• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BERSAING UD. BKR GROUP DALAM PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI BERSAING UD. BKR GROUP DALAM PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM SKRIPSI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Pada Jurusan Ekonomi Syariah

Oleh

GERY MUTTAQIN NIM. 13 232 030

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Batusangkar, Tahun 2019.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah perubahan lingkungan bisnis yang semakin tidak menentu dan situasi bisnis yang semakin kompetitif menimbulkan persaingan yang semakin ketat, ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang berkembang, baik dengan skala besar maupun skala kecil. UD BKR Group merupakan sebuah usaha dagang yang mampu bersaing dengan perusahaan dengan skala besar dan mampu bertahan sampai saat ini.

Jenis penelitian menggunakan penelitian field research dengan pendekatan kualitatif. Instrumen penelitian ini adalah penulis sendiri. Sumber data pada penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Teknik analisis data menggunakan data reduction, data display dan verification.

Hasil penelitian mengenai strategi bersaing UD. BKR Group dalam perspektif etika bisnis Islam diketahui bahwa strategi bersaing UD. BKR Group sudah sesuai dengan strategi bisnis dalam perspektif Islam. Hal ini dapat terlihat dari strategi yang telah dilakukan oleh UD BKR Group yaitu meningkatkan kualitas barang yang akan dijual, meningkatkan pelayanan, kestabilan harga barang, memperluas kerjasama dengan pihak lain dan membangun mindset yang tepat bagi karyaman. Selanjutnya mengenai etika dalam bisnis dalam Islam UD BKR Group juga telah sesuai dengan etika bisnis dalam ekonomi Islam yaitu barang yang dipasarkan atau ikan yang dipasarkan halal baik dari segi jenisnya maupun dari cara memperolehnya dan barang yang diperjualbelikan baik untuk dokonsumsi oleh manusia, kemudian karyawan dan penegelola selalu bersikap jujur. Kemudian harga yang ditawarkan juga harga yang wajar dan sesuai dengan harga pasar saat itu.

(6)

vi

skripsi ini yang berjudul “Strategi Bersaing UD. BKR Group dalam Perspektif Etika Bisnis Islam”, yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan pada Program S1 Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

Semua jerih payah dan keberhasilan penulis tidak terlepas dari pengorbanan orang-orang yang istimewa dalam hidup penulis, yaitu Ayahanda Abu Bakar yang telah memberikan kasih sayang kepada penulis dan juga kepada ibunda Aisyah yang telah memberikan do’a, kasih sayang, cinta dan semangat berjuang kepada penulis sejak lahir hingga saat ini, serta pengorbanan yang tak terhingga demi keberhasilan pendidikan penulis sehingga penulis dapat mencapai tingkat Sarjana. Kepada Kakanda Rahmat Diego, dan adinda Irfan Siddiq dan Rahmatul Adha yang selalu setia dan senantiasa mendampingi, serta memberikan semangat yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan dan bantuan berbagai pihak untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. H. Kasmuri. M.A. selaku rektor IAIN Batusangkar.

2. Bapak Dr.Ulya Atsani, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

3. Bapak Gampito, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi yang baik.

(7)

vii

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 8

C. Rumusan Masalah... 8

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Kegunaan Penelitian... 9

F. Defenisi Operasional... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi... 11

1. Pengertian Strategi... 11

2. Konsep-Konsep Strategi... 12

3. Jenis-Jenis Strategi………... 13

4. Tingkatan Strategi…………... 13

5. Macam-macam Strategi Perdagangan……….. 14

B. Persaingan Bisnis... 15

1. Pengertian Persaingan Bisnis……… 15

2. Jenis-Jenis Persaingan dan Kekuatan Bersaing……… 17

3. Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna……… 19

4. Tujuan Pelaksanaan Strategi Bersaing……… 19

C. Strategi Bersaing... 20

1. Pengertian Strategi Bersaing………. 20

2. Merancang Strategi Bersaing dalam Rangka Menciptakan Keunggulan Kompetitif……… 21

D. Bisnis dalam Perspektif Islam………. 24

1. Halal……… 28

2. Thayyib……….. 28

(9)

ix

8. Profesional……….. 31

E. Persaingan Bisnis dalam Islam………. 33

1. Pihak-Pihak yang Bersaing………. 33

2. Cara Bersaing………. 35

F. Prinsip Bisnis dalam Islam……….. 36

G. Etika Bisnis Islam……… 37

1. Pengertian Etika Bisnis Islam……… 37

2. Fungsi Etika Bisnis Islam……….. 38

3. Dasar Etika Bisnis Islam……… 39

4. Bentuk Etika Bisnis dalam Al-Quran………. 42

H. Penelitian yang Relevan………... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 49

B. Latar dan Waktu Penelitian... 49

C. Instrumen Penelitian... 50

D. Sumber Data... 50

E. Teknik Pengumpulan Data... 51

F. Teknik Analisis Data... 52

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data……….. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 58

1. Strategi UD. BKR Group dalam Menghadapi Persaingan…… 58

2. Strategi UD. BKR Group dalam Menghadapi Persaingan Menurut Perspektif Etika Bisnis Islam... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 85 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

(10)

x

1.1 Perbedaan Etika Bisnis Islamiah dengan Etika Bisnis Non Islam...

2.1 Penelitian yang Relevan………. 47

3.1 Waktu Penelitian……… 50

4.1 Penghasilan UD. BKR Group Tahun 2010-2018……….. 58

(11)

xi

2.1 5 Porter Forces...

2.2 Langkah-Langkah dalam Menganalisis Persaingan... 21

3.2 Proses Analisis Data……….. 54

4.1 Struktur UD. BKR Group……….. 57

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman globalisasi, dunia yang paling transparan dilihat dari bagaimana hebatnya persaingan bisnis perusahaan nasional, multinasional, perang ekonomi lewat perdagangan antar bangsa, yang saling berebut untuk menguasai pasar dunia dalam bidang barang dan jasa. Kegagalan yang paling terasa dari modernisasi yang merupakan akibat langsung dari era globalisasi adalah dalam bidang ekonomi. Kapitalisme modern yang walaupun akhirnya mampu membuktikan kelebihannya dari sosialisme, kenyataannya justru melahirkan berbagai persoalan, terutama bagi negara-negara Dunia Ketiga (termasuk negara-negara Muslim) yang cenderung menjadi obyek daripada menjadi subyek kapitalisme. Dikaitkan dengan kegagalan kapitalisme Barat di negara-negara Muslim tersebut, kesadaran bahwa akar kapitalisme bukanlah dari Islam kemudian membangkitkan keinginan untuk merekonstruksi sistem ekonomi yang dianggap “otentik” berasal dari Islam. Apalagi sejarah memperlihatkan bahwa pemikiran ekonomi, telah pula dilakukan oleh para ulama Islam, bahkan jauh sebelum Adam Smith menulis buku monumentalnya The Wealth of Nations (Adiwarman Karim, 2002: 3-7).

