• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumatera Selatan Salah satu program yang hingga sekarang terus digesa adalah program

Dalam dokumen Dinas Pendidikan | Warta Pendidikan (Halaman 42-45)

1 desa 1 PAUD.

Bunda PAUD Sumsel, Hj Eilza Alex mengatakan, perkembangan anak-anak tak hanya menjadi perhatian orang tuanya saja. Pihak lainnya, seperti sekolah, dunia usaha, dan taman bermain juga

bertanggung jawab atas hal itu. “Yang menentukan adalah lingkungan karena karakter anak biasanya akan terbentuk dari apa yang ia alami sebelum berusia 6 tahun,” jelasnya.

Anak-anak juga harus selalu dilibatkan dalam hal positif. Karena itulah yang akan menjadi karakter mereka kelak. Jadi, hal- hal negative seperti membuka situs yang terlarang harus dhindari. Banyak hal positif yang bisa dilakukan seperti perlombaan, mendengarkan dongeng dan berkreativitas.

Tokoh

Program ini bertitik tolak dari jumlah usia dini yang berdasarkan data base Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), setiap tahun mengalami peningkatan secara kumulatif.

Hingga tahun 2014, anak usia dini di Sunsel tercatat 880.401 anak, masingmasing 459.863 anak laki-laki dan 420.538 anak perempuan. Jika dilihat dari kelompok usia, SIAK 2013 mencatat, usia 0-4 tahun sebanyak 357.373 terdiri dari 191.137 laki-laki dan 166.236 perempuan. Sedangkan kelompok usia 5-6 tahun sebanyak 209.211, masing-masing 108.680 laki-laki dan 100.531 anak perempuan.

Sedangkan usia 7-9 tahun sebanyak 313.817 anak, masing- masing 160.046 anak laki-laki dan 153.771 anak perempuan. Jumlah ini diperkirakan sudah bertambah sesuai dengan perkembangan jumlah kelahiran.

Program satu desa satu PAUD, merupakan gagasan besar yang patut diapreasiasi, untuk menumbuh-kembangkan generasi bangsa, mulai dari desa terpencil, hingga ke daerah perkotaan.

Saat ini jumlah desa dan kelurahan di provinsi Sumatera Selatan yang menjadi sasaran PAUD sebanyak 3.299 desa, dengan perencanaan akan dibangun 4.066 lembaga PAUD. Hingga akhir 2014, jumlah desa yang telah memiliki lembaga PAUD sebanyak 1.839 desa atau sekitar 55%. Sedangkan sisanya 1.460 desa lagi, masih dalam tahap persiapan.

Lembaga PAUD yang berhasil didirikan terdiri dari Taman Kanak-

kanak (TK) sebanyak 1.589 unit. Kelompok Belajar (KB) sebanyak 2.164 lembaga, Taman Pendidikan Al-quran (TPA) sebanyak 42 lembaga dan SPS sebanyak 271 lembaga. Dari jumlah ini, lembaga

yang sudah diakreditasi sebanyak 381 lembaga sementara sisanya 3.685 lembaga masih dalam proses.

M embekali G uru

Dalam melakukan

pembangunan lembaga PAUD secara merata di Sumsel, Ny. ELiza Alex selaku ketua tim penggerak PKK juga tak lepas dari permasalahan yang masih

dihadapi. Diantaranya, masalah

sarana gedung, sarana bermain dan perbukuan.

Disamping itu, masalah tenaga guru yang bertugas di lembaga PAUD, juga masih belum maksimal, baik dari segi jumlah

maupun kulifikasi dan

sertifikasinya. Hingga saat ini guru yang sudah direkrut adalah Diploma/S1 baru 38%. Sedangkan sertifikasi guru PAUD baru sekitar 13%.

Jumlah guru PAUD yang mengkuti orientasi teknik (ortek) dan Bimbinangan Teknis (Bimtek) tentang kurikulum 2013 tidak ebih dari 10% yang dilakukan melalui swadana. Selain itu, kuota mengenai pemberian tunjangan

guru, baik fungsiaonal, khusus, dan kualifikasi, juga belum merata. Kendala lain yang masih dihadapai, adalah masalah pengurusan izin penyelenggaran PAUD yang sulit dan sering memakan waktu lama. Kemudian akresitasi PAUD masih dibawah 20% dan belum semua lembaga PAUD memiliki NPSP. Sementara

mengenai distribusi Bantuan

Operasional Pendidikan (BOP) dari pusat belum merata ke semua lembaga.

Meski masih menghadapi kendala, Ny Eliza Alex Noerdin, tetap berkomitmen dengan

Salah satu PAUD di Martapura, OKU Sumsel

Tokoh

program yang sudah ia rencanakan. Bahkan, ia rela menghabiskan waktunya untuk berkunjung ke desa-desa untuk mengetahui lebih dekat tentang bagiamana pelaksanaan pendidikan anak usia dini.

Demikian halnya terhadap kebutuhan dan kualitas guru Pendidikan Anak Usia Dini. mengingat tiap guru harus memenuhi kompetensi yang dibutuhkan menjadi pengajar.

Menurutnya, kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang guru PAUD adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan anak melalui aktivitas kreatif seperti bercerita, bernyanyi, menggambar, menari, dan berkreasi. "Aktivitas tersebut penting dalam pendidikan anak usia dini," ujar Eliza ketika menghadiri sebuah festival PAUD di Palembang belum lama ini.

