• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Drainase a Isu Strategis Pengembangan Drainase

Gambar Komposisi Biaya Operasional PDAM

1 D Peran Serta

4. Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 –

6.4.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Drainase a Isu Strategis Pengembangan Drainase

Isu strategis pengembangan drainase di Kabupaten Pati antara lain sebagai berikut :

1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase untuik mengalirkan kelebihan air permukaan yang juga berfungsi sebagai saluran air limbahgrey waterpermukiman.

2. Tidak adanya pengendalian debit puncak dengan penyiapan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak akibat kepadatan bangunan yang tinggi.

3. Minimalnya perangkat peraturan bidang drainase dan lemahnya penegakan hukum.

4. Peran serta masyarakat dan swasta masih kurang, sehingga masih banyak yang membuang sampah ke dalam saluran drainase, kurang peduli perawatan saluran, penutupan saluran hingga pengalihan fungsi saluran drainase kota.

5. Kemampuan pembiayaan drainase terkait dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas pengembangan dan operasional pemeliharaan. 6. Sistem dan penanganan drainase yang belum terpadu akibat

pembangunan yang tidak sesuai dengan masteplan drainase mengakibatkan pengelolaan sifatnya parsial.

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase 1) Aspek Teknis

Cakupan pelayanan drainase dominan terdapat dilingkungan permukiman perkotaan. Kabupaten Pati dibagi dalam 5 ranting aliran sungai yaitu Ranting Kayen, Jakenan, Juwana, Pati dan Tayu. Adapun diantara ranting-ranting tersebut permasalahan pokok adalah masalah luapan air sungai atau banjir, dimana tiap-tiap ranting luapan sungai yang menonjol adalah :

1) Ranting Pati dari sungai Langkir menggenangi 5 desa yaitu (Pegandan, Ngawen, Penambuhan, Wangunrejo dan Jambean Kidul. Kemudian sungai Kersulo (Pati) menggenangi 5 desa yaitu (Mulyoharjo, Tambaharjo, Payang Purworejo dan Widorokandang).

2) Ranting Juwana dari sungai Golan Kecamatan Trangkil menggenangi 7 desa yaitu (Pasucen, Ketanen, Karangwage,

Karanglegi, Krandan, Tlutup dan Kertomulyo). Dari sungai Mojoworo atau Noro Kecamatan Jaken dan Juwana menggenangi 6 desa yaitu (Boto, Trikoyo, Sidomukti, Mojoluhur, Kebonturi dan Trimulyo).

3) Ranting Tayu dari sungai Gadu Kecamatan Tayu, Margoyoso menggenangi 6 desa yaitu (Kedungsari, Semerak, Margomulyo, Pondawan, Ngemplak lor dan Semerak). Dari sungai Lenggi Kecamatan Cluwak, Dukuhseti menggenangi 7 desa yaitu (Sumur, Gerit, Wedusan, Grogolan, Ngagel, Dukuhseti dan Alasdowo). Ketiga dari sungai Patoman Kecamatan Cluwak Tayu menggenangi 7 desa yaitu (Sirahan, Mojo, Patusik, Karangsari, Sumur, Wedusan dan Puncel). Dari sungai Suwatu Kecamatan Margoyoso menggenangi 5 desa yaitu (Soneyan, Ngemplak Kidul, Sekarjalak, Bulumanis Kidul, dan Bulumanis Lor)

4) Ranting Kayen dari 15 sungai-sungai yang ada rata-rata menggenangi 2 desa, yang perlu perhatian dari sungai Guawareh Kecamatan Sukolilo menggenangi desa Cengkal Sewu dan Kayen.

5) Ranting Jakenan dari sungai Mojoworo / Noro dari Kecamatan Jaken dan Juwana menggenangi 5 desa yaitu (Boto, Trikoyo, Sidomukti, Mojoluhur, Kebonturi dan Trimulyo). (RPJM Penanganan Sungai, 2005).

Melihat kondisi ranting yang ada, maka Ranting Tayu dan Ranting Kayen ternyata yang sangat dominan dalam hal permasalahan banjir, maka hal ini menjadi salah satu dasar untuk pendalaman dalam kaitan subtansi pekerjaan.

