• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Novel Saman karya Ayu Utami merupakan penggambaran kehidupan masyarakat saat novel tersebut diciptakan. Novel Saman merupakan refleksi dari kehidupan masyarakat Indonesia yang berada di bawah kekuasaan rezim Orde Baru, yang terjadi pada tahun 1990-an). Novel Saman merupakan gambaran peristiwa sengketaan tanah dan kerusuhan yang terjadi di Medan pada masa Orde Baru. Peristiwa itu membawakan persoalan peka bagi masyarakat, yaitu akan diubahnya kebun karet menjadi kebun kelapa sawit. Akan tetapi masyarakat merasa tidak setuju dengan adanya perubahan ini. Hal ini mengakibatkan oknum penguasa di Sei Kumbang melakukan tindakan sewenang-wenang yaitu memaksa penduduk untuk melepaskan tanahnya. Mereka menggunakan kekerasan untuk mempengaruhi pikiran petani, penduduk Sei Kumbang dengan cara meneror, menindas, memperkosa, bahkan membunuh. Pada masa itu juga terjadi kerusuhan yang disebabkan unjuk rasa buruh yang memunculkan wajah rasis.

Pemerintah dalam menanggapi protes dan perlawanan dari rakyat dengan menggunakan cara kekerasan yaitu adanya aksi-aksi aparat keamanan atau militer yang membela kepentingan Soeharto, yang semakin brutal dan tidak terkendalikan. Tuntutan itu dijawab dengan pentungan, gas air mata, aksi penangkapan ilegal, penculikan dan penyiksaan Tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh aparat keamanan atau militer telah membuka hati para aktivis

untuk mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dengan adanya LSM ini, bukannya membawa keadaan semakin membaik, tetapi LSM dianggap sebagai gerakan kiri atau gerakan yang melawan pemerintah. Pada masa rezim Soeharto, LSM selalu diidentikkan sebagai “agen dan antek asing”, “penjual”, dan

“pengkhianat bangsa”. Peryataan ini dilakukan untuk mengurangi keberadaan LSM di mata rakyat, mengingat LSM saat itu adalah satu-satunya elemen masyarakat yang kritis terhadap pemerintah Soeharto. Posisi LSM dan rezim Soeharto selalu dalam posisi berlawanan. LSM telah dituduh berpolitik dan mengorganisasikan rakyat miskin. Maka, wajar bila pemerintah selalu mencurigai aktivis LSM. Pemerintah juga melakukan tindakan pengejaran dan penangkapan terhadap aktivis-aktivis LSM.

Selain itu, novel Saman juga bercerita mengenai perjuangan seorang pemuda bernama Saman, yang dalam perjalanan karirnya sebagai seorang pastor harus menyaksikan penderitaan penduduk desa yang tertindas oleh negara melalui aparat militernya. Saman akhirnya menanggalkan jubah kepastorannya itu, dan menjadi aktivis buron. Sebagai seorang aktivis, Saman mengembangkan hubungan seksual dengan sejumlah perempuan. Keempat tokoh perempuan dalam novel Saman antara lain Shakuntala, Laila, Cok, dan Yasmin. Mereka muda, berpendidikan dan berkarir. Sebagai layaknya sahabat, mereka saling bertukar cerita mengenai pengalaman-pengalaman cinta, keresahan dan pertanyaan-pertanyaan mereka dalam mendefinisikan seksualitas perempuan.

Kemunculan novel Saman menjelang saat-saat jatuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998, sempat menghebohkan dunia sastra Indonesia karena isinya

yang dianggap kontroversial, mendobrak berbagai tabu di Indonesia baik mengenai represi politik, intoleransi beragama, dan seksualitas perempuan. Ada pihak-pihak yang mengkritik novel tersebut karena dianggap terlalu berani dan panas dalam membicarakan persoalan seks. Banyak pula yang memujinya karena penggambaran novel tersebut apa adanya, polos, tanpa kepura-puraan.

Kehadiran karya sastra dalam bentuk novel tentu akan memberi solusi dari banyaknya permasalahan di lingkungan masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah perebutan kekuasaan. Dengan membaca novel, orang dapat secara gratis menikmatinya, sehingga pesan sosial yang ada di dalamnya dapat lebih dinikmati masyarakat luas dan dapat dijadikan sebagai suatu pembelajaran.

