• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.2. Subjek Penelitian

4.2.1. Deskripsi Subjek Penelitian

Keluarga yang menjadi subjek penelitian ada 4 keluarga serta satu orang petugas pemegang program penanggulangan DBD di Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Keluarga yang menjadi subjek penelitian ini semuanya bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Walaupun subjek bertempat tinggal di Perumnas di mana semuanya tertata dengan baik dengan kehomogenan dari lingkungan mereka tetapi tetap saja demam berdarah terjadi. Perumnas Helvetia merupakan perumahan masyarakat dengan tatanan letak rumah yang berdempetan dan memanjang sebanyak 25 rumah dan didepannya juga memanjang rumah sebanyak 25 rumah. Perumnas Helvetia dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dan mobilisasi dari warganya yang tinggi sehingga memungkinkan terjangkitnya demam berdarah. Perumnas Helvetia tidak menyediakan ruang atau halaman bagi penghuninya sehingga warga hanya memiliki halaman yang sangat kecil dan juga sempit. Halaman warga merupakan jalan yang memisahkan rumah yang ada didepan. Halaman yang sempit tersebut juga dimanfaatkan warga Perumnas untuk banyak hal seperti untuk bermain oleh anak-anak. Adapun gambaran umum dari subjek penelitian dapat dilihat di bawah ini:

1. Informan I (Keluarga Bapak Sugi)

Bapak Sugi berumur 41 tahun bekerja sebagai penarik becak mesin, pendidikan Bapak Sugi adalah SMA dan bersuku Jawa. Bapak Sugi mempunyai

seorang istri yang bernama Ibu Dita yang berusia 44 tahun, bersuku Jawa dengan pendidikan terakhir adalah PGTK (Pendidikan Guru TK) atau setingkat DI dan bekerja sebagai guru TK sebelum menikah dengan Bapak Sugi, tetapi setelah menikah berhenti menjadi guru TK dan hanya sebagai ibu rumah tangga. Bapak Sugi dan Ibu Dita mempunyai seorang anak yang bernama Rizdin berusia 5 tahun dan bersekolah di TK Paut Muhabah. Rizdin inilah yang terkena demam berdarah

dengue. Bapak Sugi dan keluarga bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan.

Semua pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh Ibu Dita, dari mulai membersihkan rumah sampai mengantar jemput anaknya sekolah. Ibu Dita dalam melakukan pekerjaan rumah juga dibantu oleh suami dan seorang keponakannya seperti dalam hal membersihkan kamar mandi dan bak mandi.

Rumah Bapak Sugi berada di Perumnas Helvetia dengan type rumah 36, terdapat ruang tamu, dapur, dua kamar tidur dan dua buah kamar mandi. Kamar mandi yang satu berukuran kecil yaitu 1x 1 M2 yang bertugas membersihkan adalah Bapak Sugi, sedangkan bak yang lebih besar yaitu berukuran 2½ x 1 M2 dan dalam keadaan baik serta air selalu penuh berada satu ruang dengan tempat mencuci pakaian dan mencuci piring serta tempat menjemur pakaian. Kamar mandi tersebut dalam keadaan lembab dan kotor serta baru terang ketika dinyalakan lampu. Adapun yang bertugas membersihkan kamar mandi tersebut adalah sang keponakan tetapi di karenakan banyaknya kegiatan di sekolah maka keponakan tersebut sangat jarang memberihkan kamar mandi tersebut. Ibu Dita menjemur pakaian di dalam rumah dikarenakan Ibu Dita jarang di rumah serta

halaman rumah yang tidak ada sehingga Ibu Dita harus menjemur dipagar rumahnya tetapi karena takut hilang dan merasa bahwa kalau dijemur di dalam rumah pakaian lebih awet.

Didekat kamar mandi selain berfungsi sebagai tempat menjemur juga merupakan tempat mencuci piring Ibu Dita sehingga banyak ember berserakan untuk menampung air dikarenakan air PAM yang sering mati, piring-piring tersebut akan dicuci setelah air hidup. Keluarga Bapak Sugi baru melakukan secara rutin membersihkan bak mandi dan wadah yang menampung air setelah anaknya terkena demam berdarah sedangkan menutup wadah/ember yang digunakan untuk menampung air tidak dilakukan karena menurut Ibu Dita air yang mereka tampung langsung habis dipakai jadi tidak pernah lama disimpan. Ibu Dita mengatakan mereka tidak pernah mengubur barang-barang bekas karena barang-barang bekas selalu dibuang ditempat sampah di depan rumah mereka dan kemudian diangkut petugas sampah hal ini juga dikarenakan ketidakadaan lahan mereka, bahkan ketika mereka ingin membuat sumur untuk mengantisipasi seringnya mati air tidak dapat mereka lakukan karena ketidakadaan lahan tersebut.

Selokan di depan rumah keluarga Bapak Sugi dalam keadaan lancar karena tetangga depan dan samping rumah “rajin” membersihkan selokan.

