• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.5 Metode Penelitian

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

1.5.3.1 Studi Lapangan

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data lapangan ini adalah:

1. Observasi14

Untuk mendukung kelengkapan data yang dapat diperoleh dengan cara pengamatan maka observasi menjadi pilihan yang tepat dalam penelitian ini. Observasi digunakan juga untuk melakukan pendekatan awal dengan objek pengamatan, hal ini tentunya penting untuk memberikan kemudahan pada awal penelitian, sebelum kegiatan wawancara dilakukan dan tentu saja untuk menggambarkan kondisi awal penelitian di lapangan. Observasi berguna untuk menjaring informasi-informasi empiris yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian (Bungin, 2007:230).

Oleh sebab itu peneliti akan melakukan dan menjalankan observasi tanpa partisipasi terkait fokus penelitian dengan mengamati dan melihat kondisi pemukiman di kawasan Jalan Brigjen Katamso serta mengamati dari atas jembatan HVA (Holland Vereniging Amsterdam). Sebelum memulai penelitian lebih mendalam, peneliti melakukan observasi pra penelitian, hal ini peneliti perlukan guna mengetahui lebih dalam dan lebih dekat lokasi / lapangan. Selain itu pra survei yang peneliti lakukan

14

Observasi adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejala (tindakan, peristiwa, peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian dengan cara mengamati).

penting bagi peneliti untuk menjaring dan mengenali orang-orang / masyarakat di lokasi penelitian guna dijadikan informan.

Untuk pertama kalinya peneliti mengunjungi Kampung Aur di awal bulan Januari 2013, pada saat itu banjir setinggi 3 meter baru saja surut, masyarakat masih sibuk menyedot air yang masih tergenang dan membersihkan sampah-sampah yang di bawa arus. Peneliti mulai menelusuri Kampung Aur di mulai dari Kampung Aur atas hingga ke Kampung Aur lembah dan pinggir sungai Deli. Ketika mulai masuk ke lingkungan Kampung Aur, tercium aroma yang tidak enak. Bau busuk, bau sampah. Terasa menjijikkan, namun sebagai seorang peneliti hal yang seperti itu tidak boleh diperlihatkan. Ada berpuluh pasang mata yang memperhatikan kedatangan peneliti, sempat berfikir dalam hati “ada yang salahkah dengan penampilanku ke tempat ini?” Dengan memakai kaos Inisiasi Antropologi 2011, celana jeans hitam, kets All Stars tak lupa ransel berwarna coklat mendampingi observasi non partisipasi hari ini. Peneliti santai saja terus berjalan, masa bodoh dengan apa yang ada dipikiran masyarakat. Sesekali peneliti senyum ketika berpapasan dengan sepasang bola mata yang memperhatikan kedatangan peneliti.

Perasaan takut terus menghantui, mengingat beberapa kali mendengar cerita dari teman-teman bahwa Kampung Aur tempat yang rawan kejahatan dan banyak para pemuda disana yang “usil” dan memakai obat terlarang. Namun demi sebuah tekad, yaitu untuk segera menyelesaikan studi, peneliti memberanikan diri dengan

bermodalkan positive thinking, “apabila datang ke tempat ini dengan maksud dan tujuan yang baik, maka saya juga akan disambut dengan baik”.

Dan akhirnya peneliti temukan seorang pria paruh baya sedang duduk santai di kedainya yang baru saja dibersihkannya, peneliti senyum dan beliau pun membalas senyum peneliti. Tergerak hati ingin mengobrol sebentar dengan Bapak itu. Namanya pak Angkasa Silalahi. Dengan ramah peneliti menyapa dan menanyakan ketersediaan beliau untuk diwawancarai. Ternyata beliau bersedia, bahkan beliau berinisiatif sendiri menceritakan apa yang baru saja terjadi dan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Aur. Saya mendengarkan serta sekali-kali mengangguk paham, terkadang kami tertawa karena ada hal yang diceritakan menggelitik perut. Setelah 20 menit bercakap-cakap, Pak Silalahi menanyakan ingin minum atau tidak, peneliti berusaha menolak dengan halus namun beliau segera pergi ke rumahnya yang bersebelahan dengan kedainya dan kembali lagi membawa botol Aqua dingin yang sudah diisi dengan air biasa. Kemudian beliau berikan kepada saya, tapi tidak saya sentuh. Ntah kenapa, tiba-tiba Pak Silalahi berkata “mari diminum dek, hanya itu yang kami punya. Tidak usah takut, tidak dimasukkan racun kedalam botol air itu. Masyarakat disini tidak ada yang berani berbuat demikian”. Sontak peneliti terkejut karna beliau tahu apa yang sedang saya pikirkan mengenai botol air itu. Karena segan dan takut dianggap tidak menghargai, saya minum air tersebut dan berharap saya bisa keluar dengan selamat dari tempat ini.