Perubahan lingkungan bisnis yang semakin tidak menentu dan situasi bisnis yang semakin kompetitif menimbulkan persaingan yang semakin tajam, ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan milik pemerintah maupun swasta yang didirikan, baik itu perusahaan berskala besar, perusahaan menengah maupun perusahaan berskala kecil. Banyaknya perusahaan yang didirikan merupakan faktor pemicu tingkat persaingan yang semakin tajam di lingkungan dunia usaha itu sendiri. Keadaan seperti itu baik secara langsung maupun tidak langsung akan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup usaha dalam menyalurkan produknya kepada konsumen. Sementara pada sisi perusahaan

(13)

terkadang mengalami kesulitan dalam menentukan strategi bersaing yang tepat, hal ini memaksa perusahaan untuk lebih pro-aktif dalam mengantisipasi situasi tersebut.

Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat dan peningkatan permintaan layanan dari pelanggan yang lebih. Dalam memenangkan persaingan tersebut perusahan menggunakan berbagai cara di antaranya meningkatkan kepuasan pelanggan melalui produk berkualitas, ketepatan waktu dan tempat pengiriman, dan efisiensi biaya. Kebijaksanaan untuk pengendalian persediaan produk pada bagian produksi yang menghasilkan tingkat produk terbaik sangatlah penting. Juga pada bagian pemasaran suatu lokasi yang tepat dapat memberi dampak positif pada manajemen dalam mengkoordinasikan perencanaan distribusi, sehingga tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan perusahaan dapat terjaga (Triantara, 2004: 89).

Oleh karena itu dibutuhkan etika bisnis yang sehat untuk mencapai tujuan dalam sebuah perusahan. Dalam menjalankan etika bisnis kita harus mengetahui prinsip yang mendasarinya. Menurut Islam, harus kita fahami bahwa pada dasarnya Allah telah menyuruh manusia untuk bekerja. Manusia dianjurkan untuk melakukan kegiatan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satu pekerjaan adalah melakukan kegiatan bisnis. Bisnis dalam Islam dijelaskan melalui kata tijarah yang memilki dua makna, yaitu pertama perniagaan secara umum yang mencakup perniagaan manusia dengan Allah. Misalnya saja perasaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwanya, melaksanakan perintah Allah, menafkahkan hartanya di jalan Allah.

Makna tijarah yang kedua adalah perniagaan secara khusus yaitu perdagangan sesama manusia. (Ika Yunia Fauzia, 2013: 7-8).

Etika bisnis adalah aplikasi etika umum yang mengatur prilaku bisnis.

Norma moralitas merupakan landasan yang menjadi acuan bisnis dalam prilakunya. Dasar prilakunya tidak hanya hukum-hukum ekonomi dan mekanisme pasar saja yang mendorong prilaku bisnis itu tetapi niali moral dan

(14)

etika juga menjadi acuan penting yang harus dijadikan landasan kebijakannya.

(Muslich, 2004: 9).

Pengelolaan bisnis dalam konteks pengelolaan secara etik mesti menggunakan landasan norma dan moralitas umum yang berlaku di masyarakat.

Penilaian keberhasilan bisnis tidak saja ditentukan oleh keberhasilan ekonomi dan keuangan semata tetapi keberhasilan itu diukur dengan tolak ukur paradigma moralitas dan nilai-nilai etika terutama moralitas dan etika yang dilandasi oleh nilai-nilai sosial dan agama. Tolak ukur ini harus menjadi bagian dan integral dalam menilai keberhasilan dalam suatu kegiatan bisnis. (Muslich, 2004: 9).

Menurut Ika, terdapat perbedaan antara etika bisnis dalam Islam dengan etika bisnis non Islam, sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini (Ika Yunia Fauzia, 2013: 13-15):

Tabel 1. 1

Perbedaan Etika Bisnis Islamiah dengan Etika Bisnis Non Islam No. Karakteristik Bisnis Bisnis Islamiah Bisnis Non Islam 1. Asas Akidah Islam (nilai- nilai

transendental) Sekulerisme (niali- niali materialisme)

2. Motivasi Dunia akhirat Dunia

3. Orientasi Profit, zakat, dan benefit (non

materi),pertumbuhan, keberlangsungan, dan keberkahan

Profit, pertumbuhan, dan keberlangsungan

4. Etos Kerja Tinggi, bisnis adalah

bagian dari ibadah Tinggi ,bisnis adalah kebutuhan duniawi 5. Sikap Mental Maju dan produktif,

konsekuensi keimanan dan manifestasi kemusliman

Maju dan produktif sekaligus konsumtif, konsekuensinya

aktualisasi diri

6. Keahlian Cakap dan ahli di

bidangnya, konsekuensi dari kewajiban seorang muslim

Cakap dan ahli di bidangnya, konsekuensi dari motivasi punishment dan reward

7. Amanah Terpercaya dan

bertanggungjawab,

tujuan tidak

Tergantung kemauan individu ( pemilik capital), tujuan

(15)

menghalalkan segala cara menghalalkan segala cara

8. Modal Halal Halal dan haram

9. Sumber Daya Manusia Sesuai dengan akad

kerjanya Sesuai dengan akad

kerjanya atau sesuai dengan keinginan pemilik modal

10. Sumber Daya Halal

11. Manajemen Strategic Visi dan misi organisasi terkait erat dengan misi penciptaan manusia di dunia

Visi dan misi organisasi ditetapkan berdasarkan pada kepentingan material belaka

12. Manajemen Operasional

Jaminan halal dari setiap masukan, proses dan keluaran,

mengedepankan

produktivitas dalam koridor syariah

Tidak ada jaminan halal bagi setaip masukan , proses, dan keluaran , mengedepankan

produktivitas dalam koridor manfaat

13. Manajemen Keuangan Jaminan halal bagi setiap masukan, proses, dan keluaran keuangan, mekanisme keuangan dengan bagi hasil

Tudak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran keuangan, mekanisme keuangan dengan bunga 14. Manajemen Pemasaran Pemasaran dalam koridor

jaminan halal Pemasaran

menghalalkan segala cara

15. Manajemen SDM SDM profesional dan berkribadian Islam, SDM adalah pengelola bisnis, SDM bertanggungjawab pada diri, pemimpin, dan Allah

SDM profesional, SDM adalah aktor produksi, SDM bertanggung jawab pada diri dan pimpinan

Sumber: (Ika Yunia Fauzia, 2013: 13-15)

Di zaman serba modern ini berbagai bidang dapat dimasuki perusahaan atau industri akibat perubahan yang cepat dalam selera, teknologi, dan persaingan. Untuk menghadapi persaingan, maka perusahaan perlu melakukan berbagai upaya yang tepat sehingga tujuan dapat dicapai. Tujuan utama perusahaan pada intinya sama, yaitu dapat meningkatkan volume penjualan

(16)

sehingga laba yang dihasilkan akan terus meningkat, sehingga perusahaan dapat mencapai kesejahteraan.

Salah satu upaya yang diperlukan dalam suatu perusahaan untuk mencapai tujuan adalah penggunaan strategi bersaing yang tepat. Pada wilayah tertentu, perusahaan harus memerlukan barang yang berkualitas, inofatif dan efektifitas perusahaan. Adapun berbagai bentuk strategi bersaing yang ditanamkan adalah:

1. Unggul dalam menghsailkan produk 2. Dekat dengan pelanggan

3. Menjaga hubungan baik dengan pelanggan 4. Unggul dalam operasional.

Karena itu strategi bersaing sangatlah penting dalam keberhasilan suatu perusahaan. Secara umum strategi menurut kamus besar bahasa Indonesia

“Strategi” sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Untuk itu diperlukan metode atau teknik tertentu sehingga kebijakan yang dihasilkan, akan optimal dalam rangka mencapai tujuan (Triantara, 2004: 95).

