• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah anak-anak kelompok B2 RA Nurul Huda Pilangsari tahun pelajaran 2019/2020. Jumlah anak-anak kelompok B2 RA Nurul Huda Pilangsari tahun pelajaran 2019/2020 adalah 15 anak, dengan perincian 10 perempuan dan 5 laki-laki.

Tabel 3.2

Daftar Anak Kelompok B2

RA Nurul Huda Pilangsari Kedawung Cirebon

No Nama Kode

Siswa

Jenis Kelamin

1 ANN A L

2 AR B L

3 ANR C P

4 CH D L

5 DSS E P

6 FZN F P

7 HA G L

8 KPA H P

9 MAF I L

10 NF J P

11 RS K P

12 SD L P

13 SBU M P

14 SAO N P

15 KH O P C. Prosedur Tindakan

Menurut Risnawati (2011) mekanisme kerja pada penelitian ini diwujudkan dalam bentuk siklus yang mencakup empat tahapan dalam setiap siklusnya. Empat tahapan tersebut ialah perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).

Berikut ini Skema Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Risnawati (2011) menggunakan model Kurt Lewin yang tertera pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 PTK Model Kurt Lewin

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dengan dua siklus, dan setiap siklus mencakup empat tahapan yaitu :

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tahap ini guru merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian kelas, di antaranya: Mengidentifikasi masalah yang ada di dalam kelas yang akan menjadikan topik yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan merupakan topik dalam penelitian ini. Menyusun rencana kegiatan harian yang akan digunakan dalam penelitian. Menyusun media pembelajaran

Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi

untuk mendukung kegiatan belajar sesuai rencana kegiatan harian yang telah disusun. Menyusun dan mempersiapkan pedoman serta lembar observasi yang akan digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap kedua dari penelitian adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rencana, yaitu melakukan tindakan di kelas. Jadi pada tahap kedua ini merupakan pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan dalam rencana kegiatan harian. Perlu diperhatikan pada tahap kedua ini, guru yang sekaligus peneliti dengan dibantu rekan sejawat hendaknya melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap tindakan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan sebelumnya dalam rencana kegiatan harian.

Pelaksanaan kegiatan bersifat refleksi dan terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan, akan tetapi konsep pembelanjaran yang digunakan adalah konsep yang sama.

3. Tahap Pengamatan Tindakan

Tahap ketiga yaitu kegiatan observasi yang dilakukan oleh guru kelas yang sekaligus sebagai peneliti dengan dibantu teman sejawat. Pengamatan ini dilakukan saat pelaksanaan kegiatan tindakan berlangsung. Pengamatan tidak bisa dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan, jika antara tindakan dan pengamatan berlangsung dalam waktu yang sama.

Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti yang sekaligus sebagai guru kelas dengan dibantu guru sentra.

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Dalam tahapan ini, dilakukan pengamatan terhadap semua proses tindakan, hasil tindakan, situasi pelaksanaan tindakan, penelitian yang sekaligus sebagai guru kelas, menyusun catatan kegiatan yang berisi semua kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan ini dapat dibantu dengan adanya dokumentasi saat pembelajaran berlangsung.

4. Tahap Refleksi Tindakan

Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan, menganalisis faktor yang menghambat tercapainya indikator keberhasilan atau hal

yang perlu ditingkatkan pada situasi berikutnya. Tahap refleksi memperoleh suatu kesimpulan yang digunakan untuk memperbaiki siklus berikutnya sehingga, penelitian semakin dekat dengan keberhasilan. Tahap ini peneliti menganalisis hasil tindakan yaitu ketercapaian dan kekurangan selama proses pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan beberapa cara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Observasi

Menurut Suryana (2010) menyatakan bahwa, observasi adalah upaya mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang peserta didik dalam proses pembelajaran. Observasi ini dilakukan di dalam kelas saat guru kelas mulai mengajar dengan menggunakan metode yang diberikan oleh peneliti.

Dalam metode ini juga dibantu dengan checklist dan catatan anekdot, untuk mengamati perkembangan soial anak setelah mendapatkan tindakan (Puspitaningtyas, 2016). Menurut Zainal Aqib, (2017) catatan anekdot adalah cerita singkat yang menarik dan mengesankan berdasarkan kejadian nyata.

