• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Perum Perhutani KPH Jember

STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PETAN

Bab ini akan menjelaskan sumber pendapatan rumahtangga petani dan tingkat pendapatan yang diperoleh dari sumber pendapatan tersebut. Pendapatan rumahtangga dibedakan berdasarkan sumber nafkahnya, yaitu sumber nafkah yang berasal dari sektor pertanian (on farm-off farm) dan sektor non-pertanian (non-farm). Pendapatan pada sektor pertanian bagi rumahtangga berasal dari dua basis lahan, yakni lahan PHBM dan Non-PHBM serta pendapatan dari upah sebagai buruh tani. Pendapatan pada sektor non-pertanian merupakan penghasilan bagi rumahtangga di luar sektor pertanian, meliputi buruh bangunan, berdagang warung, jual-beli motor, menjual ternak, pegawai PNS/swasta, uang kiriman (transfer payment) dan lain sebagainya.

Jumlah pendapatan setiap rumahtangga tergantung dari luas lahan yang digarapnya. Semakin luas lahan yang digarap maka semakin tinggi pendapatan yang diperolehnya. Ada faktor lain di luar hal itu yang menentukan tinggi- rendahnya pendapatan di setiap musim panennya, yakni adanya gagal panen yang disebabkan oleh serangan hama/wereng dan harga jual dari komoditi pertanian itu sendiri pada saat musim panen. Hal demikian seringkali membuat rumahtangga merugi karena telah mengeluarkan biaya usahatani namun hasil panen yang diperoleh minim. Pendapatan usahatani rumahtangga hanya diperoleh dari satu kali panen saja per tahunnya. Hal ini disebabkan kondisi iklim dengan curah hujan rendah apalagi ketika musim kemarau tiba. Jenis sawah/ladang tadah hujan yang perlu pengairan mengalami kesulitan air pada musim tersebut. Belum ada sistem irigasi yang dapat menyuplai air bagi lahan pertanian di wilayah desa. Oleh karena itu, lahan-lahan pertanian sering mengalami kekeringan pada setiap musim kemarau.

Pendapatan On Farm

Lahan merupakan modal utama untuk melakukan kegiatan usahatani. Penelitian ini membagi lahan pertanian ke dalam dua kategori, yakni lahan PHBM dan lahan non-PHBM. Kedua kategori lahan tersebut dimiliki dan dikuasai oleh setiap responden. Pola kepemilikan dan penguasaan lahan oleh masing-masing responden berbeda di setiap kategori. Pada umumnya, baik di lahan PHBM maupun lahan non-PHBM, ditanami tanaman pangan, seperti padi, ketela jagung, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Setiap musimnya, diperoleh penghasilan dari usahatani tanaman pangan tersebut. Hasil usahatani memberikan kontribusi bagi total pendapatan rumahtangga petani.

Tingkat Pendapatan Lahan Andil PHBM

Pendapatan yang dihitung merupakan hasil usahatani di lahan andil PHBM selama tahun 2013. Selama kurun waktu setahun hanya didapatkan satu kali musim panen dari usahatani di lahan tersebut. Jenis tanaman yang ditanam di lahan ini berupa tanaman pangan seperti padi, jagung, ketela, kacang-kacangan dan buah-buahan. Tabel 15 menyajikan tingkat pendapatan rumahtangga petani yang dikategorikan ke dalam tiga tingkatan, yakni rendah, sedang, dan tinggi

50

dengan banyaknya jumlah responden yang terkategori ke dalam tiga tingkatan tersebut.

Tabel 15 .

Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan lahan andil PHBM di Desa Seputih tahun 2013

Tingkat pendapatan per tahun Jumlah Persentase (%)

Rendah ( ≤ Rp 3 768 000,-) 14 40

Sedang(Rp 3 787 000 - Rp.10.000.000,-) 13 37.1

Tinggi ( ≥ Rp 10 000 000,-) 8 22.9

Total 35 100

Sumber: analisis data primer 2014

Tabel 15 memperlihatkan bahwa hampir lebih dari separuh total responden berada pada tingkat pendapatan rendah yakni sebesar 40% responden, persentae responden yang mendapatkan pendapatan yang tergolong pada kategori tinggi hanya 22,9 % responden sementara 37,1% sisanya tergolong dalam kategori sedang . Fenomena ini erat hubungannya dengan adanya perbedaan penguasaan lahan andil PHBM oleh masing-masing responden. Tinggi/rendahnya pendapatan yang diperoleh rumahtangga tergantung dari luas lahan yang digarapnya. Semakin luas lahan garapan maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Hal itu pun masih dapat dipengaruhi oleh adanya gagal panen dan harga komoditi pertanian di pasaran. Selain hal tersebut tingkat kesuburan tanah juga menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan pendapatan masing masing responden.

