• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Organisasi Sekolah

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN KONSEPSI NILAI-NILAI

2.1 Gambaran Umum Sekolah

2.1.4 Struktur Organisasi Sekolah

Struktur Organisasi SMP Negeri Satap 4 Sawa dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi SMP Negeri Satap 4 Sawa

UR. HUMAS MUH. NASIR, S.Pd UR. SARPRAS

SYARIFAH MUHANIM, S.Pd UR. KURIKULUM

ANDI AULIA ANASTASIA, S.Pd

WAKIL KEPALA SEKOLAH MULJABAR, S.Pd KOMITE

SEKOLAH AGUS WIDODO,

KEPALA LAB. IPA ANDI AULIA ANASTASIA, S.Pd

KEPALA PERPUSTAKAAN MUH. DASMIN KARMIN,S.Pd KEPALA SEKOLAH

LUKMAN, S.Pd

GURU MATA PELAJARAN UR. KESISWAAN

NELI, S.Pd

WALI KELAS 7. NELI, S.Pd

8. SYARIFAH MUHANIM, S.Pd 9.KOMANG MENI, S.Pd

PESERTA DIDIK

2.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Menurut Permendikbud Nomor 6 Tahun 2019, Satuan pendidikan merupakan kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan Dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk sekolah dasar (SD) dan sekolah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada Satuan Pendidikan yang berbentuk sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lainyang sederajat.

Sekolah menengah pertama yang selanjutnya disingkat SMP, adalah salah satu bentuk Satuan Pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI. Menurut pasal 5 permendikbud Nomor 6 Tahun 2019 SMP mempunyai tugas mengelola pendidikan umum melalui 3 (tiga) tingkat kelas yang terdiri atas :

- Kelas 7 (tujuh)

- Kelas 8 (delapan), dan - Kelas 9 (sembilan)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, SMP menyelenggarakan fungsi : - Pelaksanaan pendidikan

- Pelaksanaan hubungan kerja sama dengan orang tua peserta didik, komite sekolah, dan/atau masyarakat;dan

- Pelaksanaan administrasi

2.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi Guru

Tugas guru ini dijelaskan dalam Bab XI Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 20 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Pasal 52 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru antara lain sebagai berikut.

1. Merencanakan pembelajaran;

2. Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu;

3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

4. Membimbing dan melatih peserta didik / peserta didik;

5. Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;

6. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok yang sesuai; dan

7. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan.

Lebih lanjut, tugas guru secara lebih terperinci dijelaskan dalam Permendiknas No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya antara lain sebagai berikut.

1. Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan;

2. Menyusun silabus pembelajaran;

3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

4. Melaksanakan kegiatan pembelajaran;

5. Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran;

6. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaaran di kelasnya;

7. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran;

8. Melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi;

9. Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggungjawabnya (khusus guru kelas);

10. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah/ madrasah dan nasional;

11. Membimbing guru pemula dalam program induksi;

12. Membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran;

13. Melaksanakan pengembangan diri

14. Melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif; dan 15. Melakukan presentasi ilmiah.

2.1.7 Data-Data Sumberdaya yang Dimiliki dan Data-Data Terkait Isu

SMP Negeri Satap 4 Sawa pada tahun 2020/2021 memiliki 3 rombongan belajar, yang terdiri kelas VII, kelas VIII dan kelas IX. Distribusi peserta didik di SMP Negeri Satap 4 Sawa disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Distribusi peserta didik di SMP Negeri Satap 4 Sawa Tahun 2021/2022

Tahun Ajaran Kelas Laki-laki Perempuan Total Jumlah

Rombel

Sumber data: SMP Negeri Satap 4 Sawa

Tenaga pendidik dan kependidikan di SMP Negeri Satap 4 Sawa Tahun Pelajaran 2021/2022 sebanyak 12 orang, diantaranya 1 orang kepala sekolah dan 11 orang guru mata pelajaran. Distribusi pendidik dan tenaga pendidikan di SMP Negeri Satap 4 Sawa disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Distribusi Pendidik di SMP Negeri Satap 4 Sawa Tahun 2021/2022

