• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan a Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Gambar Komposisi Biaya Operasional PDAM

9. Peraturan Bupati Pati No 15 Tahun 2009 tentang Izin Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air

6.4.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan a Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Isu strategis pengembangan air limbah permukiman Kabupaten Pati didasarkan pada isu strategis permasalahan air limbah domestik yang telah diidentifikasikan dalam buku putih sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Isu strategis tersebut akan menjadi panduan dalam penyusunan perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Pati dalam 5 tahun mendatang. Adapun isu strategis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman belum merata di seluruh wilayah .

2. Rendahnya kesadaran masyarakat dan kurangnya pemberdayaan potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaaan air limbah. 3. Lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat

peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman.

4. Kelembagaan air limbah yang meliputi kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) masih rendah, kurang koordinasi antar instansi pengelola air limbah

5. Terbatasnya sumber pendanaan penanganan pengelolaan air limbah.

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman 1) Aspek Teknis

Sarana penanganan air limbah permukiman di Kabupaten Pati pada umumnya ditangani secara on site siytem, yang biasanya terdiri dari:

 Sarana pengumpul : jamban dengan cubluk atau septic tank

 Sarana pengangkut : truk tinja

 Sarana pengolahan : Intalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

 Dinas Pekerjaa Umum Kabupaten Pati yang berperan dalam penyediaan prasarana dan sarana sanitasi permukiman/ domestik sistem on site.

 Badan Lingkungan Hidup kabupaten pati yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan di kabupaten Pati. Sistem pengolahan air limbah yang ada di Kota Pati hampir sepenuhnya menerapkan sistem on site di mana pada tiap rumah atau bangunan memiliki sarana pengolahan sendiri dalam bentuk septicktank.

a) Kondisi Sanitasi Rumah Tangga

Di Kota Pati, sebagian besar masyarakat telah melakukan pengelolaan air limbah rumah tangganya, namun beberapa kawasan permukiman hanya memiliki sarana pendukung yang masih terbatas. Masih dijumpai di lingkungan permukiman belum tersedia sarana sanitasi yang memadai sehingga bila tidak segera ditangani dikuatirkan akan mencemarkan lingkungan hidup di sekitarnya.

Pengelolaan limbah cair rumah tangga di Kota Pati, baik limbah dari toilet (black water) maupun limbah air cucian dan kamar mandi (grey water) masih menggunakan sistem setempat (on site). Kota Pati hingga saat ini belum memiliki sistem pengelolaan air limbah secara terpusat (off site) atau dengan sistemsewerage. Pengelolaaan limbah cair domestik dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

• Sistem pembuangan air limbah yang berasal dari toilet dialirkan ke dalam septic tank (tangki septik) dan air limpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau dibuang ke saluran umum

• Air limbah non toilet yang berasal dari mandi, cuci dan buangan dapur dibuang langsung ke saluran umum/sungai

Dalam Dokumen Memorandum Program Sanitasi, dari hasil study EHRA terhadap pertanyaan dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar didapatkan hasil seperti pada tabel berikut .

Tabel VI.20. Tingkat Pelayanan dan Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah No Prasarana Pembuangan Air Limbah Jumlah % Pengguna

1 Jamban Pribadi 3,344 89.37% 2 WC Umum 61 5.10% 3 Selokan 87 1.25% 4 Badan Air 59 1.73% 5 Kebun 81 2.55% 4,932 100% Sumber : Olah data survey EHRA, 2012

- Pengelolaan air limbah dilakukan oleh masyarakat sendiri. Mayoritas penduduk sebanyak 89,37 % memiliki jamban pribadi. WC umum sebanyak 5, 10%. Sisanya masih banyak yang tanpa melalui pengelolaan terlebih dahulu, karena langsung di buang ke badan air/sungai sebanyak 1,73%, dibuang ke alam (kebun, halaman, jalan) sebanyak 2,55% dan di saluran terbuka 1,25%. - Dalam pengelolaan air limbah, terdapat payung hukum

yang mengatur tentang tatacara dan tatalaksana pengelolaan air limbah di Kabupaten Pati, yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Pati No 3 Tahun 2003 tentang pembuangan air limbah dan Peraturan Bupati No. 15 Tahun 2009 tentang ijin pembuangan air limbah ke air atau sumber air serta Peraturan Bupati No. 60/2010 tentang rencana penerapan dan pencapaian standar pelayanan minimal BLH Kabupaten Pati.

b) Kondisi Sanitasi di Sarana Umum

Tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang disediakan badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap, memiliki fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan limbah) untuk kebersihan dan kesehatan di lingkungan. Tempat- tempat umum yang sehat berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakan menggunakan fasilitas umum tersebut untuk berbagai kepentingan.

Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang vektor penyakit yang dapat menimbulkan atau menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Pengawasan sanitasi Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU dan TPM). c) Kondisi Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT)

Teknologi pengolahan limbah cair domestik/rumah tangga diproses dengan sistem on site treatment dengan teknologi anaerob. Limbah cair dari tangki septik dibuang ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) melalui jasa perusahaan penyedot tinja swasta dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pati. IPLT Pati berada di TPA Sukoharjo.