Kabupaten Pati tidak begitu menonjol dalam hal besarnya daerah aliran sungai, hanya wilayah bagian timur-selatan termasuk di daerah aliran sungai Juwana, selain itu ada beberapa anak sungai/kali di kaki Gunung Muria pada lereng sebelah timur sebagian juga bermuara di bagian hilir Kali Juwana. Dimungkinkan ada potensi di lereng Gunung Kendeng ke hilirnya perlu dikaji dan ditelusuri dengan acuan atau pijakan informasi dari tokoh yang mempunyai wilayah setempat.

Drainase lingkungan di Kabupaten Pati pada umumnya kondisinya sudah cukup baik, namun masih ada beberapa wilayah / kawasan yang masih rawan terjadi banjir khususnya pada musim hujan. Hal tersebut terjadi karena belum adanya saluran drainase dan kapasitas saluran tidak sebanding dengan debit air yang mengalir.Untuk mengatasinya perlu adanya pembangunan saluran drainase, normalisasi, dan memperbesar dimensi saluran drainase. Permasalahan prioritas yang di hadapi terkait pengelolaan drainase lingkungan antara lain ;

1. Terbatasnya anggaran yang tersedia

Gambar 6.9. Sistem Aliran Sungai Di Kabupaten Pati

Tabel VI.42. KondisiEksisting Dainase yang ada di Kabupaten Pati Kelompok Fungsi Teknologi yang

digunakan

Jenis Data Sekunder

(Perkiraan) Nilai

Data Sumber Data

Pembuangan / daur ulang Saluran induk Panjang 59,703 Km Renstra DPU

Sungai Panjang 1,138,043 Km Renstra DPU

Jumlah 93 Buah Renstra DPU

Pengaliran Saluran sekunder Panjang 558,202 Km Renstra DPU

Penampungan awal Saluran tersier Panjang 1,078,440 Km Renstra DPU

User interface Kamar mandi Jumlah 157,186 Rumah Dinkes kab pati

Waduk Dan Embung

Waduk dan embung mempunyai fungsi utama sebagai pemasok air untuk keperluan irigasi, RKI, dan penanggulangan banjir. Beberapa lokasi embung yang telah diidentifikasi di wilayah studi dapat dilihat pada tabel.

Tabel VI.43. Inventarisasi Embung/Waduk Lapangan di Kabupaten Pati

No. Embung/Waduk Volume (m3) Fungsi

1 Bumimulya 33.600 Air Baku

2 Karangrejo 3.200 Air Baku

3 Kebonturi 3.125 Air Baku

4 Ngening 2.000 Air Baku

5 Arumanis 2.000 Air Baku

6 Gajah Kumpul 2.000 Air Baku

7 Tlogomojo 2.000 Air Baku

8 Bungsrejo 2.000 Air Baku

9 Tondokerto 1.800 Air Baku

10 Ketitang Wetan 1.500 Air Baku

11 Raci 1.500 Air Baku

12 Karangrejo 1.500 Air Baku

13 Plosojenar 3.500 Air Baku

14 Sejomulyo 1.200 Air Baku

15 Trimulyo 1.080 Air Baku

16 Pecangaan 900 Air Baku

17 Bulumulyo 900 Air Baku

18 Majong 750 Air Baku

19 Grogolsari 750 Air Baku

20 Sukopuluhan 750 Air Baku

21 Glonggong 750 Air Baku

22 Mantingan 750 Air Baku

23 Dukuhmulyo 750 Air Baku

24 Bata 625 Air Baku

25 Mojoluhur 625 Air Baku

26 Klayusiwalan 625 Air Baku

27 Bringin 560 Air Baku

28 Karangrejo 560 Air Baku

29 Lengkung 525 Air Baku

30 Plosorejo 500 Air Baku

31 Kedalon 450 Air Baku

32 Kepoh Kencono 450 Air Baku

33 Tondomulyo 5.250 Air Baku

34 Mangunlegi 438 Air Baku

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Tengah , 2006

Selain embung di Kabupaten Pati juga terdapat lumbung air yang dimanfaatkan untuk air minum maupun pertanian yang dapat

menjadi penampungan sementara air hujan sebagaimana pada tabel di bawah ini.