Seperti halnya strukturalisme genetik dalam novel Saman karya Ayu Utami bisa dijadikan sebagai pembelajaran bagi pelajar dan masyarakat luas sehingga lebih memerhatikan pesan-pesan sosial yang terkandung di dalam novel.

Novel ini juga bisa dijadikan spirit baru bagi para penikmat sastra untuk menghasilkan karya sastra seperti novel yang dapat memberikan nilai sosial bagi masyarakat. Bukan menomorsatukan penghasilan dari sebuah novel, tapi harus memerhatikan dampak yang akan muncul dari karya novel itu sendiri apabila sudah dibaca oleh para penikmat sastra.

89 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ini, diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Eksistensi tokoh Wisanggeni/Saman terlihat dalam konflik yang dialami, bukan hanya konflik eksternal saja namun konflik internal atau kejiwaan dengan dirinya sendiri pun terjadi sehingga ia menanyakan tentang keberadaan Tuhan. Padahal, dia adalah seseorang yang pernah belajar teologi dan seorang rohaniawan yang tak lagi diragukan akan keimanannya tentang Tuhan. Dari konflik itulah akhirnya membuat perubahan drastis dalam diri Wis. Dengan alasan politis dan keamanan dirinya Wis menghilang dan mengganti namanya dengan nama Saman lalu melarikan diri ke luar negeri. Dia juga memutuskan untuk meninggalkan imamatnya demi mejadi seorang aktivis di antara kaum miskin papa yang tertindas.

2. Dalam novel Saman sendiri, sebenarnya lebih sebagai akumulasi dari

pengalaman Ayu Utami sebagai perempuan yang memiliki profesi sebagai wartawan dan aktivis. Ada dua hal yang ingin ia angkat di dalam novelnya, yaitu persoalan-persoalan jender dalam hal termasuk seks, dan juga persoalan-persoalan politik yang lebih umum. Ia hanya berusaha untuk jujur mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Pada masa itu, masalah seks memang masih dianggap tabu untuk diangkat ke permukaan, termasuk dalam bentuk novel. Itulah sebabnya,

ketika membuat novel Saman ia malah berpikir akan menerbitkannya sendiri, karena ia takut tidak ada penerbit yang berani menerbitkannya. Ternyata prediksinya salah novel Saman malah menjadi best seller. Ini merupakan satu bukti bahwa masyarakat Indonesia sudah siap dengan hal-hal yang dianggap tabu, termasuk membicarakan seks secara terbuka.

3. Konflik yang terkadung dalam novel Saman adalah pertentangan antara

penduduk transmigran Sei Kumbang sebagai buruh perkebunan karet yang tertekan akan kondisi ekonomi akibat hutang dan monopoli perdagangan karet.

Dalam novel Saman tidak hanya masalah hukum dan keadilan sosial saja yang dikritik, problematika kebudayaan timur pun dibahas, terutama masalah keperawanan dan seksualitas. Novel Saman tidak hanya menuntut keadilan sosial dan peningkatan status perempuan Indonesia, tetapi juga hak seksual mereka.

4. Padangan dunia pengarang dalam novel Saman karya Ayu Utami yaitu

pengarang mempunyai rasa simpati pada nasib yang dialami oleh penduduk transmigrasi Sei Kumbang dan pengarang berusaha untuk menolak pandangan bahwa laki-laki selalu mendominasi perempuan. Lebih dari itu pengarang ingin menyeimbangkan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini terlihat dari adanya pemberian solusi-solusi yang diberikan oleh pengarang pada tokoh problematik. Pemberian solusi-solusi pada tokoh problematik ini sesuai dengan latar belakang lingkungan sosial pengarang.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang telah dicapai maka disarankan:

1. Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya melestarikan sastra dan mengembangkannya dengan melalui pendekatan sosiologi sastra maupun pendekatan lainnya.

2. Bagi penikmat sastra khususnya mahasiswa yang ingin memahami suatu karya sastra diharapkan supaya aktif mempelajari dan menganilisis karya-karya sastra, utamanya novel agar kemampuan mengapresisasi yang dimiliki dapat berkembang.

