• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

4. Strategi REACT

a. Pengertian Strategi REACT

Hakiim mengatakan bahwa “strategi adalah siasat melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang mencakup metode dan teknik pembelajaran”.34 Strategi pembelajaran menurut Sani merupakan “rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran”.35 Sedangkan Riyanto mengungkapkan bahwa “strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran”.36

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana yang dilakukan guru dimana di dalamnya terdapat metode dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam mengoptimalisasikan proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Crawford di CORD, terdapat lima strategi pengajaran yang sering digunakan oleh guru-guru, setidaknya dalam beberapa waktu. CORD menyebut kelima strategi tersebut dengan strategi pembelajaran kontekstual: relating, experiencing, applying, cooperative, dan transferring atau jika disingkat menjadi REACT.37

REACT merupakan suatu strategi yang menciptakan suasana kelas dimana semua siswa dapat belajar secara mandiri. Semakin banyak elemen dalam strategi ini yang digunakan dalam proses pengajaran , maka pembelajaran akan lebih bermakna. Strategi ini berfokus pada pengajaran dan pembelajaran yang mengacu pada konteks dan prinsip dasar konstruktivisme.38 34 Hakiim, op. cit., h. 154. 35 Sani, op. cit., h. 89. 36 Riyanto, op. cit., h. 132. 37

Michael L. Crawford, Teaching Contextually: Research, Rational, and Techniques for

Improving Students Motivation and Achievement in Mathematics and Science, (CORD, 2001), h. 3

38 Ibid.

22

b. Karakteristik Strategi REACT

Adapun karakteristik dari strategi REACT antara lain: 1) Relating (Menghubungkan/Mengaitkan)

Relating diartikan Trianto sebagai “belajar dalam suatu konteks sebuah pengalaman hidup yang nyata atau awal sebelum pengetahuan itu diperoleh siswa”.39 Dalam proses belajar, manusia secara alami cenderung untuk mencari hubungan antara apa yang mereka sudah tahu dan apa yang mereka pelajari.40

Pada dasarnya, dalam proses belajar seluruh informasi yang diperoleh akan lebih bermakna jika siswa menyadari keterkaitan materi yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata atau pun dengan materi yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan melalui proses relating ini, guru membantu mengarahkan agar siswa terbiasa untuk mengaitkan konsep baru dengan konsep sebelumnya. Tujuannya adalah agar siswa mampu mengaplikasikan proses relating tersebut untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang lebih kompleks. Selain itu, kemampuan relating ini merupakan salah satu aspek untuk membentuk pemahaman relasional pada siswa.

Guru menggunakan relating ketika mereka mencoba menghubungkan konsep baru dengan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.41 Crawford menyebutkan bahwa perencanaan yang cermat dalam belajar diperlukan untuk membentuk situasi belajar yang lebih bermakna.42 Hal tersebut dikarenakan banyak siswa yang tidak dapat dengan sendirinya menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya.43 Untuk itu, usahakan ciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada situasi kehidupan sehari-hari sehingga siswa secara perlahan mampu mengaitkan materi yang sedang dibahas dengan kondisi sebenarnya dalam kehidupan nyata.

39

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,.., h. 109.

40

Agustin Navarra, Achieving Pedagogical Equity In The Classroom, (CORD International, Waco, Texas, 2006), h. 3

41

Trianto. loc. cit.

42

Crawford, op. cit., h.3.

43 Ibid.

2) Experiencing (mengalami)

Belajar melalui experiencing merupakan inti dari pembelajaran kontekstual dengan anggapan bahwa belajar dapat terjadi lebih cepat ketika peserta didik dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.44 Melalui tahapan ini kegiatan pembelajaran siswa akan lebih aktif karena siswa bertindak secara langsung untuk menemukan ide atau informasi berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.

Crawford menyatakan bahwa proses pengaitan informasi tidak dapat terjadi apabila siswa tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman sebelumnya yang relevan dengan informasi yang baru diperoleh. Guru dapat mengatasi kendala tersebut dan membantu siswa membangun pengetahuan baru dengan berbagai pengalaman yang tersusun secara teratur di dalam kelas. Strategi seperti ini lah yang disebut sebagai mengalami.45 Selain itu, guru harus memberikan kegiatan yang hand-on kepada siswa sehingga dari kegiatan yang dilakukan siswa tersebut siswa dapat membangun pengetahuannya.46 Kegiatan tersebut dapat mencakup penggunaan manipulatif, kegiatan pemecahan masalah, dan laboratorium.47

Tujuan dalam proses experiencing salah satunya adalah menciptakan suatu pembelajaran yang lebih bermakna. Dalam hal ini, proses experiencing diharapkan akan meningkatkan kemampuan pemahaman relasional siswa, karena melalui kegiatan experiencing tersebut siswa dapat mengetahui asal mula pembentukan suatu konsep pada sebuah materi. Hal tersebut lebih bermakna dibandingkan dengan siswa yang hanya langsung menggunakan konsep yang diberikan oleh guru.

