BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2. Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif
Menurut KBBI, strategi adalah rencana yang cermat suatu mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.27 Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities desaigned to achieves a particular aducational goal”. Jadi, strategi belajar diartikan sebagai perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan/aktivitas yang telah didesain untuk dapat mencapai tujuan tertentu.28 Sebagus apapun program pembelajaran tanpa dirancang dengan baik, akan membawa dampak belajar peserta didik kurang optimal.
Menurut KBBI, pemebelajaran adalah proses, cara, serta perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.29
Menurut Gagne, Briggs, dan Wager pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang didesain untuk memungkinkan terjadinya proses belajar siswa, sedangkan Miarso mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan relative menetap pada diri orang lain”.30
Pembelajaran tidak harus sepenuhnya diberikan oleh seorang guru, karena kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh perancang dan pengembang sumber belajar. Pendapat lain disampaikan oleh Smith dan
27
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustama Utama, 2008), edisi 4, h. 1340.
28
Mamad Kasmad dan Suko Pratomo, Model-model Pembelajaran Berbasisi PAIKEM, (Tangerang: PT. Pustaka Mandiri, 2012), h. 51.
29
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 23. 30
Rusmono, Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h. 6.
Ragan mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas penyampaian informasi dalam membantu siswa mencapai tujuan, khususnya tujuan-tujuan belajar, tujuan siswa dalam belajar.31
Menurut Seels dan Richey, strategi pembelajaran merupakan perincian untuk memilih dan mengurutkan suatu kejadian dan kegiatan dalam proses pembelajaran.32
Strategi pembelajaran merupakan pedoman umum (blueprint) yang berisikan suatu komponen-komponen yang berbeda dari pembelajaran agar mampu mencapai hasil yang diinginkan secara optimal dibawah kondisi atau keadaan yang diciptakan.33
Pendapat lain dikemukakan oleh Plomp dan Ely bahwa “strategi pembelajaran meliputi identifikasi tujuan khusus, merancang solusi yang optimum, mengembangkan intervensi, dan membandingkan hasil belajar”.34
Dick and Carey mendefinisikan strategi pembelajaran merupakan suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk memperoleh hasil belajar tertentu pada siswa, selain itu strategi pembelajaran memiliki lima komponen utama, yaitu (1) aktivitas sebelum pembelajaran, (2) penpenyampaian informasi, (3) partisipasi siswa, (4) pemberian tes, dan (5) tindak lanjut.35
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama agar mampu mencapai hasil belajar yang diinginkan secara optimal.
b. Pengertian Strategi Konflik Kognitif
Menurut KBBI, konflik adalah percecokan, perselisihan, dan pertentangan, yang disebabkan adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga 31 Ibid. 32 Ibid., h. 7. 33 Ibid., h. 21. 34 Ibid., h. 22. 35 Ibid.
memengaruhi tingkah laku, sedangkan kognitif adalah berhubungan dengan atau melibatkan kognisi yang berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris.36
Konflik ditimbulkan secara natural melalui perbedaan opini yang jujur tentang topik yang diberikan. Itu merupakan sifat interaksi sosial dan ketidak setujuan yang paling dasar. Pasangan tim yang anggotanya memegang sudut pandang yang sama, kurang memiliki konflik sebagai resep penting untuk pengembangan kognitif.37 Menurut Schweiger dkk., “konflik disatusisi dapat meningkatkan kualitas keputusan, akan tetapi dilain sisi dapat melemahkan kemampuan kelompok untuk bekerja sama”.38
Strategi konflik kognitif ini menambah pengetahuan yang unik atau memotivasi diri sendiri untuk memahami dan memperoleh pengetahuan baru.
