• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi UD. BKR Group dalam Menghadapi Persaingan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

2. Strategi UD. BKR Group dalam Menghadapi Persaingan

Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien.

Agama Islam mewajibkan setiap orang untuk bekerja, dan tidak ada peluang bagi orang yang beriman untuk menganggur. Al-Qur’an menjelaskan tentang konsep bisnis dengan beberapa kata diantaranya: al Tijarah (berdagang, berniaga), al-bai’u (menjual), dan tadayantum (muamalah).

Al-Tijarah berasal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajaran wal tajiran yang mempunyai arti dagang dan berniaga.21 Dalam Al-Qur’an terma tijarah ditemui sebanyak delapan kali dan tijaratahum tersebut satu kali.

Bentuk tijarah terdapat dalam surat al-Baqarah: 28, an-Nisa: 29, at-Taubah: 24, annur: 37, Fatir: 29, as-Shaff: 10, pada surat al-Jumu’ah: 11 (disebut dua kali). Adapun Tijaratahum tersebut pada surat al-Baqarah:

16.22

Jual beli atau dalam bahasa Arab al-bai’ menurut etimologi adalah tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sayid Sabiq mengartikan jual beli menurut bahasa sebagai tukar menukar secara mutlak. Selain

al-bai’ dan tijarah, dalam al-Qur’an bisnis juga disebut dengan kata tadayantum yang disebut satu kali pada surat al-Baqarah ayat 282:





Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang

perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah;

Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”

Mua’malah yang dimaksud adalah kegiatan ekonomi, seperti: jual-beli, sewa menyewa, dan hutang piutang, dan lainnya. Bisnis dalam pandangan Al-Qur’an mempunyai visi masa depan yang tidak semata-mata mecari keuntungan sesaat, melainkan mencari keuntungan yang hakiki, baik dan berakibat baik pula bagi kesudahannya. Dasarnya adalah QS. At-Taubah: 111 yang intinya adalah orang yang hanya bertujuan keuntungan semata dalam hidupnya, ditantang oleh Allah dengan tawaran suatu bursa yang tidak mengenal kerugian atau penipuan.

Maka dari itu, Islam memberikan rambu-rambu atau prinsip (syariat) yang harus ditaati umatnya ketika menjalankan bisnis. Beberapa prinsip yang harus dijalankan dalam praktik bisnis Islam, diantaranya sebagai berikut.

a. Halal

Allah SWT telah memerintahkan kepada umatnya untuk mencari rezeki yang halal. Dalam AlQur’an surah al-baqarah: 275 Allah SWT berfirman,

 









Artinya: “…….Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”

(Al Baqarah (2) : (275)( Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qu’an dan terjemahannya, Bandung : 2005, h.

36)

Kehalalan suatu barang atau produk yang diperjuang belikan yaitu halal dari segala aspek. Baik itu jenis barangnya, sumber barangnya, asal barangnya, cara pengolahannya, sumber dananya dan lain sebagainya harus halal.

Berdasarkan wawancara penulis dengan ketua pengelola mengenai kehalalan produk yang dipasarkan beliau menyatakan bahwa produk yang dipasarkan atau ikan yang dipasarkan bisa dijamin kehalalannya. Selama UD BKR Group memperoduksi atau mengelola ikan-ikannya itu sudah sesuai standar prosedur kehatan. Selanjutnya

mengenai sumber ikan, UD BKR Group memperoleh ikan-ikan yang dipasarkan langsung dari tempat produksinya langsung. Jadi untuk kehalannya kami juga bisa diuji. Kemudian untuk sumber dana yang kami gunakan untuk memperoleh ikan untuk dipasarkan itu berasal dari kumpulan modal yang selama ini sudah kami kelola (Wawancara, Abu Bakar: 13 Mei 2019)

b. Thayyib

Selain mewajibkan bisnis yang halal, Islam juga mengutamankan bisnis yang Thayyibah. Thayyibah atau tuuba (sebagai jamak) berarti sesuatu yang baik atau elok dan memberikan manfaat tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga mitra bisnis dan masyarakat luas. Dalam Al-Qur’an surah an Nahl: 97 Allah SWT berfirman,



Artinya:“Barang siapa yang mengerjakan amal salah, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, makka sungguh akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahalayang lebih baik dari pada apa yang telah mereka kerjakan”. (An Nahl (16) : (97)( Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan terjemahannya, Bandung : 2005, h. 222)