Catatan anekdot dapat menceritakan secara kronologis suatu kejadian khusus yang dialami anak.

Dari pengamatan ini guru dapat menyimpulkan perbedaan antara pembelajaran yang masih menggunakan metode klasikal. Yang dimaksud klasikal disini ialah di RA Nurul Huda Pilangsari pembelajaran masih melibatkan anak secara indivudal. Anak-anak jarang melakukan kegiatan yag sifatnya berkelompok. Setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, anak-anak terlihat lebih aktif dan mau bekerjasama dengan teman-temannya.

2. Wawancara

Menurut Agung Widhi Kurniawan, Zarah Puspitaningtyas (2016), Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab secara langsung antara peneliti dan narasumber atau sumber data.

Wawancara yang digunakan untuk memperoleh data pada

penelitian ini adalah wawancara tanya jawab antara guru dan peserta didik, dimana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana untuk menggali informasi tentang proses pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis proyek atau pra siklus dan sesudah menggunakan model pembelajaran berbasis proyek atau pada siklus, hingga memperoleh data yang valid. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada anak (peserta didik).

3. Dokumentasi

Menurut Zainal Aqib, (2017) Dokumentasi adalah proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apa pun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran atau arkeologis.

Dalam penelitian ini dokumentasi yang dapat dikumpulkan adalah profil RA Nurul Huda Pilangsari, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), foto kegiatan pembelajaran dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian.

4. Daftar Cocok (Check list)

Menurut Casta (2014) daftar cocok atau checklist adalah alat pengumpul data yang berupa daftar tentang aspek-aspek perilaku dan kondisi tertentu yang diambil datanya.

E. Teknik Analisis Data

Setelah semua data diperoleh, tahap berikutnya ialah analisis data, yaitu proses mengurutkan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian dilakukan dengan cara memadukan hasil observasi pada saat penerapan tindakan dengan hasil tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran, apabila dari hasil analisis didapatkan bahwa terdapat beberapa diantara langkah-langkah penerapan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya belum terlaksana dengan baik dan lancar yang mungkin mempengaruhi hasil tes, maka sebagai refleksinya perlu diulang kembali pada siklus berikutnya, apabila sudah menampakkan hasil yang baik. Adapun teknik analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui observasi, wawancara, dokumentasi, catatan chek list dan catatan anekdot dan untuk mengetahui kualitas kerjasama dengan cara

membandingkan data yang diperoleh dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang kemudian data diubah dalam bentuk persentase.

Menurut Casta (2014) untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari penelitian ini dapat di analisis menggunakan rumus sebagai berikut :

P = F x 100 % N

Keterangan :

P = Angka Persentase

F = frekuensi data yang di amati N = Number of Cases (Jumlah Data)

Data dianalisis dengan rumus persentase tersebut, maka peneliti memberikan indikator keberhasilan peningkatan kemampuan anak dalam bekerjasama sesuai kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak. Berdasarkan kriteria kesesuaian di atas kita tentukan status suatu data atau variable penelitian dengan table konversi persentase sebagai berikut :

Tabel 3.3 Tabel Konversi Persentase

Persentase Penafsiran

86% – 100% Sangat Baik

76 % – 85% Baik

60% – 75% Cukup Baik

55% - 59% Kurang Baik

<54% Kurang Sekali

Sumber: Dasar-dasar statistik pendidikan(Casta, 2014) F. Teknik Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah Chek list atau daftar cek adalah pedoman observasi yang berisikan daftar semua aspek yang akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda ada atau tidak dengan tanda (√) tentang aspek yang diobservasi. Chek list merupakan alat observasi yang praktis untuk digunakan, sebab semua aspek yang akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu. Peneliti dalam perkembangan yang harus dicapai oleh anak kelompok B.

Panduan observasi bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek.