Menurut Piaget, “adanya informasi baru yang diperoleh dari lingkungan kemudian dicocokan dengan skema pembelajaran, hal ini menyebabkan disekuilibrium (ketidakseimbangan) pada struktur kognitif yang disebut konflik kognitif”.39
Ketidakseimbangan tersebut didasari adanya kesadaran akan informasi-informasi yang bertentangan dengan informasi yang dimilikinya yang telah tersimpan dalam struktur kognitifnya.40 Menurut pandangan konstruktivisme dalam Annisatul Munawaroh, “pengetahuan dibangun di dalam pikiran pembelajaran melalui proses akomodasi dan asimilasi dengan menggunakan struktur kognitif yang telah ada”.41
Asimilasi yaitu proses penyatuan informasi
36
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 723 dan h. 712 37
A. Vincent Ciardiello, Puzzle Them First! : Motivating Adolescent Readers With Question-Finding, (Chicago: The Internasional Reading Association, 2007), p. 108.
38
Carsten K. W. De Dreu and Evert Van De Vliert, Using Conflict In Organizations, (London: SAGE, 1997), p. 104.
39
Suyono dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran : Teori Dan Konsep Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 87.
40
Jarnawi Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan Karso, “Implementasi Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Dalam Upaya Meningkatkan High Order Mathematical Thinking Siswa”, Jurnal Pendidikan, Vol. 13, 2012,, h.69
41
Annisatul Munawaroh, “Implementasi Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif pada Model Problem Based Learning untuk Mengurangi Miskonsepsi dan Meningkatkan Prestasi Belajar
baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak, sedangkan akomodasi yaitu penyusunan struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.42
Menurut Brunner, pada dasarnya belajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Oleh karenanya ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.43 Dikatakan lebih lanjut oleh Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdapat tiga tahapan, yakni: (1) asimilasi, (2) akomodasi, dan (3) ekuialibrasi, yaitu penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi. Tahapan proses ini, perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur (disorganized). Seperti Piaget, Vygostky percaya bahwa ketika individu menghadapi pengalaman baru dan penuh rasa ingin tahu mereka berupaya keras mengatasi tantangan yang dimunculkan oleh pengalaman-pengalaman tersebut. Dalam upaya memahami pengalaman baru itu, individu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui dan membangun makna baru.44
Strategi konflik kognitif itu sendiri merupakan suatu strategi pengubah konseptual (conseptual change strategy) yang memungkinkan dapat menggoyahkan stabilitas miskonsepsi siswa untuk menuju konsep ilmiah, konsepsi ilmiah yang dimiliki siswa akan bermuara pada prestasi belajar. Strategi konflik kognitif dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh tandingan (counter example), analogi, demonstrasi dan eksperimen.45
Konflik konseptual adalah pernyataan yang
Siswa SMP 1 Studi Kasus pada Pembelajaran Fisika”, Skripsi pada UPI Bandung, 2013, h. 3, (http://repository.upi.edu/1621/4/S_FIS_0905831_Chapter1.pdf), akses 22 Maret 2015, pukul 23:00
42
Rusmono, op. cit., h. 13. 43
Ibid., h. 14. 44
Ibid., h. 13. 45
I Made Mariawan, “Karakteristik Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Do Talk Record dalam Sains”, 2013, (http://download.portulgaruda.org/arcticle.php?article=145990&val=1365), akses 22 Maret 2015, pukul 23:05.
membingungkan yang diciptakan oleh keraguan, keterkejutan, dan seringkali informasi yang kontradiksi.46
Menurut Posner dkk., srategi konflik kognitif dapat menjadi bagian dari suatu kondisi yang membawa perubahan konseptual. Perubahan konseptual tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:47
a. Harus ada ketidakpuasan dengan konsepsi yang dipegang. Jika pemahaman siswa dan ide-ide yang memuaskan untuk membuat fenomena tertentu, maka siswa akan cenderung untuk menerima konsepsi baru.
b. Konsepsi baru bagi siswa harus masuk akal. Peserta didik harus mampu memahami apa arti konsepsi baru tersebut.
c. Konsepsi baru harus masuk akal. Bahkan jika peserta didik memahami konsep baru yang ditawarkan, mereka tidak mungkin dapat melihat bagaimana hal itu dapat diterapkan dalam situasi tertentu atau digunakan untuk memecahkan suatu masalah tertentu, d. Konsepsi baru bukan hanya dapat memecahkan masalah saat ini atau
menjawab pertanyaan, tetapi juga harus berguna dalam berbagai situasi baru.