Cara yang digunakan yakni dengan lahan buang tinja yang kemudian disalurkan ke beberapa bak penampungan,

kemudian diangkat ke permukaan untuk dijadikan bahan campuran pupuk organik.

Dinas Pekerjaan Umum hingga saat ini hanya memiliki 1 buah truk penyedot tinja dengan rata-rata penyedotan tinja perhari 8-12 meter kubik. Tarif yang dikenakan antara pemerintah dan swasta berbeda. Pemerintah menerapkan biaya Rp 100 ribu per 4 sampai 6 meter kubik. Sedangkan perusahaan swasta bertarif Rp 125 ribu sampai Rp 150 ribu untuk volume tinja yang sama.

DPU juga membangun MCK komunal. Secara teknis MCK DPU dilengkapi dengan pengolah air limbah secara sederhana yaitu dengan septik tank bersusun di mana diharapkan air limbah yang keluar sudah memiliki kualitas yang dapat didegradasi oleh lingkungan.

Beberapa kondisi yang ada di IPLT ini adalah:

• Kolam-kolam pengolahan IPLT tersebut mengalami pendangkalan, sehingga menjadi kendala dalam operasional karena volume pengolahan kolam menjadi berkurang

• Prasarana dan sarana di lokasi IPLT kurang memadai, seperti fasilitas kantor yang mengalami kerusakan akibat banjir dan rob

• Kondisi jalan akses menuju ke lokasi IPLT dalam kondisi kurang baik

• Belum tersedianya sumber air bersih

• Kondisi jalan di dalam lingkungan lokasi IPLT yang rusak • Presentase pelayanan baru mencapai 30%.

d) Cakupan Pelayanan

Cakupan layanan IPLT yang berjalan saat ini mecakup sekitar 12 Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada. Sistem pengolahan air limbah yang ada di Kabupaten Pati hampir sepenuhnya menerapkan sistem on site di mana pada tiap rumah atau bangunan memiliki sarana pengolahan sendiri dalam bentuk septic tank. Sebagian besar masyarakat telah melakukan pengelolaan air limbah rumah tangganya, namun beberapa kawasan permukiman hanya memiliki sarana pendukung yang masih terbatas. Masih dijumpai di lingkungan permukiman belum tersedia sarana sanitasi yang memadai sehingga bila tidak segera ditangani dikuatirkan akan mencemarkan lingkungan hidup di sekitarnya.

Pemerintah Kabupaten Pati melalui Dinas Tata Kabupaten sudah membangun prasarana dan sarana mandi, cuci, kakus (MCK) dan IPLT Komunal skala lingkungan di daerah atau kawasan dengan kriteria kawasan perKabupatenan kumuh

dan mayoritas penduduknya miskin. Sampai tahun 2014 MCK yang dibangun sebanyak 2 buah dengan jumlah pengguna 64 KK.

e) Aspek Pengumpulan dan Penampungan / Pengolahan Awal - Dari hasil survey EHRA diatas yang yang menjadi

permasalahan adalah Dari 89.37% yang memiliki jamban pribadi, baru 35% termasuk jamban sehat dan 65 % jamban tidak sehat. Jamban (baik jamban individual, bersama dan jamban umum) dapat dikatakan sehat apabila jamban tersebut telah memiliki pengolahan/pengumpulan tinja yang dapat Mencegah kontaminasi tinja ke badan air (air sungai, air tanah), Mencegah kontak antara manusia dengan tinja, membuat tinja tidak dapat dihinggapi lalat atau serangga vektor lainnya, serta binatang liar atau binatang peliharaan, mencegah buangan dari menimbulkan bau, serta, konstruksi dudukan dibuat dengan baik dan aman.

- Dengan demikian, jamban sehat lebih dilihat pada sistem pengolahan dan pengumpulannya daripada konstruksi bangunan atasnya (dinding, atap, tipe kloset). Selama seseorang memiliki jamban dengan kriteria seperti diatas, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut sudah tidak melakukan BABS, walaupun konstruksi dinding terbuat dari bambu atau plastik dan tanpa atap.

- Septik tank harus dikuras secara berkala untuk mengambil lumpur yang sudah mengendap. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengurasan septictank yang dapat menyebabkan tercemarnya air tanah. - Lumpur tinja disedot dengan mobil truk tinja untuk

selanjutnya dibuang ke IPLT untuk diproses lebih lanjut. Di Kabupaten Pati, hasil pengurasan lumpur tinja pada saat tangki septik dikosongkan yang dibuang di sungai sebesar 10% dikubur di halaman sebesar 9%, dikubur di tanah orang lain sebanyak 2% dan 79% tidak tahu. Dengan melihat data tersebut, dalam hal pembuangan lumpur tinja masih menjadi permasalahan serius dan berpotensi mencemari lingkungan.