Tabel VI.44. Potensi Lumbung Air dan Pemanfaatannya Kabupaten Pati

No. Nama Lokasi

(Kec, Desa) Potensi (Ltr/dt) Pemanfaatan yang ada Luas Lahan (ha) Jarak ke Permukiman terdekat (m) 1 Sendang Sukolilo, Sukolilo 4 lt/dt Pertanian - 1000

2 Gayam Sukolilo, Sukolilo 6 lt/dt Pertanian - 1000 3 Kancil Sukolilo, Sukolilo 5 lt/dt Pertanian - 2000 4 Gletuk Sukolilo, Sukolilo 5 lt/dt

Pertanian, Air

minum - 750

5 Sb.Lawang Sukolilo, Sukolilo 12 lt/dt

Pertanian, Air

minum 57 200

6 Bak Kulon Sukolilo, Sukolilo 4 lt/dt

Pertanian, Air

minum 6 1000

7 Dudutan Sukolilo, Sukolilo 4 lt/dt

Pertanian, Air

minum 5 1000

8 Reco Sukolilo, Sukolilo 5 lt/dt

Pertanian, Air

minum 7 2000

9 Sidowayah Sukolilo, Sukolilo 17 lt/dt

Pertanian, Air

minum 110 500

10 Dandang Sukolilo, Sukolilo 6 lt/dt

Pertanian, Air

minum 9 1000

11 Tambang Sukolilo, Sukolilo 6 lt/dt

Pertanian, Air

minum 8 1000

12 Geneng Sukolilo, Sukolilo 3 lt/dt

Pertanian, Air

minum 4 1000

13 Sentul Sukolilo, Sukolilo 12 lt/dt

Pertanian, Air

minum - 100

14 Suntik Sukolilo, Sukolilo 7 lt/dt

Pertanian, Air

minum 5 2000

15 Ploso kuning Sukolilo, Sukolilo 16 lt/dt

Pertanian, Air

minum 50 500

16 Pacul Sukolilo, Kd. Winong 20 lt/dt Pertanian 63 1000 17 Tahunan I Sukolilo, Kd. Winong 4 lt/dt Pertanian 6 1200 18 Tahunan II Sukolilo, Kd. Winong 4 lt/dt Pertanian 6 1000 19 Bendo Sukolilo, Kd. Winong 9 lt/dt Pertanian - 100 20 Asem bosok Sukolilo, Kd. Winong 12 lt/dt Pertanian 11 100 21 Guwowareh Sukolilo, Kd. Winong 13 lt/dt Pertanian - 100 22 Pancuran

Sukolilo,

Sumbersoko 8 lt/dt Pertanian 15 1500

23 Pancuran Kayen, Jimbaran 8 lt/dt Pertanian 32 750 24 Dodo Kayen, Jimbaran 11 lt/dt Pertanian 23 500 25 Gebang Kayen, Durensawit 7 lt/dt Pertanian 12 100 26 Mangin Kayen, Slungkep 10 lt/dt Pertanian 28 1000 27 Beketel Kayen, Beketel 3 lt/dt Pertanian 5 1500 28 Sandang Kayen, Beketel 6 lt/dt Pertanian 10 1000 29 Kluweh Kayen, Purwokerto 5 lt/dt Pertanian 11 1000 30 Bonongko Kayen, Purwokerto 9 lt/dt Pertanian 46 1000 31 Kali cilik Kayen, Brati 8 lt/dt Pertanian - 2000

No. Nama Lokasi (Kec, Desa) Potensi (Ltr/dt) Pemanfaatan yang ada Luas Lahan (ha) Jarak ke Permukiman terdekat (m) 33 Pakis Tambakromo, Pakis 9 lt/dt Pertanian 17 2000

34 Dogo Tambakromo, Pakis 8 lt/dt Pertanian 13 2000 35 Latung Tambakromo, Wukirsari 7 lt/dt Pertanian 12 1000 36 Lumpit Tambakromo, Maitan 8 lt/dt Pertanian 10 1500 37 Larangan Tambakromo, Larangan 11 lt/dt Pertanian - 2000 38 Dungkutuk Tambakromo, Larangan 8 lt/dt Pertanian - 1500

