• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.2. Struktur Organisas

Struktur organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara (Lampiran) memiliki beberapa bagian yang betanggungjawab atas berlangsungnya kegiatan pelayanan kesehatan. Bagian-bagian tersebut dibawahi oleh 2 Wakil Direktur yaitu Wakil Direktur Administrasi dan Wakil Direktur Pelayanan. Wakil Direktur Administrasi membawahi bagian tata usaha, bagian keuangan, dan bagian pengkajian dan pengembangan. Wakil Direktur pelayanan membawahi bidang pelayanan medis, bidang perawatan dan bidang penunjang medis. Pada struktur organisasi, terdapat kelompok jabatan fungsional yang berhubungan dengan keperawatan yaitu :

a. Komite Keperawatan.

Komite keperawatan adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga profesi keperawatan yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan keperawatan RS. Komite ini memberikan pendidikan dan pelatihan profesi keperawatan dengan berkoordinasi dengan bagian pengkajian dan pengembangan RS.

b. Kelompok Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas

Kelompok ini bergabung dengan kelompok lain (psikiatri komunitas) dalam Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat. Kelompok ini memberikan preventif, promotif dan terapi rehabilitatif kepada masyarakat serta melakukan dropping (pemulangan pasien).

4.3. Analisis Univariat

4.3.1. Karakteristik Responden a. Umur

Dari 160 keluarga pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang menjadi responden penelitian, didapatkan karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas keluarga penderita skizofrenia paranoid yang kambuh sebesar 61 orang 76,3% (41-60 tahun), sedangkan keluarga penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh sebesar 56 orang 70% (41-60 tahun).

Tabel 4.2. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Kelompok Umur Keluarga Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara

Umur Kambuh Tidak Kambuh

n % n %

21-40 tahun (Dewasa muda) 16 20,0 22 27,5

41-59 tahun (Dewasa menengah) 61 76,3 56 70,0

60 tahun (Lanjut usia) 3 3,8 2 2,5

Total 80 100 80 100

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas keluarga penderita skizofrenia paranoid yang kambuh berjenis kelamin laki-laki sebesar 48 orang 60% , sedangkan keluarga penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh berjenis kelamin perempuan sebesar 45 orang 56,3% .

Tabel 4.3. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Jenis Kelamin Keluarga Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara

Jenis Kelamin Kambuh Tidak Kambuh

n % n %

Laki-laki 48 60 35 43,8

Perempuan 32 40 45 56,3

Total 80 100 80 100

c. Hubungan Keluarga dengan Penderita

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas keluarga penderita skizofrenia paranoid yang kambuh dengan hubungan kekeluargaan sebagai anak sebesar 28 orang 35% , sedangkan keluarga penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh dengan hubungan kekeluargaan sebagai orang tua sebesar 30 orang 37,5% .

Tabel 4.4. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Hubungan Kekeluargaan dengan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Sumatera Utara

Hubungan kekeluargaan Kambuh Tidak Kambuh

n % n % Suami/Istri 5 6,3 1 1,3 Orang tua 15 18,8 30 37,5 Abang/kakak 6 7,5 18 22,5 Adik 26 32,5 14 17,5 Anak 28 35 17 21,3 Total 80 100 80 100 d. Pekerjaan Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas keluarga penderita skizofrenia paranoid yang kambuh dengan bekerja sebagai Wiraswasta sebesar 54 orang (67,5%) , sedangkan keluarga penderita

skizofrenia paranoid yang tidak kambuh dengan bekerja sebagai wiraswata sebesar 48 orang 60% .

Tabel 4.5. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Pekerjaan Keluarga Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara

Pekerjaan Kambuh Tidak Kambuh

n % n % PNS 0 0 6 7,5 Wiraswata 54 67,5 48 60 Tani 17 21,3 11 13,8 Pegawai Swasta 7 8,8 1 1,3 Lain-lain 2 2,5 14 17,5 Total 80 100 80 100 e. Pendidikan responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas keluarga penderita skizofrenia paranoid yang kambuh dengan pendidikan SLTA sebanyak 35 orang (43,8%), sedangkan keluarga penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh dengan pendidikan SD sebanyak 32 orang 40% .