No Nama Status Jabatan Mapel Yang

Diampuh

1 Lukman, S.Pd PNS Kepala Sekolah PKN

2 Muljabar, S.Pd PNS Wakil Kepala

Sekolah

IPS Terpadu

3 Sri Wardiana, S.Pd PNS Guru PJOK

4 Neli, S.Pd PNS

Guru IPA Terpadu &

Prakarya 5 Andi Aulia Anastasia, S.Pd PNS Ka.Lab. IPA IPA Terpadu 6 Muh. Dasmin Karmin, S.Pd PNS Ka. Perpustakaan Bahasa Inggris 7 Komang Meni, S.Pd

CPNS Guru Bahasa Inggris &

Seni Budaya

8 Syarifah Muhanim, S.Pd CPNS Guru Matematika

9 Ni Wayan Wastini, S.Pd P3K Guru Pendidikan Agama

Hindu

10 Muh. Nasir, S.Pd P3K Guru Bahasa Indonesia

11 Wilda Wahyuni, S.Pd., S.Hum P3K Guru PAI

12 Iqbal Prasetya, S.Biotek P3K Guru PKN

Sumber data: SMP Negeri Satap 4 Sawa

Selanjutnya keberadaan sarana dan prasarana di SMP Negeri Satap 4 Sawa disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Keberadaan Sarana dan Prasarana

No. Sarana dan Prasarana Tersedia Tidak Tersedia

1 Listrik √

2 Akses internet √

3 Mushola √

4 Laboratorium IPA √

5 Perpustakaan √

6 Ruang Kelas √

7 Kantor √

Sumber data: SMP Negeri Satap 4 Sawa

Adapun data hasil nilai siswa pada Penilaian Akhir Semester Genap tahun pelajaran 2020/2021 dapat dilihat pada table 2.5

Tabel 2.5 Hasil Penilaian Akhir Semester Siswa Kelas VII Semester Genap Tahun 2020/2021

NO NAMA NILAI PAS

1 Hendra Setiawan 68

2 I Kadek Luat Tirtayasa 60

3 I Ketut Adi Saputra 65

4 Imelda 75

5 Indra Lesmana 65

6 Ketut Ayu Ariyani 56

7 Ketut Yudiana 68

8 Komang Alpandi 50

9 Made Kartini 70

10 Muh. Djafri Djamal 80

11 Ni Kadek Ratih Astiti Dewi 70

12 Putu Wahyuni 58

13 Reihansyah 45

14 Selvianti 45

15 Yayat 60

16 Yoshida Madin 75

2.2 Konsepsi Nilai Dasar, Kedudukan dan Peran ASN

Nilai dasar merupakan seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi. Nilai-nilai dasar ASN sering disebut dengan ANEKA. Kelima nilai dasar itu adalah Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Menurut Suyono (2016: 44) nilai-nilai dasar ini dibutuhkan dalam menjalankan tugas jabatan Profesi PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Lebih lanjut menurut Nurhajati dan Bachri (2017: 156) PNS harus memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, sertamampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini semakin menegaskan pentingnya nilai dasar terhadap kedudukan dan peran ASN dalam pelaksanaan tugasnya. Nilai-nilai dasar ASN tersebut dijelaskan sebagai berikut.

2.2.1 Akuntabilitas

LAN RI (2015: 7) menjelaskan bahwa akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau instansi untuk mengemban tanggung jawab yang telah diamanahkan kepadanya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.Nilai-nilaipublik tersebut antara lain adalah: (1)mampu mengambil pilihan yang tepat danbenar ketika terjadi konflik kepentingan,antara kepentingan publik dengankepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;(2) memiliki pemahaman dan kesadaranuntuk menghindari dan mencegahketerlibatan PNS dalam politik praktis; (3)memperlakukan warga negara secara samadan adil dalam penyelenggaraanpemerintahan dan pelayanan publik; (4)menunjukan sikap dan perilaku yangkonsisten dan dapat diandalkan sebagaipenyelenggara pemerintahan.

Menurut Bovens dalam LAN RI (2015: 14) akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama. Pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); dan ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Oleh karena itu menurut Subekan dan

Iskandar (2019: 96) dengan memahami nilai-nilai dasar dan konsep akuntabilitas dalam pelaksanaan tugas, maka apabila terjadi konflik kepentingan, PNS harus tetap mematuhi peraturan perundangan yang berlaku, harus berkinerja baik dan maksimal guna mendukung kinerja organisasi, selalu memberikan layanan yang adil dan merata kepada pengguna jasa, senantiasa netral terhadap berbagai kepentingan, dan terus menunjukkan nilai-nilai akuntabilitas dan aktualisasinya dalam tugas/pekerjaan.

