• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pembangunan RPJMN Tahun 2020 - 2024

BAB IV REKOMENDASI ARAH KEBIJAKAN

4.3. Strategi Pembangunan RPJMN Tahun 2020 - 2024

Sementara untuk detail rekomendasi strategi dari arah kebijakan dan program utama yang ditemukenali berdasarkan hasil FGD dan serangkaian diskusi yang dilakukan, mencakup:

Kebijakan: Meningkatkan kualitas dan pemerataan akses ke pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang tersegmentasi

1. Pemerataan dalam akses informasi dan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, serta memberikan prioritas pada kelompok penduduk miskin, kelompok marginal dan DTPK (daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan).

2. Memperluas pelayanan dan akses terhadap semua metode kontrasepsi sesuai kebutuhan di semua jenjang layanan.

3. Peningkatan kualitas pelayananan KB dan kesehatan reproduksi: a. Penyediaan berbagai pilihan alkon sesuai kebutuhan.

b. Penyediaan layanan KB dan kesehatan reproduksi secara merata, baik laki - laki dan perempuan.

c. Perbaikan kualitas perencanaan kebutuhan alokon dan tata kelola rantai pasok yang efektif dan efisien.

d. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelaksanaan informed choice, termasuk melalui konseling.

e. Peningkatan kompetensi tenaga medis dalam pelayanan KB baik di Pendidikan pre-service, maupun in-service.

f. Pemenuhan sarana dan prasarana pelayanan di semua FKTP.

g. Mekanisme perluasan jejaring dengan sektor swasta serta pemantauan kualitas pelayanan termasuk di sektor swasta. Sektor kesehatan swasta merupakan penyedia layanan kesehatan ibu dan KB yang dominan terutama di daerah perkotaan.

h. Peningkatan pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi melalui pembiayaan JKN, termasuk pelayanan MKJP, penanganan efek samping dan komplikasi serta pelayanan bergerak (mobile).

4. Memastikan integrasi pelayanan KB dalam pelayanan kesehatan ibu dengan:

a. Memastikan bahwa indikator pelayanan KB menjadi bagian dari SPM Kesehatan 2018.

77

b. Memastikan adanya mekanisme jaga mutu untuk alat dan obat kontrasepsi. c. Memasukkan kriteria pelayanan KB dalam kriteria kredensialing fasilitas yang

akan berekerjasama dengan BPJS. d. Menguatkan integrase KB pasca salin.

Kebijakan: Menguatkan advokasi dan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi dan Pembangunan Keluarga

1. Refocussing kebijakan/strategi/program dan kegiatan sesuai segmentasi sasaran dan karakteristik wilayah.

2. Diferensiasi model penggerakkan, konseling KB dan kesehatan reproduksi sesuai karakteristik sasaran (menurut jenis kelamin, wilayah, tingkat pendidikan, dan sebagainya.

3. Memastikan kualitas dan pemenuhan kebutuhan konseling Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi untuk mencegah resiko drop-out dengan adanya petugas KB lapangan (PKB/PLKB) dan tenaga medis (bidan dan dokter) yang kompeten dalam pemberian konseling dengan jumlah yang memadai.

4. Pemanfaatan SDM lain sebagai tenaga lapangan di luar PKB dan PLKB, misalnya melalui inisiatif perekrutan tenaga honorer dengan biaya APBD.

5. Kerjasama dengan LSM untuk penguatan kegiatan penggerakkan.

Kebijakan: Menguatkan regulasi, kelembagaan dan tata kelola serta kerjasama lintas sektor dalam program KB

1. Rebranding program Keluarga Berencana menjadi perencanaan keluarga. KB tidak hanya diarahkan untuk pengendalian penduduk, tetapi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta kesejahteraaan keluarga.

a. Reorientasi kebijakan program KB dalam mempertahankan keberhasilan dan meningkatkan kualitas pelayanan.

b. Penekanan kampanye pada manfaat KB untuk investasi SDM masa depan, kesehatan ibu, anak, kesehatan reproduksi, serta kualitas dan kesejahteraan keluarga.

c. Pelaksanaan kebijakan bervariasi antar daerah setelah desentralisasi, perlu diterapkan model pelayanan yang sesuai dengan daerah DTPK, termasuk daerah daratan dengan kepulauan, daerah transmigrasi serta daerah perkotaan dan perdesaaan serta mempertimbangkan kearifan lokal.

