversifikasi produk.

Peningkatan akses kepada sumber permodalan.

Peningkatan koordinasi, sinkronisasi, kesepakatan dan pelaksanaan program/kegiatan antara Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi pemerintah kabupaten.

113

Dokumen terkait