Dalam matematika, kegiatan manipulatif tersebut dapat berupa penggunaan suatu alat atau media untuk membuktikan suatu kebenaran. Misalnya, menggunakan media jeruk untuk membuktikan bahwa rumus luas 44 Sani, op. cit., h. 93. 45 Crawford, op. cit., h.5. 46

Trianto. loc. cit.

47

24

permukaan bola adalah 4πr2

. Kegiatan pemecahan masalah dalam matematika dapat berupa pembuktian suatu rumus yang tidak dapat menggunakan suatu media atau alat melainkan memerlukan konsep terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan rumus yang akan dibuktikan. Sedangkan kegiatan laboratorium dalam matematika berupa kegiatan pengambilan data. Misalnya, pada materi statistika. Untuk menentukan nilai rata-rata, modus, median diperlukan adanya sebuah data. Data tersebut dapat diambil berdasarkan populasi siwa di kelas.

Berdasarkan kegiatan-kegiatan tersebut siswa dapat membangun pengetahuan baru dalam diri mereka. Akan tetapi, dalam kegiatan ini siswa tidak mungkin dapat menemukan konsep-konsep baru dengan sendirinya. Guru tetap harus berperan sebagai fasilitator dan motivator agar konsep baru yang terbentuk sesuai dengan tujuan dari pembelajaran.

Tujuan utama pelaksanaan kegiatan/tugas ini bukan melatih siswa untuk pekerjaan tertentu, tetapi memungkinkan siswa mengalami aktivitas yang terkait langsung dengan pekerjaan nyata.48

3) Applying (mengaplikasi)

Mengaplikasikan menurut Crawford adalah “suatu strategi belajar yang menempatkan konsep-konsep untuk digunakan”.49 Sedangkan Sani menjelaskan bahwa “belajar menerapkan merupakan aktivitas peserta didik yang dilakukan saat menggunakan konsep untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah dan proyek”.50 Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan aplikasi siswa mencoba menerapkan konsep-konsep yang telah diperoleh pada tahapan relating dan experiencing untuk memecahkan suatu permasalahan yang bersifat relevan. Apabila proses applying ini dapat dilalui dengan baik oleh siswa, maka mereka akan lebih mudah menerapkan konsep yang mereka peroleh tersebut pada saat transferring. Selain itu, proses applying juga digunakan untuk melihat sejauh

48

Sani. loc. cit.

49

Crawford, op. cit., h. 8.

50

mana kemampuan pemahaman yang dimiliki oleh siswa terhadap sebuah konsep.

Navarra mengatakan bahwa proses applying merupakan bagian yang paling penting dari proses belajar aktif. Ketika siswa dapat menyadari bahwa suatu rumus atau definisi yang telah mereka pahami bagaimana proses terbentuknya dapat diterapkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan sehari-hari, mereka akan merasa senang dan antusias dalam belajar.51 Semua siswa akan melihat betapa pentingnya sebuah konsep-konsep kunci dalam memecahkan sebuah permasalahan realistik.52

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Crawford menunjukkan bahwa latihan yang bersifat realistik atau otentik dapat memotivasi siswa untuk belajar memahami konsep di tingkat yang lebih dalam. Adapun strategi-strategi kelas yang direkomendasikan antara lain:53

1) Fokuskan pada aspek-aspek pembelajaran yang bermakna. Guru harus memberikan tugas-tugas yang relevan dan otentik dengan dunia nyata. 2) Susunlah tugas yang baru, variasi, beragam, dan menarik.

3) Susunlah tugas yang menantang tetapi masuk akal dan sesuai kemampuan siswa.

Apabila strategi-strategi tersebut diterapkan secara makimal, maka pembelajaran di dalam kelas akan lebih bermakna.