Persaingan adalah keadaan ketika organisasi berperang atau berlomba untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei, atau sumber daya yang dibutuhkan. Persepektif industri mengidentifikasi pesaing sebagai organisasi yang membuat produk atau jasa yang sama. Menutut persepektif pemasaran, pesaing adalah organisasi yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang sama. Dalam persepektif ini intensitas persaingan tergantung dari seberapa jauh kebutuhan konsumen dapat dipahami dan seberapa jauh organisasi dapat memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. (Mudrajat Kuncoro, 2006: 87).

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa strategi bersaing adalah upaya yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam memenangkan sebuah pasar sasaran

(17)

dengan cara memberikan keunggulan-keunggulan dalam bersaing, menganalisis pesaing serta melaksanakan strategi pemasaran bersaing yang efektif.

Islam sebagai agama yang sempurna, telah memberi berbagai petunjuk, baik petunjuk itu secara langsung maupun secara tidak langsung, dalam hal bersaing telah dijelaskan oleh Al-Qur’an yang menjadi pedoman umat Islam, adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang persaingan terdapat dalam Q.S An-Nisa’: 29 adalah sebagai berikut:

















































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Berdasarkan ayat di atas, sudah menjadi bukti bahwa Allah melarang persaingan bisnis yang menjatuhkan orang lain, karena hal itu tergolong kedalam mengambil harta sesama dengan jalan kebatilan. Sebagai seorang pebisnis yang sesuai dengan perspektif Islam dianjurkan untuk memberikan konstribusi yang baik dalam bersaing maupun menghadapi persaingan dengan tidak memudharatkan orang lain. Selain itu, seorang pebisnis juga harus memiliki pinsip bahwa persaingan bukanlah usaha untuk menjatuhkan bebisnis lainnya atau perusahaan lainnya, melainkan sebagai usaha untuk memberikan konstribusi yang terbaik dari bisnisnya atau perusahaannya.

Dewasa ini, seiring dengan perkembangan dunia usaha dalam memenuhi kebutuhan pasar, sangat banyak bermunculan jenis-jenis usaha (UD, CV, dll) dalam memenuhi kebutuhan pasar, dengan bermunculan berbagai jenis usaha maka lahirlah istilah persaingan. Salah satu jenis usaha tersebut adalah dalam

(18)

bentuk usaha dagang (UD). Adapun bentuk usaha dagang adalah UD. BKR Group yang berada di jalan Raya Batusangkar-Ombilin Km.4. Jorong Pabalutan, Kecamatan Rambatan, UD BKR Group adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang penjualan ikan segar dan sayur-sayuran segar, hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan konsumen (Observasi di UD BKR Group, 02 Juni 2018).

UD BKR Group didirikan oleh Abu Bakar, UD ini bergerak dalam bidang penjualan ikan laut baik yang berbentuk ikan segar maupun ikan beku. Letak UD ini yang tidak jauh dari pasar Batusangkar yang kurang lebih berjarak lima kilometer. Jadi kebutuhan pangan atau ikan laut ini sangat diminati oleh masyarakat Batusangkar dan sekitarnya. Target penjualan UD ini adalah pasar induk dan pasar-pasar kecil yang ada di Tanah datar. Sejak kemajuan zaman, ikan laut sudah dapat disegarkan dalam bentuk ikan beku, karena jenis pangan ini tidak tahan lama. Dengan adanya alat pembeku atau Frozen frist, sejak tahun 2007 ikan beku ini mulai masuk ke pasar Batusangkar. Ikan beku ini memiliki kualitas kurang dari ikan segar, karena ikan beku melalui proses pembekuan dan pengawetan dalam suhu yang rendah (Wawancara dengan Pemilik UD BKR Group, 02 Juni 2018).

Seiring berjalannya waktu, penjualan ikan yang dilakukan oleh UD BKR Group mengalami peningkatan hasil dalam menjual ikan segar dan ikan beku.

UD BKR Group ini adalah distributor ikan laut di pasar induk dan pasar-pasar kecil yang ada di Tanah datar. Dalam segi untuk memperoleh ikan laut di zaman sekarang, di pesisir-pesisir Padang dan sekitarnya sangatlah sulit untuk didapat karena cara penangkapan yang kalah bersaing dengan kemajuan yang diterapkan oleh pedagang-pedagang besar. Pengusaha-pengusaha ikan laut sekarang sudah fokus pada ikan beku baik dari cara penangkapannya ataupun cara penyimpanannya dan operasional yang sangat membutuhkan biaya yang besar.

Jadi diwilayah Tanah datar sangat tepat berdiri sebuah perusahaan dalam bentuk

(19)

CV dalam pendistributoran ikan laut (Wawancara dengan Pemilik UD BKR Group, 02 Juni 2018).

Di Kota Batusangkar hanya terdapat 2 tempat distributor ikan yaitu UD BKR Group dan CV Davindo Jaya. Dalam perjalanan UD BKR Group tentu tidak lepas dari persaingan yaitu CV Davindo Jaya yang letaknya ± 800 M dari UD BKR Group. Persaingan ini meliputi usaha yang menyediakan prodak yang sama dan lainnya. Selain itu pesaing UD BKR Group merupakan usaha yang lebih besar dan dekat dengan UD BKR Group. Meskipun demikian terjadi persainagn akan tetapi UD BKR Group tetap mampu bertahan hingga saat ini.

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, terhadap usaha dagang UD BKR Group, dengan judul penelitian “Strategi Bersaing UD. BKR Group dalam Perspektif Etika Bisnis Islam”.

B. Fokus Penelitian

Agar mempermudahkan penulis dalam menganalisis hasil penelitian maka pada penelitian ini penulis memfokuskan kepada:

1. Bagaimana strategi UD. BKR Group dalam menghadapi persaingan bisnis?

2. Bagaimana strategi UD. BKR Group dalam menghadapi persaingan menurut perspektif etika bisnis Islam?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi UD. BKR Group dalam menghadapi persaingan bisnis sekaligus pandangannya dalam menghadapi persaingan menurut perspektif etika bisnis Islam

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mendeskripsikan strategi UD. BKR Group dalam menghadapi persaingan bisnis.

(20)

2. Untuk mendeskripsikan strategi UD. BKR Group dalam menghadapi persaingan menurut perspektif etika bisnis Islam.

E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Berguna sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang penelitian dan penerapan yang didapat pada masa perkualiahan serta menambah pengetahuan yang berkaitan dengan strategi UD.BKR Group dalam menghadapi persaingan menurut perspektif etika bisnis Islam.

2. Bagi Akademik

Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi orang banyak khususnya bagi mahasiswa lainnya yang akan mengadakan penelitian lanjutan.

3. Bagi Unit Dagang

Memberikan konstribusi yang berarti bagi unit dagang dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan strategi persaingan dalam menghadapi persaingan bisnis yang ditinjau dalam prespektis ekonomi Islam.