Tetapi selokan belakang rumah dalam keadaan yang tidak terurus dan mampet juga banyak sampah di dalam selokan tersebut bahkan banyak sampah yang dapat menampung air seperti bekas cup aqua, plastik bahkan dikarenakan

selokan tersebut seluruhnya dibuat dari semen sehingga bila air tidak mengalir dapat menjadi perindukan nyamuk. Semua keluarga yang tinggal merasa tidak penting dan tidak memperhatikan selokan yang mampet tersebut karena berada di belakang rumah mereka.

2. Informan II (Keluarga Bapak Apri)

Bapak Apri berusia 32 tahun, bekerja sebagai supir dengan pendidikan SMA. Bapak Apri mempunyai istri yang bernama Ibu Ida yang berusia 25 tahun dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, adapun pendidikan Ibu Ida adalah SLTP. Bapak Apri dan Ibu Ida bersuku Jawa dan bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan.

Keluarga Bapak Apri mempunyai dua orang anak yang bernama Arif berumur 6 tahun tetapi belum bersekolah menurut Ibu Ida nanti tahun ajaran baru Arif langsung masuk SD, dan anak kedua bernama Yolanda berumur 3 tahun, adapun anak Bapak Apri yang terkena demam berdarah adalah Yolanda. Keluarga Bapak Apri tinggal di sebelah rumah orang tua Bapak Apri, mereka menumpang di rumah orang tuanya Bapak Apri tetapi tidak satu rumah.

Rumah Bapak Apri sangat kecil yang hanya terdiri dari tiga ruangan yaitu ruang depan tamu yang mereka “jadikan” kamar tidur, ruang tengah yang merupakan dapur tempat Ibu Ida memasak dan yang terakhir adalah kamar mandi di mana mereka tidak menggunakan bak mandi tetapi hanya “ember sedang” tanpa penutup dan dibiarkan terbuka untuk mempung air dan “jamban”. Ibu Ida mencuci pakaian di kamar mandi tersebut, kamar mandi tersebut juga berfungsi

untuk menjemur pakaian kelurga Ibu Ida apabila belum kering ataupun Iibu Ida malas menjemur di halaman. Kamar mandi tersebut ada ventilasi yang juga merupakan sumber cahaya bagi kamar mandi tersebut dan tanpa “kawat kasa” padahal ventilasi tersebut langsung berhubungan dengan rumah tetangga mereka yang terkena demam berdarah empat orang yaitu bapak, ibu dan dua ponakan mereka kejadian tersebut sebelum “Yolanda” terkena demam berdarah.

Rumah Bapak Apri tidak mempunyai “jendela” sama sekali karena rumah mereka terhimpit antara rumah orang tua Bapak Apri dan “warung sarapan pagi” orang tua Bapak Apri, satu-satunya sumber ventilasi adalah pintu masuk rumahnya.

Rumah Bapak Apri terlihat bersih dan rapi dikarenakan Ibu Ida “rajin” menjaga kebersihan rumah mereka. Walaupun bersih tetapi rumah mereka langsung berhadapan dengan gudang tempat penyimpanan barang-barang berkas milik ibu mertua Ibu Ida di ruang gudang tersebut tidak berdinding rapat melainkan setengah terbuka karena bekas “warung sarapan pagi” mereka yang tidak dipakai lagi. Di dalam gudang berukuran 2 x 3 m2 tersebut banyak berserakan barang-barang tidak terpakai lagi seberti kaleng bekas cat, tumpukan kayu, tumpukan kardus, bekas tempat “rak” piring dan ada kran air serta ember untuk menampung air karena ibu mertua sering mencuci piring dan kadang- kadang pakaian di tempat tersebut, gudang tersebut gelap dan lembab.

Sebelum Yolanda terkena demam berdarah Ibu Ida mengatakan bahwa mereka pulang kampung dikarenakan ibu kandung Ibu Ida meninggal dunia

sehingga mereka meninggalkan rumah dalam kedaan terkunci selama lebih dari seminggu. Sewaktu pulang kembali kerumah mereka Ibu Ida mengatakan bahwa ember penampung air yang ada di kamar mandi dalam keadaan penuh terisi air walaupun Ibu Ida tidak bisa memastikan ada tidaknya jentik nyamuk di dalam ember tersebut. Dikarenakan hari sudah malam mereka langsung tidur sehingga tidak sempat membuang air yang ada dalam ember penampung tersebut dan keesokan harinya ketika mau “memasak” barulah air dalam ember tersebut dibuang dan diganti baru.

Selokan di sekitar rumah Bapak Apri dalam keadaan lancar walaupun sebelumnya dalam keadaan mampet hal itu dilakukan setelah kepala lingkungan mereka meminta seluruh warganya agar bergotong royong. Selokan di belakang rumah Ibu Ida lancar hanya selokan ibu mertuanya dalam keadaan mampet karena tersumbat “batu besar”.

Dokumen terkait