78

2. Penegasan tugas, fungsi dan kewenangan terkait Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga antar Kementerian/Lembaga.

3. Perlu penguatan dinas sehingga bisa menjalankan tugas fungsi sesuai dengan pembagian tugas dan wilayah di daerah.

4. Merevisit dan mereformulasi SPM Kesehatan sehingga pencapaian program KB menjadi salah satu indikator kinerja yang harus mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dan jajarannya.

5. Penguatan pelayanan KB di dalam sistem JKN melalui:

a. Peningkatan pemanfaatan JKN untuk pelayanan KB di faskes tingkat pertama rendah termasuk sosialisasi paket manfaat KB dalam JKN pada petugas dan peserta.

b. Menguatkan mekanisme koordinasi.

c. Mekasnisme kooordinasi dan pemantauan fasilitas swasta dalam pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi di era JKN.

d. Peningkatan pemanfaatan metode kontrasepsi non hormonal melalui JKN, khususnya pelayanan MOW dan MOP yang terencana.

6. Sinergitas pembiayaan KB (DAK, BOKB, Dana Desa, APBD dan swasta) dengan memperhatikan isu yang menjadi prioritas.

7. Penguatan kemitraan dengan sektor swasta melalui monitoring kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak.

8. Refocussing strategi dan program Kampung KB agar dapat terintegrasi dengan Dana Desa dan dapat berfungsi optimal untuk untuk menjawab isu KKKB.

9. Mengkaji kembali status kepegawaian PKB/PLKB yang menjadi petugas pusat, karena PKB/PLKB secara struktural berada di bawah tanggung jawab pemerintah pusat sementara secara administratif berada di bawah pengawasan pemerintah daerah.

Kebijakan: Menjawab kebutuhan kesehatan reproduksi remaja dan memastikan tertanganinya berbagai permasalahan kesehatan reproduksi yang terabaikan

1. Mengembangkan program remaja yang tidak hanya berfokus pada aspek pengetahuan tetapi peningkatan kapasitas melalui life skill.

2. Meningkatkan jejaring dengan swasta dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi remaja untuk menangani perilaku berisiko pada remaja.

79

4. Refocussing segmentasi sasaran intervensi remaja berdasarkan data profil remaja Indonesia.

5. Rebranding kesehatan reproduksi remaja dan penguatan kerjasama multisektor dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi, terutama dalam Pendidikan dan Kesehatan.

6. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi.

7. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam melayani kesehatan reproduksi remaja.

8. Peningkatan akses informasi dan layanan kesehatan reproduksi yang seimbang bagi remaja laki - laki maupun perempuan.

9. Mengembangkan kebijakan dan rencana yang komprehensif untuk kesehatan remaja dengan berbagai sektor terkait, memastikan tidak adanya regulasi yang berdampak merugikan kesehatan anak.

Kebijakan: Menguatkan dan mengintegrasikan data dan informasi Keluarga Berencana

1. Peningkatan kualitas, kelengkapan dan validitas data.

2. Reposisi dan integrasi berbagai survei yang dilaksanakan oleh BKKBN dan sinerginya dengan data lain.

3. Optimalisasi pemanfaatan data dan informasi di bidang KKBPK.

4. Peningkatan sinergi data layanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi dengan Kementerian Kesehatan sampai data pelayanan.

5. Harmonisasi Pendataan Keluarga yang dilakukan oleh BKKBN dan Kementarian/Lembaga lainnya menuju Satu Data.

6. Penyediaan data menjawab kebutuhan data untuk penyusunan program remaja.

Dokumen terkait