3. Sudah sepatutnya uraian dalam tulisan ini tidak hanya sekadar kritik ilmiah bagi penulis dan pembaca, tetapi dapat memberikan hikmah ilmiah dan dapat dijadikan pelajaran berharga menyikapi permasalahan dalam kehidupan.

4. Kiranya dalam penelitian ini merupakan motivasi bagi pembaca untuk mengkaji aspek-aspek lain dari novel berbobot lainnya sebagai suatu motivasi.

Jika perlu ada baiknya kalangan mahasiswa Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia memberdayakan pengkajian semacam ini sebagai suatu bentuk kegiatan apresiasi.

Aziz, Siti Aida. 2011. Apresiasi dan Kajian Prosa Fiksi. Surabaya: Bintang Surabaya.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Sastra.

Darma, Budi. 1999. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensido Bandung.

Endraswara, Suwardi. 2003. Sosiologi Sastra Studi Teori dan Interpretasi.

Yogyakarta: Ombak.

_________, 2013. Sosiologi Sastra Studi Teori dan Interpretasi. Yogyakarta:

Ombak.

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasan. 2013. Pengertian Sastra Secara Umum dan Menurut Para Ahli (Online).

(http://jenggala.blogspot.com/2013/01/pengertian-sastra-secara-umum-dan .html. 14 Februari 2014).

Jabrohim. 1994. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_________, 2001. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_________, 2012. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Junus Umar. 1988. Pendekatan Strukturalisme Genetik Lucien Goldman. (online) http: www. Uns.ac.id./cp/penelitian.php?act=det&idA=159. 28 Februari 2015.

Kasmawati. 2013. Nilai Pendidikan dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabicahara. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fkip Unismuh Makassar.

Maryani. 2011. Analisis Strukturalisme Genetik dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 Karya Habiburrahman El Shirazy. Skripsi tidak diterbitkan.

Semarang: Ikip Semarang.

Musyaropah, Siti. 2011. Analisis Stratifikasi Sosial dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetiyo dan Alternatif Materi

Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rimang, Siti Suwadah. 2011. Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aura Pustaka.

Satriani. 2013. Analisis Nilai Pendidikan novel Sujud Nisa di Kaki Tahajjud Subuh karya Kartini Nainggolan. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fkip Unismuh Makassar.

Semi, M Atar. 1987. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

_________, 1989. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar Teori Sastra. Malang: Aditya Media Publishing.

Somarjo, Jacob. 1982. Memahami Kesusastraan. Bandung: Erlangga.

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 2003. Sastra Dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:

Pustaka Jaya

Wellek dan Warren, Rene Austin. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_________ 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_________, 2013. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wiyatmi. 2013. Bahan Ajar Sosiologi Sastra (Online).

(https://www.google.com/search?ie=UTF-8&source=androidbrowserq=teo ri+sosiologi+sastra+indonesia. 22 Juni 2014).

Woellandhary, Yemmi. 2013. Bahasa Sastra Indonesia (Online).

(http://yemmiwoellandhary.blogspot.com/2013/05/sosiologi-sastra.html?m

=1. 22 Juni 2014).

Press.

Tahun Terbit : 2002

SINOPSIS

Novel Saman ini mengisahkan tentang 4 sahabat yang telah menjadi sabahat dari SD, mereka adalah Laila, Cok, Yasmin, dan Shakuntala. Mereka mempunyai obsesi yang sama tentang laki-laki.

Laila jatuh cinta kepada Sihar yang sebelumnya Laila jatuh cinta pada seorang pastor bernama Wisanggeni, Laila menjadi terlibat sangat jauh dengan masalah yang dihadapi Sihar sehingga mereka menjadi sangat dekat, masalah yang menuntut keadilan terhadap atasannya yang menyebabkan sahabat Sihar meninggal karena kelakuan atasannya. Sihar dan Laila tepaut cinta yang seharusnya tidak boleh terjadi diantara mereka, karena Sihar telah mempunyai istri dan seharusnya Laila tidak boleh menjalin cinta kepada laki-laki yang telah mempunyai istri.

Yasmin adalah seorang pengacara yang selalu membela pihak yang dirugikan tanpa berharap imbalan, Yasmin sudah menikah. Berbeda dengan Cok yang selalu berganti-ganti pasangan dan dikenal sebagai wanita yang binal.