Dalam kenyataan secara umum, paradigma perekonomian yang dominan di dunia saat ini, termasuk di Indonesia, adalah paradigma liberalisme, yang berasaskan pada individualisme. Dalam paradigma ini,

setiap individu dan pelaku bisnis mengutamakan kepentingan masing-masing.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua pengelola yang menyatakan bahwa ikan segar yang dipasarakan oleh UD BKR Group itu baik dikonsumsi karena pengemasannya sudah sesuai standar pengemasan yang sudah berlaku ditambah lagi ikan yang dipasarkan juga merupakan ikan yang boleh di konsumsi (Wawancara, Abu Bakar:

13 Mei 2019)

Senada dengan yang disampaikan oleh ketua pengelola tersebut salah seoang konsumen juga mengatakan bahwa selama ia berbelanja di UD BKR Group ia tidak pernah menemukan ikan yang tidak boleh dikonsumsi (Wawancara, Sabri: 14 Mei 2019)

c. Kejujuran

Agar tidak merugikan mitra transaksi atau pelanggan, maka bisnis menurut Islam mengutamakan kejujuran. Bersikap jujur dalam menjalankan usaha adalah sikap yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW. Jujur merupakan sifat utama dan etika Islam yang luhur (Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan terjemahannya, Bandung : 2005, h.88) Al-Qur’an surah al-ahzab: 70 Allah SWT berfirman,



















Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. (Al-Ahzab (33) : (70))

Diantara bentuk kejujuran adalah, seorang pembisnis harus berkomitmen dalam jual-belinya dengan berlaku terus terang dan

transparan untuk melahirkan ketentraman dalam hati, hingga Allah memberikan keberkahan dalam muamalahnya, dan mengangkat derajatnya di surga ke derajat para nabi.

Bentuk kejujuran yang lain adalah, pebisnis dalam memasarkan barang dagangannya harus dijauhkan dari iklan yang licik dan sumpah palsu, atau memberikan informasi yang salah tentang barang dagangannya untuk menipu calon pembeli.

d. Kewajaran.

Bisnis harus dijalankan secara wajar (fair). Salah satu bentuk kewajaran dalam berbisnis adalah dalam mengambil keuntungan.

Produsen boleh mengambil keuntungan, perantara (grosir) boleh menikmati keuntugan, dan pengecer pun boleh memperoleh laba.

Namun, keuntungan tersebut seharusnya dalam porsi wajar. Dalam kenyataan yang dihadapi, karena berbagai hal, keuntungan tidak lagi secara wajar.

Berdasarkan wawancara dengan ketua pengelola yang menyatakan bahwa harga ikan yang ditawarkan oleh UD. BKR Group itu relatif rendah dan sesuai dengan kantong konsumen. Harga yang ditawarkan juga sesuai dengan kualitas ikan yang dipasarkan oleh UD.

BKR Group. Selanjutnya harga juga ditentukan oleh harga pasar dan kondisi ekonomi saat itu. Kalaupun harga yang ditawarkan oleh UD.

BKR Group terkadang mahal itu dosebabkan oleh biaya pengemasan ikan (Wawancara, Abu Bakar: 14 Mei 2019)

Selanjutnya penyataan ini senada dengan yang disampaikan oleh salah seorang konsumen langganan UD. BKR Group yaitu ibu Epi yang menyatakan bahwa harga ikan di UD BKR Group relatif lebih murah dibandingkan dari tempat lain. Terkadang harga yang ditawarkan tinggi

itu dikarenakan memang karena kualitas ikannya bagus (Wawancara, Epi: 13 Mei 2019)

e. Seimbang

Berbisnis menurut ajaran Islam haruslah dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan dengan alam raya serta memakmurkan bumi. Hal tersebut tersurah dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Huud: 61,

Artinya:“Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh.

Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hambaNya)." (Huud (11) : (61)) Ayat Al-Qur’an tersebut menunjukan bahwa menurut ajaran Islam, kaum Muslim hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan bisnis tetapi sekaligus menjaga keseimbangan dan keduanya semata-mata adalah ibadah kepada Allah SWT.