39 Jibeng Sukokilo, Prawoto 16lt/dt Pertanian - 1500 40 Widodaren Sukokilo, Prawoto 20lt/dt Pertanian - 1000 41 Nyamplung Gembong, Plukaran 5 lt/dt Pertanian - 1000 42 Bl.Sampir Gembong, Gembong 7 lt/dt Pertanian - 1500 43 Poh Gading

Gembong,

Pohgading 3 lt/dt Pertanian - 500

44 Kd.Bulus Gembong, Kd.Bulus 7 lt/dt Pertanian - 1500 45 kemadoh Margorejo, Metaraman 8 lt/dt Pertanian - 1000 46 Ingas Margorejo, Metaraman 14 lt/dt Pertanian - 1000 47 Pengkol Margorejo, Metaraman 9 lt/dt Pertanian - 1000 48 Langse Margorejo, Metaraman 29 lt/dt Pertanian - 1000 49 Pulawang Margorejo, Pegandan 5 lt/dt Pertanian - 1000

50 Jenggolo Margorejo, Jenggolo 9 lt/dt Pertanian - 1000 51 Banyu urip

Margorejo,

Banyuurip 48 lt/dt Pertanian - 2000

52 Kd.Bulus Margorejo, Kd.Bulus 56 lt/dt Pertanian - 2000 53 Petruk Margorejo, Metaraman 51 lt/dt Pertanian - 1500 54 Jodoh Margorejo, Metaraman 59 lt/dt Pertanian - 1000 55 Ngemplak margorejo,

Muktiharjo 28 lt/dy Pertanian - 1500

56 Tombro Pati, Payang 13 lt/dt Pertanian - 2000

57 Pojok Songo Pati, Mulyoharjo 13 lt/dt Pertanian - 1000 58 Sani Tlogowungu, Tamansari 10 lt/dt Pertanian - 200 59 Tretes Tlogowungu, Regaloh 8 lt/dt Pertanian - 1000 Sumber : Dinas PU

Identifikasi Daerah Banjir

Provinsi Jawa Tengah Bagian Utara/pantai utara adalah merupakan daerah rawan banjir terutama pada musim hujan yaitu antara bulan November – Maret, dan Kabupaten Pati adalah salah satu Wilayah Sungai yang berada di pantai utara Jawa Tengah. Pada Musim

penghujan, banjir yang terjadi di Kabupaten Pati disebabkan antara lain :

 Profil sungai tidak dapat menampung debit yang mengalir (meluap), disebabkan adanya endapan sedimen yang cukup besar.

 Tanggul banjir, pada sebagian besar sungai utama dalam kondisi kritis terutama Sungai Juana.

Dampak/akibat banjir yang terjadi di Kabupaten Pati, selain menghambat hubungan darat (lalu lintas dan perekonomian) disamping itu juga menggenangi daerah pemukiman di desa/kota dan area pertanian (sawah). Pada sebagian kasus banjir, permasalahannya terdiri dari gabungan masalah drainase internal/eksternal akibat debit maksimum di sungai berasal dari hujan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu maupun dari hujan deras yang terjadi di bagian hilir, serta kurangnya drainase internal akibat gradien kemiringan yang rendah akibat lahan yang berlereng rendah, sementara ketinggian sungai dan saluran drainase yang ada relatif lebih tinggi dari lahan.