4. Luaran Penelitian

Agar penelitian ini kelak dapat dijadikan sumbangan pustaka ilmu ekonomi Islam dalam manajemen syariah dan sebagai kontribusi dalam strategi bersaing UD. BKR Group dalam perspektif etika bisnis islama.

F. Defenisi Operasional

1. Strategi adalah pola sasaran, tujuan dan kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, atau apa yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan. (Mudrajad Kuncoro, 2005: 1)

2. Persaingan adalah keadaan ketika organisasi berperang atau berlomba untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei, atau sumber daya yang dibutuhkan. (Mudrajat Kuncoro, 2006: 87).

(21)

3. Etika Bisnis, Etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan (Sonny Keraf, 1991: 14). Banyak istilah lain yang senada dengan etika yaitu akhlaq, moral, etiket, nilai, dan sebagainya. Hamzah Ya’kub dalam bukunya Etika Islam (1991:11-15): Perkataan akhlaq berasal dari bahasa Arab, yang diartikan sama dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlaq adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. (Buchari Alma: 204). Moral merupakan aturan dan nilai kemanusiaan (human conduct and value) seperi sikap, perilaku dan nilai.

Etiket adalah tata karma atau sopan santun yang dianut oleh suatu masyarakat dalam kehidupannya. Nilai adalah penetapan harga sesuatu sehingga sesuatu itu memiliki nilai yang terukur. (Muhammad, 2004: 37). Kemudian, Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi).

(Muhammad: 2003). Skinner (1992) mengatakan bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.

(Yusanto & Wijayakusuma: 2002). Jadi etika bisnis adalah aplikasi etika umum yang mengatur prilaku bisnis. Norma moralitas merupakan landasan yang menjadi acuan bisnis dalam prilakunya. Dasar prilakunya tidak hanya hukum-hukum ekonomi dan mekanisme pasar saja yang mendorong prilaku bisnis itu tetapi niali moral dan etika juga menjadi acuan penting yang harus dijadikan landasan kebijakannya. (Muslich, 2004: 9).

4. Perspektif etika bisnis Islam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan dengan personal, perusahaan ataupun masyarakat. Atau bisa juga diartikan pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal secara ekonomi maupun sosial yang berlandaskan nilai-nilai dalam ajaran agama Islam.

(22)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Pada setiap perusahaan mempunyai suatu tujuan, baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang dan juga memiliki suatu kebijakan umum yang digunakan dalam menjalankan proses pemasaran. Beberapa tokoh ekonomi menyatakan bahwa pada setiap perusahaan harus mempunyai suatu strategi dalam menentukan kesuksesan perusahaan itu sendiri. Definisi strategi dinyatakan oleh para pelopor konsep strategi sebagai berikut:

a. Jack Trout mendefiniskan strategi adalah bagaimana bertahan hidup dalam dunia yang semakin. kompetitif, bagaimana membuat persepsi yang baik dibenak konsumen, menjadi berbeda, mengenali kekuatan dan kelemahan pesaing, menjadi spesialisasi, menguasai satu kata yang sederhana di kepala, kepemimpinan yang memberi arah dan memahami realitas pasar dengan menjadi yang pertama, kemudian menjadi yang lebih baik ( (Hasan, 2010, hal. 29)

b. Menurut Andrews, Strategi adalah pola sasaran tujuan dan kebijakan/

rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, atau yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan.

c. Menurut Itami, Strategi adalah menentukan kerangka kerja dari aktivitas bisnis perusahaan dan memberikan pedoman untuk mengoordinasikan aktivitas, sehingga perusahaan dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yang selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yang diinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yang hendak dijalankan. (Mudrajad Kuncoro, 2005: 1).

(23)

d. Menurut Swastha dan Irawan strategi merupakan suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan perusahaan. (Basu Swastha, 1985: 67).

Sedangkan menurut Kenneth R. Andrews strategi adalah suatu proses pengevaluasian kekuatan dengan peluang dan ancaman yang ada dalam lingkungan yang dihadapi dan memutuskan strategi pasar produk yang menyesuaikan kemampuan perusahaan dengan peluang lingkungan. (Pandji Anoraga, 2000: 339). Strategi juga didefinisikan arahan umum yang hendak ditempuh oleh suatu organisasi (perusahaan) untuk mencapai tujuannya.

e. Fandy tjiptono menyatakan bahwa strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misi-misinya. (Fandy Tjiptono, 1988: 3). Strategi juga didefinisikan sebagai pula tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. (Fandy Tjiptono, 1988: 5).

f. Philip Kotler menyatakan bahwa strategi adalah “rencana permainan- permainan untuk mencapai sasaran.” (Philip Kotler, 1997: 54).

Dari beberapa pengertian strategi di atas maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi strategi bukanlah sekedar rencana, melainkan rencana yang utama, terpadu, menyeluruh dan menghubungkan antara perusahaan dengan lingkungannya.

2. Konsep-konsep Strategi

Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun.

Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:

a. Distinctive Competence, tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan persaingannya.

(24)

b. Competitive advantage, kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. (Freddy Rangkuti, 2008: 4).

3. Jenis-Jenis Strategi a. Corporate strategy

Menunjukkan arah keseluruhan strategi perusahaanapakah perusahaan akan memilih strategi pertumbuhan (growh), strategi stabilitas (stability), atau strategi pengurangan usaha (retrenchment), serta bagaimana pilihan strategi tersebut disesuaikan dengan pengelolaan berbagai bidang usaha dan produk yang terdapat di dalam perusahaan.

b. Business strategy

Merupakan strategi yang dibuat pada level business unit, divisi atau product-level dan strateginya lebih ditekankan untuk meningkatkan posisi bersaing produk atau jasa perusahaan di dalam suatu industri tertentu atau segmen pasar tertentu.

c. Functional strategy,

Merupakan strategi yang dibuat oleh masing-masing fungsi organisasi perusahaan (misalnya strategi marketing, strategi keuangan, strategi produksi) dengan tujuan menciptakan kompetensi yang lebih dibanding pesaing (distinctive competence) sehingga akan meningkatkan keunggulan bersaing (competitive advantage). (Solihin, 2009, p. 86)

4. Tingkatan Strategi

Dalam manajemen strategik, perusahaan pada umumnya mempunyai tiga level atau tingkatan strategi, yaitu:

a. Strategi korporasi

Strategi ini menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan lini produk untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa.Sebagai tambahan, strategi perusahaan adalah :

(25)

1) Pola keputusan yang berkenaan dengan tipe-tipe bisnis yang perusahaan sebaiknya terlibat.

2) Arus keuangan dan sumber daya lainnya dari dan ke divisi-divisi yang ada di perusahaan.