4) Cooperative (bekerja sama)

Pada beberapa permasalahan untuk kategori soal-soal yang rumit mungkin beberapa siswa tidak dapat menyelesaikannya secara individu. Oleh karena itu, mereka perlu bekerja sama secara berkelompok untuk mendiskusikan solusi yang tepat untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Trianto mengartikan “bekerja sama sebagai proses belajar dalam

51 Navarra, op. cit., h. 5. 52 Crawford, op. cit., h. 9. 53 Ibid, h.10.

26

konteks saling berbagi, merespon, dan berkomunikasi dengan siswa lainnya”.54

Kooperatif merupakan kegiatan siswa yang dilakukan secara berkelompok untuk berdiskusi, bertukar ide dan pendapat, serta bekerja sama dalam upaya memecahkan suatu permasalahan yang bersifat kompleks.

Menurut Navarra, “bekerja sama berarti berbagi dan berinteraksi dengan teman sebaya. Melalui bekerja sama, siswa belajar untuk beradaptasi dengan berbagai struktur keyakinan yang berbeda”.55 Siswa akan lebih leluasa mengungkapkan ide dan pendapat mereka tanpa rasa malu jika dengan teman sebaya. Selain itu siswa juga akan lebih mudah menjelaskan pemahaman yang mereka punya kepada orang lain atau merekomendasikan pemecahan masalah bagi permasalahan kelompok.56

Terdapat lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:57 a) Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positf yakni

anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan.

b) Face to face artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan. c) Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar

dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok. d) Use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan keterampilan

bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.

e) Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.

Pembelajaran yang dilakukan dengan bekerja sama dapat membangun dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan sosial pada diri siswa yang akan digunakan dalam kehidupan di masyarakat.

54

Trianto. loc. cit.

55

Navarra. loc. cit.

56

Crawford, op. cit., h. 11.

57

5) Transferring (mentransfer)

Mentransfer menurut Trianto yakni strategi mengajar yang kita definisikan sebagai menggunakan pengetahuan dalam sebuah konteks baru atau situasi baru suatu hal yang belum teratasi/diselesaikan dalam kelas.58 Kegiatan belajar pada proses transferring tersebut ditekankan pada terwujudnya kemampuan untuk memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks yang baru.59

Dalam proses transferring, apabila siswa telah berhasil mempelajari suatu konsep yang baru, siswa dapat menggunakan suatu konsep yang baru tersebut untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam situasi lain yang masih berhubungan dengan konsep yang baru dipelajari tersebut. Dalam hal ini permasalahan yang disajikan lebih bervariasi dibandingkan dengan masalah yang disajikan pada proses applying. Selain itu siswa juga dapat menerapkan konsep tersebut dalam berbagau mata pelajaran lain yang saling terkait.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi REACT lebih mengutamakan kegiatan siswa yang bersifat mandiri. Guru dalam hal ini hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Strategi ini digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang berlandaskan pada pemahaman siswa bukan hanya sekedar menghafal suatu konsep.

Kegiatan yang disajikan dalam strategi REACT mengarah pada kehidupan nyata atau pun pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Konsep melalui strategi REACT dibangun secara langsung oleh siswa sehingga penggunaannya lebih bermakna. Selain itu, siswa juga diarahkan untuk dapat menemukan sendiri solusi dari berbagai permasalahan yang disajikan berdasarkan pengetahuan yang telah mereka peroleh.

58

Trianto. loc. cit.

59

28

c. Langkah-langkah Strategi REACT

Adapun langkah-langkah strategi REACT di dalam kelas antara lain: Tabel 2.2

Langkah-langkah Strategi REACT

No. Tahapan Kegiatan

1. Relating Mulailah pelajaran dengan menggali dan mengembangkan pengetahuan prasyarat siswa dengan cara mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Experiencing Siswa melakukan pembuktian atau kegiatan penggalian sebuah konsep yang disajikan oleh guru terkaitan dengan materi yang sedang dipelajari

3. Applying Siswa diberikan permasalahan untuk mengaplikasikan konsep yang telah mereka dapat pada proses sebelumnya yang disajikan dalam Lembar Diskusi Siswa (LDS)

4. Cooperative Pada proses ini siswa dikelompokkan secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang untuk bekerja sama memecahkan permasalahan yang diberikan pada proses applying.

5. Transferring Siswa diberikan sebuah permasalahan yang lebih bervariasi sebagai proses penggalian pemahaman yang lebih tinggi terhadap konsep yang telah dipelajari

Dokumen terkait