Berbicara tentang keseimbangan dalam bisnis ekonomi Islam UD BKR Group sudah menjaga antara keseimbangan antara harga pengemasan dengan harga jual. Artinya UD BKR Group tidak

mengambil untung yang terlalu tinggi sehingga tidak merugikan para konsumen. Ketika keseimbangan ini terjadi maka konsumen langganan UD BKR Group bertahan bahkan bertambah. Selain dari konsumen langganan yang terus meningkat UD BKR Group juga mendapat keuntungan yang lebih. Hal ini disampaikan oleh ketua pengelola UD BKR Group pada saat wawancara pada 14 Mei 2019.

f. Bersaing secara sehat.

Pesaing dalam bisnis bukanlah sesuatu yang dilarang. Pesaing dapat dijalankan asalkan untuk sarana berprestasi secara fair dan sehat (fastabiqul khairat) dan mencari berkah Allah SWT menciptakan kita dalam keberagamannya, baik etnis, budaya, ekologi dan sebagainya.

Bahkan sebaliknya, persaingan seharusnya dapat memacu umat untuk menjadi lebih (khairul ummah). Persaingan sungguh adalah mencari patner untuk memicu umat agar menjadi lebih kreatif, inovatif, dan terus berinovasi dalam berbisnis. Namun, demikian dalam bersaing haruslah menjaga etika dan aturan yang telah digariskan dalam agama.

Dalam bersaing seorang pebisnis sangat mengutamakan bersaing secara sehat dan menjauhi segala perbuatan yang berakibat pasar terdistorsi bukan saja merugikan orang lain, tetapi lebih dari itu karena tidak dibenarkan (dilarang) oleh syariah.

Berdasarkan wawancara penulis dengan karyawan UD BKR Group yaitunya bapak Mai yang menyatakan bahwa UD BKR Group memang melakukan persaiangan dengan usaha dagang yang lain.

Namun selama ini UD BKR Group selalu bersaing dengan sehat.

Maksudnya UD BKR Group tidak merusak citra nama UD yang lain demi mendapatkan pelanggan. Selain itu UD BKR Group juga tidak pernah berlaku curang kepada pihak lain demi mendapatkan nama yang baik dan barang yang ditawarkan banyak terjual (Wawancara, Mai: 13 Mei 2019)

Selanjutnya pengakuan dari salah seorang konsumen juga yang menyatakan bahwa selama ia menjadi pelanggan tetap di UD BKR Group, ia tidak pernah mendengar atau merasakan kecurangan yang dilakukan oleh UD BKR Group. Melainkan UD BKR Group tetap menjaga nama baik usaha dagang yang lain meski konsumen sudah menjelekkan usaha dagang yang lain (Wawancara, Adiak: 14 Mei 2019) g. Etos kerja.

Islam adalah agama amal (kerja), baik untuk kepentingan hidup di dunia maupun kehidupan setelah mati di akhirat. Dalam urusan kerja untuk duniawi, Islam memerintahkan para penganutnya untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Etos kerja ini, ditambah dengan profesionalisme, dan pemanfaatan teknologi membentuk apa yang disebut total productifity factor (TPF), yang bersamasama dengan pasokan bahan baku akan membentuk product domestic bruto (PDB).

Selama ini, kontribusi faktor non-bahan baku (yang berarti SDM dan teknologi) dalam PDB sangat rendah. Ini berarti, pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya mengandalkan pasokan bahan baku.

Lemahnya kualitas SDM dan rendahnya penggunaan teknologi, menunjukan lemahnya efisiensi nasional. Tumbuhnya etos entrepreneurship yang tinggi, khususnya bagi generasi umat akan berdampak positif bagi kemajuan dan kebangkitan ekonomi.

Berdasarkan wawancara dengan ketua pengelola UD BKR Group yang mengatakan bahwa nilai etos kerja para karyawan di UD BKR Group merupakan suatu hal terpenting dalam menciptakan atau pengemasan suatu barang yang dalam hal ini adalah ikan. Selama UD BKR Group mulai beroperasi karyawan UD BKR Group selalu dalam pengawasan. Jadi dapat dikatakan bahwa etos kerja karyawan UD BKR Group baik dan berkualitas (Wawancara, Abu Bakar: 14 Mei 2019)

Selanjutnya ditegaskan oleh salah seorang karyawan UD BKR Group yang menyatakan bahwa mereka bekerja di UD BKR Group ikhlas semata-mata karena Allah. Selain mengharapkan gaji karyawan UD BKR Group juga bekerja untuk mengharapkan ridha Allah. Kami selaku karyawa selalu berusaha untuk meningkatkan etos kerja dan semangat kerja agar selalu dapat menghasilkan barang yang berkualitas (Wawancara, Rita: 13 Mei 2019)

h. Profesional.