3) Hubungan antara perusahaan dan kelompok-kelompok utama dalam lingkungan perusahaan.

b. Strategi unit bisnis

Strategi ini biasanya dikembangkan pada level divisi dan menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk barang atau jasa perusahaan dalam industrinya atau segmen pasar yang dilayani oleh divisi tersebut. Strategi bisnis umumnya menekankan pada peningkatan laba produksi dan penjualan.

c. Strategi fungsional

Strategi ini menekankan terutama pada pemaksimalan sumber daya produktivitas.Dalam batasan oleh perusahaan dan trategi bisnis yang berada di sekitar mereka, departemen fungsional, SDM, keuangan, produksi-operasi mengembangkan strategi untuk mengumpulkan bersama- sama berbagai aktivitas dan kompetensi mereka guna meningkatkan kinerja perusahaan. (Umar, 2010, p. 17)

5. Macam-macam strategi perdagangan a. Diversifikasi Bisnis.

Bagi yang baru mulai bisnis, sebaiknya tidak langsung menjalankan strategi bisnis ini. Saya sarankan lebih baik fokus terlebih dahulu pada bisnis yang sedang dibangun. Mengapa? Sebab strategi ini tergolong beresiko tinggi. Melakukan diversifikasi bisnis, berarti anda membangun sebuah produk baru untuk dilempar ke pasar (yang mungkin juga baru).

Jika tidak dibarengi kesiapan yang baik, melakukan diversifikasi dapat menggoyahkan bisnis anda sebelumnya.

(26)

b. Strategi menyerang.

Strategi bisnis ini biasanya dijalankan untuk memperbesar tingkat penguasaan pasar. Pada strategi ini. biasanya promo besar-besaran dengan segala macam taktiknya dijalankan. Salah satu contohnya seperti menghadirkan program yang menarik bagi konsumen, seperti beli 3 gratis 1.

c. Mengembangkan pasar.

Strategi yang ini relatif lebih kalem. Karena dengan produk yang selama ini ada, pebisnis akan berupaya untuk mengeksplorasi pasar yang selama ini digarapnya agar bisa lebih maksimal. Strategi ini perlu kejelian dalam melihat pasar.

d. Mengembangkan produk.

Berkebalikan dengan strategi bisnis mengembangkan pasar, strategi ini melempar sebuah produk baru pada pasar yang selama ini digarap. Kelebihan strategi bisnis ini adalah karena pasarnya telah dikenali, sedang tantangannya adalah bagaimana membuat produk baru tersebut bisa diterima oleh pasar.

Dari pemahaman para ahli di atas penulis dapat simpulkan bahwa strategi adalah cara-cara, rencana atau upaya dilakukan perusahaan atau suatu lembaga untuk mencapai tujuan yang akan datang dengan menerangkan bagaimana cara, tindakan untuk meningkatkan kinerja yang baik atau keinginan yang diharapkan dalam suatu unit dagang.

B. Persaingan Bisnis

1. Pengertian Persainagan, Bisnis dan Persaingan Bisnis

Persaingan adalah keadaan ketika organisasi berperang atau berlomba untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei, atau sumber daya yang dibutuhkan. Persepektif industri mengidentifikasi pesaing sebagai organisasi yang membuat produk

(27)

atau jasa yang sama. Menutut persepektif pemasaran, pesaing adalah organisasi yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang sama. Dalam persepektif ini intensitas persaingan tergantung dari seberapa jauh kebutuhan konsumen dapat dipahami dan seberapa jauh organisasi dapat memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. (Mudrajat Kuncoro, 2006: 87).

Persaingan lingkungan mencakup sejumlah pesaing yang harus dihadapi oleh perusahaan ukuran relatif para pesaing dan tingkat saling ketergantungan dalam industri tersebut. Pihak manajemen memiliki yang relatif kecil terhadap lingkungan persaingan yang dihadapi perusahaan. Ketika populasi bertumbuh dengan lambat, biaya meningkat, dan sumber daya yang tersedia menipis, perusahaan mengetahui bahwa mereka harus bekerja keras lagi untuk mempertahankan keuntungan dan pangsa pasar mereka tanpa menghiraukan bentuk pasar persaingan yang ada.

Persaingan yang terjadi antara beberapa perusahaan dapat berasal dari perusahaan lain dalam satu industri, atau dari perusahaan lain yang menghasilkan barang atau jasa subtitusi. Di dalam industrinya, perusahaan harus mengetahui struktur biaya, harga, promosi, dan beberapa aspek persaingan lain yang dapat mempengaruhi perencanaan serta operasinya.

Sebagian besar wiraswastawan umumnya menghadapi ancaman potensial dari perusahaan yang lebih besar. Wiraswastawan harus bersiap-siap dengan ancaman tersebut dan hendaknya membuat rencana pemasaran yang menguraikan strategi paling efektif dalam lingkungan persaingan. (Adi Susanto, 2002: 80).

Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). (Muhammad: 2003). Skinner mengatakan bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.

(Yusanto & Wijayakusuma: 2002).

(28)

2. Jenis-Jenis Persaingan dan Kekuatan Bersaing

Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang merancang dan mengoperasikan sistem untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang berkesinambungan tentang para pesaing. Perusahaan seringkali mendefinisikan para pesaingnya sebagai setiap perusahaan yang memproduksi dan menjual produk dan jasa yang sama, dengan kisaran harga yang sama, dan kepada pelanggan yang sama. Tetapi pada kenyataannya perusahaan harus menghadapi perusahaan-perusahaan pesaing dalam arti yang lebih luas.

Berikut jenis-jenis persaingan berdasarkan tingkat substitusi produk menurut Philip Kotler: (Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008: 67-69) a. Persaingan Merk

Perusahaan dapat melihat pesaingnya sebagai perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa yang sama atau sejenis kepada pelanggan yang sama dengan kisaran harga yang sama pula.

b. Persaingan Industri

Perusahaan dapat melihat pesaingnya lebih luas lagi, yaitu perusahaan menganggap pesaing utamanya sebagai semua perusahaan yang membuat produk atau jenis produk yang sama.

c. Persaingan Bentuk

Perusahaan dapat melihat pesaingnya dengan lebih luas lagi yaitu semua perusahaan yang menghasilkan produk yang memberikan manfaat yang sama.

d. Persaingan Umum

Perusahaan dapat memandang pesaing utamanya dalam arti yang lebih luas lagi yaitu semua perusahaan yang bersaing untuk konsumsi rupiah yang sama.

Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan bersaing, yaitu para pesaing industri, calon pendatang, substitusi, pembeli dan pemasok.

Adapun lima ancaman yang ditimbulkan kekuatan tersebut adalah ancaman

(29)

persaingan segmen yang ketat, ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, ancaman peningkatan kemampuan atau kekuatan posisi tawar pemasok (Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008: 70).

Sumber: Damar Purba Pamungkas, 2016. Gambar 2.1 5 Porter Forces

a. Ancaman persaingan segmen yang ketat. Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak, kuat, atau agresif.

b. Ancaman pendatang baru. Daya tarik segmen berbeda-beda menurut tingginya hambatan untuk masuk dan keluarnya.

c. Ancaman produk substitusi. Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika terdapat substitusi produk yang aktual atau potensial.

d. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pembeli. Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika pembeli memiliki kekuatan posisi tawar (bargaining power) yang kuat atau semakin meningkat.

e. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pemasok. Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau mengurangi kuantitas yang mereka pasok.

(30)

3. Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna

Esensi dari pasar persaingan sempurna adalah tidak ada persaingan langsung di antara pembeli dan penjual. Jadi, tidak ada persaingan antara para pembeli atau antara para penjual. Misalnya, perusahaan A tidak perlu memikirkan apa reaksi perusahaan B bila perusahaan A merubah marketing policy-nya. Prasyarat pasar persaingan sempurna adalah berikut ini:

a. Produk masing-masing pasar adalah identik (tidak ada perbedaan sekecil apapun). Jadi, pembeli di sini indifferent terhadap masing-masing barang- barang (beli yang manapun sama saja hasilnya). Barangnya homogen.

b. Peran masing-masing perusahaan relatif sangat kecil terhadap total pasar.

