• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORETIS

C. Teori Hukum Islam dan Karakteristiknya

2. Sumber dan Dalil Hukum Islam

Syariat Islam, baik secara makro yang mencakup akidah, syariat praksis (‘amali>), dan akhlak, maupun secara mikro, yaitu hukum Islam atau fikih diketahui dan digali dari sumber dan dalil syariat melalui metodologi yang kemudian disebut dengan ilmu usul fikih (us}u>l al-fiqh). Dinamika hukum Islam jelas ditunjang oleh gerak pemanfaatan kaidah-kaidah hukum Islam, baik kaidah us}u>liyyah maupun furu>’iyyah atau fiqhiyyah.

151

Lihat Abdul Wahhab Khalla>f,‘Ilmu Us}u>l al-Fiqh., h. 1.

152

Us}u>l al-fiqh didefinisikan secara beragama oleh ulama, salah satunya adalah rumusan definisi oleh al-Qa>d}i> al-Baid}a>wi>, yaitu, pengetahuan mengenai dalil-dalil (petunjuk) fikih secara umum, cara memanfaatkan dalili-dalil, dan kondisi orang (mujtahid) yang menggunakan dalil tersebut.153 Definisi demikian memperlihatkan dengan jelas objek kajian usul fikih di antaranya adalah mengenai sumber dan dalil hukum Islam.

Para ulama usul fikih berbeda pendapat seputar penjelasan sumber-sumber atau dalil-dalil syariat, tetapi tidak ada perbedaan pendapat di antara mereka menjadikan al-Qur’an sebagai sumber pertama. Meskipun ada sekelompok kecil yang merupakan kelompok tidak biasa (langka) yang menganggap cukup berpegang pada al-Qur’an saja, akan tetapi, mayoritas mereka bersepakat untuk mengambil empat dalil yang sesuai dengan urutan berikut ini, yaitu: al-Qur’an, Sunnah, Ijma>‘, dan Qiya>s. Keempat dalil ini dikategorikan sebagai dalil-dalil fundamental (dalil-dalil pokok). Di samping itu, terdapat sejumlah dalil yang merupakan cabang dan turunan dari dalil-dalil pokok tersebut, di antaranya yang paling penting adalah Istih}sa>n, Istis}la>h} (al-Mas}a>lih} al-Mursalah),‘Urf, dan seterusnya.

Para ulama mengkategorikan al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ sebagai sumber dalil naqli>, dan sumber selainnya dikategorikan sebagai sumber-sumber dalil ‘aqli >. Dalil-dalil naqli> berbeda urutannya satu dengan yang lainnya, al-Qur’an menempati posisi pertama, sunnah menempati posisi kedua, dan ijma’ selanjutnya berada pada posisi ketiga. Sedangkan dalil-dalil ‘aqli > semuanya berada pada posisi keempat tanpa membedakan di antaranya. Dari sisi yang lain, para ulama membedakan antara nas} dan ijtiha>d. Nas terbatas pada al-Qur’an dan Sunnah.

153

Lihat Syahba>n Muh}ammad Isma>‘i>l, Us{u>l al-Fiqh, Nasy’atuh wa Tat}awwuruh wa

Sedangkan ijtihad mencakup seluruh dalil-dalil yang lain, seperti ijma’, qiya>s, dan seterusnya.154

Sikap berbagai mazhab terhadap dalil-dalil tersebut dapat diketahui secara umum sebagai berikut:

154

Lihat Su>ni> Hasan Abu T{a>lib, Tat}bi>q al-Syari>‘ah Isla>miyyah fi> Bila>d al-‘Arabiyyah, h. 21.

Al-Z{a>hiriyyah •1. Al-Qur’an •2. Sunnah •3. Ijma’ Al-Syafi'yah •1. Al-Qur’an •2. Sunnah •3. Ijma’ •4.Qiya>s 5. Istis}h}a>b. Al-Hanafiyah •1. Al-Qur’an •2. Sunnah •3. Ijma’ •4.Qiya>s 5. Istis}h}a>b. •6.Istih}sa>n •7.‘Urf Al-Hanabilah •1. Al-Qur’an •2. Sunnah •3. Ijma’ •4.Qiya>s 5. Istis}h}a>b •6.Mas}a>lih Mursalah •7.Sadd al-Z|ara>i‘ al-Malikiyyah •1. Al-Qur’an •2. Sunnah •3. Ijma’ •4. Praktek penduduk Madinah •5.Qiya>s •6.Istih}sa>n •7.Mas}a>lih Mursalah •8.Sadd al-Z|ara>i‘ •9.‘Urf 10. Istis}h}a>b. Al-Z{a>hiriyyah (pengikut mazhab Z{a>hiri), membatasi sumber-sumber hukum pada tiga hal, yaitu: Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’.155 Al-Sya>fi‘iyyah (pengikut mazhab Syafi’i) menambahkan dua sumber hukum yang lain, yaitu Qiya>s dan Istis}h}a>b. Al-H{anafiyyah (pengikut mazhab Hanafi) menambahkan kepada sumber hukum yang lima ini, yaitu Istih}sa>n dan ‘Urf. Sedangkan al-H{ana>bilah (pengikut mazhab Hanbali), menambahkan kepada dalil-dalil yang lima ini, Mas}a>lih} dan Sadd al-Z|ara>i’. Adapun al-Ma>likiyyah (pengikut madzhab