Profesional adalah sebutan bagi orang yang ahli dalam bidang tertentu, yang dipelajari secara khusus. Dalam dunia bisnis, kata ini digunakan untuk menandakan kualitas pengerjaan atau jasa yang tinggi.

Profesionalisme berarti komitmen terhadap klien, mitra bisnis, dan komunitas. Selain berorientasi ke kualitas kerja yang tinggi, para profesional juga bertindak dengan standar etika tertentu.

Profesional yang didukung oleh sikap jujur dan iklas merupakan dua sisi yang saling menguntungkan. Muhammad SAW memberikan contoh bahwa seorang yang profesional mempunyai sikap selalu berusaha maksimal dalam mengerjakan sesuatu atau dalam menghadapi suatu masalah tidak mudah menyerah atau berputus asa dan bahkan juga pengecut yang menghindari dari resiko. Ajaran Islam menuntut umatnya bersikap profesional ketika bekerja atau menjalankan bisnis. Ada beberapa sabda dan teladan yang bisa menjadi acuan dalam bersikap profesional. Sebagai contoh, Rasulullah SAW, pernah memberikan peringatan kalau umat Islam meninggalkan profesionalisme. Dalam sebuah riwayat, Rasullah SAW bersabda,

ﺍَﺫِﺇ َﺪِّﺳ ُﻭ ُﺮْﻣَ ْﻷﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﺮْﻴَﻏ ِﻪِﻠْﻫَﺃ ِﺮِﻈَﺘْﻧﺎَﻓ َﺔَﻋﺎﱠﺴﻟﺍ ) ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ Artinya: “Apabila sesuatu urusan itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya” (HR Bukhari).(

Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut, Libanon: al-Maktabah al-Islamiyah, t.th, h. 15)

Sabda Rasulullah SAW tersebut dengan jelas menganjurkan umat Islam untuk menyerahkan segala persoalan kepada ahlinya. Sabda tersebut juga menyiratkan bahwa pebisnis harus mengukur kemampuan diri, tidak memaksakan terhadap sesuatu yang berada diluar kemampuannya.

Pebisnis yang menjalankan usahanya dengan kejujuran dan sesuai dengan perintah Allah akan mendapat reward (pahala) di akhirat nanti. Oleh karena aktivitas bisnis merupakan salah satu bentuk ibadah (pengabdian dan kepatuhan terhadap Allah). Bisnis bisa dilakukan setelah melakukan ibadah (shalat) dengan tidak mengesampingkan tujuan yang hakiki yaitu keuntungan yang dijanjikan oleh Allah.

Manusia didorong untuk berkerja keras termasuk dalam berbisnis, akan tetapi dorongan tersebut diarahkan kepada hal yang lebih besar, memperoleh apa yang ada di sisi Allah yaitu keridhaan Allah.

Keuntungan bisnis bukan hanya semata-mata bersifat materiel tetapi sekaligus bersifat imateril, bahkan lebih mengutamankan yeng bersifat imateril yaitu kualitas.

Bisnis bukan hanya berhubungan dengan manusia tetapi juga berhubungan dengan Allah. Dengan demikian, tidak ada konflik antara bisnis yang fair dengan Islam karena etika bisnis dalam Al-Qur’an berada dalam kesatuan pandangan dalam hakikat bisnis itu sendiri.

Berdasarkan wawancara dengan ketua UD BKR Group yang mengatakan bahwa keprofesionalitasan UD BKR Group dapat terlihat dari kepuasan pelanggan. Alhamdulillah selama melayani konsumen UD BKR Group selalu dengan senang hati dan memnuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan kemampuan UD BKR Group. Karena menurut UD BKR Group Bisnis bukan hanya berhubungan dengan manusia

tetapi juga berhubungan dengan Allah. Maka dari itu UD BKR Group selalu menjaga kepuasan konsumen (Wawancara, Abu Bakar: 14 Mei 2019)

Senada dengan yang disampaikan oleh ketua UD BKR Group salah satu konsumen langganan juga menyatakan bahwa UD BKR Group selalu melayani konsumen dengan senang hati. Memenuhi kebutuhan konsumen dengan semampunya dan selalu jujur kepada konsumen (Wawancara, Cal: 13 Mei 2019).