Berikut merupakan kisi-kisi pedoman yang digunakan dalam lembar observasi :

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi peningkatan Kemampuan Kerjasama Anak Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Variabel Sub Variabel Keterangan

Kemampuan Kerjasama 1. Kemampuan kooperatif Anak dapat menunjukkan perasaan serta sikap kooperatif dengan saling membantu dalam kelompok.

2. Kemampuan Anak dapat menunjukkan

Kemampuannya dalam

berinteraksi dengan teman dalam kelompok.

dalam berinteraksi

3. Kemampuan berkomunikasi

Anak secara aktif dapat menunjukkan kemampuannya berkomunikasi dengan teman dalam kelompok dan menghargai hak/pendapat/karya orang lain.

*Sumber PERMENDIKBUD Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini

Berikut ini rubrik kegiatan pengamatan atau observasi peningkatan kemampuan kerjasama melalui model pembelajaran berbasis proyek :

Tabel 3.5 Rubrik Pedoman Observasi Kemampuan Kerjasama

Variabel Indikator Deskriptif Skor

Kemampuan Kerjasama

1. Kemampuan kooperatif

Jika anak mampu menunjukkan sikap kooperatif saling membantu dalam kelompok, khususnya dalam menyelesaikan proyeknya.

Jika anak acuh tak acuh dan tidak menunjukkan sikap kooperatif, tidak saling membantu dalam kelompok, khususnya dalam menyelesaikan proyeknya.

2

Jika anak belum mampu menunjukkan sikap kooperatif saling membantu dalam kelompok, khususnya dalam menyelesaikan proyeknya.

1

2. Kemampuan berinteraksi

Jika anak dapat menunjukkan

kemampuannya dalam

Jika anak cenderung ingin bekerja sendiri dan tidak mau berinteraksi dengan teman selama

3. Kemampuan anak berkomunikasi

Jika anak secara aktif dapat menunjukkan kemampuannya

Jika anak masih kesulitan dalam berkomunikasi tentang

Jika anak tidak secara aktif dapat menunjukkan kemampuannya

Tabel 3.6 Kriteria Indikator Penilaian

Jenis Penilaian Skor

BB (Belum Berkembang) 1

MB (Mulai Berkembang) 2

BSH (Berkembang Sesuai Harapan)

3 BSB (Berkembang Sangat Baik) 4

Tabel 3.7 Rubrik Observasi Kemampuan Kerjasama Anak

No Nama Anak

Kemampuan Kerjasama Anak

Jumlah Persentase Kriteria Ketergantungan

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 1. A

2. B 3. C 4. D 5. E 6. F 7. G 8. H 9. I 10. J 11. K 12. L 13. M 14. N 15. O Jumlah Skor Rata-rata Persentase

Tabel. 3.8 Rekapitulasi Kemampuan Kerjasama Anak

Kemampuan Kerjasama Anak

Kemampuan Kolaboratif

Kemampuan anak dalam berinteraksi

Kemampuan anak berkomunikasi

Kriteria

Indikator kinerja merupakan tolak ukur atau standar tingkat keberhasilan dari tingkat ketercapaian atau kondisi akhir yang diharapkan dari suatu tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah meningkatkan kemampuan kerjasama untuk anak melalui model pembelajaran berbasis proyek pada kelompok B2 di RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon. Kondisi awal di RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon, dari 15 peserta didik yang belum mampu meningkatkan perkembangan kerjasamanya dan yang masih membutuhkan bimbingan serta menaati aturan dan bersikap kooperatif ada 9 anak atau sekitar 60%. Pada penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan kerjasama antar anak di atas nilai 3 (BSH) dan 4 (BSB) atau minimal sebesar 80%.