Sebaran Tingkat Pendapatan di Lahan PHBM dan Luas Lahan Andil Dalam PHBM

Lahan merupakan modal utama petani dalam mengupayakan usahataninya. Lahan menjadi aset berharga petani karena dari lahan tersebut diperoleh penghidupan bagi rumahtangganya. Petani menggarap lahan PHBM untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga. Luas lahan yang digarap oleh masing- masing petani berbeda-beda. Oleh karena itu, pendapatan bagi rumahtangga petani pun berbeda. Hal itu disebabkan luas lahan yang digarap menentukan tinggi/rendah pendapatan yang diperoleh. Tingkat penguasaan lahan PHBM digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat pendapatan digolongkan ke dalam tiga kategori yang sama, yakni rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 16 memperlihatkan hubungan antara tingkat penguasaan lahan PHBM dengan tingkat pendapatan lahan PHBM.

51

Tabel 16 Sebaran tingkat penguasaan lahan phbm terhadap tingkat pendapatan PHBM desa seputih kecamatan mayang tahun 2013

Tingkat akses penguasaan lahan andil PHBM

Tingkat pendapatan lahan andil

PHBM per tahun (n) Total

Rendah Sedang tinggi

Rendah (<0,25 ha) 0 0 0 0

Sedang(0,25-0,75ha) 14 5 0 19

Tinggi ( ≥ 0,75 ha) 0 8 8 16

Total 14 13 8 35

Sumber: Analisis data primer 2014

Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa seluruh responden yang memiliki tingkat penguasaan lahan sedang memperoleh pendapatan yang rendah dan sedang. Tingkat pendapatan pada sektor pertanian berbasis lahan sangat ditentukan oleh luas lahannya. Semakin luas lahan yang digarap maka semakin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pada tingkat penguasaan lahan yang tinggi di lahan PHBM lebih dari separuh responden memiliki tingkat pendapatan rendah. Seharusnya dengan tingkat luas lahan yang tinggi petani memperoleh pendapatan yang tinggi. Namun tidak semua yang memiliki penguasaan yang tinggi memperoleh pendapatan yang tinggi karena sebagian terdapat pada tingkat pendapatan dalam kategori sedang.

Fenomena ini sering terjadi di beberapa lokasi/wilayah petanian yang berbasis lahan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Sejumlah petani mengalami gagal panen karena tanamannya diserang hama sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal. Bahkan seringkali petani tidak mendapatkan hasil dari usahataninya. Hal lain yang harus diperhitungkan dengan cermat juga adalah nilai atau harga jual komoditi pertanian di pasaran. Faktor yang satu ini dapat mempengaruhi total pendapatan yang diperoleh petani. Nilai atau harga jual komoditi dibeberapa kesempatan seringkali mengalami ketidakstabilan yang disebabkan melimpahnya stok produk atau di kala musim-musim tertentu saat komoditi tersebut sulit diperoleh di pasaran. Namun, terdapat sejumlah responden yang tetap memperoleh tingkat pendapatan yang tinggi karena pengelolaan yang dilakukan secara efisien. Luas lahan yang tinggi memberikan hasil pertanian hingga berpuluh-puluh ton dengan komoditi utama ketela pohon. Bibit yang digunakan merupakan bibit kualitas unggul sehingga hasil panen yang diperoleh berukuran besar. Tanaman jenis umbi-umbian dan jagung ini menjadi pilihan bagi usaha pertanian di Desa Seputih. Petani juga tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran produk pertanian tersebut.

Tingkat Pendapatan Lahan Milik Pribadi (Sektor pertanian)

Seperti halnya perhitungan pendapatan pada lahan PHBM, pendapatan di lahan non-PHBM juga dihitung berdasarkan hasil usahatani selama tahun 2013.

52

Selama kurun waktu setahun hanya didapatkan satu kali musim panen dari usahatani di lahan tersebut. Jenis tanaman yang ditanam di lahan ini berupa tanaman pangan seperti padi, jagung, ketela, kacang-kacangan dan buah-buahan. Tabel 17 menyajikan tingkat pendapatan rumahtangga petani yang dikategorikan ke dalam tiga tingkatan, yakni rendah, sedang, dan tinggi dengan banyaknya jumlah responden yang terkategori ke dalam tiga tingkatan tersebut.

Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pedapatan lahan milik pribadi di Desa Seputih tahun 2013

Tingkat Pendapatan Per Tahun Jumlah Persentase (%)

Rendah ( ≤ Rp 1 810 000 ) 26 74

Sedang(Rp 1 810 000– Rp 3 570 000) 2 6

Tinggi ( ≥ Rp 3 570 000) 7 20

Total 35 100

Sumber: Analisis Data Primer 2014

Tabel 17 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh total responden berada pada tingkat pendapatan rendah. Fenomena ini erat hubungannya dengan adanya perbedaan kepemilikan lahan non-PHBM oleh masing-masing responden. Tinggi/rendahnya pendapatan yang diperoleh rumahtangga tergantung dari luas lahan yang digarapnya. Semakin luas lahan garapan maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Hal itu pun masih dapat dipengaruhi oleh adanya gagal panen dan harga komoditi pertanian di pasaran. Hubungan tersebut akan dibahas lebih dalam lagi pada bab berikutnya. Selain itu, lahan hutan di wilayah desa begitu dominan. Lahan pertanian berupa sawah, ladang/tegalan, dan kebun sangat minim jumlahnya.

Hasil perhitungan pendapatan pada kedua basis lahan tersebut, usaha di bidang pertanian memiliki berbagai resiko yang harus ditanggung oleh petani. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani tidak semuanya dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar pendapatan digunakan untuk membayar biaya produksi pertanian selanjutnya. Apabila masih ada hutang pada saat produksi tani sebelumnya maka harus dibayarkan menggunakan hasil pendapatan tersebut. Pada saat-saat tertentu biaya pengeluaran hampir sama atau bahkan lebih besar dari pendapatan maka petani mengalami kerugian dan kesulitan untuk membiayai produksi pertanian selanjutnya. Kondisi tersebut diatasi dengan cara berhutang untuk menutupi biaya produksi tersebut. Hal ini tidak jarang dialami oleh para petani. Pola-pola tersebut berjalan di hampir setiap musim dan terjadi secara terus-menerus seperti sebuah siklus. Namun usaha pertanian masih menjadi tumpuan utama bagi sebagian besar rumahtangga petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sebaran Tingkat Kepemilikan Lahan Pertanian Pribadi Denagan Tingkat Pendapatan di Lahan Milik Pribadi

53 . Lahan merupakan modal utama petani dalam mengupayakan usahataninya. Lahan menjadi aset berharga petani karena dari lahan tersebut diperoleh penghidupan bagi rumahtangganya.. Luas lahan yang digarap oleh masing-masing petani berbeda-beda. Oleh karena itu, pendapatan bagi rumahtangga petani pun berbeda. Hal itu disebabkan luas lahan yang digarap menentukan tinggi/rendah pendapatan yang diperoleh. Tingkat penguasaan kepemilikan lahan milik pribadi digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat pendapatan digolongkan ke dalam tiga kategori yang sama, yakni rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 18 memperlihatkan sebaram antara tingkat kepemilikan lahan pribadi dengan tingkat pendapatan yang di peroleh dari lahan milik pribadi.

Tabel 18 Sebaran tingkat kepemilikan lahan non-phbm terhadap tingkat pendapatan lahan milik pribadi

Tingkat kepemilikan lahan milik pribadi

Tingkat pendapatan lahan milik

pribadi per tahun (n) Total Rendah Sedang Tinggi

Rendah (<0.25 ha) 20 1 0 21

Sedang (0.25- 0.75

ha) 6 1 7 14

Tinggi (>0.75 ha) 0 0 0 0

Total 26 2 7 35

Sumber: Analisis data primer 2014

Dari tabel 18 dapat dilihat bagaimana sebaran tingkat kepemilikan lahan pribadi ( non- PHBM) mempengaruhi tingkat pendapatan di sektor pertanian (non-PHBM). Dimana perbandingannya dapat dilihat bahwa tingkat kepemilikan lahan yang rendah membuat tingkat pendapatan juga rendah. Karena pada dasarnya salah satu modal penting dalam usaha pertanian adalah lahan. Dimana lahan yang digunakan untuk usaha pertanian sempit maka hasil panen yang akan didapatkan juga akan sedikit. Dari tabel 18 yang menarik adalah ketika kepemilikan lahan pertanian dalam kategori sedang justru ada responden yang mampu mendapatkan pendapatan tinggi. Hal ini terjadi karena pemanfaatan lahan pertanian dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini rumahtangga petani menggunakan perlakuan yang bagus pada lahan seperti memberikan pupuk dan menggunakan bibit unggul untuk ditanam. Selain itu, manajemen dalam pemasaran komoditi hasil panen yang baik juga mempengaruhi pendaapatan rumahtangga petani.