Indikator nilai-nilai dasar akuntabilitas dalam LAN RI (2015: 23-26) antara lain sebagai berikut.

1) Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.

2) Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.

3) Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

4) Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

5) Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.

6) Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.

7) Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

8) Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.

9) Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

2.2.2 Nasionalisme

Menurut LAN RI (2015: 1) makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasikesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong

untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Lebih lanjut dijelaskan nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya (chauvinism).

Dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangantentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

Dalam LAN RI (2015: 1-2) juga dijelakan mengenai Nasionalisme Pancasila, yaitu pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;

bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;

mengakui persamaanderajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan

sikap tenggang rasa.

2.2.3 Etika Publik

Etika didefinisikan sebagai cara menilai suatu perilaku, yang melibatkan proses inkuiri untuk memutuskan bagaimana memutuskan terkait kode perilaku dalam standar mengenai benar atau salah (Prayote, 2016: 579). Hal senada juga dijelaskan dalam LAN RI (2015: 8) bahwa etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Olehnya itu menurut Santoso dan Dewi (2019: 180), ASN haruslah beretika sehingga dapat memberikan layanan publik yang berkualitas, tidak diskriminatif, dan pelayanan menjadi efektif dan efisien.

Penjelasan di atas menunjukkan pentingnya etika ASN dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan publik. Oleh karena itu LAN RI (2015: 11) menjelaskan secara rinci konsep mengenai etika publik. Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni (1) pelayanan publik yang berkualitas dan relevan, (2) sisi dimensi

reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi, dan (3) modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.Nilai-nilai indikator dari etika publik, yaitu : jujur, terbuka, tulus, sopan santun, amanah, bersikap hormat, bertanggungjawabdan tidak diskriminatif.

2.2.4 Komitmen Mutu

Menurut LAN RI (2015: 15) mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/ jasa yangdiberikan kepada pelanggan (customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing (competitors).

Layanan yang bermutu bukan hanya menjadi tanggung jawab semua pegawai ASN pada setiap level organisasi, mulai dari tingkat paling bawah sampai ke tingkat paling atas. Kesadaran akan mutu (sense of quality) mesti tumbuh dari dalam diri setiap individu.

Sebelum memulai melaksanakan tugas pekerjaan, pegawai ASN harus memahami terlebih dahulu wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, kemudian menguasai standar mutu layanan yang melekat pada wewenangnya tersebut (LAN RI, 2015: 42).

Proses implementasi manajemen mutu diawali dengan menganalisis masalah yang telah diidentifikasi, kemudian menyusun rencana mutu, melaksanakan pekerjaan berbasis rencana mutu, mengawal pelaksanaan, dan mengawasi ketercapaiannya, dan merancang upaya peningkatannya agar dapat membangun kredibilitas lembaga pemerintah (LAN RI, 2015: 49). Berkaitan dengan hal tersebut, Subekan dan Iskandar (2019: 97) menyebutkan ASN yang sadar akan komitmen mutu mampu (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan fenomena empirik, efektivitas, dan efisiensi kinerja di tempat tugas, (2) mendeskripsikan karakteristik ideal dari tindakan yang efektif, efisien, inovatif, dan berorientasi mutu dalam melaksanakan tugas, (3) memberikan layanan publik yang efektif, efisien, inovatif, dan berorientasi mutu, (4) memahami konsekuensi penyelenggaraan kerja yang tidak efektif dan tidak efisien, (5) mengidentifikasi dan mendeskripsikan nilai-nilai dasar orientasi mutu, (6) mengimplementasikan pendekatan inovatif dalam penyelenggaraan tugas, dan (7) menganalisis berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja.Nilai-nilai indikator

komitmen mutu yaitu : efektif, efisien, inovatif, mutu, adaptif, responsif, dan perbaikan berkelanjutan.

2.2.5 Anti Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Dalam buku Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi yang disusun oleh Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi(2011: 24) disebutka arti kata korupsi secara harfiah yaitu kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.Korupsi sering dikatakan sebagaikejahatan luar biasa, karena dampaknyayang luar biasa, menyebabkan kerusakanbaik dalam ruang lingkup pribadi,keluarga, masyarakat dan kehidupanyang lebih luas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.

PNS harus memiliki integritas dan bersih dari praktik korupsi (Nurhajati dan Bachri, 2017: 156). Olehnya itu perlu diantisipasi penyebab terjadinya korupsi. Penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi

yang datangnya dari diri pribadi atau individu, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi tersebut (Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011: 73).

Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.

Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip- prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran,kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam suatu organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karenaitu hubungan antara prinsip-prinsip dan

nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011: 73).

2.2.6 Manajemen ASN

Manajemen ASNsebagaimana yang dijelaskan dalam LAN RI (2017: 7) adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman.

Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan sedangkan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Manajemen PNS meliputi: penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan; pangkat dan Jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan; disiplin;

pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari tua;

dan perlindungan.

2.2.7 Whole of Government (WoG)

Sebuah evolusi administrasi publik melalui pendekatan Whole-of-Government yang telah diterapkan di berbagai negara dalam melayani masyarakat sangat tepat diterapkan di Indonesia, dengan prinsip kolaborasi danprinsip satu tujuan sehingga latar dalam pelayanan dapat mengacu asas efektif dan efisien (Gafar, 2018: 152). WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal

sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan (LAN RI, 2017: 1).

WoG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan beberapa alasan seperti yang dikemukakan dalam LAN RI (2017: 5-8). Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.Kedua, terkait faktor-faktor internal dengan adanyafenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan.Ketiga, khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa.

2.2.8 Pelayanan Publik

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 Tentang Pelayanan Publik dikatakan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yangdisediakan oleh penyelenggara pelayananpublik. Hal senada juga dikemukakan dalam LAN RI (2017: 10-11) bahwa pelayanan publik merupakan pemberian layanan atau melayanikeperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.Dengan demikian, terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah penerima layanan (pelanggan) yaituorang, masyarakat atau organisasi

yang berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasanyang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan). Lebih lanjut dijelaskan bahwa prinsip layanan publik meliputi partisipatif, transparan, responsif, tidak diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.

2.2.8 Identifikasi dan Penetapan Isu

Identifikasi dan penetapan isu berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman CASN di SMP Negeri Satap 4 Sawa disajikan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Identifikasi Isu Tugas pokok

dan fungsi yang bermasalah

Sumber isu Kondisi saat ini Kondisi yang diharapkan perkalian siswa kelas VIII

 Kurang bervariasinya penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran

 Minimnya tingkat antusias siswa dalam mengerjakan tugas sekolah

 Meningkatnya penguasaan perkalian kelas VIII

 Siswa memiliki tingkat antusias yang tinggi dalam

megerjakan tugas sekolah

 Rendahnya penguasaan perkalian kelas VIII

 Rendahnya variasi penggunaan bahan ajar dalam

pembelajaran.

 Rendahnya tingkat antusias siswa dalam mengerjakan tugas sekolah

Berdasarkan Tabel 2.6 diatas dapat ditetapkan bahwa isu yang ditemukan dalam aktualisasi ini antara lain sebagai berikut.

1. Rendahnya penguasaan perkalian pada pelajaran Matematika siswa kelas VIII 2. Kurang bervariasinya penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran

3. Rendahnya tingkat antusias siswa dalam mengerjakan tugas sekolah.

2.2.9 Analisis Isu (Dampak dan Peta Permasalahan)

Teknik analisis yang digunakan dalam penilaian kualitas isu adalah Aktual, Problematik, Khalayak dan Layak (APKL). Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di masyarakat. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya. Khalayak artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Layak artinya isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Penilaian secara APKL dilakukan menggunakan nilai dengan memberikan skor rentang 1 sampai 5, semakin tinggi nilai menunjukkan bahwa isu tersebut sangat urgent dan sangat serius untuk segera ditangani.Hasil analisis menggunakan APKL disajikan pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Analisis APKL

No ISU A P K L Nilai

Total Ranking 1 Rendahnya penguasaan perkalian siswa Kelas

VIII 5 5 5 4 19 I

2 Kurang bervariasinya penggunaan bahan ajar

dalam pembelajaran 5 4 4 3 16 II

3 Rendahnya tingkat antusias siswa siswa kelas

VIII dalam mengerjakan tugas sekolah 5 3 3 3 14 III

Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 2.7, maka dapat disimpulkan bahwa isu prioritas adalah isu nomor 1, yaitu rendahnya penguasaan perkalian pada pelajaran Matematika siswa kelas VIII.

Akibat

Isu

Penyebab

Solusi Kreatif

Gambar 2.2 . Pemetaan Masalah Hasil belajar siswa rendah

Gambar 2.2 . Pemetaan Masalah Hasil belajar siswa rendah

Dokumen terkait