Indikator keberhasilan ini adalah ditandai meningkatnya keterampilan anak di lihat dengan hasil persentase minimal mencapai 80% dari jumah anak pada masing-masing indikator kemampuan kerjasama. Menurut Asmawati, (2014: 76) terdapat indikator perkembangan sosial emosional anak usia dini, diantaranya ialah : dapat melaksanakan tugas kelompok, dapat berkerjasama dengan teman, mau bermain dengan teman, mau meminjamkan miliknya, mau berbagi dengan teman, saling membantu dengan teman, memberi dan membalas salam, berbicara sopan, menaati tata tertib yang ada disekolah, menaati aturan di kelas, mengikuti aturan permaianan, menghibur teman yang sedih, mendoakan dan menjenguk teman yang sedang sakit,

suka menolong, mau memberi dan menerima maaf, melaksanakan tugas sendiri sampai selesai, dapat menerima kritik, berani bertanya dan menjawab pertanyaan, bertanggung jawab atas tugasnya, menunjukkan kebanggaan terhadap hasil karyanya, memelihara hasil karya sendiri, dapat memuji teman/orang lain, dan menghargai keunggulan teman/orang lain.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kedawung Cirebon Secara geografis RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kedawung Cirebon berada di perkotaan sehingga dekat dari keramaian. Sekolah ini memiliki 3 kelas yang terdiri dari kelompok A, kelompok B1 dan Kelompok B2. Total peserta didik untuk kelompok A berjumlah 12, total peserta didik untuk kelompok B1 berjumlah 16 dan kelompok B2 berjumlah 15 sehingga jumlah keseluruhan anak adalah 43 anak dengan pendidik berjumlah 4 guru.

Menurut hasil pengamatan yang peneliti lakukan kondisi sekolah maupun sarana prasarana cukup mendukung kegiatan penelitian ini. RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kedawung Cirebon memiliki alat peraga yang cukup serta media pembelajaran yang memadai sehingga memungkinkan anak melakukan kegiatan belajar khususnya untuk menjalankan pembelajaran berbasis proyek.

2. Subjek Penelitian

Seperti yang telah diketahui RA Nurul Huda Desa Pilangsari Kedawung Cirebon memiliki 3 rombongan belajar yaitu kelompok A berjumlah 12 anak, kelompok B1 16 anak dan kelompok B2 berjumlah 15 anak. Subjek dalam penelitian ini adalah kelompok B2 yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 5 putra dan 10 putri. Keseluruhan anak yang berjumlah 15 tersebut semua berasal dari daerah yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa anak-anak di kelompok B2 ini sebagian besar mengalami kesulitan dalam kegiatan yang bersifat kelompok, mengendalikan sifat egosentrisme serta menjalin komunikasi dalam kelompok.

Dalam hal ini anak-anak yang mengalami kesulitan dalam kelompok ada yang cenderung pasif dan sering melakukan berbagai aktivitas yang seharusnya lebih menyenangkan bila dilakukan bersama tetapi justru dilakukan sendiri. Anak dalam kategori ini terkesan pasif dan pemalu. Di lain pihak terdapat

anak yang sama-sama mengalami kesulitan dalam aktivitas kelompok namun kesulitan ini merupakan kontradiksi dari anak yang berkesulitan disebabkan karena karakternya yang cenderung pasif dan pemalu.

Kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan masih belum mengoptimalkan kemampuan kerjasama anak karena menurut pengamatan model pembelajaran kelompok adalah model pembelajaran digunakan di kelas ini namun pada pelaksanaannya belum maksimal. Hal tersebut semakin membuat anak cenderung tidak menunjukkan peningkatan khususnya dalam kemampuan kerjasamanya sehingga diperlukan kegiatan pembelajaran yang banyak melibatkan anak dalam aktivitas kelompok salah satunya pembelajaran berbasis proyek ini.

3. Deskripsi Kondisi Awal Anak Sebelum Tindakan

Kondisi awal kemampuan kerjasama harus diamati terlebih dahulu sebelum dilakukan penelitian. Ini merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum mengadakan penelitian. Kegiatan tersebut diantaranya mengetahui kondisi awal anak sebelum tindakan dilakukan.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan dapat diketahui bahwa kemampuan anak-anak masih mengalami kesulitan dalam menjalankan model pembelajaran berbasis proyek serta memahami konsep kerjasama yang ada dalam pembelajaran.