Pada tahun-tahun terakhir ini, beberapa kali kejadian banjir sering terjadi di Kabupaten Pati ini terutama diakibatkan adanya pengrusakan/penebangan hutan di bagian hulu DAS sehingga menimbulkan peningkatan dan percepatan aliran permukaan (runoff). Hal ini mengakibatkan beban sedimen yang tinggi akan mengakibatkan pelumpuran yang lebih cepat, kemudian terjadilah penurunan fungsi sungai dan sistem pengendalian banjir. Kurangnya pemeliharaan sungai dan sistem pengendalian banjir yang ada juga merupakan salah satu penyebab utama terjadinya banjir. Dari hasil studi yang ada, muncul beberapa pendapat tentang berbagai upaya untuk pengendalian banjir konsekuensinya terhadap kelangsungan perekonomian. Kerugian yang ditimbulkan dapat secara langsung langsung (seperti sawah rusak dan tergenang) dan kerugian tidak langsung (seperti terhambatnya lalu-lintas akibat jalan terendam/terputus karena banjir). Masalah banjir mempunyai pengaruh besar terhadap keselamatan/kesejahteraan masyarakat dan sekaligus terhadap kegiatan ekonomi. Hampir semua upaya pengendalian banjir membutuhkan biaya investasi yang tinggi. Akan tetapi, dalam hal ini sulit untuk memprediksi keuntungan akibat dari upaya pengendalian banjir termasuk dampak sekunder yang diakibatkan oleh upaya tersebut. Tingkat pengaruh ini bervariasi antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Tabel VI.45. Genangan Banjir di Kabupaten Pati Akibat Luapan Sungai 2006. No. Kecamatan Luas Genangan

(Ha)

Jml

Rumah Sungai penyebab banjir

1 Pati 240 - Simo

2 Pati 319 - Juana

3 Margarejo 273 - Juana

No. Kecamatan Luas Genangan (Ha)

Jml

Rumah Sungai penyebab banjir

5 Gabus 1.777 - Dunggong, Kd. Lumbung

6 Sukolilo 869 - Dunggong

7 Jakenan 683 - Juana, Sentul

8 Juana 427 182 Juana

Jumlah 5.088 182

Sumber : Data Banjir Kabupaten Pati Tahun 2006 .

Daerah rawan banjir akibat kondisi tanggul kritis, penyempitan sungai maupun pendangkalan sungai di Kabupaten Pati mencakup daerah yang sangat luas sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel VI.46. Lokasi Banjir Akibat Luapan Sungai di Kabupaten Pati 2005

No. Nama Sungai Lokasi Banjir Keterangan

1 S. Kersulo Dukuh Cangkring Desa Payang Kecamatan Pati

2 S. Simo Kecamatan pati (purworejo – Gadingreo) Akibat Pendangkalan

3 S. Sani Kecamatan Pati Akibat Pendangkalan

4 S. Gadu Desa ngemplak Lor, Margotuhu Kidul kecamatan Margoyoso

Sedimentasi tinggi

5 S. Kuro Daerah Hilir Sungai Menggenangi tambak

dan pertanian

6 S. Sat Desa Cebolek, Desa Waturejo Kecamatan Tayu Penyatuan Sungai Sagen, Sumber dan Galarum

7 S. Suwatu Desa Bulumanis Kecamatan Margoyoso Tanggul bobol dan pendangkalan

8 S. Pangkalan Daerah hilir sungai pada daerah tambak dan sawah

9 S. Pangarep Daerah Hilir sungai

10 S. Sentul Desa Mantingan tengah, Sembatur Agung, Tondokerto, Glonggong, bungasrejo Kecamatan jakenan

Perlu normalisasi sungai dan tanggul sungai

11 S. Kedunglo Kecamatan Winong Tidak ada tanggul,

penyempitan sungai 12 S. Triguno Kecamatan Winong

13 S. Gono Kecamatan Winong Meluap sampai ke jalan

14 S. Tumpang Desa Pulorejo dan bumiharjo Kec Winong

15 S. Maling Kecamatan Jakenan Berbatasan langsung

dengan jalan raya yang menuju Desa Sembatur Agung

16 S. Randugunting Desa Tamansari, Manjang Dan Sumber Agung Sering banjir bandang, sedimentasi tinggi

17 S. Widodaren Kecamatan Jaken Sering meluap

18 S. Bapoh Dukuh Triwil Dan Masong, Desa Margorejo, Ngepungrejo, Sinoman Kecamataan Wedarijaksa

Menggenangi

persawahan dan pemukiman

19 S. Gungwedi Desa Wedari, Pagerharjo, Desa Gempul-> persawahan; dan Desa Ngurenrejo, Margomulyo, Ngurensiti-> perkampungan, Kec

Banjir terakhir terjdi 15 Agustus 2005

No. Nama Sungai Lokasi Banjir Keterangan terakhir 1982.