Shakuntala yang merupakan sahabat dari Cok, Yasmin dan Laila yang mendapat beasiswa seni tari di New York, dengan mendapatkan beasiswa di New York

Mengatasi masalah yang tengah dihadapi Sihar, yang menuntut keadilan karena kecerobohan sang atasan salah satu rekan kerja sihar meninggal. Sihar yang dibantu oleh Wis dan Yasmin yang merupakan pengacara berusaha menuntaskan masalah tersebut. Karena masalah tersebut Laila dan Sihar menjadi sangat akrab hingga mereka berdua merencanakan untuk berkencan, namun kencan tersebut digagalkan oleh Sihar karena tek tega lantaran Laila masih perawan.

Wisanggeni yang terlibat masalah serius disuatu daerah bernama perabumulih, disana Wisanggeni bertemu dengan Upi seorang gadis yang terganggu kejiwaannya, penyakit gangguan jiwanya tersebut dimafaatkan oleh para lelaki yang tidak bertanggung jawab, Wisanggeni bertemu Upi, ketika Upi terjebur dalam sumur, entah karena apa Wisanggeni memandang Upi berbeda dan Wisanggeni ingin menolongnya, hingga Wisanggeni mengantarkan Upi pulang kesuatu desa. Sesampainya Wisanggeni di desa tersebut dia mendapatkan kenyataan bahwa Upi mengalami gangguan jiwa yang harus dimasukkan dalam kandang dengan kaki terantai. Orang tua Upi menjelaskan bahwa mereka terpaksa melakukan itu karena Upi sudah keterlaluan karena hampir membahyakan orang disekitar, Upi yang dalam sakit gangguan jiwa tersebut, sering merasakan masturbasi yang membuat Wisanggeni semakin prihatin.

didesa tersebut, Wisanggeni dapat membantu mereka dengan bantuan dana dari ayahnya serta izin dari kepala pastor untuk membantu desa tersebut. Didesa itu Wisanggeni membuat pembangkit listrik dan menanam pohon karet yang perlahan-lahan membuat perekonomian warga didesa tersebut mulai membaik.

Namun, rencana mereka tidak lancar, karena keputusan pemerintah yang mengalihkan pengolahan lahan tersebut pada perusahaan swasta perkebunan kelapa sawit. Tentunya keputusan pemerintah tersebut sangat merugikan warga desa, sehingga Wisanggeni dan warga desa bersikukuh untuk mempertahankan perkebunan karet yang perlahan-lahan membuat perekonomian warga tersebut semakin membaik. Namun, teror demi teror menyerang desa tersebut hingga suatu ketika warga desa dan Wis terjebak. Sehingga perkebunan tersebut dapat dikuasai oleh perusahaan swasta dan Wisanggeni ditangkap dan siksa dalam penjara dipaksa mengaku hal yang sebenarnya tidak Wisanggeni lakukan. Wisanggeni merasa sangat bersalah dan kecewa kapada dirinya sendiri karena Upi tidak dapat diselamatkan.

Laila dan Sihar berjanji akan berkencan di New York. Namun, Sihar tidak menepati janji, sehingga menyulut kemarahan Shakuntala yang merupakan sahabat Laila. Namun, Laila selalu membela Sihar dan mengagungkan Sihar, Shakuntala tidak habis pikir dengan laila yang selalu setia mencintai orang,

ayahnya, dia meminta bantuan untuk dikirimi uang dan meminta ayahnya untuk memberi tahu Yasmin bahwa Wisanggeni membutuhkan bantuan, akhirnya Yasmin membantu Wisanggeni. Yasmin mengusulkan agar Wisanggeni pergi dari Indonesia, Yasmin dan Cok membantu penyamaran Wisanggeni dengan sangat rapi sehingga tidak ada orang yang mengenali Wisanggeni. Wisanggeni dilarikan ke New York tanpa sepengatuhuan orang lain. Namun, tengah perjalanan itu Yasmin tidak bisa menahan perasaan sedihnya karena kepergian Wisanggeni.

Akhirnya, mereka melakukan hubungan terlarang yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang pastor.

Selama wisanggeni pergi ke New York dia berganti nama menjadi Saman.

Saman menjadi sangat dekat dengan Yasmin dan sangat mencintai yasmin .