Secara sendiri-sendiri mereka tidak akan mampu merubah harga melalui perubahan jumlah barang yang ditawarkan. Untuk merubah harga, mereka harus bergerak bersama-sama.

c. Setiap perusahaan bebas masuk atau keluar industri. Tidak ada hambatan dalam bentuk apapun. (Yoopi Abimanyu, 2004: 159).

4. Tujuan Pelaksanaan Strategi Bersaing

Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong, terdapat lima tujuan pelaksanaan strategi bersaing yaitu: (Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008: 58-64).

a. Membentuk suatu positioning yang tepat

Perusahaan berusaha untuk menunjukkan suatu image atau citra tersendiri mengenai perusahaan kepada pelanggan atau pasar sasaran.

b. Mempertahankan pelanggan yang setia

Pelanggan yang setia bagaikan kekayaan untuk masa depan, yang jika dikelola dengan baik akan memberikan aliran pemasukan seumur hidup yang baik kepada perusahaan.

c. Mendapatkan pangsa pasar baru

(31)

Perusahaan berusaha untuk mendapatkan dan memperluas pangsa pasar dengan menggunakan strategi bersaing mereka masing-masing untuk meraih pasar seluas-luasnya.

d. Memaksimalkan penjualan

Proses untuk memaksimalkan laba atau keuntungan tergantung dari efektifitas strategi bersaingnya, selain itu juga tergantung pada seluruh sistem yang ada dalam perusahaan serta unit-unit fungsional lainnya.

e. Menciptakan kinerja bisnis yang efektif

Perusahaan harus menciptakan kinerja bisnis yang efektif, agar bisnis mereka dapat dikelola secara strategis, yaitu dengan mendefinisikan:

kelompok pelanggan yang akan dilayani, kebutuhan pelanggan yang akan dipenuhi, serta teknologi yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

C. Strategi Bersaing

1. Pengertian Strategi Bersaing

Pengertian strategi bersaing telah dikemukakan oleh banyak ahli ekonomi maupun dari berbagai pihak yang berpengalaman di bidangnya. Ada beberapa pendapat para ahli tentang strategi bersaing dalam dunia pemasaran, Kuncoro mengemukakan bahwa: “Strategi bersaing adalah pencarian akan posisi bersaing yang menguntungkan di dalam suatu industri, arena fundamental tempat persaingan terjadi” (Kuncoro, 2006: 45).

Rianto mengemukakan tentang pengertian strategi bersaing sebagai berikut: “Strategi bersaing adalah kombinasi antara akhir dan tujuan yang di perjuangkan oleh perusahaan dengan alat (kebijaksanaan) di mana perusahaan berusaha sampai kesana” (Rianto, 2010: 33).

Sedangkan pengertian strategi bersaing menurut Philip Kotler adalah:

“Strategi yang secara kuat menempatkan perusahaan terhadap pesaing dan

(32)

yang memberi perusahaan keunggulan bersaing yang sekuat mungkin”

(Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008: 53).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi bersaing adalah upaya yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam memenangkan sebuah pasar dengan cara memberikan keunggulan-keunggulan dalam suatu produk.

2. Merancang Strategi Bersaing dalam Rangka Menciptakan Keunggulan Kompetitif

Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong dalam buku Prinsip- prinsip Pemasaran Jilid 2, terdapat tiga langkah yang dapat ditempuh untuk menciptakan keunggulan kompetitif: (Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008: 75-79).

Sumber: Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008: 75-79

Gambar.2.2

Langkah-langkah dalam menganalisis pesaing a. Analisis Pesaing

Analisis pesaing merupakan proses mengidentifikasi para pesaing utama; menilai tujuan, strategi, kekuatan, dan kelemahan mereka, dan pola reaksi; kemudian memilih pesaing yang akan diserang atu dihindari.

b. Mengidentifikasi Pesaing

Perusahaan dapat mengidentifikasi pesaing dari sudut pandang industri dan sudut pandang pasar. Industri (industry) adalah suatu kelompok perusahaan yang menawarkan produk atau kelas produk yang merupakan

Mengidentifikasi pesaing perusahaan

Menilai tujuan, strategi, kekuatan

dan kelemahan pesaing serta pola

reaksi

Memilih pesaing yang akan diserang atau di

hindari

(33)

pengganti erat satu sama lain. Pemasar mengklasifikasikan industri menurut jumlah penjual, tingkat diferensiasi produk, kehadiran atau ketiadaan produk penghalang untuk masuk; mobilitas; dan penghalang untuk keluar, struktur biaya, tingkat integrasi vertikal, dan tingkat globalisasi.

Dengan menggunakan pendekatan pasar, kita mengidentifikasikan pesaing sebagai perusahaan yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang sama. Konsep pasar untuk persaingan menunjukkan jumlah pesaing aktual dan potensial yang lebih besar dibandingkan persaingan yang hanya didefinisikan dalam istilah kategori produk.

c. Menilai Pesaing

Dalam menilai pesaing, perusahaan dapat melakukan tahap-tahap berikut:

1) Menentukan tujuan pesaing

Masing-masing pesaing mempunyai bauran tujuan. Dengan mengetahui bauran tujuan pesaing, kepuasan pesaing atas situasi saat ini dan bagaimana pesaing bereaksi terhadap tindakan kompetitif yang berbeda akan terungkap. Perusahaan juga harus mengawasi tujuan pesaing untuk berbagai segmen. Jika perusahaan menemukan bahwa pesaing telah menemukan segmen baru atau akan berpindah ke segmen yang dilayani perusahaan, perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut. (Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008:

79).

2) Mengidentifikasi strategi pesaing

Semakin mirip strategi suatu perusahaan dengan perusahaan lain, semakin tajam persaingan antara kedua perusahaan tersebut. Dalam kebanyakan industri, pesaing dapat dipisahkan menjadi kelompok- kelompok yang mengerjar strategi berbeda. Kelompok strategis adalah

(34)

kelompok perusahaan di dalam industri yang mengikuti strategi yang sama atau mirip dalam pasar sasaran tertentu.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh perusahaan.

Pertama, perusahaan harus melihat keseluruhan dimensi yang mengidentifikasi kelompok strategis di dalam industri. Kedua, perusahaan harus memahami bagaimana masing-masing pesaing menghantarkan nilai kepada pelanggannya. Ketiga, perusahaan harus mengetahui kualitas produk pesaing, fitur, dan baurannya (layanan pelanggan, kebijakan penetapan harga, cakupan distribusi, strategi tenaga penjualan, seta iklan dan program promosi penjualan). Keempat, perusahaan harus mempelajari detail masing-masing R&D pesaing, proses manufaktur, pembelian, keuangan, dan strategi lainnya (Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008: 80).