Tabel 4.6. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Pendidikan Keluarga Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara

Pendidikan Kambuh Tidak Kambuh

n % n % SD 27 33,8 32 40 SLTP 17 21,3 8 10 SLTA 35 43,8 24 30 Diploma/Sarjana 1 1,3 16 20 Total 80 100 80 100

f. Tempat Tinggal Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas keluarga penderita skizofrenia paranoid yang kambuh dengan alamat sebanyak di Medan sebanyak 38 orang (47,5%), sedangkan keluarga penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh dengan alamat di Medan sebanyak 43 orang 53,8% .

Tabel 4.7. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Alamat Keluarga Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara

Alamat Kambuh Tidak Kambuh

n % n % Medan 38 47,5 43 53,8 Deliserdang 30 37,5 18 22,5 Serdang Bedagai 1 1,3 0 0 Karo 9 11,3 8 10 Langkat 1 1,3 6 7,5 Tapanuli Selatan 1 1,3 5 6,3 Total 80 100 80 100 4.3.2. Karakteristik Penderita a. Jenis Kelamin Penderita

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik penderita dengan jenis kelamin penderita skizofrenia paranoid yang kambuh dan tidak kambuh berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sama yaitu sebanyak 4o orang (matching).

Tabel 4.8. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara

Jenis Kelamin Kambuh Tidak Kambuh

n % n %

Laki-laki 40 50 40 50

Perempuan 40 50 40 50

Total 80 100 80 100

b. Umur Penderita

Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik umur penderita menunjukkan bahwa mayoritas penderita skizofrenia paranoid yang kambuh dan tidak kambuh sebanyak 51 orang 63,8% (21-40 tahun).

Tabel 4.9. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Kelompok Umur Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara

Umur Kambuh Tidak Kambuh

n % n %

21-40 tahun (Dewasa muda) 51 63,8 51 63,8

41-60 tahun (Dewasa menengah) 29 36,3 29 36,3

Total 80 100 80 100

c. Agama Penderita

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik agama penderita menunjukkan bahwa mayoritas penderita skizofrenia paranoid yang kambuh dengan agama islam sebanyak 43 orang (53,8%), sedangkan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh dengan agama islam sebanyak 48 orang 60% .

Tabel 4.10. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Agama Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara

Agama Kambuh Tidak Kambuh

n % n % Islam 43 53,8 48 60 Protestan 29 36,3 26 32,5 Katolik 8 10 6 7,5 Total 80 100 80 100 d. Status Perkawinan

Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik status perkawinan penderita menunjukkan bahwa mayoritas penderita skizofrenia paranoid yang kambuh berstatus tidak kawin sebesar 55 orang 68,8%, sedangkan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh sebesar 53 orang 66,3%

Tabel 4.11. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Status Perkawinan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara

Status Perkawinan Kambuh Tidak Kambuh

n % n %

Kawin 21 26,3 23 28,8

Tidak kawin 55 68,8 53 66,3

Cerai 4 5 4 5

Total 80 100 80 100

e. Suku Bangsa Penderita

Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik suku bangsa penderita menunjukkan bahwa mayoritas penderita skizofrenia paranoid yang kambuh bersuku batak sebanyak 43 orang 53,8%, sedangkan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh bersuku batak sebesar 41 orang 51,3%

Tabel 4.12. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Suku Bangsa Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara

Suku Bangsa Kambuh Tidak Kambuh

n % n % Melayu 5 6,3 0 0 Minang 2 2,5 6 7,5 Batak 43 53,8 41 51,3 Jawa 27 33,8 33 41,3 Lain-lain 3 3,8 0 0 Total 80 100 80 100 f. Pendidikan Penderita

Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik pendidikan penderita menunjukkan bahwa mayoritas penderita skizofrenia paranoid yang kambuh berpendidikan SLTP sebanyak 32 orang 40,0%, sedangkan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh berpendidikan SLTP sebanyak 31 orang 38,8%

Tabel 4.13. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Pendidikan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara

Pendidikan Penderita Kambuh Tidak Kambuh

n % n % SD 17 24,3 16 20 SLTP 32 40 31 38,8 SLTA 24 30 22 27,5 Diploma/Sarjana 7 8,8 11 13,8 Total 80 100 80 100

g. Lama Menderita Skizofrenia Paranoid

Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik lama menderita Skizofrenia paranoid menunjukkan bahwa mayoritas penderita skizofrenia paranoid yang kambuh dengan lama menderita > 2 tahun s.d 5 tahun sebanyak 37 orang 46,3%, sedangkan

penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh mayoritas lama menderita Lebih dari 10 tahun sebanyak 47 orang 58,8%

Tabel 4.14. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Lama Menderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Lama Menderita Skizofrenia

Paranoid

Kambuh Tidak Kambuh

n % n %

> 2 tahun s.d 5 tahun 13 16,3 15 18,8

> 5 tahun s.d 10 tahun 37 46,3 18 22,5

> 10 tahun 30 37,5 47 58,8

Total 80 100 80 100

h. Usia Pertama Kali Menderita Skizofrenia

Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik usia pertama kali menderita skizofrenia paranoid menunjukkan bahwa mayoritas penderita skizofrenia paranoid yang kambuh menderita pada usia 16-20 tahun sebanyak 17 orang 21,3%, sedangkan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh pada usia 25-29 tahun sebanyak 24 orang 30,0%

Tabel 4.15. Distribusi kambuh dan tidak kambuh berdasarkan usia pertama kali menderita skizofrenia paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Usia Pertama Kali Menderita

Skizofrenia Paranoid

Kambuh Tidak Kambuh

n % n % < 16 tahun 16 20,0 13 16,3 16 tahun- 20 tahun 17 21,3 18 22,5 21 tahun- 24 tahun 15 18,8 15 18,8 25 tahun- 29 tahun 13 16,3 24 30,0 30tahun-35 tahun 3 3,8 0 0,0 > 35 tahun 16 20,0 10 12,5 Total 80 100 80 100

i. Jenis Obat

Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik jenis obat yang dikonsumsi penderita menunjukkan bahwa mayoritas penderita skizofrenia paranoid yang kambuh mengkonsumsi jenis obat atipikal sebanyak 46 orang 57,5%, sedangkan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh mengkonsumsi jeni obat tipikal sebanyak 56 orang 70,0%

Tabel 4.16. Distribusi Kambuh dan tidak Kambuh Berdasarkan Jenis Obat yang Dikonsumsi Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Sumatera Utara

Jenis Obat yang Dikonsumsi Kambuh Tidak Kambuh

n % n %

Atipikal 46 57,5 24 30

Tipikal 34 42,5 56 70

Total 80 100 80 100

4.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh kepatuhan pengobatan dan koping keluarga terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizoprenia paranoid di Rumah Sakit jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%.

4.4.1. Kepatuhan Pengobatan

Setelah melakukan wawancara dengan responden dan menguji hasil wawancara tersebut dengan uji statistik chi square maka pengaruh antar variabel kepatuhan pengobatan (faktor penyakit, faktor regimen terapi dan faktor interaksi pasien dengan professional kesehatan) terhadap pencegahan kekambuhan penderita

skizofrenia paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.17. berikut ini

Tabel 4.17 Pengaruh Kepatuhan Pengobatan (Faktor Penyakit, Faktor Regimen Terapi, dan Faktor Interaksi Pasien dengan Professional Kesehatan) terhadap

Pencegahan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Kepatuhan Pengobatan Kambuh