Perasaan dan nafsu yang selama ini di pendam selama ia menjadi pastor, kini berubah menjadi perasaan penuh cinta terhadap Yasmin.

di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968. Ayahnya bernama Johanes Hadi Sutaryo dan ibunya bernama Bernadeta Suhartina. Ia berasal dari keluarga Katolik.

Pendidikan terakhirnya adalah S-1 Sastra Rusia dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1994). Ia juga pernah sekolah Advanced Journalism, Thomson Foundation, Cardiff, UK (1995) dan Asian Leadership Fellow Program, Tokyo, Japan (1999). Ayu menggemari cerita petualangan, seperti Lima Sekawan, Karl May, dan Tin Tin. Selain itu, ia menyukai musik tradisional dan musik klasik. Sewaktu mahasiswa, ia terpilih sebagai finalis gadis sampul majalah Femina, urutan kesepuluh. Namun, ia tidak menekuni dunia model.

Ayu pernah bekerja sebagai sekretaris di perusahaan yang memasok senjata dan bekerja di Hotel Arya Duta sebagai guest public relation. Akhirnya, ia masuk dalam dunia jurnalistik dan bekerja sebagai wartawan Matra, Forum Keadilan, dan D & R. Ketika menjadi wartawan, ia banyak mendapat kesempatan menulis. Selama 1991, ia aktif menulis kolom mingguan “Sketsa” di harian Berita Buana. Ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan ikut membangun Komunitas Utan Kayu, sebuah pusat kegiatan seni, pemikiran, dan kebebasan informasi, sebagai kurator. Ia anggota redaktur Jurnal Kalam dan peneliti di Institut Studi Arus Informasi.

sebagai novel pembaru dalam dunia sastra Indonesia. Melalui novel itu pula, ia memenangi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Novel tersebut mengalami cetak ulang lima kali dalam setahun. Para kritikus menyambutnya dengan baik karena novel Saman memberikan warna baru dalam sastra Indonesia. Karyanya yang berupa esai kerap dipublikasikan di Jurnal Kalam. Karyanya yang lain, Larung, yang merupakan dwilogi novelnya, Saman dan Larung, juga mendapat banyak perhatian dari pembaca.

Karya-Karya Ayu Utami:

a. Novel Ayu Utami 1. Saman (1998) 2. Larung (2001) 3. Bilangan Fu (2008)

4. Manjali dan Cakrabirawa (2010) b. Kumpulan Esai

1. Si Parasit Lajang (2003) 2. Cerita Cinta Enrico (2012) 3. Soegija: 100% Indonesia (2012)

2. Prince Claus Award dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, tahun 2000

3. Penghargaan Khatulistiwa Literary Award tahun 2008 untuk novelnya Bilangan Fu

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Santi

Nim : 10533 6736 11

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Analisis Srukturalisme Genetik dalam Novel Saman Karya Ayu Utami

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2015 Yang Membuat Pernyataan

Santi Diketahui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Anshari, M. Hum. Dr. Sitti. Swadah Rimang, M. Hum.

vi

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Santi

Nim : 10533 6736 11

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi, saya akan (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti butir 1, 2 dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2015 Yang Membuat Perjanjian

Santi Mengetahui

Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M. Pd.

NBM. 858 623

pendidikan formal di SDN 27 Pulau Sanane dan berhasil menyelesaikan pada tahun 2005, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 13 Makassar dan selesai pada tahun 2008, kemudian melanjutkan di tingkat lanjutan atas di SMA 10 Antang dan selesai pada tahun 2011. Setelah menempuh pendidikan tingkat menengah atas, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Berkat Rahmat Allah swt yang disertai iringan doa kedua orang tua dan saudara. Perjuangan panjang penulis yang penuh suka dan duka di dalam mengikuti pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strukturalisme Genetik dalam Novel

“Saman ” Karya Ayu Utami”.

Sabalana, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkajene. Merupakan buah kasih sayang dari Ayahanda H. Buding dan Ibunda Hj. Sittinang sebagai anak keenam dari Sembilan bersaudara.

Pada tahun 1999, penulis memasuki jenjang

A M P

I R A N

LAMPIRAN

S I N O P S

I

S

B I O G R A F

I

P E N G A R A N G

R I W A Y A T

H

I

D

U

P

Dokumen terkait