Hasil pengamatan tersebut ditampilkan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Kemampuan Kerjasama Anak Pra Tindakan

No Nama Anak

Kemampuan Kerjasama Anak

Jumlah Persentase Kriteria Ketergantungan

4. D √ √ √ 7 58% Kurang

5. E √ √ √ 7 58% Kurang

6. F √ √ √ 10 83% Baik

7. G

√ √ √ 6 50%

Kurang Sekali

8. H √ √ √ 6 50% Kurang

Sekali

9. I √ √ √ 9 75% Cukup

10. J

√ √ √ 6 50%

Kurang Sekali

11. K √ √ √ 7 58% Kurang

12. L √ √ √ 7 58% Kurang

13. M

√ √ √ 4 33%

Kurang Sekali

14. N √ √ √ 8 67% Cukup

15. O √ √ √ 7 58% Kurang

Jumlah

Skor 107

Rata-rata 7,13

Persentase

59%

Kurang Baik

Berdasarkan hasil observasi di atas maka secara singkat kemampuan kerjasama anak sebelum tindakan dapat digambarkan dalam tabel rekapitulasi berikut. Pada poin teknik analisis data penelitian ini menggunakan lima kriteria yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, serta kurang sekali.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Kemampuan Kerjasama Anak Pra Tindakan Kemampuan Kerjasama Anak

Kriteria

Kemampuan Kooperatif

Kemampuan dalam berinteraksi

Kemampuan berkomunikasi

Jumlah

Anak Persentase Jumlah

Anak Persentase Jumlah

Anak Persentase

BSB 1 6,67% 0 0% 0 0%

BSH 9 60% 4 26,67% 4 26,67%

MB 5 33,33% 10 66,67% 10 66,67%

BB 0 0% 1 6,67% 1 6,67%

Berdasarkan tabel hasil kemampuan anak dalam kerjasama sebelum tindakan, diketahui bahwa kemampuan kerjasama anak masih belum optimal. Berdasarkan data dari 15 anak diketahui ada 1 anak yang tergolong dapat bekerjasama dalam pembelajaran atau sebesar 6,67%, sedangkan siasanya yakni 9 anak yang lain tergolong masih kesulitan dalam bekerjasama, atau bila dinyatakan dalam persentase sebesar 6 0 %, sedangkan 5 anak atau 33,33%

tergolong tidak dapat bekerjasama. Bila diperinci dari 5 anak tersebut diketahui bahwa 1 anak tergolong pasif sedangkan 2 anak tergolong sangat aktif dan cenderung memiliki sifat egosentrisme yamg masih cukup tinggi. Dari ketiga indicator kemampuan kerjasama anak diperoleh persentase sebesar 59%

dan masuk kategori kurang baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa persentase anak yang dapat bekerjasama dalam kelompok masih cukup rendah. Anak-anak masih cukup kesulitan dalam bekerjasama sehingga anak-anak tersebut belum dapat digolongkan dalam kriteria baik. Kondisi tersebut dapat menjadi landasan untuk peneliti mengembangkan

kemampuan kerjasama melalui pembelajaran berbasis proyek. Hasil tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 4.1

Grafik Kemampuan Kerjasama Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek Pra Tindakan

B. Hasil Penelitian 1. Siklus I

a. Perencanaan Siklus I

Pada tahap perencanaan tindakan pada siklus I, peneliti melakukan kegiatan antara lain merencanakan pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran sosial emosional khususnya dalam meningkatkan kemampuan kerjasama melalui pembelajaran berbasis proyek ini peneliti bekerjasama dengan guru kelas sekaligus kolaborator.

Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan peneliti adalah:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian yang berfungsi sebagai acuan pembelajaran kemampuan kerjasama melalui pembelajaran berbasis proyek.

2) Mempersiapkan tempat serta peralatan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis proyek.

3) Menyusun lembar observasi kegiatan penelitian kemampuan kerjasama melalui pembelajaran berbasis proyek yang meliputi berbagai aspek antara lain kemampuan anak menunjukkan ketergantungan positif dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek, kemampuan anak berinteraksi dengan teman dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek serta kemampuan anak berkomunikasi dengan teman dalam pembelajaran berbasis proyek.