Tidak Kambuh Nilai p OR (95% CI) n % n % a. Faktor penyakit Tidak patuh 55 68,8 4 5,0 0,0001 41,8 Patuh 25 31,2 76 95,0 (13,7-126,9)

b. Faktor Regimen Terapi

Tidak Patuh 63 78,8 4 5,0 0,0001 70,4

Patuh 17 21,2 76 95,0 (22,53- 219,99)

c. Faktor Interaksi Pasien dengan Profesional Kesehatan

Tidak patuh 27 33,8 9 11,2 0,001 4,02

Patuh 53 66,2, 71 88,8 ( 1,74 - 9,254)

Total 80 100 80 100

Hasil analisis Pengaruh kepatuhan pengobatan dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 55 orang (68,8%) pada faktor penyakit tidak patuh pada pengobatan sedangkan sebaliknya pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 76 orang (95,0%) patuh pada pengobatan. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel faktor penyakit dengan peencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 41,8 (95% CI =13,76-126,96) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 41,8kali kecenderungan dengan

faktor penyakit tidak patuh dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh faktor regimen terapi terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid pada kelompok kasus (kambuh) sebanyak 63 orang (78,8%) tidak patuh pada pengobatan sedangkan sebaliknya pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 76 orang (95,0%) patuh pada pengobatan. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel faktor regimen terapi dengan peencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 70,4 (95% CI= 22,53-219,99) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 70,4 kali dengan faktor regimen terapi tidak patuh dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh faktor interaksi pasien dengan professional kesehatan terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid pada kelompok kasus (kambuh) sebanyak 53 orang (66,2%) patuh pada pengobatan sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 71 orang (88,8%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel faktor interaksi professional kesehatan dengan peencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 4,0 (95% CI= 1,74-9,25) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 4,0 kali kecenderungan dengan faktor interaksi pasien dengan professional kesehatan tidak patuh dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Tabel 4.18. Pengaruh Kepatuhan Pengobatan terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Kepatuhan Pengobatan Kambuh Tidak Kambuh Nilai p OR (95% CI) n % n % Tidak Patuh 62 77,5 2 2,5 0,0001 134,33 Patuh 18 22,5 78 97,5 (30,02- 601,10) Total 80 100 80 100

Hasil analisis Pengaruh kepatuhan pengobatan dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 62 orang (77,5%) tidak patuh pada pengobatan sedangkan sebaliknya pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 76 orang (95,0%) patuh pada pengobatan. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh kepatuhan pengobatan dengan peencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 134,33 (95% CI=30,02- 601,10) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 134,33 kali kecenderungan tidak patuh pengobatan dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh. 4.4.2. Koping Keluarga

Setelah melakukan wawancara dengan responden dan menguji hasil wawancara tersebut dengan uji statistik chi square maka hubungan antar variabel koping keluarga (koping keluarga internal dan koping keluarga eksternal) dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

a. Koping Internal

Pengaruh antar variabel koping keluarga internal terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.dapat dilihat pada Tabel 4.19. berikut ini.

Tabel 4.19. Pengaruh Koping Keluarga Internal (Mengandalkan Kelompok Keluarga, Penggunaan Humor, Memelihara Ikatan Keluarga, Mengontrol Kembali Makna dari Masalah, Pemecahan Masalah Bersama, Fleksibilitas

Peran dan Normalisasi) terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Koping Keluarga Internal Kambuh

Tidak Kambuh Nilai p OR (95% CI) n % n % a. Mengandalkan Kelompok Keluarga Cukup Baik 56 70,0 6 7,5 0,0001 28,7 Baik 24 61,3 74 92,5 (11,02- 75,12) b. Penggunaan Humor Cukup Baik 63 78,8 8 10,0 0,0001 33,3 Baik 17 21,3 72 90,0 (13,48- 82,51)

c. Memelihara Ikatan Keluarga

Kurang 6 7,5 0 0 0,0001 11,9

Cukup baik 57 71,3 18 22,5 (5,7- 25,02)