Dan setelah selesai berbincang-bincang dengan Pak Silalahi dan menelusuri Kampung Aur, peneliti segera pulang dan mengambil kesimpulan dari hasil wawancara bahwa lokasi cocok untuk menjadi tempat penelitian dan mengangkat topik permasalahan mengenai perilaku masyarakat pinggir Sungai Deli, khususnya sebagai faktor penyebab banjir.

2. Wawancara

Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (interview guide), pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

Peneliti berusaha untuk menjalin rapport15 dengan informan. Pengembangan

rapport dilakukan dengan cara hidup beradaptasi dan mengikuti kegiatan sehari-hari masyarakat di Kampung Aur dan menjalin hubungan yang baik dengan penduduk setempat sehingga ketika melakukan wawancara, data yang diperoleh benar-benar atau mendekati fakta yang sesungguhnya. Hasil-hasil wawancara akan dicatat dalam catatan

lapangan untuk memudahkan pemahaman akan disertakan foto, rekaman suara dan video yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam melakukan wawancara peneliti tidak membedakan mana informan pangkal, informan kunci ataupun informan biasa.

Dari observasi awal peneliti dilapangan, maka peneliti sudah menemukan informan meskipun untuk tahap awal peneliti masih melakukan wawancara sambil lalu. Kunjungan ke Kampung Aur yang selanjutnya ketika judul peneliti telah di ACC oleh Ketua Jurusan Departemen Antropologi FISIP USU. Saat itu peneliti berniat akan menjumpai Kepala Lingkungan IV (Kampung Aur). Berdasarkan informasi Pak Silalahi Kepala Lingkungan IV (Kampung Aur) bernama Sabil, usianya masih sangat muda tetapi sudah dipercayakan masyarakat untuk menjadi kepala lingkungan Kampung Aur.

Setelah bertanya dengan beberapa warga, akhirnya peneliti mendapatkan rumah Pak Sabil. Namun agak sedikit kecewa ketika mendapati bahwa Pak Sabil sedang tidak berada di rumah. Akhirnya peneliti putuskan untuk menunggu, siapa tahu Pak Sabil tidak lama lagi akan pulang. Peneliti menunggu disebuah beranda yang ada di pinggir Sungai Deli, disana ada seorang Ibu Muda sedang menjagai anaknya yang masih balita, yang sedang bermain. Peneliti hanya meminta izin untuk menumpang duduk di beranda tersebut. Ibu tersebut bertanya kepada peneliti “mau cari siapa dek?” kemudian peneliti mengenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan peneliti ke Kampung Aur. Tidak lama kemudian turun seorang pria dari lantai dua beranda, bertelanjang dada dan hanya memakai celana ponggol. Di punggungnya penuh dengan tato, di tangan kanan juga demikian dan terlihat ada bekas luka jahit. Peneliti sempat takut dan berfikir

“premankah abang ini?”. Pertanyaan yang sama dilontarkan oleh pria tersebut, “mau cari siapa dek?”

Pria tersebut bernama Budi Bahar, beliau merupakan saudara Pak Sabil, satu nenek katanya. Bang Budi memberikan peneliti nomor HP Pak Sabil, segera peneliti menghubungi Pak Sabil dan menjelaskan maksud peneliti. Setelah berbincang sebentar dengan Pak Sabil melalui telefon, beliau meminta harus ada surat izin penelitian dari kampus dan sudah melapor ke Kantor Lurah Kampung Aur. Namun peneliti menjelaskan ini hanya pra penelitian, jadi pihak kampus belum mengeluarkan surat izin. Namun akhirnya Pak Sabil mengerti dan mengizinkan peneliti untuk melakukan wawancara.

Bang Budi sendiri bersedia untuk di wawancarai, beliau kemudian menghubungi rekannya yang bernama Syafri Icap. Mereka berdua merupakan orang yang cukup di segani oleh masyarakat Kampung Aur. Bang Budi mengenalkan dirinya beserta keluarganya, ternyata Ibu Muda tadi adalah isterinya, bernama Indah. Beranda tersebut adalah miliknya, yang biasanya dijadikan untuk tempat kumpul masyarakat di Kampung Aur apabila hendak bersantai atau mengobrol. Tempat tinggalnya berada di lantai dua, keluarga Bang Budi tinggal bersama Ibu dan adiknya.

Pak Icap adalah seseorang yang biasa mendampingi mahasiswa yang melakukan penelitian. Beliau juga bersedia untuk meluangkan waktu jika saya membutuhkan data

untuk membuat janji jika peneliti akan mewawancarai mereka. Terjadi percakapan yang seru diantara kami bertiga, setiap pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkan mereka jawab dengan jelas. Dimulai dari awal berdirinya Kampung Aur ini, sampai akhirnya Kampung Aur tetap ada sampai sekarang, perjuangan yang cukup panjang.

Pak Icap memberikan kepada saya nama-nama yang patut untuk di wawancarai, beliau mengingatkan hati-hati dalam memilih informan, karena tidak semua masyarakat yang di Kampung Aur mau terbuka untuk diwawancarai. Akhirnya peneliti pamit dan bejanji akan segera kembali setelah ujian proposal dan mendapatkan surat izin penelitian lapangan dari Fakultas.

Dokumen terkait