4) Menyiapkan peralatan yang digunakan untuk mendokumentasikan gambar-gambar selama kegiatan berlangsung, seperti kamera.

b. Pelaksanaan Siklus I

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama sebelum kegiatan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan bercakap-cakap mengenai aturan kegiatan bermain pembelajaran berbasis proyek. Peneliti terlebih dahulu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran disampaikan dengan metode demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti kemudian anak menirukan apa yang didemonstrasikan atau dicontohkan oleh peneliti.

1) Siklus I Pertemuan Ke 1

Pertemuan pertama pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 Februari 2020. Pertemuan pertama siklus I ini yang dilakukan peneliti adalah memperkenalkan pembelajaran berbasis proyek. Hal tersebut dimaksudkan agar anak dapat menyesuaikan diri dengan mudah dalam kegiatan kelompok karena pembelajaran berbasis proyek ini tergolong pembelajaran yang cukup mudah. Sebelum kegiatan pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan tempat dilaksanakannya pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek ini membutuhkan alat atau media yang berhubungan dengan tema. Setelah tempat siap, peneliti terlebih dahulu mengajak anak untuk berdoa.

Peneliti kemudian bercakap-cakap dengan anak serta menyinggung mengenai kegiatan pembelajaran berbasis proyek pada saat percakapan kegiatan awal di kelas. Peneliti segera mengajak anak untuk

membuat lingkaran dan menjelaskan mengenai aturan bermain secara umum beserta tempatnya. Peneliti mengajak anak untuk pemanasan terlebih dahulu.

Anak dikondisikan dalam lingkaran, kemudian setelah terkondisikan anak diajak bergerak sesuai dengan instruksi guru, yakni berhitung sesuai urutan tempat duduk untuk melatih konsentrasi sebelum pembelajaran dilaksanakan. Selesai pemanasan guru segera mengkondisikan anak untuk menerima penjelasan lebih rinci mengenai cara bermain serta mendemonstrasikan kegiatan yang akan dilakukan.

Selesai mendemonstrasikan gerakan guru mengajak anak untuk bernyanyi terlebih dahulu, karena dari hasil observasi awal kondisi anak, sebagian besar dari mereka belum mengenal baik pembelajaran berbasis proyek. Setelah selesai penjelasan, guru kemudian mengajak anak untuk memulai pembelajaran berbasis proyek yaitu menanam kecambah ke dalam cangkang telur. Terlebih dahulu anak dikenalkan dengan alat-alat yang akan digunakan. Setelah itu pembelajaran berbasis proyek segera dimulai dengan mengambil mulai melakukan penanaman kecambah dalam cangkang telur. Anak-anak memasukan kapas ke dalam cangkang telur sebagai pengganti tanah liat kemudian masukkan biji kacang hijau sebanyak 10 butir. Kemudian siram dengan sedikit air. Dari hasil pengamatan anak-anak terlihat sangat antusias dan menikmati pembelajaran tersebut meski ada beberapa anak yang masih kesulitan berada dalam suasana berkelompok seperti dalam pembelajaran ini. Ini terlihat dari beberapa anak yang justru saling berebut mengambil biji kacang hijau sehingga menyebabkan mereka biji kacang hijau berjatuhan. Ini dialami oleh beberapa anak yang memiliki kesulitan beraktivitas dalam kelompok karena sifat mereka yang cenderung agresif dan sering menyerang teman lain. Masih ada juga beberapa anak yang terlihat takut dan diam selama pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran berakhir setelah tanaman disiram dengan sedikit air, kemudian anak-anak dibagi dalam 2 kelompok. Setelah terbagi dalam 2 kelompok kemudian masing-masing kelompok melakukan pembelajaran sendiri-sendiri. Pada saat fase

pembagian anak dalam kelompok ini semakin terlihat mana anak yang dapat berkolaborasi dalam kelompok dengan baik serta mana anak yang masih kesulitan dalam berkolaborasi dalam kelompok. Hal tersebut terlihat dari bagaimana pembelajaran masing-masing kelompok tersebut berjalan. Satu kelompok terlihat lebih lancar dalam bermain dibanding kelompok yang lain.

Setelah itu pembelajaran ini diakhiri dengan

Setelah itu pembelajaran ini diakhiri dengan

Dokumen terkait