- Prinsip utama tempat pembuangan tinja adalah suatu wadah atau tempat yang mampu menjaga atau mencegah tinja tersebut tidak mencemari air terutama air untuk sumber air minum dan tidak mencemari tanah. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu

dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.

f) Aspek Pengangkutan / Pengaliran

- Hanya ada 1 unit truk penyedot tinja, kendaraan operasional belum mencukupi

- Mobil sedot tinja masih ada yang membuang kotorannya ke bantaran sungai

g) Aspek Pengolahan Akhir Terpusat

- Pengelolaan sanitasi khususnya dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Pati pada saat ini belum tersedia sarana instalasi pengolahan air limbah (IPAL) domestik, khususnya untuk air limbah rumah tangga (grey water) dan air limpasan dibuang langsung ke sistem drainase. Sedangkan untuk limbah black water seperti limbah dari kamar mandi (tinja) menggunakan pengolahan setempat (on site system). Pembuangan lumpur tinja dilakukan di IPLT, yang terdapat di TPA Sukoharjo. Pemanfaatan IPLT masih rendah

- Khusus untuk pengelolaan limbah black water yang dikelola masyarakat baru dibangun biogas untuk pemanfaatan tinja sebanyak 7 unit di lingkungan pondok pesantren yang tersebar di kecamatan Margoyoso, Trangkil, Tayu dan Wedarijaksa.

- Untuk industri kecil tapioka, perbandingan antara pengrajin yang mengolah limbah dan yang tidak persentasenya lebih besar yang tidak mengolah limbahnya, mengingat kapasitas IPAL Komunal yang dibangun oleh pemerintah tidak sebanding dengan kapasitas air limbah yang dihasilkan oleh proses pembuatan tepung tapioka tersebut.

- Air limbah yang dikeluarkan dari proses-proses yang dikeluarkan produksi tapioka di sentra industri kecil Kecamatan Margoyoso dibuang langsung ke sungai Suwatu, Sungai Bango dan ke sawah tanpa diolah terlebih dahulu. Setiap hari sekitar 10.000-12.000 meter kubik limbah cair dihasilkan dan mengalir di Sungai- sungai yang melintasi wilayah Margoyoso.

- Belum dilakukan praktek pendeteksian kualitas limbah - Dengan demikian Kapasitas pelayanan eksisting skala

Tabel VI.21. Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kabupaten Pati Tahun 2014 Prasarana dan

sarana Jumlah Kapasitas

Sistem Pengelolaan Lembaga Pengelola Keterangan Kondisi Truk tinja 1 unit 4 m3 On Site,

dibuang ke IPLT DPU Baik

IPLT 1 unit N/A N/A DKP Perlu

optimalisasi IPAL - - - - - IPAL BIOGAS 7 Unit DI Pondok Pesantren Margoyoso, Trangkil, Tayu dan Wedarijaksa

25 m3/hari On Site Pondok

Pesantren Baik

Sumber : Olahan Data Buku Putih Sanitasi Kab. Pati, 2012

Tabel VI.22. Cakupan Pelayanan SistemOn SiteKabupaten Pati Tahun 2014

No. Kecamatan

Jumlah PS Sanitasi sistem onsite

Pengumpulan pengolahan Jamban keluarga (%) MCK (%) Lainnya (%) Septik tank (%) Cubluk (%) Lainnya (%) 1 Sukolilo 74.4 0.54 - 45.8 - - 2 Kayen 64.0 - - 56.8 - - 3 Tambakromo 97.6 - - 82.2 - - 4 Winong 98.3 - - 60.4 - - 5 Pucakwangi 40.0 - - 28.4 - - 6 Jaken 36.2 - - 25.6 - - 7 Batangan 59.4 - - 45.0 - - 8 Juwana 69.1 - - 64.3 - - 9 Jakenan 75.1 - - 30.3 - - 10 Pati 96.2 - - 93.8 - - 11 Gabus 93.0 0.33 - 57.7 - - 12 Margorejo 55.4 - - 34.9 - - 13 Gembong 76.0 - - 45.1 - - 14 Tlogowungu 93.6 - - 85.4 - - 15 Wedarijaksa 56.4 - - 30.8 - - 16 Trangkil 85.0 - - 63.8 - - 17 Margoyoso 76.5 - - 64.1 - - 18 Gunungwungkal 66.1 - - 40.6 - - 19 Cluwak 77.5 - - 67.4 - - 20 Tayu 73.9 - - 46.0 - - 21 Dukuhseti 81.8 - - 71.7 - - Jumlah 67.4 0.04 - 46.2 - -

Tabel VI.23. Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat

Sumber : Olahan Data Buku Putih Sanitasi Kab. Pati, 2012

Tabel VI.24. Parameter Teknis Wilayah Kabupaten Pati Tahun 2014

Sumber : Olahan Data RP3KP Kab. Pati, 2012