3) Menilai kekuatan dan kelemahan pesaing

Pemasar harus menilai masing-masing kekuatan dan kelemahan masing-masing pesaing secara cermat untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh pesaing perusahaan. Sebagai langkah pertama, perusahaan dapat mengumpulkan data tentang masing-masing tujuan pesaing, strategi, dan kinerja selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, perusahaan biasanya mempelajari kekuatan dan kelemahan pesaing melalui data sekunder, pengalaman pribadi, dan berita dari mulut ke mulut. Perusahaan juga dapat mengadakan riset pemasaran primer dengan pelanggan, pemasok, dan penyalur. Yang terakhir, perusahaan dapat menetapkan tolok ukur (benchmarking) terhadap perusahaan lain, dengan membandingkan produk dan proses perusahaan dengan pesaing atau perusahaan terkemuka dalam industri lain untuk menemukan cara meningkatkan kualitas dan kinerja (Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008: 81).

(35)

4) Memperkirakan reaksi pesaing

Tujuan pesaing, strategi, serta kekuatan dan kelemahan pesaing akan berguna untuk menjelaskan tindakan yang akan diambil perusahaan dan menunjukkan reaksi perusahaan seperti pemotongan harga, peningkatan promosi, atau pengenalan produk baru.

Masing-masing pesaing mempunyai beragam reaksi. Beberapa pesaing tidak bereaksi dengan cepat atau kuat terhadap gerakan pesaing lain, dan mungkin hanya bereaksi terhadap jenis gerakan tertentu.

Sebaliknya, pesaing lain bereaksi cepat dan kuat terhadap tindakan apapun. Dalam beberapa industri, kondisi persaingan relatif harmoni;

dan dalam industri lain, pesaing bertarung sengit. Dengan mengetahui cara pesaing utama bereaksi akan memberikan petunjuk kepada perusahaan tentang cara terbaik untuk menyerang pesaing atau untuk mempertahankan posisi perusahaan saat ini (Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2008: 84).

D. Bisnis dalam Perspektif Islam

Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien. Skinner mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Menurut Anoraga dan Soegiastuti, bisnis memiliki makna dasar sebagai

“the buying and selling of goods and services”. Adapun dalam pandangan Straub dan Attner, bisnis taka lain adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit (Muhammad, 2002: 23).

Agama Islam mewajibkan setiap orang untuk bekerja, dan tidak ada peluang bagi orang yang beriman untuk menganggur. Al-Qur’an menjelaskan

(36)

tentang konsep bisnis dengan beberapa kata diantaranya: al Tijarah (berdagang, berniaga), al-bai’u (menjual) dan tadayantum (muamalah). (Akhmad Nur Zaroni, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan dalam Kehidupan Ekonomi), Mazahib Vol. IV, No. 2, 2007, h. 177-179)

Al-Tijarah berasal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajaran wal tajiran yang mempunyai arti dagang dan berniaga. Dalam Al-Qur’an terma tijarah ditemui sebanyak delapan kali dan tijaratahum tersebut satu kali. Bentuk tijarah terdapat dalam surat al-Baqarah: 28, an-Nisa: 29, at-Taubah: 24, annur: 37, Fatir: 29, as- Shaff: 10, pada surat al-Jumu’ah: 11 (disebut dua kali). Adapun Tijaratahum tersebut pada surat al-Baqarah: 16.22

Jual beli atau dalam bahasa Arab al-bai’ menurut etimologi adalah tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sayid Sabiq mengartikan jual beli menurut bahasa sebagai tukar menukar secara mutlak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa jual beli menurut bahasa sebagai tukar menukar apa saja, baik antara barang dengan barang, maupun barang dengan uang. (Dimyauddin Djuwani, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 69).

Selain al-bai’ dan tijarah, dalam al-Qur’an bisnis juga disebut dengan kata tadayantumyang disebut satu kali pada surat al-Baqarah ayat 282:





























































































(37)







































































































































































Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalahtidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

(38)

Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil;

dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Al Baqarah (2): (282).(Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahannya, Bandung : Diponegoro 2005, h.37)

Muamalah yang dimaksud adalah kegiatan ekonomi, seperti: jual-beli, sewa menyewa, dan hutang piutang, dan lainnya.(Muhammad dan R. Luqman Faurori, Visi ..., h. 26.) Bisnis dalam padangan Al-Qur’an mempunyai visi masa depan yang tidak semata-mata mecari keuntungan sesaat, melainkan mencari keuntungan yang hakiki, baik dan berakibat baik pula bagi kesudahannya.

Dasarnya adalah QS. At-Taubah: 111 yang intinya adalah orang yang hanya bertujuan keuntungan semata dalam hidupnya, ditantang oleh Allah dengan

(39)

tawaran suatu bursa yang tidak mengenal kerugian atau penipuan (A Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah, Jakarta: Salemba Empat, 2010, h. 30).

Maka dari itu, Islam memberikan rambu-rambu atau prinsip (syariat) yang harus ditaati umatnya ketika menjalankan bisnis. Beberapa prinsip yang harus dijalankan dalam praktik bisnis Islam, diantaranya sebagai berikut.

1. Halal

Allah SWT telah memerintahkan kepada umatnya untuk mencari rezeki yang halal. Dalam AlQur’an surah al-baqarah: 275 Allah SWT berfirman,

Artinya: “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba” (Al Baqarah (2) : (275)( Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qu’an dan terjemahannya, 2005: 36)

Kalau diamati selama ini, maka sangat sulit untuk melihat bisnis yang tanpa melibatkan pinjaman bank, yang mengandung riba. Bahkan bisa dikatakan, kebanyakan bisnis sekarang ini, khususnya yang berskala besar tidak bisa beroprasi tanpa pinjaman bank. ( M. Azrul Tanjung, Fikri, dkk, 2013: 87)

2. Thayyib.

Selain mewajibkan bisnis yang halal, Islam juga mengutamankan bisnis yang Thayyibah. Thayyibah atau tuuba (sebagai jamak) berarti sesuatu yang baik atau elok dan memberikan manfaat tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga mitra bisnis dan masyarakat luas. Dalam Al-Qur’an surah an Nahl:

97 Allah SWT berfirman,

Artinya:“Barang siapa yang mengerjakan amal salah, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, makka sungguh akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahalayang lebih baik dari pada apa

(40)

yang telah mereka kerjakan”. (An Nahl (16) : (97)( Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan terjemahannya, 2005:

222)

Dalam kenyataan secara umum, paradigma perekonomian yang dominan di dunia saat ini, termasuk di Indonesia adalah paradigma liberalisme, yang berasaskan pada individualisme. Dalam paradigma ini, setiap individu dan pelaku bisnis mengutamakan kepentingan masing-masing.