Pendapatan Non Farm

Seperti dijelaskan di awal bab ini bahwa sumber pendapatan bagi rumahtangga petani berasal dari sektor pertanian (on farm ) dan non-pertanian ( non-farm). Sumber pendapatan dari sektor non-pertanian diperoleh dari berbagai

54

sumber antara lain, menjadi buruh, berdagang warung, jual-beli sepeda motor, menjual hewan ternak, mendapatkan uang kiriman ( transfer payment), memperoleh dana pensiun, dan menjadi pegawai swasta/honorer.

Tabel 19 Total pendapatan rata-rata rumahtangga dari sektor non-pertanian di Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember Tahun 2013

Sumber Pendapatan Pendapatan rata-rata per tahun (dalam rupiah)

Buruh pabrik tembakau 10 800 000

Buruh tani 9 000 000

Pedagang 15 542 857

Pegawai swata/honorer 17 000 000

Sumber: Analisis Data Primer 2014

Pendapatan yang dihitung merupakan penghasilan yang diperoleh dari luar sektor pertanian selama tahun 2013. Tabel 20 menyajikan tingkat pendapatan rumahtangga petani yang dikategorikan ke dalam tiga tingkatan, yakni rendah, sedang, dan tinggi dengan banyaknya jumlah responden yang terkategori ke dalam tiga tingkatan tersebut.

Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pedapatan non- pertanian di desa seputih kecamatan mayang kabupaten jember tahun 2013

Tingkat pendapatan ( Rp) Jumlah Persentase (%)

Rendah ( ≤ 8 800 000) 5 14

Sedang(8 800 000 – 12 000 000) 20 57

Tinggi ( ≥ 12 000 000) 10 29

Total 35 100

Sumber: Analisis Data Primer 2014

Tabel 20 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh total responden berada pada tingkat pendapatan tinggi. Kegiatan/usaha yang dilakukan oleh rumahtangga di luar sektor pertanian di bidang jasa dan perdagangan memberikan kontribusi pendapatan tinggi bagi sebagian besar rumahtangga petani. Pendapatan tersebut diperoleh dari hasil berdagang warung, beternak, uang pensiunan, pegawai swasta. Jika dilihat dari tabel 20 dapat diketahui bahwa terdapat 57% responden berada dalam kategori sedang dan 29% responden berada dalam kategori tinggi, sementara 14% sisanya berada dalam kategori rendah. Meskipun, pekerjaan utama masyarakat menjadi seorang petani tapi dalam kenyataannya pekerjaan di luar bidang pertanian memberikan andil yang cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam tabel 21 dapat dilihat bagaimana sebaran tingkat pendapatan dari non pertanian dengan kepemilikan lahan pribadi.

55

Tabel 21 Sebaran tingkat kepemilikan lahan pribadi terhadap tingkat pendapatan non pertanian