20 S. Mangin Desa Kayen, Trimulyo Kecamatan Kayen Banjir bandang, terjadi pendangkalan

21 S. Slungkep Desa Kayen Kec Kayen Akibat pendangkalan dan penyempitan 22 S. Karang Desa Pasuruan, Srikaton Terjadi pendangkalan

dan penyempitan

23 S. Cilik Desa Pasuruan Terjadi pendangkalan

dan penyempitan Sumber : Data Ranting Kabupaten Pati, 2005

Data kejadian banjir yang terjadi pada akhir tahun 2003 sampai awal tahun 2005 dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel VI.47. Kejadian Banjir di Kabupaten Pati Tahun 2003-2005 No Nama Sungai

Waktu Kejadian Tanggal/ Jam

Lokasi: (Desa,

Kec, Kab) Sebab/Akibat Tahun 2003/2004 1 Sal. Sekunder Guyangan dan Karangmalang 20-11-2003 19.00 WIB Desa Karangmalang, Desa Guyangan Kecamatan Jakenan

Tanggul bobol Sal, Guyangan – p= 5 m, l= 3,25 m, t= 2 m Tanggul bobol Sal. Karangmalang – p=3 m; l= 1,4 m; t= , m

2 Sal. Induk Cabean 23-11-2003 03.00 Wib

Ds Guyangan Kec Winong

Tanggul Kanan bobol p= 3,50 m; k= 4,50 m; t= 6 m

3 Sungai Kuro 27-11-2003 17.00 WIB

Ds Margoyoso Kec Margoyoso

Tanggul kiri bobol P=30 m, l=4 m, t=2 m

4 Sungai Sat 27-11-2003

17.00 WIB

Ds Tunjungrejo Kec Margoyoso

Tanggul kiri bobol 10 tempat 5 Sungai Dunglo 2-12-2003 04.00 WIB Ds Guyangan Kec Winong Tanggul bobol P=15 m, l=11 m, t=6,8 m 6 Sungai Godo 12-01-2004 04.30 WIB Ds Penanggungan Kec Gabus

Tangul bobol 2 lokasi Tanggul longsor 2 lokasi 7 Sungai Dunggong 12-01-2004

01.00 WIB

Ds Tambakromo Kec

Tambakromo

Tanggul kiri bobol P=6 m, l=3 m, t=2 m 8 Sal. Sek Gebang 12-01-2004 Ds Sambirejo

Kec Gabus Tanggul bobol P=10 m, l=7 m, t=1,3 m 9 Sungai Ngeluk 21-01-2004 15.00 WIB Ds Tambakromo Kec Tambakromo

Bendung Bertek pas tengah Bag. Kanan hilir Longsor P=9 m, t=4,9 m 10 Sungai kersulo 21-02-2004 15.00 WIB Ds Widorokandang Kec Pati

Hujan terjadi genangan di jalan desa

Tahun 2004/2005

1 Sungai Bapoh 5 Des 2004 16.00 WIB

Ds Simongan, Ds Margorejo Kec. Pati

Tanggul bag. Kiri bobol: -p=4m,l=2m,t=0,7m -p=4m,l=2m,t=0,7m

No Nama Sungai

Waktu Kejadian Tanggal/ Jam

Lokasi: (Desa,

Kec, Kab) Sebab/Akibat -p=8m,l=1,75m;t=0,8m -p=9m

-p=15,l=2,25,t=3m, Curah hujan 26 mm 2 Sungai Golan/ Sal. Sek.

Pangkalan

6 Des 2004 Ds Krandan, Kec. Trangkil

Tanggul bag. Kanan bobol: -p=10m,l=2,5m,t=3m, Bag. Kiri Longsor

-p=4m, l=1,5m,t=2m 3 Sungai Suwatu 31 Jan 2005

13.30 WIB

Ds Bulumanis Kidul Kec. Margoyoso

Tanggul bobol pada Bag. Kiri -p=5m;l=2,5m;t=2,5m -p=15m;l=2,5m;t=2m Rumah hanyut 1 buah Rumah rusak 13 buah

Tanggul Kanan hilir Bd Ngemplak 4 Sungai Winong(D I Pangkalan) 31 Jan 2005 13.30 WIB Ds Sidomukti Kec. Margorejo

Tanggul Kanan hilir Bd Ngemplak

Longsor –p=15m;l=2m;;t=5m 5 Sungai Golan/ Sal. Sek.