3. Kejujuran.

Agar tidak merugikan mitra transaksi atau pelanggan, maka bisnis menurut Islam mengutamakan kejujuran. Bersikap jujur dalam menjalankan usaha adalah sikap yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW. Jujur merupakan sifat utama dan etika Islam yang luhur (Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan terjemahannya, 2005: 88)

Al-Qur’an surah al-ahzab: 70 Allah SWT berfirman,

Artinya“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. (Al-Ahzab (33) : (70))

Diantara bentuk kejujuran adalah, seorang pembisnis harus berkomitmen dalam jual-belinya dengan berlaku terus terang dan transparan untuk melahirkan ketentraman dalam hati, hingga Allah memberikan keberkahan dalam muamalahnya, dan mengangkat derajatnya di surga ke derajat para nabi. Bentuk kejujuran yang lain adalah, pebisnis dalam memasarkan barang dagangannya harus dijauhkan dari iklan yang licik dan sumpah palsu, atau memberikan informasi yang salah tentang barang dagangannya untuk menipu calon pembeli. (Asyraf Muhammad Dawwabah, 2007: 58-59)

(41)

4. Kewajaran.

Bisnis harus dijalankan secara wajar (fair). Salah satu bentuk kewajaran dalam berbisnis adalah dalam mengambil keuntungan. Produsen boleh mengambil keuntungan, perantara (grosir) boleh menikmati keuntugan, dan pengecer pun boleh memperoleh laba. Namun, keuntungan tersebut seharusnya dalam porsi wajar. Dalam kenyataan yang dihadapi, karena berbagai hal, keuntungan tidak lagi secara wajar (M. Azrul Tanjung, dkk; 89) 5. Seimbang.

Berbisnis menurut ajaran Islam haruslah dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan dengan alam raya serta memakmurkan bumi.

Hal tersebut tersurah dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Huud:

61,

Artinya: “Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hambaNya)." (Huud (11) : (61))

Ayat Al-Qur’an tersebut menunjukan bahwa menurut ajaran Islam, kaum Muslim hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan bisnis tetapi sekaligus menjaga keseimbangan dan keduanya semata-mata adalah ibadah kepada Allah SWT. ( Departemen Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, 2005: 90)

6. Bersaing secara sehat.

Pesaing dalam bisnis bukanlah sesuatu yang dilarang. Pesaing dapat dijalankan asalkan untuk sarana berprestasi secara fair dan sehat (fastabiqul khairat) dan mencari berkah Allah SWT menciptakan kita dalam

(42)

keberagamannya, baik etnis, budaya, ekologi dan sebagainya. Bahkan sebaliknya, persaingan seharusnya dapat memacu umat untuk menjadi lebih (khairul ummah). Persaingan sungguh adalah mencari patner untuk memicu umat agar menjadi lebih kreatif, inovatif, dan terus berinovasi dalam berbisnis. Namun, demikian dalam bersaing haruslah menjaga etika dan aturan yang telah digariskan dalam agama. (M. Azrul Tanjung: 91.)

Dalam bersaing seorang pebisnis sangat mengutamakan bersaing secara sehat dan menjauhi segala perbuatan yang berakibat pasar terdistorsi bukan saja merugikan orang lain, tetapi lebih dari itu karena tidak dibenarkan (dilarang) oleh syariah. (Sukamdani Sahid Gitosardjono, 2013: 39)

7. Etos kerja.

Islam adalah agama amal (kerja), baik untuk kepentingan hidup di dunia maupun kehidupan setelah mati di akhirat. Dalam urusan kerja untuk duniawi, Islam memerintahkan para penganutnya untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Etos kerja ini, ditambah dengan profesionalisme, dan pemanfaatan teknologi membentuk apa yang disebut total productifity factor (TPF), yang bersama-sama dengan pasokan bahan baku akan membentuk product domestic bruto (PDB).

Selama ini, kontribusi faktor non-bahan baku (yang berarti SDM dan teknologi) dalam PDB sangat rendah. Ini berarti, pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya mengandalkan pasokan bahan baku. Lemahnya kualitas SDM dan rendahnya penggunaan teknologi, menunjukan lemahnya efisiensi nasional. (M. Azrul Tanjung: 92.) Tumbuhnya etos entrepreneurship yang tinggi, khususnya bagi generasi umat akan berdampak positif bagi kemajuan dan kebangkitan ekonomi. (Sukamdani Sahid: 224.)

8. Profesional.

Profesional adalah sebutan bagi orang yang ahli dalam bidang tertentu, yang dipelajari secara khusus. Dalam dunia bisnis, kata ini digunakan untuk menandakan kualitas pengerjaan atau jasa yang tinggi. Profesionalisme berarti

(43)

komitmen terhadap klien, mitra bisnis, dan komunitas. Selain berorientasi ke kualitas kerja yang tinggi, para profesional juga bertindak dengan standar etika tertentu.

Profesional yang didukung oleh sikap jujur dan iklas merupakan dua sisi yang saling menguntungkan. Muhammad SAW memberikan contoh bahwa seorang yang profesional mempunyai sikap selalu berusaha maksimal dalam mengerjakan sesuatu atau dalam menghadapi suatu masalah tidak mudah menyerah atau berputus asa dan bahkan juga pengecut yang menghindari dari resiko. (M. Ma’rul Abdullah: 41)

Ajaran Islam menuntut umatnya bersikap profesional ketika bekerja atau menjalankan bisnis. Ada beberapa sabda dan teladan yang bisa menjadi acuan dalam bersikap profesional. Sebagai contoh, Rasulullah SAW, pernah memberikan peringatan kalau umat Islam meninggalkan profesionalisme.

Dalam sebuah riwayat, Rasullah SAW bersabda,

ﺍَﺫِﺇ َﺪِّﺳ ُﻭ ْﻣَ ْﻷﺍ ُﺮ ﻰَﻟِﺇ ِﺮْﻴَﻏ ِﻪِﻠْﻫَﺃ ِﺮِﻈَﺘْﻧﺎَﻓ َﺔَﻋﺎﱠﺴﻟﺍ ) ﻱﺭﺎppppppﺨﺒﻟﺍ Artinya:“Apabila sesuatu urusan itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya” (HR Bukhari).( Imam al- Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut, Libanon: al-Maktabah al-Islamiyah, t.th, h. 15)

Sabda Rasulullah SAW tersebut dengan jelas menganjurkan umat Islam untuk menyerahkan segala persoalan kepada ahlinya. Sabda tersebut juga menyiratkan bahwa pebisnis harus mengukur kemampuan diri, tidak memaksakan terhadap sesuatu yang berada diluar kemampuannya.

Pebisnis yang menjalankan usahanya dengan kejujuran dan sesuai dengan perintah Allah akan mendapat reward (pahala) di akhirat nanti. Oleh karena aktivitas bisnis merupakan salah satu bentuk ibadah (pengabdian dan kepatuhan terhadap Allah). Bisnis bisa dilakukan setelah melakukan ibadah

Gambar

Tabel 3.1  Waktu Penelitian
Gambar 3.1  Proses Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

bakar bensin melalui pipa kapiler bersirip transversal di dalam upper tank radiator dan variasi putaran mesin akan cenderung menurunkan kadar gas buang CO dan

hanya pasrah. Padahal saat itu beliau baru saja menjalani operasi kanker rahim. Penyakit-penyakit tersebut tidak lantas membuat beliau menyerah, tetapi justru beliau semakin

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh likuiditas, fixed asset intensity, market to book ratio, dan ukuran perusahaan terhadap keputusan perusahaan melakukan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal perusahaan food

Dasar teoritis manajemen publik baru perlu dipertimbangkan lebih detail, terutama seperti teori di belakang model administrasi tradisional yang dikritik dalam bab

Sedangkan nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar

meningkatkan motivasi kerja guru di SMA Negeri 2 Malang, terutama adalah masalah waktu pertemuan untuk supervisi observasi kelas dan supervisi pertemuan individu

Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera Timur, Kepulauan Sula, Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Dan Sekitarnya. Jual Tepung Tapioka ke Nusa