85 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa strategi bersaing UD. BKR Group sudah sesuai dengan strategi bisnis dalam perspektif Islam. Hal ini dapat terlihat dari strategi yang telah dilakukan oleh UD BKR Group yaitu meningkatkan kwalitas barang yang akan dijual, meningkatkan pelayanan, kestabilan harga barang, memperluas kerjasama dengan pihak lain dan membangun mindset yang tepat bagi karyaman.

Selanjutnya mengenai etika dalam bisnis dalam Islam UD BKR Group juga telah sesuai dengan etika bisnis dalam ekonomi Islam yaitu barang yang dipasarkan atau ikan yang dipasarkan halal baik dari segi jenisnya maupun dari cara memperolehnya dan barang yang diperjualbelikan baik untuk dokonsumsi oleh manusia, kemudian karyawan dan penegelola selalu bersikap jujur. Kemudian harga yang ditawarkan juga harga yang wajar dan sesuai denga harga pasar saat itu.

B. SARAN

1. Diharapkan Dinas Perdagangan untuk membantu UD BKR Group dalam membangun kerjasama yang lebih intensif secara umum.

2. Diharapkan kepada seluruh jajaran agar memperluas objek kerja sama dengan UD BKR Group dengan melibatkan pihak di luar Nagari Rambatan.

3. Diharapkan kepada kepada para unsur pimpinan UD BKR Group agar tetap istiqamah dalam menjalin usaha dagang yang sesuai dengan prefektif etika bisnis Islam.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abimanyu, Yoopi, Ekonomi Manajerial, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.

Adiwarman Karim, Ekonomi Islam, Suatu Kajian Ekonomi Makro, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2002)

Anoraga, Pandji, Manajemen Bisnis, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.

Badroen, F. (2006). Etika Bisnis Islam. Jakarta: Kencana.

Beekum, Rafik Issa, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Buchari Alma, dkk, Manejemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta) 1997 Bukhari, Alma, Ajaran Islam dalam Binis, Bandung: Alfa Beta, 1994.

Djakfar, M. (2007). Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: UIN Maliki Press.

Drs Badroen Faisal, MBA, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press), 2006

Hasan, A. (2010). Marketing Bank Syariah. Bogor: Ghalia Indonesia).

Hidayat, Romdlon. 2012. Strategi Memenangkan Persaingan Bisnis.

Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2013

Kartajaya, Hermawan dan Sula, Muhammad Syakir, Syariah Marketing, Bandung:

Mizan, 2006.

Keraf, A.Sonny, Etika Bisnis, Jakarta: Kanisius, 1998

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid, Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2009.

Kotler, Philip, Dasa-dasar Pemasaran, Jakarta : Prenhallindo, 1997.

Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran Edisi Indonesia Jilid 1, Jakarta : Prenhalindo, 1977.

Kuncoro, M., Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta: Erlangga, 2006.

M. Quraish Shihab, “Etika Bisnis dalam wawasan al-Qur’an” , jurnal Ulumul Qur’an No.3/VII/1997

Muhammad, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta : Penerbit UPP - AMP YKPN, 2002.

Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN) 2004

Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta : UPP-AMP YKPN) 2003 Muslich, Etika Bisnis Pendekatan substantive dan Funsional, Yogyakarta: Ekonisia,

2004

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). (2014). Ekonomi Islam.

Yogyakarta: UII Yogyakarta.

Qordowi, Y., Peran Nilai dan Moral dalam Ajaran Islam, Jakarta: Rabbani Press, 2001.

Rafiq Issa Beekun, Islamic Business Ethics, Virginia : The International Institute of Islamic Thought, 1997.

Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Rianto, M. Nur Al-Arif, Teori Makro Ekonomi Islam, Bandung: Alfabeta, 2010.

Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan, Pengantar Manajemen, Jakarta:

Prenada Media, 2005.

Susanto, Adi, Kewiraswastaan, Jakarta : PT Ghalia Indonesia, 2002.

Swastha, Basu dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1990

Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi, 1988.

Triantara, Yosal, Manajemen Strategis Public Relations, jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.

Winardi, Promosi dan Reklame Edisi Kedua Cetakan Pertama, Jakarta: Mandar Maju, 1992.

Yusanto Wijayakusuma, Menggagas Bisnis Islam, Jakarta : Gema Insani Press, 2002 Yusanto, Muhammad Ismail & Widjajakusuma, Muhammad Karebet, Menggagas

Bisnis Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

Dokumen terkait