Tingkat kepemilikan lahan pribadi

Tingkat pendapatan non pertanian per

tahun (N) Total

Rendah Sedang Tinggi

< 0.25 ha 3 14 4 21

0.25 – 0.75 ha 2 6 6 14

>0.75 ha 0 0 0 0

Total 5 20 10 35

Sumber: Analisa data primer 2014

Dalam tabel 21 menjelaskan bagaimana tingkat pendapatan yang dimiliki oleh responden berdasarkan tingkat kepemilikan lahan pribadi. Dimana dalam tingkat kepemilikan lahan pribadi <0.25 ha ada 3 responden yang termasuk kategori tingkat pendapatan rendah, 14 responden berada dalam kategori sedang, dan 4 respponden berada dalam kategori tinggi. Sementara itu, dalam kategori tingkat pemilikan lahan anatara 0.25 ha – 0.75 ha terdapat 2 respoden dalam kategori rendah, 6 responden dalam kategori sedang, da 6 responden dalam kategori tinggi. Dalam hal ini menunjukan bahwa masyarakat memang memiliki pekerjaan utama sebagai petani akan tetapi keterbatasan lahan yang dimiliki membuat mereka mencari penghasilan lain dari dalam sektor non pertanian. Menariknya justru dalam sektor non- pertanian menjadi sektor andalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari masyarakat dikarenakan minimnya lahan yang dimiliki, meski telah mendapat lahan andil dalam program PHBM masih dirasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dalam sub bab selanjutnya akan dilihat bagaimana perbandingan pendapatan dari semua sumber pendapatan baik dari lahan milik pribadi, lahanandil PHBM, dan dari sektor non pertanian.

Total Pendapatan

Total pendapatan yang diperoleh oleh rumahtangga petani di Desa Seputih tidak bersumber dari satu sektor, namun terdiri dari beberapa sektor. Total pendapatan rumahtangga petani merupakan penjumlahan dari pendapatan yang diperoleh oleh rumahtangga dari berbagai sumber nafkah yang dilakukannya. Dalam hal ini, rumahtangga petani Desa Seputih memperoleh pendapatan dari sektor PHBM, sektor pertanian (Non-PHBM), dan sektor non-pertanian. Ketiga sektor tersebut saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi rumahtangga petani.

56

Tabel 22 Sumbangan sumber pendapatan PHBM, pertanian (Non-PHBM), dan non-pertanian terhadap struktur nafkah rata-rata rumahtangga petani pada setiap lapisan pendapatan Tahun 2013

Sumber pendapatan

Rata rata pendapatan petani (Rp)

Rendah Sedang Tinggi

PHBM 13 520 000 26 360 000 39 200 000

Non PHBM 1 810 000 2 690 000 3 570 000

Non pertanian 21 466 000 35 733 000 50 000 000

Total 36 796 000 64 783 000 92 770 000

Sumber: Analisis data primer 2014

Gambar 2 Struktur nafkah rumahtangga petani pada setiap lapisan pendapatan Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 22 dan Gambar 2 di atas dapat dilihat rata-rata sumbangan sumber pendapatan dari sektor PHBM, sektor pertanian ( Non- PHBM), dan sektor non-pertanian terhadap struktur nafkah rumahtangga petani dibagi menjadi tiga kategori menurut lapisan pendapatan yaitu lapisan pendapatan atas, lapisan pendapatan menengah, dan lapisan pendapatan bawah. Pada rumahtangga petani dengan lapisan pendapatan atas, sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap struktur nafkah rumahtangga petani adalah sektor non-pertanian, dengan pendapatan per tahun sebesar Rp 50 000 000. Pada rumahtangga petani dengan lapisan pendapatan menengah, sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap struktur nafkah rumahtangga petani adalah sektor non-pertanian, dengan pendapatan per tahun sebesar Rp 35 735 000. Kemudian pada rumahtangga petani dengan lapisan pendapatan bawah, sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap struktur nafkah rumahtangga petani adalah sektor non- pertanian, dengan pendapatan per tahun sebesar Rp 21

13520000 26360000 39200000 1810000 2690000 3570000 21466000 35733000 50000000 0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000 80000000 90000000 100000000

rendah sedang tinggi

57 466 000. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh dari sektor non- pertanian memiliki banyak banyak peluang kesempatan terutama untuk bekerja diluar desa seperti menjadi pegawai swasta maupun menjadi TKI di luar negeri. Sumber pendapatan dari sektor non- pertanian memberikan pemasukan terbesar bagi sumbangan pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani, ini terlihat pada Tabel 20 dan Gambar 2 di atas dari setiap lapisan pendapatan dari yang atas, menengah, dan bawah. Sektor non- pertanian berpengaruh besar dalam memberikan sumbangan pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani di Desa Seputih dibandingkan dengan sektor PHBM (hutan rakyat) dan sektor pertanian. Sumber pendapatan dari sektor PHBM tidaklah terlalu besar memberikan sumbangan pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh dari sektor PHBM hanya memliki satu jenis hasil yang didapatakan dari menjual hasil panen tanaman MPTS/bertajuk tinggi, seperti karet, kemiri, petai, dan durian. Meskipun demikian, sumber pendapatan dari sektor PHBM (hutan rakyat) telah membantu meningkatkan sumbangan pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta untuk membiayai modal usahatani.