Pangkalan 31 Jan 2005 02.30 WIB Ds Tlutup, Krandan Kec Trangkil

Tanggul kiri Sungai Golan longsor

-p=3m;l=3m;t=1m -p=1m;l=2,5m;t=1m

Tanggul kanan Sal.Sek. Pangkalan

-p=8m;l=1,5m ;t=2 m Curah Hujan 30 mm 6 Sungai Bapoh 7 Jan 2005

17.00 WIB

Ds Simongan, DS Margorejo Kec Pati & Wedarijaksa

Tanggul Kiri bobol -p=8m;l=2m;t=1,5m -p=1m;l=2m;t=1,5m -p=10m;l=2,5m;t=2,5m Tanggul Kiri bobol -p=3m;l=2,5m;t=3m

-p=3m;l=2,5m;t=3m Curah hujan 51 mm 7 Sungai Godo 5 Jan 2005

23.30 WIB

Tambahmulyo Kec. Gabus

Tanggul longsor kiri panjang 66 m, lebar 2 m, dan tinggi 3 m 8 Sal. Sek. Trowolu 16 Jan 2005

00.30 WIB

Ds Kuniran Kec. Batangan

Pasangan dan tanggul longsor -p= 2 m;l=2m; t=1,1m

9 Sungai Pakis 16 Jan 2005 18.30 WIB

Ds Kedungsari Kec. Tayu

Sayap Bd. Pakis Hilir Kanan -p=6m;l=0.5;t=2,5m Tanggul bobol kiri -p=3m;l=1m;t=1m Curah hujan 180 mm 10 Sungai Sungon tengah

Sungai Lencer 16 Jan 2005 08.30 WIB Ds. Jepat Lor, jepat Kidul, Tanggulsari Kec. Tayu Tanggul Limpas Curah hujan 180 mm

11 Sungai Gadu 16 Jan 2005 08.30 WIB

Ds Semerak, Margotuwu Kec. Margoyoso

Tanggul bobol bag. Kanan -p=3m;l=1,5m;t=m -p=5m;l=1,5m;t=1m

No Nama Sungai

Waktu Kejadian Tanggal/ Jam

Lokasi: (Desa,

Kec, Kab) Sebab/Akibat 12 Sungai Bapoh 17 Januari 2005 Ds sinoman kec.

Pati

Tanggul kiri bobol, l=26m; t=2m 13 Sungai Bapoh 17 Januari 2005 Ds Margorejo

Kec. Margorejo

Tanggul kanan bobol, l=5m;t=2,5m

14 Sungai Godo 17 Januari 2005 Desa

Tambahmulyo

Tanggul kiri

longsor,l=66m;t=3m Sumber: Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah 2005

Dalam musim penghujan, banjir yang terjadi di wilayah studi disebabkan antara lain :

- Profil sungai yang tidak dapat menampung debit yang mengalir (meluap), disebabkan adanya endapan sedimentasi yang cukup besar.

- Tanggul sebagian besar sungai utama dalam kondisi kritis. Sebagian besar kasus banjir di wilayah studi terdiri dari gabungan masalah drainase internal maupun eksternal yang diakibatkan oleh aliran puncak (debit maksimum) yang berasal dari hujan di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu.

Setiap tahunnya sungai di Kabupaten Pati bagian pantai senantiasa meluap ke daerah pertanian dan pemukiman penduduk di sekitar hilir. Adapun penyebab utama masalah banjir di wilayah ini adalah :

- Terjadinya pengempangan akibat tertutupnya muara oleh

sedimen dan kurang lancarnya pengaliran air, sementara debit sungai relatif tinggi.

- Kapasitas tampung alur sungai tidak memadai dan saluran

drainase tidak memadai.

- Kurang berfungsinya sistem drainase yang ada karena

kemiringan lahan yang relatif kecil.