Ny Eliza juga memberikan apresiasi kepada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, yang beberapa waktu lalu telah mengadakan lomba kompetensi

guru dan siswa didik, dalam mencari guru berkualitas. Dengan kegiatan ini, hasil pendidikan di lembaga PAUD di Sumatera Selatan bisa terukur.

T okoh P erlindungan P ere mpua n

Selain fokus dengan PAUD, Ny Eliza Alex Noerdin juga dikenak sebagai tokoh perlindungan perempuan di Sumatera Selatan. Pada akhir Desember lalu ia juga menerima penghargaan dari Presiden RI, berupa Satya Lencana Kebaktian Soaial, yang diserahkan Menteri Koordinator ( Menko)

Kemaritiman, Indroyono Susilo didampingi Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansyah dan Gubernur Jambi Hasan Basri Agus pada Puncak peringatan Hari Kesetiakawanan Nasional (HKSN) di Lapangan ex MTQ Kota Jambi, Desember 2014 lalu.

Sebagai Ketua Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Prempuan dan

Perlindungan Anak (P2TP2A) Sumsel yang juga istri Gubernur Sumatera Selatan Hj Eliza Alex Noerdin, juga dianugrahi sebagai Tokoh Perggerakan Perlindungan Perempuan dan Anak karena kiprahnya yang telah banyak berbuat dalam

mengimplemtasikan Undang- Undang No.23 Thn 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang- Undang N0 4 Th 1979 Tentang Kesejahteraan Anak serta

Undang-Undang No 23 th 2004 ttg Penghapusan Kekerasan dalam rumah tangga.

Didapatkannya penghargaan tersebut, karena Hj Eliza telah melakukan penjangkauan layanan, pendampingan, pembinaan dan Sosialisasi dengan selalu melakukan koordinasi dan

bekerjasama dengan masyarakat, Pemerintah dan Swasta dalam hal penanganan terhadap masalah Perlindungan Korban Tindakan Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan.(*)

Ny. Eliza Alex Noerdin (dua dari kanan) ketika menerima penghargaan Mensos (f/humas)

K

eberhasilan seorang anak di masa depan ditentukan oleh bagaimana

perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan spiritual yang berkembang secara optimal.

Secara garis besar, perkembangan hidup manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor hereditas/keturunan dan lingkungan.

Akan tetapi lingkungan akan lebih mudah berpengaruh karena secara langsung memiliki konsekuensi praktis pada pola pengasuhan dan pendidikan anak.

Sementara, faktor hereditas pada manusia berhenti sesaat setelah peristiwa konsepsi terjadi. Setelah itu, faktor lingkunganlah yang secara dominan dan aktual mem pengaruhi seluruh aspek kemanusiaan.

Beberapa penelitian

menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah dimulai pada masa prenatal tidak hanya aspek fisik tetapi aspek-aspek lainnya seperti kognitif, emosi, dan bahkan spiritual.

Hal ini tentunya dalam batasan-batasan tertentu sesuai dengan kondisi janin atau dapat dikatakan sebagai pembentukan karakter dasar. Seperti emosi janin dan setelah besar nanti ternyata dipengaruhi oleh kondisi emosi sang ibu.

Perkembangan ini akan terus berlanjut sampai lahir dan besar nanti yang di pengaruhi oleh faktor ling kungan berupa pola peng asuhan dan pendidikan.

Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual anak, kemampuan kognitif terus

berkembang seiring dengan proses pendidikan serta juga dipengaruhi oleh faktor

perkembangan fisik terutama otak secara biologis.

Perkembangan selanjutnya berkaitan dengan kognitif adalah

bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi atau per masalahan.

Tentunya, aspek-aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika

seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka kemampuan untuk menentukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan.

Oleh karena itu, seseorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya sendiri serta mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan metakognitif.

P enge rtia n M e ta kognisi

Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama didalam berbagai

macam bidang penelitian psikologi, dan juga tidak dapat diterapkan pada satu bidang psikologi saja.

Namun demikian, pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi, pada umumnya memberikan

penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Gredler (2011) Wellman (1985) menyatakan bahwa: Metakognisi adalah suatu bentuk kognisi, proses berpikir urutan kedua atau lebih tinggi yang melibatkan kontrol aktif atas proses kognitif.

Hal ini dapat hanya didefinisikan sebagai berpikir tentang berpikir atau “kognisi seseorang tentang kognisi” Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses imunisasi meliputi tingkat berpikir yang lebih tinggi, melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif.

Flavell & Brown menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya.

Sedangkan Moore (2004) menyatakan bahwa : Meta kognisi mengacu pada

pemahaman seseorang tentang pengetahuannya, sehingga pemahaman yang mendalam tentang pengetahuannya akan mencerminkan penggunaan nya yang efektif atau uraian yang jelas tentang pengetahuan yang di permasalahkan.

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan-kognisi adalah kesadaran seseorang tentang apa yang sesungguh nya diketahuinya dan regulasi-kognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognitifnya secara efektif.

O le h : Z ulra hma togga la

Metakognitif

Dalam dokumen Dinas Pendidikan | Warta Pendidikan (Halaman 42-45)

Dokumen terkait