Sesungguhnya, satu kondisi untuk membawa perubahan konseptual adalah menciptakan ketidakpuasan dengan ide dan kepercayaan yang ada.48
Strategi konflik kognitif ini berkembang berdasarkan pada asumsi yang menyebutkan bahwa pengetahuan siswa yang sebelumnya mempengaruhi bagaimana cara mereka mempelajari pengetahuan yang baru dan membentuk gambaran ide yang baru. Strategi ini merupakan sebuah keadaan dimana siswa merasa adanya ketidakcocokan antara strukur kognitif mereka dengan keadaan lingkungan sekitarnya atau antara komponen-komponen dari struktur kognitif mereka.
46
A. Vincent Ciardiello, op. cit., p. 106. 47
Jerry Wellington, Secodary Education : The Key Concept, (Inggris: T & F Informa, 2006), p. 10-11.
48
Menurut Limon, agar konflik kognitif dapat bermakna, maka siswa harus dimotivasi, memiliki pengetahuan sebelumnya dan proses kemampuan penalaran yang memadai dan keyakinan epistemologis yang tepat. Dia menunjukkan bahwa jelas terdapat perbedaan antara keyakinan dan pengalaman siswa yang bertentangan dapat membantu siswa untuk lebih merefleksikan konsepsi yang ada karena mereka berusaha untuk menjelaskan dan merasionalisasi konflik atau masalah.49
Konflik kognitif adalah orientasi tugas yang muncul dari perbedaan keputusan atau pendapat. Ketidaksetujuan kognitif adalah hal yang tidak dapat dihindari selama pengambilan keputusan, karena sebagaimana pernyataan Mitroff, perbedaan posisi nampak pada perbedaan lingkungan. Seperti halnya, anggota tim akan seringkali tidak setuju bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan tujuan yang telah dibuat bersama. Sebagaimana diskusi awal, meskipun perbedaan perspektif dibutuhkan untuk menghasilkan keputusan yang berkualitas tinggi. Konflik kognitif adalah bagian terpenting dari proses mengidentifikasi, memperoleh dan mengkombinasikan keahlian, kemampuan dan perspektif untuk menghasilkan keputusan yang berkualitas tinggi.50
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi konflik kognitif akan menerapkan hal-hal sebagai berikut:51
1. Mengidentifikasi miskonsepsi yang ada sebelum pelajaran dimulai 2. Mencari dan kemudian mengembangkan butir-butir kebenaran dalam
setiap pemahaman yang dimiliki siswa
3. Meyakinkan siswa bahwa kepercayaan yang sedang mereka anut perlu direvisi
4. Memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari penjelasan yang benar
5. Saat menunjukan kesalahan atau kelemahan dalam penalaran atau kepercayaan siswa, guru tetap menjaga perasaan harga diri mereka
49
David Heywood and John Parker, The Pedagogy Of Physical Science, (London: Springer, 2010), p. 67.
50
Carsten K. W. De Dreu and Evert Van De Vliert, op. cit., p. 105. 51
Jeane Ellis Ormrod, Buku Edisi Keenam Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Terj. dari Sixth Edition Educational Psychology Developing Learners oleh Wahyu Indianti, Eva Septiana, dkk, (Jakarta: Erlangga, 2008), Edisi 6, Jilid 1, h. 356.
6. Memantau apa yang siswa katakan atau tulis untuk memastikan apakah miskonsepsinya masih kukuh dipertahankan atau tidak.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi konflik kognitif merupakan suatu kondisi yang membawa perubahan konseptual siswa dalam pengambilan keputusan berdasarkan perbedaan opini tentang topik yang diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam struktur kognitifnya menuju konsep atau pemahaman yang lebih tepat atau lebih baik.