- Kerusakan akibat penggundulan/penebangan liar di daerah

hulu.

- Bertambahnya debit banjir akibat rusaknya hutan di daerah

tangkapan air. 2) Aspek Pendanaan

Pendanaan saluran drainase permukiman berasal dari APBD. Untuk sungai / saluran primer berasal dari APBD 1 dan APBN sesuai kewenangan pengelolaan saluran.

3) Kelembagaan

Terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan yang menjadi tanggung jawab dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pati. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 12 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah dan satuan polisi pamong praja, Dinas Pekerjaan Umum merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Pati, oleh

karena itu DPU merupakan unsur pendukung tugas Bupati di bidang lingkungan. Urusan drainase ditangani oleh bidang Sumber Daya Air, Energi dan Sumber Daya Mineral, dibawah seksi pembangunan dan pengairan.

4) Peraturan Perundangan

Di Kabupaten Pati praturan drainase lingkungan masih mengacu UU sumber daya air dan PP tentang sungai. Peraturan daerah terkait drainase belum dimiliki Kabupaten Pati. Dengan Perda drainase diharapkan adanya pengaturan untuk beberapa hal sebagai berikut : 1. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam

menyediakan drainase lingkungan

2. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan

3. Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk menyediakan sarana drainase lingkungan dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder

4. Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan.

5) Peran Serta Swasta dan Masyarakat

Kesadaran masyarakat dalam pembangunan drainase di Kabupaten Pati cukup tinggi. Mereka sudah sadar akan pentingnya drainase dalam hal mencegah banjir. Sebagian masyarakat juga dengan kesadaran sendiri ikut membersihkan drainase di lingkungan tempat tinggal mereka.

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Drainase 1) Identifikasi Permasalahan Drainase

- Belum semua masyarakat terbebas dari genangan yang diakibatkan oleh buruknya drainase di masing-masing rumah. Berdasarkan data survey EHRA, sebanyak 16,5% penduduk memiliki masalah genangan.

- Berdasarkan survey EHRA, dari masyarakat yang mengalami kejadian banjir menyatakan bahwa kejadian banjir yang rutin sebesar 11,6% sedangkan yang tidak rutin sebesar 12,9%. Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah juga harus mendapatkan perhatian. Berdasarkan data survey EHRA, belum semua masyarakat terbebas dari genangan yang diakibatkan oleh buruknya drainase di masing-masing rumah. - grey water masih bercampur dengan saluran drainase, belum

ada sumur resapan

- Akibat alih fungsi lahan mengakibatkan banyak kawasan yang lebih rendah sebagai tempat parkir air (retarding pond) , lahan basah (wet land) seperti rawa, situ dan embun yang ditimbun sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan sistem drainase untuk mengeringkan kawasan terbangun dan

- Kondisi drainase sudah ada tapi belum berfungsi secara maksimal:

- Terjadinya penggerusan dan terbawanya material saluran oleh aliran air, sehingga terjadi pendangkalan dan sedimentasi yang mengakibatkan terjadinya penyempitan dimensi saluran drainase.

- Sungai besar yang berfungsi sebagai saluran pembuangan akhir mengalami sedimentasi pada muara sungainya dan tidak mampu menampung debit air pada saat-saat tertentu

- Faktor perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran drainase juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya genangan. Kebiasaan masyarakat membuang sampah di saluran drainase juga dapat menyebabkan genangan bahkan pada musim penghujan dapat menyebabkan banjir.

- Pada aspek perencanaan, Belum adanya masterplan drainase Kabupaten Pati dan Kurangnya lahan untuk lokasi sarana dan prasarana drainase

- Pada aspek kelembagaan, Kelengkapan perangkat aturan dan kelembagaan yang masih terbatas yang menyangkut mekanisme penglibatan masyarakat, bentuk dan struktur organisasi pengelola, regulasi maupun proses penyusunan rencana

- Permasalahan aspek pendanaan ; Sumber dana belum sesuai kebutuhan dan belum adanya master plan drainase mempengaruhi turunnya bantuan dana

- Perilaku masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase dan pembangunan fisik yang tidak memperhatikan garis sempa dan saluran menyebabkan