Baik 17 21,3 62 77,5

d. Mengontrol Kembali Makna dari Masalah Cukup Baik 59 73,8 19 24,4 0,0001 9,02 Baik 21 26,3 61 76,3 (4,40-18,46) e. Pemecahan Masalah Bersama Kurang 35 43,8 0 0 0,0001 15,5 Cukup baik 26 32,5 8 10,0 (6,78-35,53) Baik 19 23,8 72 90,0 f. Fleksibilitas Peran Cukup Baik 53 66,3 4 5,0 0,0001 37,3 Baik 27 33,8 76 95,0 (12,32-112,84) g. Normalisasi Cukup Baik 59 73,8 4 5,0 0,0001 15,5 Baik 21 26,3 76 95,0 (17,38-163,93) Total 80 100 80 100

Hasil analisis pengaruh koping keluarga internal terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 56 orang (67,0%) pada mengandalkan kelompok keluarga cukup baik kopingnya sedangkan sebaliknya pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 74 orang (92,5%) koping baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel mengandalkan kelompok keluarga dengan peencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 28,7 (95% CI= 11,02- 75,12 ) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 28,7 kali kecenderungan dengan mengandalkan kelompok keluarga kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh penggunaan humor terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 63 orang (78,8%) cukup baik sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 72 orang (92,5%) koping baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variable penggunaan humor dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 33,3 (95% CI=13,48- 82,51) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 33,3 kali kecenderungan dengan penggunaan humor kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh memelihara ikatan keluarga terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus

(kambuh) sebanyak 57 orang (71,3%) cukup baik kopingnya sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 62 orang (77,5%) koping baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 > 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel memelihara ikatan keluarga dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 11,9(95% CI=5,7- 25,02) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 11,9 kali kecenderungan dengan memelihara ikatan keluarga kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh mengontrol kembali makna dari masalah terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 59 orang (73,8%) cukup baik sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 61 orang (76,3%) koping baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,99 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel mengontrol kembali makna dari masalah dengan peencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 9,02 (95% CI=4,40-18,46) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 9,02 kali kecenderungan dengan mengontrol kembali dari masalah kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh pemecahan masalah bersama terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 35 orang (43,8%) kurang baik sedangkan sebaliknya pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 72 orang (90,0%) koping baik. Hasil uji

statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel pemecahan masalah bersama dengan peencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 15,5 (95%CI=6,78-35,53) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 15,5 kali kecenderungan dengan pemecahan masalah bersama kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh fleksibilitas peran terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 27 orang (33,8%) baik sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 76 orang (95,0%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel fleksibilitas peran dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 37,2 (95% CI =12,32-112,84) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 37,2 kali kecenderungan dengan fleksibilitas peran kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh normalisasi terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 59 orang (73,8%) cukup baik sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 76 orang (95,0%) normalisasi baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel normalisasi dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 15,5 (95% CI=17,38-163,93) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang

kambuh 15,5 kali kecenderungan dengan normalisasi kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Tabel 4.20. Pengaruh Koping Keluarga Internal terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Koping Keluarga Internal Kambuh Tidak Kambuh Nilai P OR (95% CI) n % n % Cukup baik 64 80,0 4 5,0 0,0001 76,0 Baik 16 20,0 76 95,0 (24,18-238,82) Total 80 100 80 100

Hasil analisis pengaruh koping keluarga internal terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 64 orang (80,0%) cukup baik sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 76 orang (95,0%) normalisasi baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara koping keluarga internal dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 76,0 (95%CI=24,18-238,82) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 76,0 kali kecenderungan koping keluarga internal kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

b. Koping Eksternal

Pengaruh antar variabel koping keluarga eksternal dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.dapat dilihat pada Tabel 4.21. berikut ini