Sumber pendapatan dari sektor pertanian memberikan sumbangan pendapatan yang terendah terhadap struktur nafkah rumahtangga petani pada setiap lapisan pendapatan. Sedangkan pekerjaan utama masyarakat di Desa Seputih adalah sebagai petani. Hal ini dikarenakan kepemilikan lahan pertanian yang seadaya dan tidak terlalu luas, serta mahalnya biaya produksi pertanian, serta karena susahnya bersaing harga hasil pertanian dalam pasar. Hal ini membuat masyarakat harus mencari pekerjaan dari luar sektor pertanian untuk dapat menopang kehidupannya sehari hari.

Selanjutnya pada Tabel 23 dan Gambar 3 di bawah ini menunjukkan angka persentase sumbangan sumber pendapatan dari PHBM, sektor pertanian (non- PHBM) maupun sektor non-pertanian terhadap struktur nafkah rumahtangga petani pada setiap kategori menurut lapisan pendapatannya.

Tabel 23 Persentase kontribusi sumbangan sumber pendapatan dari PHBM, non- PHBM, dan non-pertanian terhadap struktur nafkah rumahtangga petani pada setiap lapisan pendapatan Tahun 2013 Sumber

pendapatan

Persentase pendapatan rumahtangga petani (%)

Rendah Sedang Tinggi

PHBM 31 37 32

Non PHBM 58 6 28

Non Pertanian 11 57 40

Total 100 100 100

58

Gambar 3 Persentase sumbangan sumber pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani pada setiap lapisan pendapatan Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 23 dan Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa kontribusi terbesar bagi sumbangan sumber pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani yaitu dari sumber pendapatan sektor non-pertanian, dibandingkan dengan sektor PHBM dan sektor pertanian. Setelah itu dibagi menjadi tiga kategori menurut lapisan pendapatan yaitu lapisan pendapatan atas, lapisan pendapatan menengah, dan lapisan pendapatan bawah. Kemudian dari setiap lapisan pendapatan atas, menengah, dan bawah dari sektor non-pertanian memberikan kontribusi terbesar bagi persentase sumber pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani dengan masing-masing sebesar 11 persen, 57 persen, dan 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sumber pendapatan dari sektor non- pertanian berpengaruh besar bagi persentase sumbangan sumber pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani di Desa Seputih.

Selanjutnnya sumber pendapatan dari sektor pertanian peranannya tidak terlalu terlihat secara signifikan bagi lapisan pendapatan atas, menegah, ataupun bawahkarena pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian dari lahan Non- PHBM itu tergolong kecil. Kemudian, sumber pendapatan dari PHBM terdisbrusi rata dalam setiap lapisan pendapatan dengan persentase yang hampir sama yakni 31 persen di kalangan rendah, 37 persen di kalangan menengah dan 32 persen di kalangan tinggi, hal ini terjadi dikarenakan peranannya menggantikan sektor pertanian (non-PHBM) sebagai pemenuh kebutuhan hidup.

Sumber pendapatan dari sektor PHBM tidaklah terlalu besar dalam memberikan kontribusi persentase sumbangan sumber pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani di Desa Seputih. Namun bagi petani dengan pendapata rendah ternyata pendapatan dari tanah milik dan dari andil PHBM sangat penting, mencakup 89% dari total pendapatan. Pendapatan Non-pertanian relatif tidak penting. Pendapatan yang diperoleh dari sektor PHBM meningkatkan persentase pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani bagi sumbangan sumber pendapatan terhadap struktur nafkah rumahtangga petani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sumber pendapatan dari sektor non-

31% 37% 32% 58% 6% 28% 11% 57% 40% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

rendah sedang tinggi

59 pertanian memberikan kontribusi persentase sumbangan sumber pendapatan yang besar terhadap struktur nafkah rumahtangga petani khususnya kalangan petani dengan pendapatan tinggi dan menengah saja. Bagi petani dengan pendapatan sedang dan tinggi, ternyata pendapatan dari non-pertanian sangat penting dibandingkan pendapatan dari tanah sendiri dan PHBM.

Hal ini menunjukkan betapa rumahtangga petani tidak bisa hanya menggantungkan hidup kesehariannya hanya dengan memanfaatkan pendapatan dari sektor PHBM ataupun sektor pertanian (non- PHBM). Dengan demikian memaksa rumahtangga petani untuk mencari sumber nafkah baru di sektor non- pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari dan juga untuk modal

Dokumen terkait