Maliki), memiliki sejumlah dalil-dalil yang mencapai sepuluh, dengan urutan sebagai berikut: Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, Praktek penduduk Madinah, Qiya>s, Istih}sa>n, Mas}a>lih Mursalah, Sadd al-Z|ara>i‘, ‘Urf, dan Istis}h}a>b.156

155

Terdapat pendapat bahwa kaum Z{ahiri> menolak ijma’ sebagai salah satu sumber hukum

Islam, dengan alasan bahwa ijma’ tidak mungkin terjadi di kalangan fuqaha karena ketentuan yang ada

di dalam al-Qur’an dan hadis telah mencakup segala segmen kehidupan. Lihat Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’; Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa ke Masa (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2013), h. 107.

156

Lihat Su>ni> Hasan Abu T{a>lib, Tat}bi>q al-Syari>‘ah Isla>miyyah fi> Bila>d al-‘Arabiyyah, h. 21.

Menurut Tu>fi>, ada 19 dalil syariat secara keseluruhan, yaitu: 1)

al-Qur’an, 2) Al-Sunnah, 3)Ijma>‘ al-ummah (kesepakatan umat Islam), 4) Ijma>‘ ahl Madi>nah (kesepakatan penduduk Madinah), 5) Qiya>s, 6) Qaul al-S{ah}a>bi>, 7) Al-Mas}lah}ah al-Mursalah, 8) Al-Istis}h}a>b, 9) Al-Bara>’ah al-As}liyyah (menetapkan hukum akal saat tidak ada hukum), 10) Al-‘A<da>h, 11) Al-Istiqra>’ (induksi), 12) Sadd al-Z|ara>i‘ (menutup jalan/wasilah), 13) Al-Istidla>l (mengambil dalil alternatif), 14) Al-Istih}sa>n, 15) Al-Akhz\u bi al-Akhaff (memilih yang lebih ringan), 16) Al-‘Ismah, 17) Ijma>‘ ahl al-Ku>fah, 18) Ijma>‘ al-‘Itrah dan 19)Ijma>‘ al-Khulafa> al-Arba’ah.157

Abdul Wahhab Khalla>f memberi kategorisasi dalil-dalil hukum Islam yang menurutnya, ada empat di antara dalil-dali terebut disepakati jumhur sebagai sumber hukum Islam, yakni al-Qur’an, al-Sunnah, Ijma>’, dan Qiya>s. Mereka pun sepakat pada urutan keempat dalil tersebut sebagai berikut :

1. Al-Qur’an, 2. Al-Sunnah, 3.Ijma>’, dan 4. Qiya>s

Selain ke empat dalil ini, terdapat beberapa dalil yang tidak disepakati oleh jumhur ulama untuk menjadikannya sebagai dalil. Di antara mereka ada yang mempergunakannya sebagai dalil, dan sebagian ada yang menolaknya sebagai dalil

hukum syara’. Dalil-dalil yang terkenal yang diperselisihkan kedudukannya sebagai

dalil hukum ada enam (6) menurut Wahhab Khalla>f, yaitu:

157

Lihat Imam T{u>fi> (Sulaiman ibn ‘Abd Qawi> ibn ‘Abd Karim ibn Sa’d ibn al-S}afi>),Risa>lah Fi> Ri‘a>yah al-Maslah}ah (Cet. I; Da>r al-Mis{riyyah al-Lubana>niyyah, 1993), h. 13-18.

1. Istih}sa>n,

2. Mas}a>lih Mursalah, 3. Istis}h}a>b,

4. Urf,

5. Maz\hab S}ah}a>bi> atau Istis}h}a>b

6. Syar‘u Man Qablana (Syariat sebelum kita).158

Ditambah satu lagi oleh ulama yang lain, yaitu,

7. Sadd al-Z|ara>i‘159

Di antara prinsip-prinsip atau asas perkembangan hukum Islam secara selaras dengan perubahan dan perkembangan zaman atau kontekstual adalah prinsip

memelihara ‘urf dan sadd al-z\ara>i‘. Kedua dalil tersebut diberikan pembahasan secara mandiri pada bagian ini, sekaligus juga dijadikan sudut pandang dalam melihat eksistensi pemali dalam budaya Bugis dan Makassar.