Tabel 4.21. Pengaruh Koping Keluarga Eksternal (Mencari Informasi, Memelihara Hubungan Aktif dengan Komunitas, Mencari Dukungan Sosial

dan Mencari Dukungan Spiritual) terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Koping Keluarga Eksternal Kambuh Tidak Kambuh Nilai p OR (95% CI) n % n % a. Mencari Informasi Kurang 34 42,5 6 7,5 0,0001 4,7 Cukup Baik 33 41,3 24 30,0 (2,84-8,02) Baik 13 16,3 50 62,5 b. Memelihara Hubungan Aktif dengan Komunitas Kurang 34 42,5 0 0 0,0001 6,4 Cukup Baik 4 5,0 5 6,3 (3,0-13,82) Baik 42 52,5 75 93,8 c. Mencari Dukungan Sosial Cukup Baik 35 43,8 32 40,0 0,631 1,1 Baik 45 56,3 48 60,0 (0,62-2,18) d. Mencari Dukungan Spiritual Kurang 28 35,0 1 1,3 0,0001 4,5 Cukup Baik 28 35,0 24 30,0 (2,63-7,68) Baik 24 30,0 55 68,8 Total 80 100 80 100

Hasil analisis pengaruh koping keluarga eksternal terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 34 orang (42,5%) pada mencari informasi kurang baik sedangkan sebaliknya pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 50 orang (62,5%) mencari informasi baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara

variabel mencari informasi dengan peencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 4,7 (95% CI =2,84-8,02) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 4,7 kali kecenderungan dengan mencari informasi kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh memelihara hubungan aktif dengan komunitas terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 42 orang (52,5%) baik sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 75 orang (93,8%) . Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variable memelihara hubungan aktif dengan komunitas dengan peencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 6,4 (95%CI=3,0-13,82) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 6,4 kali kecenderungan dengan memelihara hubungan aktif dengan komunitas kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Hasil analisis pengaruh mencari dukungan sosial terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 45 orang (56,3%) baik sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 48 orang (60,0%) . Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,631 < 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara variable mencari dukungan sosial dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid.

Hasil analisis pengaruh mencari dukungan spiritual terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus

(kambuh) sebanyak 24 orang (30,0%) baik sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 55 orang (68,8%) . Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variable mencari dukungan spiritual dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 4,5 (95% CI=2,63-7,68) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia paranoid yang kambuh 4,5 kali kecenderungan dengan mencari dukungan spiritual kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

Tabel 4.22. Pengaruh Koping Keluarga Eksternal terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Koping Keluarga Eksternal Kambuh Tidak Kambuh Nilai p OR (95% CI) n % n % Kurang baik 9 11,3 0 0 0,0001 23,74 Cukup baik 59 73,8 14 17,5 (10,29-54,78) Baik 12 15 66 82,5 Total 80 100 80 100

Hasil analisis pengaruh koping keluarga eksternal terhadap pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid diperoleh bahwa kelompok kasus (kambuh) sebanyak 59 orang (73,8%) cukup baik sedangkan pada kelompok kontrol (tidak kambuh) sebanyak 66 orang (82,5%) baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05, artinya ada pengaruh antara koping keluarga eksternal dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, dengan OR sebesar 23,74 (95% CI=10,29-54,78) menunjukkan bahwa penderita skizofrenia

paranoid yang kambuh 23,74 kali kecenderungan koping keluarga eksternal kurang baik dibanding dengan penderita skizofrenia paranoid yang tidak kambuh.

4.5. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui 3 variabel (tiga) yaitu kepatuhan pengobatan , koping keluarga internal dan koping keluarga eksternal berhubungan dengan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia paranoid, maka dapat diidentifikasi secara keseluruhan 3 (tiga) variabel tersebut dapat dimasukkan dalam analisis multivariat karena nilai pada bivariat dengan binary logistik hasil output pada tabel block 1 didapatkan hasil omnibus test pada bagian bloc dengan p value nya <0,25 sehingga ketiga variabel dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu kepatuhan pengobatan , koping keluarga internal dan koping keluarga eksternal :

Dokumen terkait